Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PRAKTIK SERTA MAMPU MENDETEKSI CREATIVE ACCOUNTING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi

Oleh:

Zahara Nisa Perdana 213403022

Reny Novita Sari Br Manullang 213403063

Religia Rizkiawi Ramadhan 213403067

Rendi Abdul Aziz 213403100

Naja Rahma Muttaqin 213403145

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SILIWANGI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tersampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan makalah dengan
judul “ANALISIS PRAKTIK SERTA MAMPU MENDETEKSI CREATIVE ACCOUNTING” ini
merupakan hasil literasi dan diskusi kami, untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Teori
Akuntansi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tiara Pradani, M. S. Ak. selaku dosen pengampu
mata kuliah Teori Akuntansi yang telah meluangkan segenap tenaga dan waktunya untuk memberikan
dan senantiasa membimbing kami.

Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah terdapat banyak kekurangan baik dari
segi penggunaan kata, bahasa, maupun penyajian materi dalam penulisan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca makalah ini.

Tasikmalaya, 15 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Makalah .......................................................................................................................... 5

1.4 Kegunaan Makalah ..................................................................................................................... 5

1.5 Prosedur Makalah ....................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 7

2.1 Manajemen Laba (Earning Management) ................................................................................. 7

2.2 Financial Number Game ............................................................................................................ 8

2.3 FASB’s Response to The Financial Number Game.................................................................. 15

2.4 Reasons For Doing Creative Accounting ................................................................................. 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah perusahaan, sering terjadi perbedaan kepentingan antara pemegang saham
dengan manajemen perusahaan. Pemegang saham memberikan hak untuk mengelola
perusahaan kepada manajemen agar dapat memenuhi kepentingan pemegang saham yang
berupa imbal balik hasil dalam suatu jumlah tertentu. Manajer sebagai seorang individu akan
cenderung melakukan sesuatu yang lebih menguntungkan dan lebih bermanfaat bagi
kepentingannya. Manajer beranggapan bahwa kepentingan pemegang saham tidak terlalu
menjadi prioritas bagi mereka. Maka dari itu terkadang muncul motivasi materialisme yang
merupakan suatu dorongan besar manajemen untuk melakukan perilaku disfungsional atas
laporan keuangan. Perilaku yang tidak seharusnya (dysfunctional behavior) yang dilakukan oleh
manajer terjadi akibat adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan yang tidak
terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi. Manajer merasa leluasa dalam pemilihan
alternatif metode akuntansi yang digunakan. Bentuk dari perilaku disfungsional yang dilakukan
oleh manajemen dalam suatu perusahaan beraneka ragam, salah satunya yaitu Creative
Accounting.

Creative accounting merupakan metode yang digunakan untuk membuat atau


menafsirkan kebijakan akuntansi secara salah untuk menyalahgunakan teknik dan
memanfaatkan celah dalam standar akuntansi untuk secara keliru menggambarkan citra
keuangan perusahaan yang lebih baik. Ada banyak cara untuk melakukannya. Yang paling
populer adalah memanipulasi angka keuntungan untuk menghilangkan pajak yang berlebihan di
masa depan. Seringkali, pembukuan yang digunakan untuk menemukan angka-angka pajak ini
pada umumnya salah dan biasanya manipulasi dilakukan dari tingkat paling dasar. Dalam
literatur profesional, Creative accounting dipahami sebagai legal, artinya tidak ilegal sejauh
tidak melanggar undang-undang negara. Meskipun ini adalah permainan angka yang dapat
menyesatkan pengguna laporan keuangan internal atau eksternal, dalam beberapa kasus justru
dapat membantu melindungi bisnis dari kebangkrutan atau kondisi buruk lainnya. Oleh karena
itu, peyusun menulis makalah dengan judul “Analisis Praktik serta Mampu Mendeteksi
Creative Accounting”.

4
5

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa itu Earning Management (Manajemen Laba)?

1.2.2. Apa itu Financial Number Games?

1.2.3. Bagaimana FASB’s Response to The Financial Number Game?

1.2.4. Apa saja Reasons for Doing Creative Accounting?

1.3 Tujuan Makalah

1.3.1. Untuk mengetahui apa itu Earning Management (Manajemen Laba).

1.3.2. Untuk mengetahui apa itu Financial Number Games.

1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana FASB’s Response to The Financial Number Game.

1.3.4. Untuk mengetahui apa saja Reasons for Doing Creative Accounting.

1.4 Kegunaan Makalah

Secara teoritis kegunaan dari makalah ini yaitu untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di bidang akuntansi dan menambah wawasan pembaca agar dapat mengetahui
bagaimana analisis praktik dan bagaimana mendeteksi creative accounting.

1.5 Prosedur Makalah

Makalah ini dibuat menggunakkan prosedur studi pustaka yang merupakan metode
pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan.

Sistematika penulisan makalah ini meliputi:

1. Cover;

2. Kata Pengantar;

3. Daftar Isi;

4. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
makalah, kegunaan makalah, dan prosedur makalah;
6

5. Bab II Pembahasan;

6. Bab III Penutup;

7. Daftar Pustaka
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Laba (Earning Management)

Menurut Schipper (1989) manajemen laba merupakan pengungkapan laporan yang


diintervensi dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi (Alexandra et al., 2022). Adapun,
Menurut Assih dan Gudono (2000), Earning Management atau Manajemen laba
adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan general accepted
accounting principles, untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang
dilaporkan (Rama, 2012).
Perluasan mengenai teori manajemen laba dilakukan oleh Healy et al. (1998) yang
mendefinisikan manajemen laba (earnings management) sebagai perubahan penilaian dalam
laporan keuangan perusahaan yang dilakukan dan dilaporkan oleh pihak-pihak internal
perusahaan untuk menyesatkan beberapa pemangku kepentingan (principal) atau memengaruhi
hasil kontraktual.
Menurut Watts & Zimmerman (1990), terdapat tiga hal yang mendukung manajemen laba,
yaitu bonus plan hypothesis (meningkatkan bonus dari dasar laba), debt covenant hypothesis
(tinggi rasio utang pada suatu perusahaan), dan political cost hypothesis (adanya celah dari
regulasi pemerintah) (Alexandra et al., 2022).
Manajer perusahaan tidak hanya bertugas untuk menampilkan performa terbaik
perusahaannya, namun juga bertugas menyediakan laporan keuangan yang menjadi sarana utama
untuk menginformasikan mengenai keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Informasi mengenai laba merupakan Salah satu informasi yang sangat penting
untuk pengambilan keputusan. Informasi laba menjadi perhatian utama dalam penaksiran kinerja
atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu, informasi membantu pemilik atau pihak lain
untuk melakukan penaksiran atas kekuatan laba perusahaan di masa yang akan datang (Harahap,
2004).
Manajemen kemudian menyadari pentingnya informasi laba ini, sehingga manajemen
cenderung melakukan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya), yaitu dengan
melakukan earning management atau manajemen laba untuk mengatasi berbagai konflik yang
timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

7
8

(Sugiarto, 2003). Disfunctional behaviour tersebut dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi
(information asymetry) dalam konsep teori keagenan (agency theory ) (Rama, 2012).
Terdapat 2 jenis kategori dalam earning management, yaitu Accrual Earnings
Management dan Real Earnings Management. Accrual Earnings Management mengacu kepada
prosedur pelaporan yang berjalan dengan berbasis akrual, sehingga dengan terfokus kepada
adanya dokumen transaksi yang membuktikan berjalannya transaksi dapat digunakan secara fiktif
untuk mengaburkan kinerja ekonomi yang sebenarnya dengan mengubah metode ataupun
estimasi akuntansi dalam prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Tujuannya adalah untuk
mencapai tujuan yang diharapkan sebagai nilai perusahaan untuk unggul dalam berdaya saing di
pasar. Sedangkan, real earnings management merupakan suatu tindakan manipulasi laba yang
dilakukan pada kegiatan operasional yang sedang terjadi dalam perusahaan dalam rangka untuk
mencapai target dengan cepat (Archie Nathanael Mulyawan, S.Ak., 2021).
Menurut Scott, (2015) kelebihan dari penerapan Real Earnings Management ketimbang
accrual adalah bagaimana tindakan tersebut tidak mudah untuk ditemukan atau dideteksi oleh
regulator ataupun auditor, dikarenakan dalam accrual terdapat berbagai jenis dokumen atau bukti
yang akan menjadi landasan temuan untuk memastikan apakah proses yang berjalan telah
berjalan secara wajar atau belum, sedangkan dalam real mengacu kepada tindakan secara
langsung untuk menyesatkan beberapa pemangku kepentingan agar percaya bahwa tujuan
objektif dalam laporan keuangan telah tercapai melalui operasional yang berlangsung. Akan
tetapi, terdapat kelemahan dari hal tersebut yaitu akan berdampak pada alur keuangan perusahaan
di masa mendatang (Archie Nathanael Mulyawan, S.Ak., 2021).

2.2 Financial Number Game


Financial number game atau permainan angka-angka keuangan adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan, agar laporan
keuangan perusahaan sesuai dengan yang diinginkan oleh manajemen perusahaan. Menurut
Charles W. Mulfrod & Eugene E. Comiskey dalam bukunya The Financial Numbers Game:
Detecting Creative Accounting Practices (2002: 16), penggunaan praktik-praktik akuntansi
kreatif (creative accounting practices) agar dapat mengubah pandangan pembaca laporan
keuangan atas kinerja bisnis perusahaan. Untuk menyembunyikan laba perusahaan yang turun,
beberapa manajer memainkan fleksibilitas yang ditemui di dalam prinsip-prinsip akuntansi guna
mengubah laporan keuangan mereka. Sementara itu, yang lain melakukan fraud dalam pelaporan
keuangannya (Bagaimana Financial Number Game?, 2018).
9

Dengan mengubah kesan pengguna laporan keuangan tentang kinerja bisnis perusahaan,
manajemen yang memainkan permainan angka keuangan mencari hasil nyata tertentu yang
diinginkan. Banyak istilah dan bentuk yang dipakai dalam jenis permainan ini, tergantung pada
keahlian manajemen perusahaan (Mulford, Charles W; Comiskey, 2002), yaitu:
a. Akuntansi Agresif, pilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang kuat dan disengaja
dilakukan dalam upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan, biasanya laba saat ini
lebih tinggi, apakah praktik yang diikuti sesuai dengan GAAP atau tidak.
b. Manajemen Laba, Manipulasi laba secara aktif menuju target yang telah ditentukan
sebelumnya, yang mungkin ditetapkan oleh manajemen, ramalan yang dibuat oleh
analis, atau jumlah yang konsisten dengan arus laba yang lebih lancar dan berkelanjutan
c. Perataan Pendapatan, Suatu bentuk manajemen laba yang dirancang untuk
menghilangkan puncak dan lembah dari rangkaian laba normal, termasuk langkah-
langkah untuk mengurangi dan "menyimpan" laba selama tahun-tahun yang baik untuk
digunakan selama tahun-tahun yang lebih lambat
d. Pelaporan Keuangan yang Curang, Salah saji yang disengaja atau penghilangan jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dilakukan untuk menipu pengguna
laporan keuangan yang diduga curang oleh proses administrasi, perdata, atau pidana
e. Praktik Akuntansi Kreatif, Setiap dan semua langkah yang digunakan untuk memainkan
permainan angka keuangan, termasuk pilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang
agresif, pelaporan keuangan yang curang, dan langkah apa pun yang diambil untuk
manajemen laba atau perataan laba.

Selanjutnya, Imbalan yang diperoleh oleh mereka yang memainkan permainan angka
keuangan mungkin banyak dan bervariasi. Seringkali, imbalan yang diinginkan adalah kenaikan
harga saham perusahaan. Padahal bagi orang lain, insentif mungkin keinginan untuk
meningkatkan peringkat utang dan mengurangi biaya bunga pinjaman jumlah atau menciptakan
kelonggaran tambahan dan mengurangi pembatasan dari perjanjian utang. Keuntungan dari
Financial Number Game atau permainan angka keuangan adalah sebagai berikut:

a. Efek Harga Saham


Investor mencari perusahaan yang menghasilkan arus pendapatan yang
berkelanjutan dan kemungkinan tumbuh yang memberikan arus kas. Sehingga para
investor berniat untuk membayar harga lebih tinggi untuk kekuatan penghasilan
10

perusahaan. Arus kas tersebut disediakan hari ini dan diberikan di tahun-tahun
mendatang.
Perusahaan yang bisa menjelaskan kekuatan labanya yang lebih tinggi kepada
investor akan cenderung melihat keuntungan untuk mempengaruhi harga saham mereka.
Bagi perusahaan, harga saham yang lebih tinggi meningkatkan penilaian pasar dan
mengurangi biaya modalnya. Untuk manajer perusahaan dengan saham atau opsi ekuitas
langsung saham ekuitas, harga saham yang lebih tinggi meningkatkan kekayaan pribadi.
Memainkan angka keuangan

b. Efek Biaya Pinjaman


Perusahaan menjelakan tentang Pendapatan yang dilaporkan lebih tinggi, dan aset
yang lebih tinggi, kewajiban yang lebih rendah, dan ekuitas pemegang saham yang lebih
tinggi jumlah yang menyertai pendapatan yang lebih tinggi, kepada pemberi pinjaman
atau investor obligasi dapat menyampaikan kesan peningkatan kualitas kredit dan
peringkat utang yang lebih tinggi. Akibatnya, penggunaan akuntansi kreatif praktik
untuk meningkatkan ukuran keuangan yang dilaporkan dapat menyebabkan biaya
pinjaman perusahaan yang lebih rendah.
Perjanjian pinjaman negatif dirancang untuk membatasi perilaku perusahaan yang
mendukung pemberi pinjaman. Misalnya, perjanjian negatif mungkin membatasi
kemampuan perusahaan untuk meminjam tambahan jumlah, membayar dividen kas, atau
melakukan akuisisi. Praktik akuntansi kreatif dapat memainkan peran yang langsung
dalam melonggarkan sifat restriktif dari perjanjian keuangan. Langkah-langkah yang
diambil untuk meningkatkan pendapatan akan meningkatkan laba, aset lancar, dan
ekuitas pemegang saham, dan dalam beberapa kasus, mengurangi kewajiban. Seperti
perubahan dalam perusahaan hasil dan posisi keuangan meningkatkan kemampuannya
untuk memenuhi atau melampaui rasio keuangan seperti rasio lancar, rasio kewajiban
terhadap ekuitas, dan rasio waktu bunga yang diperoleh tersebut di atas. Langkah
diambil untuk mengurangi biaya memiliki efek yang sama. Sebagai akuntansi kreatif
digunakan untuk meningkatkan posisi keuangan perusahaan yang nyata dan membangun
bantalan di atas perjanjian keuangan yang ada.
11

c. Efek Paket Bonus


Rencana kompensasi insentif untuk pejabat perusahaan dan karyawan biasanya
merupakan opsi saham dan/atau rencana hak apresiasi saham. Dengan rencana tersebut,
karyawan menerima saham atau hak untuk mendapatkan saham terkait dengan harga
saham perusahaan. Ketika terstruktur dengan baik, rencana seperti itu akan berhasil
menghubungkan kepentingan pejabat dan karyawan dengan kepentingan pemegang
saham lainnya.
Kadang-kadang, perusahaan akan menggunakan ukuran pendapatan, misalnya,
pendapatan sebelum pajak menghitung bonus tunai atau saham. Ketika skema bonus
tersebut dikaitkan dengan pendapatan yang dilaporkan, pejabat dan karyawan memiliki
insentif untuk menggunakan praktik akuntansi kreatif dalam upaya untuk
memaksimalkan bonus yang diterima.

d. Efek Biaya Politik


Perusahaan besar dan berprofil tinggi mungkin memiliki motivasi untuk
mengelola pendapatan mereka ke bawah dalam suatu upaya untuk menjadi kurang
mencolok untuk regulator. Perusahaan yang melihat waktu telah didorong untuk
mengambil suatu Langkah yang kongkrit untuk kedepannya seperti menunda pendapatan
atau mempercepat pengeluaran, serta usaha untuk menurunkan pendapatan yang
dilaporkan

Dengan menggunakan praktik akuntansi kreatif, manajemen dapat mengubah kesan tentang
kinerja bisnis perusahaan mereka. Penilaian kekuatan penghasilan perusahaan dapat dianggap
tidak akurat, yang mengarah pada harga yang tidak tepat untuk sekuritas utang dan ekuitas.
Ketika salah saji yang dihasilkan ditemukan, pasar bisa menjadi tak kenal ampun, menyebabkan
penurunan tajam dalam harga utang dan ekuitas. Tujuan dari buku ini adalah untuk membekali
pembaca laporan keuangan agar lebih mendeteksi penggunaan praktik akuntansi kreatif.
Akibatnya, pembaca akan lebih mampu menilai kekuatan pendapatan perusahaan dan
menghindari investasi ekuitas dan kesalahan pemberian kredit.

Skema klasifikasi praktis sangat berharga dalam menentukan apakah seseorang atau Praktik
akuntansi yang lebih kreatif sedang digunakan. Skema semacam itu memberikan ketertiban dan
membantu pembaca laporan keuangan untuk menjadi lebih fokus dalam pencariannya untuk
12

barang-barang yang mungkin menunjukkan bahwa kekuatan penghasilan mungkin bukan apa
yang tersirat dari pembacaan sepintas.

Skema klasifikasi yang digunakan di sini dimulai dengan kelompok berdasarkan


pengukuran pendapatan dan beban serta aset dan kewajiban: Mengakui Pendapatan Prematur atau
Fiktif, Kapitalisasi Agresif dan Kebijakan Amortisasi yang Diperpanjang, dan Aset yang Salah
Dilaporkan dan Kewajiban. Kelas tambahan ditambahkan untuk kreativitas yang digunakan
dalam persiapan pendapatan laporan dan laporan arus kas.

Kelima kategori ini akan memberikan detail yang dibutuhkan untuk mewakili jenis praktik
akuntansi kreatif yang digunakan dalam laporan keuangan kontemporer. Mereka diterapkan
sebagai label terhadap praktik akuntansi yang digunakan apakah praktik tersebut merupakan hasil
dari kebijakan agresif, baik di dalam maupun di luar batas prinsip akuntansi yang diterima secara
umum (GAAP), atau apakah itu adalah hasil dari pelaporan keuangan yang curang.

Klasifikasi praktik kreatif akuntansi dalam (Mulford, Charles W; Comiskey, 2002) sebagai
berikut:
a. Mengakui Pendapatan Prematur atau Fiktif
Mengingat menonjolnya pendapatan pada laporan laba rugi dan dampak
langsungnya terhadap pendapatan, tidak mengherankan bahwa praktik akuntansi kreatif
sering kali dimulai dengan pengakuan pendapatan. Faktanya, pengakuan pendapatan
prematur atau fiktif adalah komponen yang hampir tak terpisahkan dari permainan angka
keuangan. Ini harus jelas dari contoh yang sudah dikutip karena banyak mereka
melibatkan beberapa bentuk pengakuan pendapatan prematur atau fiktif. Dalam kasus
tersebut, dilaporkan. Pendapatan digenjot, setidaknya dalam jangka pendek, berdampak
positif pada pendapatan dan berkomunikasi daya penghasilan yang lebih tinggi.
Pengakuan pendapatan prematur mengacu pada pengakuan pendapatan untuk
penjualan yang sah dalam periode sebelum yang diminta oleh prinsip akuntansi yang
diterima secara umum. Sebaliknya, pengakuan pendapatan fiktif mensyaratkan
pencatatan pendapatan untuk penjualan yang tidak ada. Sama seperti area abu-abu yang
ada antara penerapan prinsip akuntansi yang agresif dan pelaporan keuangan yang
curang, bagaimanapun, seringkali sulit untuk membedakan antara pengakuan
pendapatan prematur dan fiktif (Darmawan, 2020).
b. Kapitalisasi Agresif dan Kebijakan Amortisasi yang Diperpanjang
13

Selain mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan, beberapa


perusahaan akan meningkatkan pendapatan yang dilaporkan dengan meminimalkan
pengeluaran. Dalam kategori ini perusahaan akan meminimalkan pengeluaran dengan
secara agresif mengkapitalisasi pengeluaran yang seharusnya dikeluarkan, atau
mengamortisasi jumlah yang dikapitalisasi selama periode yang diperpanjang. Dalam
banyak kasus, menentukan porsi pengeluaran untuk memanfaatkan adalah lurus ke
depan. Misalnya, jumlah yang dibayarkan untuk membeli peralatan dan menyiapkannya
untuk digunakan dikapitalisasi ke dalam akun peralatan dan diamortisasi, atau
disusutkan, selama masa manfaat peralatan. Namun, seringkali, item yang terlibat sedikit
lebih esoteris, termasuk item seperti iklan respons langsung, pengembangan perangkat
lunak, dan akuisisi situs TPA dan biaya pengembangan, yang memerlukan penilaian
dalam menentukan apakah kapitalisasi sesuai atau tidak.
Ketika dikapitalisasi, pengeluaran menciptakan aset yang diamortisasi atas
beberapa masa manfaat yang telah ditentukan. Jika dibandingkan dengan opsi
pengeluaran yang lebih konservatif, pendapatan jangka pendek meningkat, menyiratkan
kekuatan penghasilan yang lebih tinggi.
American Software secara historis telah mengkapitalisasi biaya pengembangan
perangkat lunak. Praktik ini konsisten dengan GAAP, yang memungkinkan kapitalisasi
biaya pengembangan perangkat lunak, termasuk biaya seperti pengkodean perangkat
lunak, pengujian, dan produksi, setelah kelayakan teknologi tercapai. Seperti disebutkan
sebelumnya, kelayakan teknologi terjadi ketika ditentukan bahwa perangkat lunak dapat
diproduksi untuk memenuhi spesifikasi desainnya. Namun, proporsi biaya tersebut yang
sedang dikapitalisasi oleh perusahaan agak agresif.
c. Aset dan Kewajiban yang Salah Dilaporkan
Perusahaan menyertakan aset tidak dikenakan amortisasi tahunan seperti akun
piutang, persediaan, dan investasi. Pengeluaran dan kerugian dapat diminimalkan
melalui overvaluasi aset tersebut. Misalnya, dengan melebih-lebihkan kolektibilitas akun
piutang, ketentuan untuk akun yang diragukan, biaya operasi, dikurangi. Demikian pula,
kerugian dapat ditunda dengan mengabaikan untuk menuliskan inventaris yang bergerak
lambat atau investasi yang nilainya menurun dan tidak diharapkan pulih
14

d. Menjadi Kreatif dengan Laporan Laba Rugi


Termasuk dalam keterangan ini adalah langkah-langkah yang diambil untuk
mengomunikasikan tingkat kekuatan penghasilan yang berbeda menggunakan format
laporan laba rugi daripada melalui cara pencatatan transaksi. Perusahaan dapat
melaporkan keuntungan yang tidak berulang sebagai "pendapatan lain-lain," pendapatan
berulang. keterangan, atau biaya berulang mungkin diberi label sebagai tidak berulang.
Praktik semacam itu menghasilkan lebih tinggi. tingkat pendapatan berulang yang jelas,
tanpa mengubah total laba bersih
e. Masalah dengan Pelaporan Arus Kas
Sebuah perusahaan dapat mengkomunikasikan kekuatan pendapatan yang lebih
tinggi tidak hanya dengan melaporkan pendapatan yang lebih tinggi, tetapi dengan
melaporkan arus kas yang lebih tinggi dan lebih berkelanjutan. Laporan arus kas
membagi total perubahan kas menjadi tiga komponen, arus kas yang disediakan atau
digunakan oleh kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.
Mengingat potensi kualitas berulang dari arus kas operasi, semakin tinggi tingkat yang
jelas dari subtotal laporan arus kas itu, semakin besar kekuatan pendapatan perusahaan
yang nyata.
Untuk meningkatkan arus kas operasi, perusahaan dapat mengklasifikasikan
pengeluaran operasi sebagai item investasi atau pembiayaan. Demikian pula, arus masuk
investasi atau pembiayaan dapat diklasifikasikan sebagai item operasi. Langkah-langkah
tersebut tidak akan mengubah total perubahan uang tunai. Perusahaan yang
mengkapitalisasi biaya pengembangan perangkat lunak, dalam banyak kasus, akan
melaporkan jumlah yang dikapitalisasi sebagai arus kas keluar investasi, menjauhkannya
dari bagian operasi. Dengan demikian, perusahaan yang memanfaatkan sebagian besar
biaya pengembangan perangkat lunaknya.
Jumlah arus kas yang disalahpahami. Misalnya, kas yang disediakan oleh aktivitas
operasi mencakup arus kas tidak berulang yang timbul dari komponen pendapatan
operasional dari operasi yang dihentikan. Juga, semua pajak penghasilan dilaporkan
sebagai arus kas operasi, termasuk pajak yang terkait dengan item yang diklasifikasikan
dengan benar sebagai tindakan investasi dan pembiayaan.
15

2.3 FASB’s Response to The Financial Number Game


FASB atau Financial Accounting Standard Board merupakan sebuah organisasi yang
membuat standar- standar akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat. Misi FASB adalah
untuk menetapkan dan memperbaiki standar akuntansi keuangan dan pelaporan sebagai panduan
bagi masyarakat, yang mencakup emiten, auditor, dan pengguna informasi keuangan. Sebagian
besar perusahaan di Amerika Serikat mengikuti standar - standar yang ditebitkan oleh FASB,
yang dikenal sebagai generally accepted accounting principles (GAAP). Sebelum IFRS ada,
GAAP ini juga banyak digunakan perusahaan di banyak negara(Weygandt, Kimmel, 2013).
Pada awal tahun 2000-an, akuntansi mengalami masa krisisnya. Hal ini terjadi karena
munculnya banyak kasus atau skandal keuangan suatu perusahaan, salah satunya adalah Skandal
Enron. Enron sebagai perusahaaan penghasil energi terbesar di Amerika serikat menyajikan
laporan keuangan yang didalamnya terdapat informasi keuangan yang menyesatkan. Ketika
hampir bangkrut labanya disajikan melebihi yang seharusnya dan hutang disajikan lebih rendah
dari yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena manajemen perusahaan melakukan kolusi. Publik
mengetahui hal tersebut ketika laba perusahaan turun drastis, kemudian SEC (United States
Securities and Exchange Commission) menemukan bahwa laporan keuangan perusahaan tidak
benar dan menyesatkan. Skandal ini muncul karena kelemahan dari Standar Akuntansi Keuangan
gagal mengakomodasi perkembangan bisnis yang sangat cepat. Maka kemudian kongres Amerika
mensyahkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tanggal 30 Juli 2002, yang isinya membahas
mengenai profesi akuntan (Roza & Akuntansi, 2013)
Selama awal tahun 2000-an, FASB telah mencatat bahwa perhatian telah ditunjukkan
terkait kualitas dan transparansi informasi akuntansi. Salah satu perhatian utama adalah semakin
meningkatnya kompleksitas standar-standar FASB dan pengembangan standar akuntansi berbasis
aturan. Harvey Pitt, mantan ketua SEC, dalam testimoninya di depan SEC, menitikberatkan
permasalahan ini mengenai “pengembangan standar-standar akuntansi berbasis aturan telah
menyebabkan adanya penerapan teknik-teknik perekayasaan keuangan yang dirancang hanya
untuk mencapai tujuan akuntansi, bukan untuk mencapai tujuan ekonomi’.
Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 berupaya menangani permasalahan ini dengan
mengharuskan SEC menguji kelayakan sistem akuntansi berbasis prinsip. Pada tahun 2003, SEC
menerbitkan kajian yang mengungkapkan mengenai adopsi sistem yang berbasis prinsip. Kajian
ini mencatat bahwa ketidaksempurnaan bisa terjadi jika ketika standar-standar yang ditetapkan
berbasis prinsip atau pun berbasis aturan. Kajian tersebut merekomendasikan bahwa pihak-pihak
16

yang terlibat dalam proses penetapan standar mengembangkan standar-standar yang lebih
konsisten berdasarkan basis yang berorientasi pada prinsip atau tujuan.
Selanjutnya, FASB melemparkan beberapa pertanyaaan sebagai respon dari kajian tersebut,
yang kemudian dikomentari oleh beberapa pihak termasuk American Accounting Association
Committee. Dengan berbagai kritik yang terjadi mengenai permasalahan ini, Staf SEC pada tahun
2003 menyerahkan hasil kajian kepada Kongress dengan menyertakan rekomendasi-rekomendasi
kepada FASB sebagai berikut:
a. FASB seharusnya mengeluarkan standar yang berorientasi pada tujuan
b. FASB seharusnya menangani kekurangan-kekurangan yang ada di dalam kerangka
konseptual
c. FASB seharusnya menjadi satu-satunya organisasi yang menetapkan pedoman akuntansi
yang bersifat otoritatif di Amerika Serikat
d. FASB seharusnya meneruskan upaya-upaya knnvergensinya
e. FASB seharusnya berusaha menentukan Kembali hierarki GAAP AS
f. FASB seharusnya meningkatkan akses ke literatur yang bersifat otoritatif
g. FASB seharusnya melakukan peninjauan yang bersifat komprehensif terhadap
literaturnya untuk menentukan standar-standar yang lebih berbasis pada aturan dan
mengadopsi rencana transisi untuk mengubah standar-standar tersebut.

Pada bulan Juli 2004, FASB merespon rekomendasi dari hasil kajian tersebut dan mencatat
bahwa sejumlah rekomendasinya telah diimplementasikan. Mereka telah mengupayakan apa
yang disampaikan dari komentar-komentar tersebut untuk meningkatkan kualitas FASB. Respon
FASB dirangkum sebagai berikut:
a. FASB mengeluarkan standar yang berorientasi pada tujuan. FASB mengamati bawa
pendekatan yang berorientasi pada tujuan yang duraikan di dalam kajian SEC relevan
dengan pendekatan yang dijelaskan dalam ajakan Dewan. Selanjutnya, dewan
memutuskan bahwa kerangka konseptual perlu diperbaiki, dan tujuan dari standar-
standar perlu didefinisikan secara jelas dan pedoman implementasinya perlu diperbaiki,
cakupan pengecualiannya perlu dikurangi, dan pendekatan asset-liabilitas untuk
penetapan standar harus dipertahankan.
b. FASB mencatat bahwa mereka memiliki beberapa proyek dalam agendanya untuk
menangani bagaimana trade-off di antara relevansi, keandalan, dan dapat dibandingkan
harus dilakukan. FASB juga menangani inkonsistensi di antara proses pembentukan
17

laba yang ditemukan di dalam SFAC no. 5 dan definisi dari elemen-elemen laporan
keuangan yang terdapat dalam SAC no. 6. Selanjutnya, Dewan juga mengatakan bahwa
mereka akan memulai proyek gabungan dengan IASB untuk mengembangkan kerangka
konseptual yang konsisten.
c. FASB telah berperan sebagai satu-satunya pembuat standar yang ditetapkan di Amerika
Serikat dengan cara mencapai kesepakatan dengan AICPA agar memperbolehkannya
memiliki kendali langsung atas proses penetapan standar. FASB juga berperan dengan
mewajibkan semua keputusan EITF agar diratifikasi oleh FASB sebelum diberlakukan
secara efektif.
d. Kajian SEC mengkritisi penempatan praktik-praktik industri di atas kerangka konseptual
di dalam hierarki GAAP. Pada saat itu, FASB sedang mengerjakan proyek yang
mengusulkan pengurangan jumlah tingkatan di dalam hierarki GAAP dan
memindahkannya ke dalam literatur FASB. Proses ini telah rampung.
e. Akses terhadap Literatur yang bersifat Otoritatif. Kajian SEC mengamati bahwa sumber
kekesalan para professional di bidang Akuntansi adalah tidak adanya basis data tunggal
yang memudahkan pencarian untuk semua pedoman yang bersifat otoritatif. FASB
menyepakati tujuan untuk menciptakan basis data tersebut, tetapi mereka mencatat
bahwa pengembangan basis data membutuhkan penyelesaian atas sejumlah
permasalahan konseptual, keuangan, dan logistik yang bisa menghabiskan waktu
sampai beberapa tahun untuk penyelesaiannya. Proses ini telah diselesaikan dan
menghasilkan FASB ASC.
f. Dewan tidak sepakat mengenai rekomendasi untuk melakukan tinjauan literatur yang
komprehensif karena keterbatasan sumber daya dan menyatakan bahwa bidang-bidang
yang lebih membutuhkan perhatian adalah bidang-bidang yang tidak memiliki pedoman
atau memiliki pedoman yang tidak fungsional, bukan bidang-bidang yang telah
memiliki standar berbasis aturan yang fungsional (Schroeder, Clark, 2020).

2.4 Reasons For Doing Creative Accounting


Creative Accounting atau akuntansi kreatif merupakan penggunaan kemampuan tertentu
oleh semua pihak untuk memahami pengetahuan akuntansi (termasuk standar, teknik, dll.) dan
menggunakannya untuk memanipulasi semua proses pelaporan keuangan. Semua pihak yang
terlibat dalam proses akuntansi kreatif, seperti manajer, akuntan (karena aturan profesional, ada
18

beberapa kasus yang melibatkan akuntan yang berpartisipasi dalam proses akuntansi kreatif),
pemerintah, asosiasi industri, dll (Anindita, 2020).
Akuntansi kreatif melibatkan banyak manipulasi, penipuan, dan kesalahan penyajian
laporan keuangan, seperti permainan pembukuan (memilih untuk menggunakan metode alokasi
untuk mempercepat atau menunda konfirmasi transaksi dari satu periode ke periode lainnya).
Akuntansi Kreatif (“CA”) pada dasarnya mengacu pada permainan angka dalam laporan
keuangan. CA bisa positif atau negatif, namun kecenderungannya banyak orang yang
menganggap CA ilegal karena ditujukan untuk perilaku ilegal.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan sebuah perusahaan melakukan creative
accounting. Menurut Adhikara (2011) timbulnya praktik Creative Accounting ini dipicu oleh
tekanan bahwa perusahaan harus berada dalam posisi laba untuk menarik investor dan kreditor
maupun sumber daya. Dengan adanya tekanan ini, manajemen melakukan tindakan yang
mengarah pada perilaku oportunistik yaitu tindakan mempercantik laporan keuangan yang
disebut dengan kosmetika akuntansi (Andini, 2018).
Laporan keuangan memiliki manfaat utama sebagai alat investor untuk memeriksa
kesehatan keuangan perusahaan yang menjadi sasaran ivestasinya. Tetapi, ketika perusahaan
menggunakan Creative Accounting, mereka sering mendistorsi nilai informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan yang mereka terbitkan.Creative Accounting salah satunya dapat
digunakan untuk mengatur laba atau menyisihkan nilai utang dari neraca (Mengenal Metode
Creative Accounting Dalam Praktik Akuntansi, 2018)
Adapun alasan menggunakan creative accounting (Anindita, 2020), yaitu:
a. Keragaman perlakuan akuntansi berasal dari fleksibilitas pelaporan keuangan, karena
standar akuntansi memungkinkan hal ini. Menurut standar ini, perusahaan dapat secara
fleksibel memilih dan menerapkan berbagai model pengukuran. Oleh karena itu,
perusahaan yang bergerak di area bisnis yang sama dapat memberikan laporan yang
berbeda. Begitu pula untuk transaksi keuangan, kondisi ekonomi yang ada tidak selalu
sama, sehingga untuk perusahaan sejenis pun dapat digunakan model pengukuran yang
berbeda.
Beberapa contoh fleksibilitas ini adalah: menentukan biaya persediaan (FIFO dan rata-
rata), pengakuan pendapatan (kas, tingkat angsuran atau penyelesaian), model
pengukuran aset (tersedia dua metode pengukuran: metode biaya dan metode revaluasi
dan berbagai yang tersedia. metode). Jenis metode penyusutan aset), tes penurunan nilai
19

(standar memberikan opsi untuk menilai penurunan nilai) dan estimasi cadangan
(tergantung pada pertimbangan manajemen).
b. Menerapkan prinsip akuntansi secara aktif. Terkadang perusahaan akan secara aktif
mengadopsi PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) agar kinerja laporan
keuangannya terlihat lebih menarik dan lebih baik, daripada menggunakan PSAK yang
fleksibel untuk menampilkan laporan keuangan yang wajar. Beberapa dari praktik ini
termasuk melebih-lebihkan biaya restrukturisasi perusahaan, menetapkan persentase
pekerjaan yang diselesaikan, menunda biaya proyek dan mengimbangi hutang dagang.
c. Untuk alasan manajemen pendapatan, entitas berusaha untuk menunjukkan pendapatan
yang stabil atau stabil di setiap periode pelaporan. Menurut keadaan saat ini,
pengelolaan pendapatan dapat dilakukan dengan cara menunda atau mempercepat
pendapatan atau pengeluaran.
d. Perusahaan sering mendistorsi laporan keuangan karena beberapa alasan. Termasuk:
tujuan tinggi yang ditetapkan oleh pemegang saham dan kebijakan ketat yang
ditetapkan oleh badan pengatur. Justru karena alasan terakhir inilah banyak manajemen
perusahaan yang pada akhirnya melanggar rule of law.

Selain itu, manfaat yang muncul akibat manajemen melakukan creative accounting (Alit,
2017), yaitu:

a. Memenuhi target internal, dimana manajer ingin memenuhi target internal yang
ditetapkan oleh manajemen yang lebih tinggi sehubungan dengan penjualan,
profitabilitas dan harga saham
b. Memenuhi harapan eksternal, yaitu Perusahaan akan memenuhi harapan para
pemangku kepentingan, karyawan dan pelanggan supaya terjaga kelangsungan
hidup perusahaan dalam jangka panjang untuk kepentingan mereka. Pemasok
ingin jaminan pembayaran jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan.
Perusahaan juga ingin perkiraan pola analis dividend payout.
c. Income Smoothing. Perusahaan berkeinginan untuk menunjukkan aliran penghasilan
tetap agar dapat memuaskan investor dan menjaga harga saham stabil. Para
pendukung pendekatan ini mendukung ukuran 'short-termism' untuk mengevaluasi
investasi atas dasar hasil
20

d. Window dressing untuk IPOatau Pinjaman. Window dressing dapat dilakukan sebelum
perusahaan melakukan IPO akuisisi atau sebelum mengambil pinjaman.
Sweeney (1992) menunjukkan kecenderungan pelanggaran perusahaan ketika
mendekati perjanjian utang untuk membuat perubahan kebijakan untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan.
e. Perpajakan, yaitu Creative accounting memberikan manfaat pajak terutama ketika
penghasilan kena pajak diukur melalui angka akuntansi
f. Perubahan manajemen, yaitu ada kecenderungan dari manajer baru untuk
menunjukkan kerugian akibat buruknya pengelolaan manajemen lama dengan beberapa
ketentuan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajer perusahaan tidak hanya bertugas untuk menampilkan performa terbaik


perusahaannya, namun juga bertugas menyediakan laporan keuangan yang menjadi sarana utama
untuk menginformasikan mengenai keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Informasi mengenai laba merupakan Salah satu informasi yang sangat penting
untuk pengambilan keputusan. Informasi laba menjadi perhatian utama dalam penaksiran kinerja
atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu, informasi membantu pemilik atau pihak lain
untuk melakukan penaksiran atas kekuatan laba perusahaan di masa yang akan datang (Harahap,
2004). Manajemen kemudian menyadari pentingnya informasi laba ini, sehingga manajemen
cenderung melakukan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya), yaitu dengan
melakukan earning management atau manajemen laba. Menurut Schipper (1989) manajemen
laba merupakan pengungkapan laporan yang diintervensi dengan tujuan memperoleh keuntungan
pribadi.
Financial number game atau permainan angka-angka keuangan adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan, agar laporan
keuangan perusahaan sesuai dengan yang diinginkan oleh manajemen perusahaan.
Selanjutnya, skandal enron di awal tahun 2000-an yang merupakan skandal keuangan
karena kelemahan dari Standar Akuntansi Keuangan gagal mengakomodasi perkembangan bisnis
yang sangat cepat. Maka kemudian kongres Amerika mensyahkan Sarbanes-Oxley Act (SOX)
pada tanggal 30 Juli 2002, yang isinya membahas mengenai profesi akuntan. Setelah terbitnya
UU ini, terdapat kajian dari SEC yang berisi kritikan atau komentar terkait FASB. FASB
merespon kritikan kritikan tersebut pada bulan Juli 2004, seperti mengeluarkan standar yang
berorientasi pada tujuan, melakukan beberapa proyek dalam agendanya untuk menangani
bagaimana trade-off di antara relevansi, keandalan, dan dapat dibandingkan harus dilakukan,
menjadi satu-satunya pembuat standar yang ditetapkan di Amerika Serikat, mengerjakan proyek
yang mengusulkan pengurangan jumlah tingkatan di dalam hierarki GAAP dan memindahkannya
ke dalam literatur FASB, menghasilkan FASB ASC sebagai respon mengenai Akses terhadap
Literatur yang bersifat Otoritatif, dan tidak sepakat mengenai rekomendasi untuk melakukan
tinjauan literatur yang komprehensif karena keterbatasan sumber daya
21
22

Akuntansi kreatif adalah penggunaan kemampuan tertentu oleh semua pihak untuk
memahami pengetahuan akuntansi (termasuk standar, teknik, dll.) dan menggunakannya untuk
memanipulasi semua proses pelaporan keuangan. Alasan melakukan creative accounting, yaitu
adanya keragaman perlakuan akuntansi berasal dari fleksibilitas pelaporan keuangan, untuk
menerapkan prinsip akuntansi secara aktif, untuk alasan manajemen pendapatan, dan Perusahaan
sering mendistorsi laporan keuangan karena beberapa alasan.
DAFTAR PUSTAKA

Alexandra, C., Lionardi, M., Jennefer, S., Lim, W., & Meiden, C. (2022). Earnings Alexandra, C.,
Lionardi, M., Jennefer, S., Lim, W., & Meiden, C. (2022). Earnings Management Di Indonesia:
Sebuah Studi Literatur. BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing Dan Keuangan, 19(1), 01–21.
https://doi.org/10.25170/balance.v19i1.3271Manageme. BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing
Dan Keuangan, 19(1), 01–21. https://doi.org/10.25170/balance.v19i1.3271

Alit, N. N. (2017). Creative Accounting Sebagai Informasi Yang Baik Atau Menyesatkan? AKRUAL:
Jurnal Akuntansi, 8(2), 103. https://doi.org/10.26740/jaj.v8n2.p1-9

Andini, M. P. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CREATIVE ACCOUNTING (


Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 )
SKRIPSI Oleh : Nama : Mutia Putri Andini FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA YOGYAKARTA. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CREATIVE
ACCOUNTING ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016 ), 70.

Anindita, H. (2020). Creative Accounting : Pengertian, Alasan, dan Model Penerapannya.


JOJONOMIC. https://www.jojonomic.com/blog/creative-accounting/

Archie Nathanael Mulyawan, S.Ak., C. D. (2021). EARNINGS MANAGEMENT: BAIK ATAU BURUK
BAGI PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN. Binus University School of Accounting.
https://accounting.binus.ac.id/2021/12/04/earnings-management-baik-atau-buruk-bagi-pengguna-
laporan-keuangan/

Bagaimana Financial Number Game? (2018). https://akuntansiind.blogspot.com/2018/11/bagaimana-


financial-number-game.html

Darmawan, F. (2020). Bab ii kajian pustaka bab ii kajian pustaka 2.1. Bab Ii Kajian Pustaka 2.1,
12(2004), 6–25.

Mengenal Metode Creative Accounting dalam Praktik Akuntansi. (2018). Jurnal ID.
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-metode-creative-accounting-dalam-praktik-
akuntansi/

23
24

Mulford, Charles W; Comiskey, E. E. (2002). THE FINANCIAL NUMBER GAME: Deetecting


Creative Accounting Practices. JOHN WILEY & SONS, INC.

Rama, R. S. (2012). Manajemen Laba (Earning Management) Dalam Perspektif Etika Hedonisme. EL
MUHASABA: Jurnal Akuntansi (e-Journal), 1(2), 123–150.
https://doi.org/10.18860/em.v1i2.1874

Roza, H., & Akuntansi, J. (2013). Audit Laporan Keuangan Pasca Sarbanes Oxley Act: Suatu Tinjauan
Literatur. Jurnal Akuntansi & Manajemen, 8(1), 1–11.
https://akuntansi.pnp.ac.id/jam/index.php/jam/article/download/124/93/

Schroeder, Clark, C. (2020). Teori Akuntansi Keuangan (12th ed.). Salemba Empat.

Weygandt, Kimmel, dan K. (2013). Pengantar Akuntansi 1. Penerbit Salemba Empat.


25

Anda mungkin juga menyukai