Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi
Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tersampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan makalah dengan
judul “ANALISIS PRAKTIK SERTA MAMPU MENDETEKSI CREATIVE ACCOUNTING” ini
merupakan hasil literasi dan diskusi kami, untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Teori
Akuntansi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tiara Pradani, M. S. Ak. selaku dosen pengampu
mata kuliah Teori Akuntansi yang telah meluangkan segenap tenaga dan waktunya untuk memberikan
dan senantiasa membimbing kami.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah terdapat banyak kekurangan baik dari
segi penggunaan kata, bahasa, maupun penyajian materi dalam penulisan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sebuah perusahaan, sering terjadi perbedaan kepentingan antara pemegang saham
dengan manajemen perusahaan. Pemegang saham memberikan hak untuk mengelola
perusahaan kepada manajemen agar dapat memenuhi kepentingan pemegang saham yang
berupa imbal balik hasil dalam suatu jumlah tertentu. Manajer sebagai seorang individu akan
cenderung melakukan sesuatu yang lebih menguntungkan dan lebih bermanfaat bagi
kepentingannya. Manajer beranggapan bahwa kepentingan pemegang saham tidak terlalu
menjadi prioritas bagi mereka. Maka dari itu terkadang muncul motivasi materialisme yang
merupakan suatu dorongan besar manajemen untuk melakukan perilaku disfungsional atas
laporan keuangan. Perilaku yang tidak seharusnya (dysfunctional behavior) yang dilakukan oleh
manajer terjadi akibat adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan yang tidak
terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi. Manajer merasa leluasa dalam pemilihan
alternatif metode akuntansi yang digunakan. Bentuk dari perilaku disfungsional yang dilakukan
oleh manajemen dalam suatu perusahaan beraneka ragam, salah satunya yaitu Creative
Accounting.
4
5
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana FASB’s Response to The Financial Number Game.
1.3.4. Untuk mengetahui apa saja Reasons for Doing Creative Accounting.
Secara teoritis kegunaan dari makalah ini yaitu untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di bidang akuntansi dan menambah wawasan pembaca agar dapat mengetahui
bagaimana analisis praktik dan bagaimana mendeteksi creative accounting.
Makalah ini dibuat menggunakkan prosedur studi pustaka yang merupakan metode
pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan.
1. Cover;
2. Kata Pengantar;
3. Daftar Isi;
4. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
makalah, kegunaan makalah, dan prosedur makalah;
6
5. Bab II Pembahasan;
7. Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
7
8
(Sugiarto, 2003). Disfunctional behaviour tersebut dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi
(information asymetry) dalam konsep teori keagenan (agency theory ) (Rama, 2012).
Terdapat 2 jenis kategori dalam earning management, yaitu Accrual Earnings
Management dan Real Earnings Management. Accrual Earnings Management mengacu kepada
prosedur pelaporan yang berjalan dengan berbasis akrual, sehingga dengan terfokus kepada
adanya dokumen transaksi yang membuktikan berjalannya transaksi dapat digunakan secara fiktif
untuk mengaburkan kinerja ekonomi yang sebenarnya dengan mengubah metode ataupun
estimasi akuntansi dalam prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Tujuannya adalah untuk
mencapai tujuan yang diharapkan sebagai nilai perusahaan untuk unggul dalam berdaya saing di
pasar. Sedangkan, real earnings management merupakan suatu tindakan manipulasi laba yang
dilakukan pada kegiatan operasional yang sedang terjadi dalam perusahaan dalam rangka untuk
mencapai target dengan cepat (Archie Nathanael Mulyawan, S.Ak., 2021).
Menurut Scott, (2015) kelebihan dari penerapan Real Earnings Management ketimbang
accrual adalah bagaimana tindakan tersebut tidak mudah untuk ditemukan atau dideteksi oleh
regulator ataupun auditor, dikarenakan dalam accrual terdapat berbagai jenis dokumen atau bukti
yang akan menjadi landasan temuan untuk memastikan apakah proses yang berjalan telah
berjalan secara wajar atau belum, sedangkan dalam real mengacu kepada tindakan secara
langsung untuk menyesatkan beberapa pemangku kepentingan agar percaya bahwa tujuan
objektif dalam laporan keuangan telah tercapai melalui operasional yang berlangsung. Akan
tetapi, terdapat kelemahan dari hal tersebut yaitu akan berdampak pada alur keuangan perusahaan
di masa mendatang (Archie Nathanael Mulyawan, S.Ak., 2021).
Dengan mengubah kesan pengguna laporan keuangan tentang kinerja bisnis perusahaan,
manajemen yang memainkan permainan angka keuangan mencari hasil nyata tertentu yang
diinginkan. Banyak istilah dan bentuk yang dipakai dalam jenis permainan ini, tergantung pada
keahlian manajemen perusahaan (Mulford, Charles W; Comiskey, 2002), yaitu:
a. Akuntansi Agresif, pilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang kuat dan disengaja
dilakukan dalam upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan, biasanya laba saat ini
lebih tinggi, apakah praktik yang diikuti sesuai dengan GAAP atau tidak.
b. Manajemen Laba, Manipulasi laba secara aktif menuju target yang telah ditentukan
sebelumnya, yang mungkin ditetapkan oleh manajemen, ramalan yang dibuat oleh
analis, atau jumlah yang konsisten dengan arus laba yang lebih lancar dan berkelanjutan
c. Perataan Pendapatan, Suatu bentuk manajemen laba yang dirancang untuk
menghilangkan puncak dan lembah dari rangkaian laba normal, termasuk langkah-
langkah untuk mengurangi dan "menyimpan" laba selama tahun-tahun yang baik untuk
digunakan selama tahun-tahun yang lebih lambat
d. Pelaporan Keuangan yang Curang, Salah saji yang disengaja atau penghilangan jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dilakukan untuk menipu pengguna
laporan keuangan yang diduga curang oleh proses administrasi, perdata, atau pidana
e. Praktik Akuntansi Kreatif, Setiap dan semua langkah yang digunakan untuk memainkan
permainan angka keuangan, termasuk pilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang
agresif, pelaporan keuangan yang curang, dan langkah apa pun yang diambil untuk
manajemen laba atau perataan laba.
Selanjutnya, Imbalan yang diperoleh oleh mereka yang memainkan permainan angka
keuangan mungkin banyak dan bervariasi. Seringkali, imbalan yang diinginkan adalah kenaikan
harga saham perusahaan. Padahal bagi orang lain, insentif mungkin keinginan untuk
meningkatkan peringkat utang dan mengurangi biaya bunga pinjaman jumlah atau menciptakan
kelonggaran tambahan dan mengurangi pembatasan dari perjanjian utang. Keuntungan dari
Financial Number Game atau permainan angka keuangan adalah sebagai berikut:
perusahaan. Arus kas tersebut disediakan hari ini dan diberikan di tahun-tahun
mendatang.
Perusahaan yang bisa menjelaskan kekuatan labanya yang lebih tinggi kepada
investor akan cenderung melihat keuntungan untuk mempengaruhi harga saham mereka.
Bagi perusahaan, harga saham yang lebih tinggi meningkatkan penilaian pasar dan
mengurangi biaya modalnya. Untuk manajer perusahaan dengan saham atau opsi ekuitas
langsung saham ekuitas, harga saham yang lebih tinggi meningkatkan kekayaan pribadi.
Memainkan angka keuangan
Dengan menggunakan praktik akuntansi kreatif, manajemen dapat mengubah kesan tentang
kinerja bisnis perusahaan mereka. Penilaian kekuatan penghasilan perusahaan dapat dianggap
tidak akurat, yang mengarah pada harga yang tidak tepat untuk sekuritas utang dan ekuitas.
Ketika salah saji yang dihasilkan ditemukan, pasar bisa menjadi tak kenal ampun, menyebabkan
penurunan tajam dalam harga utang dan ekuitas. Tujuan dari buku ini adalah untuk membekali
pembaca laporan keuangan agar lebih mendeteksi penggunaan praktik akuntansi kreatif.
Akibatnya, pembaca akan lebih mampu menilai kekuatan pendapatan perusahaan dan
menghindari investasi ekuitas dan kesalahan pemberian kredit.
Skema klasifikasi praktis sangat berharga dalam menentukan apakah seseorang atau Praktik
akuntansi yang lebih kreatif sedang digunakan. Skema semacam itu memberikan ketertiban dan
membantu pembaca laporan keuangan untuk menjadi lebih fokus dalam pencariannya untuk
12
barang-barang yang mungkin menunjukkan bahwa kekuatan penghasilan mungkin bukan apa
yang tersirat dari pembacaan sepintas.
Kelima kategori ini akan memberikan detail yang dibutuhkan untuk mewakili jenis praktik
akuntansi kreatif yang digunakan dalam laporan keuangan kontemporer. Mereka diterapkan
sebagai label terhadap praktik akuntansi yang digunakan apakah praktik tersebut merupakan hasil
dari kebijakan agresif, baik di dalam maupun di luar batas prinsip akuntansi yang diterima secara
umum (GAAP), atau apakah itu adalah hasil dari pelaporan keuangan yang curang.
Klasifikasi praktik kreatif akuntansi dalam (Mulford, Charles W; Comiskey, 2002) sebagai
berikut:
a. Mengakui Pendapatan Prematur atau Fiktif
Mengingat menonjolnya pendapatan pada laporan laba rugi dan dampak
langsungnya terhadap pendapatan, tidak mengherankan bahwa praktik akuntansi kreatif
sering kali dimulai dengan pengakuan pendapatan. Faktanya, pengakuan pendapatan
prematur atau fiktif adalah komponen yang hampir tak terpisahkan dari permainan angka
keuangan. Ini harus jelas dari contoh yang sudah dikutip karena banyak mereka
melibatkan beberapa bentuk pengakuan pendapatan prematur atau fiktif. Dalam kasus
tersebut, dilaporkan. Pendapatan digenjot, setidaknya dalam jangka pendek, berdampak
positif pada pendapatan dan berkomunikasi daya penghasilan yang lebih tinggi.
Pengakuan pendapatan prematur mengacu pada pengakuan pendapatan untuk
penjualan yang sah dalam periode sebelum yang diminta oleh prinsip akuntansi yang
diterima secara umum. Sebaliknya, pengakuan pendapatan fiktif mensyaratkan
pencatatan pendapatan untuk penjualan yang tidak ada. Sama seperti area abu-abu yang
ada antara penerapan prinsip akuntansi yang agresif dan pelaporan keuangan yang
curang, bagaimanapun, seringkali sulit untuk membedakan antara pengakuan
pendapatan prematur dan fiktif (Darmawan, 2020).
b. Kapitalisasi Agresif dan Kebijakan Amortisasi yang Diperpanjang
13
yang terlibat dalam proses penetapan standar mengembangkan standar-standar yang lebih
konsisten berdasarkan basis yang berorientasi pada prinsip atau tujuan.
Selanjutnya, FASB melemparkan beberapa pertanyaaan sebagai respon dari kajian tersebut,
yang kemudian dikomentari oleh beberapa pihak termasuk American Accounting Association
Committee. Dengan berbagai kritik yang terjadi mengenai permasalahan ini, Staf SEC pada tahun
2003 menyerahkan hasil kajian kepada Kongress dengan menyertakan rekomendasi-rekomendasi
kepada FASB sebagai berikut:
a. FASB seharusnya mengeluarkan standar yang berorientasi pada tujuan
b. FASB seharusnya menangani kekurangan-kekurangan yang ada di dalam kerangka
konseptual
c. FASB seharusnya menjadi satu-satunya organisasi yang menetapkan pedoman akuntansi
yang bersifat otoritatif di Amerika Serikat
d. FASB seharusnya meneruskan upaya-upaya knnvergensinya
e. FASB seharusnya berusaha menentukan Kembali hierarki GAAP AS
f. FASB seharusnya meningkatkan akses ke literatur yang bersifat otoritatif
g. FASB seharusnya melakukan peninjauan yang bersifat komprehensif terhadap
literaturnya untuk menentukan standar-standar yang lebih berbasis pada aturan dan
mengadopsi rencana transisi untuk mengubah standar-standar tersebut.
Pada bulan Juli 2004, FASB merespon rekomendasi dari hasil kajian tersebut dan mencatat
bahwa sejumlah rekomendasinya telah diimplementasikan. Mereka telah mengupayakan apa
yang disampaikan dari komentar-komentar tersebut untuk meningkatkan kualitas FASB. Respon
FASB dirangkum sebagai berikut:
a. FASB mengeluarkan standar yang berorientasi pada tujuan. FASB mengamati bawa
pendekatan yang berorientasi pada tujuan yang duraikan di dalam kajian SEC relevan
dengan pendekatan yang dijelaskan dalam ajakan Dewan. Selanjutnya, dewan
memutuskan bahwa kerangka konseptual perlu diperbaiki, dan tujuan dari standar-
standar perlu didefinisikan secara jelas dan pedoman implementasinya perlu diperbaiki,
cakupan pengecualiannya perlu dikurangi, dan pendekatan asset-liabilitas untuk
penetapan standar harus dipertahankan.
b. FASB mencatat bahwa mereka memiliki beberapa proyek dalam agendanya untuk
menangani bagaimana trade-off di antara relevansi, keandalan, dan dapat dibandingkan
harus dilakukan. FASB juga menangani inkonsistensi di antara proses pembentukan
17
laba yang ditemukan di dalam SFAC no. 5 dan definisi dari elemen-elemen laporan
keuangan yang terdapat dalam SAC no. 6. Selanjutnya, Dewan juga mengatakan bahwa
mereka akan memulai proyek gabungan dengan IASB untuk mengembangkan kerangka
konseptual yang konsisten.
c. FASB telah berperan sebagai satu-satunya pembuat standar yang ditetapkan di Amerika
Serikat dengan cara mencapai kesepakatan dengan AICPA agar memperbolehkannya
memiliki kendali langsung atas proses penetapan standar. FASB juga berperan dengan
mewajibkan semua keputusan EITF agar diratifikasi oleh FASB sebelum diberlakukan
secara efektif.
d. Kajian SEC mengkritisi penempatan praktik-praktik industri di atas kerangka konseptual
di dalam hierarki GAAP. Pada saat itu, FASB sedang mengerjakan proyek yang
mengusulkan pengurangan jumlah tingkatan di dalam hierarki GAAP dan
memindahkannya ke dalam literatur FASB. Proses ini telah rampung.
e. Akses terhadap Literatur yang bersifat Otoritatif. Kajian SEC mengamati bahwa sumber
kekesalan para professional di bidang Akuntansi adalah tidak adanya basis data tunggal
yang memudahkan pencarian untuk semua pedoman yang bersifat otoritatif. FASB
menyepakati tujuan untuk menciptakan basis data tersebut, tetapi mereka mencatat
bahwa pengembangan basis data membutuhkan penyelesaian atas sejumlah
permasalahan konseptual, keuangan, dan logistik yang bisa menghabiskan waktu
sampai beberapa tahun untuk penyelesaiannya. Proses ini telah diselesaikan dan
menghasilkan FASB ASC.
f. Dewan tidak sepakat mengenai rekomendasi untuk melakukan tinjauan literatur yang
komprehensif karena keterbatasan sumber daya dan menyatakan bahwa bidang-bidang
yang lebih membutuhkan perhatian adalah bidang-bidang yang tidak memiliki pedoman
atau memiliki pedoman yang tidak fungsional, bukan bidang-bidang yang telah
memiliki standar berbasis aturan yang fungsional (Schroeder, Clark, 2020).
beberapa kasus yang melibatkan akuntan yang berpartisipasi dalam proses akuntansi kreatif),
pemerintah, asosiasi industri, dll (Anindita, 2020).
Akuntansi kreatif melibatkan banyak manipulasi, penipuan, dan kesalahan penyajian
laporan keuangan, seperti permainan pembukuan (memilih untuk menggunakan metode alokasi
untuk mempercepat atau menunda konfirmasi transaksi dari satu periode ke periode lainnya).
Akuntansi Kreatif (“CA”) pada dasarnya mengacu pada permainan angka dalam laporan
keuangan. CA bisa positif atau negatif, namun kecenderungannya banyak orang yang
menganggap CA ilegal karena ditujukan untuk perilaku ilegal.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan sebuah perusahaan melakukan creative
accounting. Menurut Adhikara (2011) timbulnya praktik Creative Accounting ini dipicu oleh
tekanan bahwa perusahaan harus berada dalam posisi laba untuk menarik investor dan kreditor
maupun sumber daya. Dengan adanya tekanan ini, manajemen melakukan tindakan yang
mengarah pada perilaku oportunistik yaitu tindakan mempercantik laporan keuangan yang
disebut dengan kosmetika akuntansi (Andini, 2018).
Laporan keuangan memiliki manfaat utama sebagai alat investor untuk memeriksa
kesehatan keuangan perusahaan yang menjadi sasaran ivestasinya. Tetapi, ketika perusahaan
menggunakan Creative Accounting, mereka sering mendistorsi nilai informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan yang mereka terbitkan.Creative Accounting salah satunya dapat
digunakan untuk mengatur laba atau menyisihkan nilai utang dari neraca (Mengenal Metode
Creative Accounting Dalam Praktik Akuntansi, 2018)
Adapun alasan menggunakan creative accounting (Anindita, 2020), yaitu:
a. Keragaman perlakuan akuntansi berasal dari fleksibilitas pelaporan keuangan, karena
standar akuntansi memungkinkan hal ini. Menurut standar ini, perusahaan dapat secara
fleksibel memilih dan menerapkan berbagai model pengukuran. Oleh karena itu,
perusahaan yang bergerak di area bisnis yang sama dapat memberikan laporan yang
berbeda. Begitu pula untuk transaksi keuangan, kondisi ekonomi yang ada tidak selalu
sama, sehingga untuk perusahaan sejenis pun dapat digunakan model pengukuran yang
berbeda.
Beberapa contoh fleksibilitas ini adalah: menentukan biaya persediaan (FIFO dan rata-
rata), pengakuan pendapatan (kas, tingkat angsuran atau penyelesaian), model
pengukuran aset (tersedia dua metode pengukuran: metode biaya dan metode revaluasi
dan berbagai yang tersedia. metode). Jenis metode penyusutan aset), tes penurunan nilai
19
(standar memberikan opsi untuk menilai penurunan nilai) dan estimasi cadangan
(tergantung pada pertimbangan manajemen).
b. Menerapkan prinsip akuntansi secara aktif. Terkadang perusahaan akan secara aktif
mengadopsi PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) agar kinerja laporan
keuangannya terlihat lebih menarik dan lebih baik, daripada menggunakan PSAK yang
fleksibel untuk menampilkan laporan keuangan yang wajar. Beberapa dari praktik ini
termasuk melebih-lebihkan biaya restrukturisasi perusahaan, menetapkan persentase
pekerjaan yang diselesaikan, menunda biaya proyek dan mengimbangi hutang dagang.
c. Untuk alasan manajemen pendapatan, entitas berusaha untuk menunjukkan pendapatan
yang stabil atau stabil di setiap periode pelaporan. Menurut keadaan saat ini,
pengelolaan pendapatan dapat dilakukan dengan cara menunda atau mempercepat
pendapatan atau pengeluaran.
d. Perusahaan sering mendistorsi laporan keuangan karena beberapa alasan. Termasuk:
tujuan tinggi yang ditetapkan oleh pemegang saham dan kebijakan ketat yang
ditetapkan oleh badan pengatur. Justru karena alasan terakhir inilah banyak manajemen
perusahaan yang pada akhirnya melanggar rule of law.
Selain itu, manfaat yang muncul akibat manajemen melakukan creative accounting (Alit,
2017), yaitu:
a. Memenuhi target internal, dimana manajer ingin memenuhi target internal yang
ditetapkan oleh manajemen yang lebih tinggi sehubungan dengan penjualan,
profitabilitas dan harga saham
b. Memenuhi harapan eksternal, yaitu Perusahaan akan memenuhi harapan para
pemangku kepentingan, karyawan dan pelanggan supaya terjaga kelangsungan
hidup perusahaan dalam jangka panjang untuk kepentingan mereka. Pemasok
ingin jaminan pembayaran jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan.
Perusahaan juga ingin perkiraan pola analis dividend payout.
c. Income Smoothing. Perusahaan berkeinginan untuk menunjukkan aliran penghasilan
tetap agar dapat memuaskan investor dan menjaga harga saham stabil. Para
pendukung pendekatan ini mendukung ukuran 'short-termism' untuk mengevaluasi
investasi atas dasar hasil
20
d. Window dressing untuk IPOatau Pinjaman. Window dressing dapat dilakukan sebelum
perusahaan melakukan IPO akuisisi atau sebelum mengambil pinjaman.
Sweeney (1992) menunjukkan kecenderungan pelanggaran perusahaan ketika
mendekati perjanjian utang untuk membuat perubahan kebijakan untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan.
e. Perpajakan, yaitu Creative accounting memberikan manfaat pajak terutama ketika
penghasilan kena pajak diukur melalui angka akuntansi
f. Perubahan manajemen, yaitu ada kecenderungan dari manajer baru untuk
menunjukkan kerugian akibat buruknya pengelolaan manajemen lama dengan beberapa
ketentuan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi kreatif adalah penggunaan kemampuan tertentu oleh semua pihak untuk
memahami pengetahuan akuntansi (termasuk standar, teknik, dll.) dan menggunakannya untuk
memanipulasi semua proses pelaporan keuangan. Alasan melakukan creative accounting, yaitu
adanya keragaman perlakuan akuntansi berasal dari fleksibilitas pelaporan keuangan, untuk
menerapkan prinsip akuntansi secara aktif, untuk alasan manajemen pendapatan, dan Perusahaan
sering mendistorsi laporan keuangan karena beberapa alasan.
DAFTAR PUSTAKA
Alexandra, C., Lionardi, M., Jennefer, S., Lim, W., & Meiden, C. (2022). Earnings Alexandra, C.,
Lionardi, M., Jennefer, S., Lim, W., & Meiden, C. (2022). Earnings Management Di Indonesia:
Sebuah Studi Literatur. BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing Dan Keuangan, 19(1), 01–21.
https://doi.org/10.25170/balance.v19i1.3271Manageme. BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing
Dan Keuangan, 19(1), 01–21. https://doi.org/10.25170/balance.v19i1.3271
Alit, N. N. (2017). Creative Accounting Sebagai Informasi Yang Baik Atau Menyesatkan? AKRUAL:
Jurnal Akuntansi, 8(2), 103. https://doi.org/10.26740/jaj.v8n2.p1-9
Archie Nathanael Mulyawan, S.Ak., C. D. (2021). EARNINGS MANAGEMENT: BAIK ATAU BURUK
BAGI PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN. Binus University School of Accounting.
https://accounting.binus.ac.id/2021/12/04/earnings-management-baik-atau-buruk-bagi-pengguna-
laporan-keuangan/
Darmawan, F. (2020). Bab ii kajian pustaka bab ii kajian pustaka 2.1. Bab Ii Kajian Pustaka 2.1,
12(2004), 6–25.
Mengenal Metode Creative Accounting dalam Praktik Akuntansi. (2018). Jurnal ID.
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-metode-creative-accounting-dalam-praktik-
akuntansi/
23
24
Rama, R. S. (2012). Manajemen Laba (Earning Management) Dalam Perspektif Etika Hedonisme. EL
MUHASABA: Jurnal Akuntansi (e-Journal), 1(2), 123–150.
https://doi.org/10.18860/em.v1i2.1874
Roza, H., & Akuntansi, J. (2013). Audit Laporan Keuangan Pasca Sarbanes Oxley Act: Suatu Tinjauan
Literatur. Jurnal Akuntansi & Manajemen, 8(1), 1–11.
https://akuntansi.pnp.ac.id/jam/index.php/jam/article/download/124/93/
Schroeder, Clark, C. (2020). Teori Akuntansi Keuangan (12th ed.). Salemba Empat.