Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ANTENATAL CARE (ANC)

Disusun Oleh :
Ni Putu Jovanka Angelina
P07220322001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JARAK JAUH

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


TAHUN 2024
A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah
involusi dan laktasi (Saifuddin, 2006),

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai
6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2005). Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpura.

Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.

Tahapan masa nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Periode immediate postpartum


Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).

2. Etiologi Masa Nifas


Perdarahan Postpartum: Salah satu komplikasi paling serius yang terjadi pada masa nifas
adalah perdarahan postpartum. Etiologi utama perdarahan postpartum termasuk atonia uterus
(penurunan tonus otot uterus setelah persalinan), robekan jalan lahir, serta gangguan
pembekuan darah seperti diseminata intravaskular koagulasi (DIC).

1. Infeksi: Infeksi puerperal atau infeksi pascapersalinan merupakan komplikasi


potensial masa nifas yang disebabkan oleh invasi bakteri ke dalam rahim yang terbuka
setelah persalinan. Etiologi infeksi puerperal meliputi kontaminasi bakteri dari
lingkungan sekitar, prosedur medis yang tidak steril, serta penurunan daya tahan tubuh
ibu pasca melahirkan.
2. Gangguan Mental: Gangguan mental pascapersalinan, seperti depresi postpartum dan
psikosis puerperal, memiliki etiologi multifaktorial yang melibatkan interaksi antara
faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Perubahan hormonal, stres, riwayat
psikiatri, dan kurangnya dukungan sosial dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan
mental pada masa nifas.
3. Komplikasi Medis Lainnya: Selain itu, faktor risiko lain yang dapat menyebabkan
komplikasi masa nifas termasuk kelainan pembekuan darah, kelainan jantung,
hipertensi gestasional, diabetes gestasional, serta kelainan metabolik.

3. Manifestasi Klinis Masa Nifas

1. Perdarahan: Perdarahan postpartum adalah manifestasi klinis yang umum terjadi selama
masa nifas. Normalnya, setelah persalinan, ibu mengalami perdarahan vaginal yang
disebut lochia. Lochia terdiri dari darah, lendir, dan jaringan yang tersisa dari plasenta.
Volume dan warna lochia berubah seiring waktu, tetapi perdarahan yang berlebihan atau
terus-menerus perlu dipantau karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti
atonia uterus atau retensi sisa plasenta.
2. Kontraksi Uterus: Kontraksi uterus adalah fenomena normal yang terjadi selama masa
nifas untuk membantu uterus kembali ke ukuran dan bentuknya sebelum kehamilan.
Kontraksi ini dapat menyebabkan rasa nyeri yang mirip dengan rasa sakit saat
menstruasi.
3. Nyeri Pinggang dan Perut: Nyeri pada daerah pinggang dan perut adalah gejala umum
yang dialami oleh banyak wanita selama masa nifas. Nyeri ini dapat disebabkan oleh
kontraksi uterus, penyesuaian otot-otot, atau bahkan ketegangan otot karena posisi dan
gerakan selama proses persalinan.
4. Perubahan Mood: Fluktuasi hormon yang signifikan selama masa nifas dapat
menyebabkan perubahan mood, seperti perasaan sedih, cemas, atau sensitivitas yang
berlebihan. Ini adalah reaksi normal terhadap perubahan fisik dan hormonal yang terjadi
setelah kelahiran.
Tindakan Pencegahan

Untuk mengurangi risiko komplikasi dan memastikan pemulihan yang lancar selama masa
nifas, tindakan pencegahan berikut direkomendasikan:

1. Pemantauan teratur terhadap perdarahan postpartum.


2. Merawat luka episiotomi atau jahitan persalinan dengan baik.
3. Menjaga kebersihan area perineum untuk mencegah infeksi.
4. Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada ibu untuk mengurangi
stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

4. Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memantau


perubahan dalam tingkat hemoglobin, sel darah putih, dan fungsi organ seperti hati dan
ginjal. Pemeriksaan ini juga dapat mencakup pengujian khusus seperti kadar hormon
tiroid untuk menilai keseimbangan hormonal pada ibu pasca persalinan.
2. Pemeriksaan Imajing: Pemeriksaan ultrasonografi (USG) bisa dilakukan untuk
mengevaluasi kondisi organ dalam seperti rahim dan ovarium, serta untuk mendeteksi
adanya perdarahan internal atau kelainan struktural.
3. Pemeriksaan Radiologi: Pemeriksaan sinar-X atau CT scan dapat dilakukan dalam situasi
tertentu untuk mengevaluasi kondisi tertentu seperti cedera internal atau kelainan
anatomis yang mungkin terjadi selama persalinan.
4. Pemeriksaan Fungsi Jantung: Elektrokardiografi (EKG) atau echocardiogram bisa
dilakukan untuk mengevaluasi fungsi jantung ibu, terutama jika ada riwayat penyakit
jantung atau komplikasi selama persalinan.
5. Pemeriksaan Fungsi Ginjal: Tes fungsi ginjal seperti urea dan kreatinin dilakukan untuk
menilai fungsi ginjal ibu pasca persalinan, terutama jika ada tanda-tanda komplikasi
seperti pre-eclampsia atau perdarahan yang signifikan selama persalinan.

6. Penatalaksanaan Masa Nifas

Penatalaksanaan masa nifas melibatkan serangkaian tindakan medis dan non-medis yang
bertujuan untuk memantau kesehatan ibu dan memfasilitasi proses pemulihan. Berikut adalah
beberapa aspek utama dari penatalaksanaan masa nifas:

1. Pemeriksaan Kesehatan Ibu: Setelah persalinan, ibu perlu dipantau secara teratur oleh
tenaga medis untuk memantau tanda-tanda vital, pemeriksaan perineum (jika terjadi
robekan atau luka saat persalinan), dan penilaian perdarahan pasca persalinan.
2. Perawatan Perineum: Jika terjadi robekan atau episiotomi selama persalinan,
perawatan yang tepat terhadap perineum sangat penting untuk mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan. Ini mungkin meliputi membersihkan luka secara teratur,
memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri, dan memberikan instruksi tentang
perawatan luka yang baik.
3. Perawatan Payudara: Ibu perlu diberikan pendidikan dan dukungan dalam menyusui,
termasuk teknik menyusui yang benar, posisi yang nyaman, dan cara mengatasi
masalah yang mungkin timbul seperti puting lecet atau engorgement payudara.
4. Perhatian terhadap Kesehatan Mental: Masa nifas juga merupakan waktu yang rentan
terhadap masalah kesehatan mental seperti baby blues atau bahkan depresi postpartum.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan emosional dan psikologis
kepada ibu serta menyediakan akses ke layanan kesehatan mental yang sesuai jika
diperlukan.
5. Edukasi dan Perencanaan Keluarga: Selama masa nifas, penting bagi ibu dan
keluarganya untuk menerima edukasi tentang perawatan diri, perubahan yang
mungkin terjadi dalam tubuh dan emosi ibu, serta perencanaan keluarga dan
kontrasepsi pasca persalinan

B. Proses Keperawatan

No Dianogsa keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keperawatan

Anda mungkin juga menyukai