Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

H
DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BPH DI RUANG DAHLIA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
SENNY ERLINA WAHYUNINGSIH
NIM : 2022-01-14401-079

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) EKA HARAP
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
2023/2024
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Senny Erlina Wahyuningsih
NIM : 2022-01-14401-079
Prodi : Diploma III Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawata Pada Tn.H
Dengan Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi. Dengan Diagnosa
Medis BPH di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

Dengan penuh kesadaran saya memahami sebaik-baiknya dan menyatakan


dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan studi kasus ini adalah memang saya buat
dengan tanpa ada plagiat dari hasil karya manapun dan perguruan tinggi manapun.

Palangka Raya, November 2023


Mahasiswa,

Senny Erlina Wahyuningsih


LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Senny Erlina Wahyuningsih


NIM : 2022-01-14401-079
Prodi : Diploma III Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuuan dan Asuhan Keperawata Pada Tn.H Dengan
Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi Dengan Diagnosa Medis
BPH di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Laporan Ini Telah Disetujui


Pada Tanggal, November 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dina Rawan G. Rana, Ns, M.Kep Helen Yola F, A.Md.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar Penyakit BPH
a. Pengertian
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak
merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan
menyebabkan pembesaran dari kelenjar prostat (Al Jamil et al., 2018).
Benign Prostatic Hyperplasia adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran memanjang ke atas ke dalam kandung kemih. dan
menyumbat aliran urine dengan cara menutupi orifisium uretra (Rahman, 2016).
Berdasarkan pengertian di atas Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah
suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang menyebabkan
pembesaran kelenjar prostat dan bermanifestasi padal tersumbatnya aliran urine.
b. Penyebab
Beberapa hipotesis menurut Rahman, (2016) yang diduga sebagai penyebab
timbulnya BPH adalah:
1. Teori Dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan selsel kelenjarprostat. DHT-RA pada inti sel adalah pemicu
sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
2. Ketidakseimbangan antara Estrogen-Testosteron
Telah diketahui bahwa estrogen pada kelenjar prostat berperan untuk terjadinya
proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan jumlah reseptor
androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel kelenjar prostat (apoptosis).
Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya
sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang
telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa kelenjar prostat
menjadi lebih besar.
3. Interaksi Stroma-Epitel
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel kelenjar prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu.
Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari dihidrotestosteron dan
estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakin atau autokrin, serta
mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan
terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma
4. Berkurangnya Kematian Sel Prostat
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan kelenjar prostat sampai pada
kelenjar prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel kelenjar prostat baru dengan
yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel kelenjar
prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel kelenjar prostat
secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan
massa kelenjar prostat.
c. Tanda dan gejala
Pasien dengan obstruksi saluran keluar vesica urinaria sekunder terhadap
hipertrophi prostat benigna, bisa tampil dengan
1. Kesulitan dalam memulai berkemih
2. Pengosongan vesika urinaria yang tidak tuntas,
3. Urin menetes,
4. Frekuensi atau retensi urin total dengan ketidakmampuan lengkap untuk
berkemih.
Kelenjar prostat yang membesar menimbulkan obstruksi urin dan
meningkatkan secara menetap tekanan intravesika, yang akan menyebabkan
hipertrofi detrusor, trabekulasi vesika urinaria dan pembentukan divertikuliti.
Proses ini dapat berlajut ke hidronefrosis dan. kemunduran saluran kemih atas
(Sutysna, 2016).
d. Fatopisiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia,
dimana terjadi perubahan keseimbangan testosterone, estrogen, karena produksi
testosterone menurun, produksi estrogen meningkat dan terjadi konversi
testosterone menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini
tergantung pada hormon testosterone, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon
ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa
reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di
dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein sehingga mengakibatkan
kelenjar prostat mengalami hiperplasia yang akan meluas menuju kandung kemih
sehingga mempersempit saluran uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine
(Azizah, 2018).
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat
mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan
itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-
buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang
dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus (Azizah, 2018).
Semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif tetapi obat-obatan
ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat adalah
tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP. TURP adalah suatu operasi
pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop, dimana
resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra
yang dilengkapi dengan alat pemotongan dan counter yang disambungkan dengan
arus listrik (Azizah, 2018).
e. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat & Jong. (2019) komplikasi BPH adalah:
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin
yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk
batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu
tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat
mengakibatkan pielonefritis.
8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu
miksi pasien harus mengedan.
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi:
1. Pemeriksaan colok dubur Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan
kesan keadaan tonus sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti
benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG) Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan
besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya
infeksi dan RBC (Red Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan
adanya pendarahan atau hematuria.
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage) Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat
ada tidaknya perdarahan internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil
adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel darah merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin Pemeriksaan ini untuk menentukan
status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data pendukung untuk BPH. mengetahui
penyakit komplikasi dari
6. PA(Patologi Anatomi) Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan
pasca operasi. Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis
untuk mengetahui apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga
akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
g. Pemeriksaan Medis
Menurut Rahman (2016) penatalaksanaan medis BPH adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi
kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok
dubur.
2. Medikamentosa
- Mengharnbat adrenoreseptor a
- Obat anti androgen
- Penghambat enzim a -2 reduktase
- Fisioterapi
3. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi
ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih,
hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan:
- TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat
melalui sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra.
- Prostatektomi Suprapubis.
2. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia Eliminasi
a. Pengertian
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urin ataupun feses. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostatis melalui pembuangan feses dan urin (Wartoanah,
2016).
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh
setiap manusia. Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terbagi
menjadi 5 tingkat dan menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada tingkat
pertama. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, maka
semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada sistem
perkemihan mempengaruhi eliminasi, sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan
eliminasi urine, antara lain: retensi urine, inkontinensia urine dan enuresis.
Eliminasi Urin adalah pengosongan kandung kemih yang lengkap (SLKI, 2018).
Eliminasi Fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan, kemudian dikeluarkan melalui anus
(Cynthia, Dea Laras 2013). Dalam kondisi normal urine yang dikeluarkan sebanyak
1400-1500cc/24jam atau sekitar 30-50ml/jam pada orang dewasa, bayi 60-
400ml/hari, anak-anak 500- 1000ml/hari.
Jadi, eliminasi adalah sisa metabolisme yang disaring melalui saluran
pencernaan atau saluran kecinng yang berupa feses dan urine. Sedangkan eliminasi
urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah
di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi, hanya 1
sampai 2 liter saja yang dapat berupa urin. Sebagian besar hasil filtrasi akan diserap
kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh (Tarwoto & Wartonah,
2010).
b. Penyebab
1. Usia
Pada bayi sistem pencernaanya belum sempurna. Sedangkan pada lansia proses
mekaniknya berkurang karena karena berkurangnya kemampuan fisiologis
sejumlah organ. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang
dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama
proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami
penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada
proses defekasi.
2. Diet
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium. mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
3. Asupan cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena
jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat.
4. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal
dan eksternal.
5. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik
dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi, jika
digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus usus
sehingga usus menjadi kurang responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-obat
lain yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: analgesik narkotik,opiat,
dan anti kolinergik.
6. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine.
Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi
eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
7. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.
8. Nyeri
9. Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir kehamilan seiring
bertambahnya usia kehamilan ukuran janin dapat menyebabkan abstruksi yang
akan menghambat pengeluaran feses akibatnya ibu hamil sering kali mengalami
hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi.
c. Tanda dan Gejala
Eliminasi Urin
1. Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan.
2. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
lengkap,dorongan dan frekuensi berkemih.
3. Nokturia, disuria, hematuria.
4. ISK berulang, riwayat batu.
Eliminasi Fekal
1. Rasa ingin BAB
2. Rasa sakit di bagian rectum
3. Nyeri pada abdomen
4. Rasa tidak nyaman pada daerah abdomen
5. Feses disertai darah.
6. Terdengar bunyi timpani di abdomen
7. Iritasi pada daerah sekitar anus
8. Diperlukan tenaga yang besar saat mengedan
9. Distensi pada lambung dan usus
d. Patofisiologi
1. Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan di
atas. Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda.
Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera medulla spinal,
akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin/ inkontinensia urin.
Gangguan traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada
medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi bersama-
sama dengan adanya fraktur atau dislokasi. Tanpa kerusakan yang nyata pada
tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla
spinallis. Cedera medulla spinalix (CMS) merupakan salah satu penyebab
gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan berkemih dan defekasi.
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan
dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagai syok spinal. Syok
spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis (areflexia)
di bawah tingkat cedera. Dalam kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian
segmen medulla yang ada di bawah tingkat lesi menjadi paralisis komplet dan
fleksid, dan refleks-refleksnya.
2. Gangguan Eliminasi Fekal
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi
instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai
gelombang peristaltik pada kolon. desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum.
Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati
anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka
feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam rektum
dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 24) dan kemudian kembali ke
kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau
bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator
ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi
normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam
perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika
refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.
e. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, antara lain:
1. Konstipasi
Keadaan individu mengalami atau berisiko tinggi terjadinya stasis usus besar
yang berakibat jarang buang air besar, keadaan ini ditandai dengan adanya feses
yang keras, defekasi kurang dari 3 kali seminggu, menurunnya bising usus, nyeri
saat mengejan dan defekasi dan keluhan pada rectum.
2. Konstipasi kolonik
Keadaan individu mengalami atau berisiko mengalami pelambatan pasase residu
makanan yang mengakibatkan feses kering dan keras. Konstipasi kolonik
ditandai dengan adanya penurunan frekuensi eliminasi, feses kering dan keras,
mengejan saat defekasi, nyeri defekasi, distensi abdomen, tekanan pada rektum
dan nyeri abdomen.
3. Diare
Keadaan individu mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses
cair/tidak berbentuk atau keluarnya tinja yang encer terlalu banyak dan sering.
Frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari, nyeri/kram abdomen, bising usus
meningkat.
4. Inkontinensia usus
merupakan keadan individu mengalami perubahan kebiasaan defekasi yang
normal dengan pengeluaran feses involunter (sering juga dikenal inkontinensia
alvi). Orang mengalami inkontensia alvi dapat ditandai dengan hilangnya
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter
akibat kerusakan sfingter.
5. Kembung
Keadaan flatus yang berlebihan di daerah testinal yang dapat menyebabkan
terjadinya distensi pada intestinal, hal ini dapat disebabkan karena konstipasi
atau penggunaan obat-obatan.
6. Hemoroid
Adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-vena disaluran anus yang
berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan.
Hemoroid juga sering disebut penyakit wasir atau ambeien.
7. Fecal impaction
Keadaan dimana masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Masalah ini sering
terjadi pada orang yang mengalami sembelit dalam waktu yang lama yang dapat
disebabkan adanya aktivitas kurang, asupan rendah serat dan kelemahan tonus
otot.
8. Masalah Kulit. seperti ruam, infeksi kulit dan luka.
9. Infeksi Saluran Kemih. Inkontinensia bisa meningkatkan risiko terjadinya
infeksi saluran kemih berulang.
f. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan
SDM, SDP, kristal, asam urat, kalsium oksalat, serpihan, mineral, bakteri, pus,
PH mungkin asam (meningkatkan sistim dan batu asam urat) atau alkalin
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium atau batu kalsium fosfat).
2. Urine (24 jam)
Kreatinin, asam urat, kalsium, fofat, oksalat atau sistin mungkin meningkat.
3. Kultur urine
Mungkin menunjukkan ISK (stapilococus auresus, proteus, klebsiola,
pesuodomonas)
4. BUN/Kreatinin Serum Urine
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urine) sekunder terhadap tinggi
batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia atau nekosis.
5. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses.
6. Thorax Dewasa
Rontgen thorax biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis gejala yang
muncul di area dada dan sekitarnya. Dokter akan menyarankan prosedur jika
ditemukan kejanggalan, seperti kesulitan bernapas, batuk terus-menerus, atau
nyeri dada akibat cedera. Sejumlah kondisi tersebut merupakan gejala adanya
gangguan kesehatan di area dada.
7. CT Scan Abdomen non kontras
Adalah pencitraan rongga perut dan organ-organ didalamnya dengan
menggunakan alat MSCT Scan. Untuk mengetahui anatomi dan kelainan pada
rongga perut dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Pasien tidur terlentang
di atas meja pemeriksaan (head first atau feet first).
g. Penatalaksanaan medis
Eliminasi Urin
1. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine.
2. Menentukan pola berkemih normal pasien.
3. Menyelidiki keluhan kandung kemih penuh.
4. Mengobservasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
5. Memberikan posisi yang nyaman
6. Melakukan perawatan chateter
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Eliminasi Fekal
1. Menganjurkan untuk banyak minum atau cair
2. Mengadakan pola kebiasaan untuk BAB
3. Pemberian katartik atau laksatif (pencahar) untuk melunakkan feses
sehingga merangsang peristaltic dan BAB
4. Pemberian enema
5. Pemberian makanan yang adekuat untuk mengurangi resiko eliminasi (diet
tinggi serat dan sari buah)
6. Memperbanyak kegiatan fisik atau aktivitas
3. Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif,
peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh pasien/ keluarga, atau
ditemukan dalam rekam medik.
1) Identitas
- Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan,
pendidikan dan alamat.
- Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien dan agama.
2) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri ada saat berkemih, terbangun untuk berkemih pada malam
hari, perasaan ingin berkemih yang sangat mendesak, kalau ingin miksi harus
menunggu lama, harus mengedan, kencing terputus-putus dan penurunan
kemampuan untuk berkemih.
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang sering dialami pada penderita BPH disebut LUTS (Lower
Urineary Tract Symtoms). Ini termasuk: hesistency, aliran urine lemah,
intermiten, sisa urine setelah buang air kecil, frekuensi dan disuria (dengan
peningkatan obstruksi).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan kepada klien tentang riwayat kesehatan yang pernah diderita, karena
individu yang sebelumnya pernah mengalami ISK dan fisiologi darah berisiko
mengalami komplikasi pascaoperasi (Prabowo & Pranata, 2014).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang menderita penyakit
yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
4) Riwayat pengobatan dan alergi
Obat apa yang sering dikonsumsi klien, apakah klien memiliki alergi atau tidak
terhadap obat, makanan dan serangga.
5) Pemeriksaan Fisik dan Data Penunjang Lainnya
a. Riwayat keperawatan
1) Pola berkemih
2) Frekuensi urine
3) Gejala dari perubahan berkemih
4) Faktor yang memengaruhi berkemih
b. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness.
2) Genetalia wanita Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan
atropi jaringan vagina.
3) Genetalia laki-laki Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya
pembesaran skrotum.
c. Intake dan output cairan
1) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
2) Kebiasaan minum di rumah.
3) Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
4) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan
cairan.
5) Output urine dari urinal, cateter bag, sistostomi.
6) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul setelah dilakukan analisa masalah sebagai hasil dari
pengkajian. Secara garis besar, diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada
pasien pascabedah Transurethral Resection of the Prostate (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017):
a. Retensi urine berhubungan dengan blok spingter dibuktikan dengan subjek
mengatakkan sensasi penuh pada kandung kemih, subjek tampak disuria, anuria,
distensi kandung kemih, inkonteninsia berlebih, residu urin 150 ml atau lebih.
Adapun gejala dan tanda minor retensi urine yaitu dribbling, inkontinensia
berlebih dan residu urin 150 ml atau lebih.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
e. Resiko hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Berdasarkan beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat muncul
pada pasien pascabedah TURP, TURP adalah tindakan pembedahan non insisi,
yaitu pemotongan secara elektris prostat melalui meatus uretralis. Kelebihan TURP
antara lain tidak dibutuhkan insisi dan dapat digunakan untuk prostat dengan
beragam ukuran, dan lebih aman bagi subyek yang mempunyai risiko bedah yang
buruk. Komplikasi setelah dilakukan prosedur TURP adalah adanya gangguan
eliminasi urine seperti risiko perdarahan, keluhan BAK kemerahan, disuria,retensi
urine, nyeri, inkontinensia urine, impotensi dan terjadi infeksi (Purnomo, 2016).
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil mengacu pada
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).

Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil)
Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi (SIKI I.05173
Mobilitas (SLKI L.05042 Hal. Hal. 30)
Fisik 67) Observasi :
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dengan tindakan keperawatan fisik lainnya.
program selama 1 x 24 jam 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pembatasan kemampuan dengan pergerakan.
gerak (SDKI gerak fisik dari satu Terapeutik :
D.0054 Hal. atau lebih ekstremitas 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
124) membaik dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur).
kriteria hasil : 4. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
1. Pergerakan perlu.
ekstremitas (5) Edukasi :
2. Kekuatan otot (5) 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
3. Rentang gerak mobilisasi
sendi(5) 6. Anjurkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur,duduk di sisi tempat tidur,pindah
dari tempat tidur ke kursi).

Gangguan Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine (I.04152 Hal


Eliminasi (SLKI L.04034 Hal. 175)
Urine 26) Observasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda dan gejala
dengan efek tindakan keperawatan gangguan eliminasi urine
tindakan selama 3 x 7 jam 2. Identifikasi faktor yang
medis dan kemampuan dengan menyebabkan gangguan eliminasi
diagnostik pengosongan kandung urine
(SDKI D.0040 kemih yang lengkap Terapeutik
Hal.96) membaik dengan 1. Catat waktu-waktu dan Haluan
kriteria hasil : berkemih
1. Sensa berkemih Edukasi
meningkat (5) 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
2. Distensi kandung saluran kemih
kemih menurun (5) 2. Anjurkan minum yang cukup, jika
3. Berkemih tidak tidak ada kontraindikasi
tuntas menurun (5)

Nyeri Akut SLKI Kontrol Nyeri, Manajemen nyeri (SIKI 1.08238: Hal
berhubungan (L.08063: Hal 60) 201)
dengan agen Setelah dilakukan Observasi
pencedera tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisik selama 1 x 6 jam maka durasi, frekuensi, kualitas,
(SDKI,D.0077 diharapkan : intensitas nyeri
Hal. 172) 1. Pasien 2. Identifikasi skala nyeri
mengatakan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non
berkurang. verbal
2. Pasien tidak 4. Identifikasi faktor yang
mengeluh lagi memperberat dan memperingan
masalah nyeri nyeri
pada abdomen Terapeutik
bagian bawah 1. Berikan teknik nonfarmakologis
3. Pasien untuk mengurangi rasa nyeri
mengatakan tidak 2. Kontrol lingkungan yang
nyeri lagi saat memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
BAK ruangan, pencahayaan,
Dengan kriteria hasil : kebisingan) Fasilitasi istirahat dan
1. Nyeri dapat tidur
terkontrol 3. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
2. Pasien mampu
mengenali
penyebab nyeri
d. Implementasi Keperawata
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan
dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan
menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson, 2012).
e. Evaluasi Keperawatan
Menurut Setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
Nama Mahasiswa : Senny Erlina Wahyuningsih
NIM : 2022-01-14401-079
Ruang Praktek : Dahlia RSUD dr. Doris Syilvanus
Tanggal Praktek : 20 Sampai 25 November
Tanggal dan Jam Pengkajian : Selasa, 21 November 2023, Pukul 19 : 00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.H
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/WNI
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Kayu
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Merak Kotawaringin Barat
Tgl MRS : 14 November 2023
Diagnosa medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
A. Keluhan Utama :
Saat pengkajian tanggal 21 November 2023 didapati keluhan Pasien
mengatakan lemas dan merasa nyeri pada perut bagian bawah dan merasa
tidak puas saat BAK dengan skala nyeri 5.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 14 November 2023 pukul 12:00 WIB pasien datang ke IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya setelah diperiksa pasien tekanan
darah tinggi. Diruang IGD pasien mendapatkan pemeriksaan darah lengkap,
pasien terpasang IV line/Stopper di tangan sebelah kiri. Dikarenakan pasien
perlu pengawasan, sehingga pada tanggal 15 November 2023 pasien dari
ruang IGD langsung dipindahkan ke Ruang Dahlia untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Di ruang dahlia pasien terpasang DC dari intas post
operasi TURP (Transurethral Resection Of Prostate) yaitu mengurangi gejala
gejala pada saluran kemih terkait pembesaran prostat.
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien tanggal 21 November 2023 pukul
08:00 WIB didapatkan hasil yaitu pasien mengatakan pasien mengalami TD
tinggi, tampak terpasang infus Nacl 0,9% 20 TPM ditangan sebelah kiri,
Tampak Terpasang kateter, kesadaran Composmentis, TTV : TD : 147/87
mmHg, N : 87 x/menit, RR : 22 x/menit, S : 37,5 oC dan SPO2 : 97 %.
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien mengatakan pasien ada riwayat penyakit HT dan Prostat.
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan ada riwayat penyakit yang sama dari ayah.
1. Oksigenasi 2. Cairan
Pernapasan : 23 x /mnt Kebiasaan minum : 2000 – 2500 ml/hari
TD : 128/98 mmHg Jenis : Air putih
Bunyi Nafas : Vesikuler Turgor kulit : Elastis
Respirasi : 23 x/mnt Mukosa mulut : Lembap
Kedalaman : Normal Punggung kaki : Normal warna : Sawo
Fremitus : Tidak dikaji matang
Sputum : Tidak ada Pengisian kapiler : Normal (< 2 detik)
Sirkulasi Oksigen : 99 % Mata cekung : Tidak ada
Dada : - Konjungtiva : Merah Muda
Oksigen : tidak ada Sklera : Putih
WSD : Tidak dikaji Edema : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada Distensi vena jugularis : Tidak ada
Riwayat Penyakit : Hipertensi dan prostat Asites : Tidak ada
Lain - lain : Minum per NGT : Tidak ada
Terpasang Dekompresi NGT : Tidak ada
Jenis : Tidak ada
Terpasang infuse : Pasien terpasang Infus
Jenis : NaCl 0,9 % 20 TPM
Dipasang di : Tangan sebelah kiri
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada

3. Nutrisi 4. Kebersihan Perorangan


TB : 167 cm, BB : 60 Kg Kebiasaan mandi : 2 x/hari
Kebiasaan makan : 3 kali/hari secara teratur Cuci rambut : 2 x/hari
Keluhan saat ini : Tidak Ada Kebiasaan gosok gigi : 2 x/hari
Nyeri ulu hati / salah cerna, berhubungan Kebersihan badan : (✓)Bersih Kotor
dengan : Tidak ada Keadaan rambut : (✓)Bersih Kotor
Disembuhkan oleh : Tidak Ada Keadaan kulit kepala : (✓)Bersih Kotor
Pembesaran tiroid : Tidak ada
Keadaan gigi dan mulut : (✓)Bersih Kotor
hernia /massa : Tidak Ada
Maltosa : Kondisi Tidak Ada Keadaan kuku : (✓)Pendek Panjang
Gigi/gusi : Bersih Keadaan vulva perineal : Normal
Keluhan saat ini : Tidak Ada
Penampilan lidah : Bersih Iritasi kulit : Tidak ada
Bising usus : 20 x /mnt Luka bakar : Tidak ada
Makanan /NGT/parental (infuse) : Infus Keadaan luka : Tidak ada
Cairan :NaCl 0,9 % 20 TPM Lain lain : Tidak ada keluhan lainnya
Dipasang di : Tangan sebelah kiri
Porsi makan yang dihabiskan : 1 porsi
Makanan yang disukai : Sop ayam
Diet : Melalui mulut dengan porsi 1 porsi
Lain lain : Tidak ada masalah lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada

5. Aktivitas Istirahat 6. Eliminasi


Aktivitas waktu luang : Istirahat Kebiasaan BAB : 3 x/hari
Aktivitas Hoby : Menonton BAK : 5-6 x/hari
Kesulitan bergerak : ada Meggunakan laxan : Tidak ada
Kekuatan Otot : 3/3 Meggunakan diuretic : Tidak ada
Tonus Otot : lemah Keluhan BAK saat ini : pasien mengatakan
Postur : Normal tidak puas saat BAK
Tremor : Tidak ada Keluhan BAB saat ini : BAB sedikit dan tidak
Rentang gerak : Tampak terbatas tuntas
Keluhan saat ini : Sulit untuk bergerak danPeristaltik usus : 20 x/menit
merasa lemas. Abdomen : Nyeri skla 2 tekan : nyeri pada
Penggunaan alat bantu : Tidak ada bagian bawah perut saat buang air kecil
Pelaksanaan aktivitas : Ditempat tidur Lunak /keras : Lunak
Jenis aktivitas yang perlu dibantu : Makan,Massa : Tidak ada
minum, mengganti pakaian dan buang air. Ukuran/lingkar abdomen : Tidak dikaji
Lain - lain : Terpasang kateter urine : ada
Penggunaan alcohol : Tidak ada
Lain-lain :
Masalah Keperawatan : Gangguan Masalah Keperawatan : Gangguan
Mobilitas Fisik Eliminasi Urine

7. Tidur & Istirahat 8. Pencegahan Terhadap Bahaya


Kebiasaan tidur : Malam dan Siang Reflek : Normal
Lama tidur : Malam : 8 jam Penglihatan : Normal
: Siang : 2 jam Pendengaran : Normal
Kebiasaan tidur : Normal Penciuman : Normal
Kesulitan tidur : tidak ada Perabaan : Normal
Cara mengatasi : Tidak ada Lain- lain : Tidak ada keluhan lainnya
Lain- lain : Pasien tampak lemah
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada

9. Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak
: Tidak dikaji dikaji
Penggunaan kondom : Tidak dikaji Penggunaan kondom : Tidak dikaji
Masalah - masalah / kesulitan seksual : Tidak Masalah-masalah /kesulitan seksual : Tidak
dikaji dikaji
Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat : Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat :
Tidak dikaji Tidak dikaji
Wanita: Pria :
Usia Menarche : Tidak dikaji Rabas penis : Tidak dikaji
Tahun, Lama siklus : Tidak dikaji Prostat : Tidak dikaji
Lokasi : Tidak dikaji Sirkumsisi : Tidak dikaji
Periode menstruasi terakhir : Tidak dikaji Vasektomi : Tidak dikaji
Menopause : Tidak dikaji Melakukan pemeriksaan sendiri : Tidak dikaji
Rabas Vaginal : Tidak dikaji Payudara test : Tidak dikaji
Periode : Tidak dikaji Prostoskopi / pemeriksaan prostat terakhir :
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri / Tidak dikaji
mammogram : Tidak dikaji Tanda ( obyektif )
Tanda (obyektif ) Pemeriksaan : Tidak dikaji
Pemeriksaan : Tidak dikaji Payudara /penis /testis : Tidak dikaji
Payudara /penis /testis : Tidak dikaji Kutil genatelia/test : Tidak dikaji
Kutil genatelia/test : Tidak dikaji Lain- lain : Tidak ada keluhan lainnya
Lain- lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada

10. Keseimbangan & Peningkatan Hubungan Psiko Serta Interaksi Sosial


Hidup dengan : Nyaman Sosiologis : Normal
Masalah /Stress : Tidak ada Perubahan bicara : Tidak ada
Cara mengatasi stress : Berkumpul dengan Komunikasi : Komunikasi normal
keluarga Adanya laringoskopi : Tidak ada
Orang pendukung lain : Keluarga Komunikasi verbal / non verbal dengan
Peran dalam struktur keluarga : Kepala keluarga / orang terdekat lain : Verbal
Keluarga Spiritual : Sangat baik
Anggota kelurga : Lengkap Kegiatan keagamaan : Baik
Masalah - masalah yang berhubungan dengan Gaya hidup : Normal
penyakit /kondisi : Tidak dikaji Lain - lain : Tidak ada keluhan lainnya
Psikologis : Normal
Keputusasaan : Tidak ada
Ketidakberdayaan : Tidak ada
Lain - lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada

E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN


1. Bahasa Dominan (khusus) : Tidak ada Buta Huruf : Tidak ada
( ) Ketidakmampuan belajar (Khusus) ( ) Keterbatasan Kognitif
2. Informasi yang telah disampaikan :
( ) Pengaturan jam besuk ( ) Hak dan Kewajiban klien
(√) Tim/Petugas yang merawat ( ) Lain-lainya : Tidak ada
3. Masalah yang ingin dijelaskan
( ) perawatan diri di RS (√) Obat-obat yang diberikan
( ) lain-lainnya : Tidak ada
( ) Orientasi Spesifik terhadap perawatan ( seperti dampak dari agama/Kultur
yang dianut)

Obat yang diresepkan (lingkari dosis terakhir) :


Obat Dosis Waktu Dimunum / Tujuan
Diberikan
Secara
Teratur
Infus NaCl 20 TPM 24 Jam Teratur Merupakan larutan steril untuk
0,9% injeksi intravena. Obat ini
digunakan untuk pengobatan
dehidrasi isotonik ekstraseluler,
deplesi natrium dan juga dapat
digunakan sebagai pelarut sediaan
injeksi
Injeksi 40 mg Pagi Teratur Obat untuk mengatasi asam
Omeprazole lambung berlebih dan keluhan yang
mengikutinya. Obat ini umumnya
digunakan untuk mengatasi
gastroesophageal reflux disease
(GERD), sakit maag (gastritis), atau
tukak lambung.
Injeksi 4 mg Pagi, Teratur Mual dan muntah akibat kemoterapi
Ondansentron Sore dan dan radioterapi, pencegahan mual
malam dan muntah pasca operasi.
PO Calitos 1 mg Pagi, Teratur Pencegahan dan terapi untuk
Sore dan gangguan metabolisme atau
Malam defisiensi kalsium seperti rickets,
osteomalasia karena malabsorpsi,
osteoporosis.
PO Hemafort 1 mg Pagi Teratur Mengandung vitamin dan mineral.
Obat ini digunakan untuk mengatasi
anemia, suplemen pada masa
kehamilan, menyusui, kekurangan
zat besi dan pemulihan pasca sakit
dan operasi
PO Harnal 1 mg Pagi Teratur Mengandung zat aktif tamsulosin
Ocas yang bekerja dengan cara
melemaskan otot di kelenjar prostat
dan kandung kemih, sehingga aliran
urine bisa lebih lancar. Perlu
diketahui bahwa tamsulosin tidak
dapat menyembuhkan atau
mengecilkan ukuran prostat yang
sudah membesar.
PO Asam Folat 1 mg Pagi dan Teratur Membantu tubuh memproduksi dan
Sore memelihara sel-sel baru, serta
mencegah perubahan pada DNA
yang dapat menyebabkan kanker.
F. PEMERIKSAAN FISIK LENGKAP TERAKHIR
1. Status Mental :
Orientasi : Pasien mampu membedakan keluarga dan perawat, pasien mampu
membedakan siang dan malam.
Afektifitas : Normal
2. Status Neurologis :
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau kopi dan teh
Nervus Kranial II : Tidak ada gangguan penglihatan
Nervus Kranial III : Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan pupil
ketika ada pantulan cahaya.
Nervus Kranial IV : Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata.
Nervus Kranial V : Pasien bisa mengunyah
Nervus Kranial VI : Pasien dapat menggerakkan bola mata ke samping.
Nervus Kranial VII : Tidak ada gangguan pada saat bicara
Nervus Kranial VIII : Tidak ada gangguan pendengaran
Nervus Kranial IX : Tidak ada kesulitan dalam menelan.
Nervus Kranial X : Tidak ada gangguan
Nervus Kranial XI : Pasien ada kesulitan dalam menggerakan bagian leher
Nervus Kranial XII : Lidah bisa digerakkan
3. Ekstermitas Superior :
a) Motorik
Pergerakan : Normal
Kekuatan : Lemah skala 3/3
b) Tonus
c) Refleks Fisiologis
Bisep : Tidak dikaji
Trisep : Tidak dikaji
Radius : Tidak dikaji
Ulna : Tidak dikaji
d) Refleks Patologis
Hoffman Tromer : Tidak dikaji
e) Sensibilitas
Nyeri : Nyeri perut saat ditekan dengan skala nyeri 2
4. Ekstremitas Inferior :
a) Motorik
Pergerakan : Normal
Kekuatan : lemah
b) Tonus
c) Refleks Fisiologis
Refleks Patella : Tidak dikaji
d) Refleks Patologis
Babinsky : Tidak dikaji
Chaddock : Tidak dikaji
Gordon : Tidak dikaji
Oppenheim : Tidak dikaji
Schuffle : Tidak dikaji
5. Rangsang Meningen
a) Kaku kuduk : Tidak dikaji
b) Brudzinksky I & II : Tidak dikaji
c) Lassaque : Tidak dikaji
d) Kernig Sign : Tidak dikaji
F. DATA GENOGRAM
Genogram 3 generasi :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
= Pasien

G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK &


LABORATORIUM)
1. Lab
Hari/Tanggal : Selasa, 21 November 2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Kreatinin 6,65 0,17 - 1,5 mg/dl
Ureum 133 21 - 53 mg/dl
Hemoglobin 8,2 L:13,5 – 18,0 P: 11,5 – 16,0 g%
Leukosit 12.630 4.500 – 11.000 /mm3
Eritrosit 3,08 4-6 juta/mm3
Trombosit 176.000 150.000 – 400.000 /mm3
Hematrokit 25 37 - 48 %
MCV 81 80 - 100 fL
MCH 27 27 - 34 fg
MCHC 33 32- 36 g/dl
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Obat Dosis Pemberian Indikasi
Infus NaCl 0,9% 20 TPM Merupakan larutan steril untuk injeksi
intravena. Obat ini digunakan
untuk pengobatan dehidrasi isotonik
ekstraseluler, deplesi natrium dan juga dapat
digunakan sebagai pelarut sediaan injeksi
Injeksi Omeprazole 1 x 40 mg obat untuk mengatasi asam lambung berlebih
dan keluhan yang mengikutinya. Obat ini
umumnya digunakan untuk mengatasi
gastroesophageal reflux disease (GERD), sakit
maag (gastritis), atau tukak lambung.
Injeksi Ondansentron 3 x 4 mg mual dan muntah akibat kemoterapi dan
radioterapi, pencegahan mual dan muntah
pasca operasi.
PO Calitos 3 x 1 mg Pencegahan dan terapi untuk gangguan
metabolisme atau defisiensi kalsium seperti
rickets, osteomalasia karena malabsorpsi,
osteoporosis.
PO Hemafort 1 x 1 mg mengandung vitamin dan mineral. Obat ini
digunakan untuk mengatasi anemia, suplemen
pada masa kehamilan, menyusui, kekurangan
zat besi dan pemulihan pasca sakit dan operasi.
PO Harnal Ocas 1 x 1 mg mengandung zat aktif tamsulosin yang bekerja
dengan cara melemaskan otot di kelenjar
prostat dan kandung kemih, sehingga aliran
urine bisa lebih lancar. Perlu diketahui bahwa
tamsulosin tidak dapat menyembuhkan atau
mengecilkan ukuran prostat yang sudah
membesar.
PO Asam Folat 2 x 1 mg Membantu tubuh memproduksi dan
memelihara sel-sel baru, serta mencegah
perubahan pada DNA yang dapat
menyebabkan kanker.

Hari/Tanggal Pemberian Obat : Senin 20 November 2023

Palangka Raya, November 2023


Mahasiswa,

Senny Erlina Wahyuningsih


I. ANALISIS DATA
Data Subyektif & Kemungkinan Masalah
Data Obyektif Penyebab
DS : Efek tindakan medis dan Gangguan
- Pasien mengatakan BAK tidak Eliminasi
diagnostik (mis. Operasi ginjal,
tuntas. Urine (SDKI
DO : operasi saluran kemih, anestesi, D.0040
- Pasien tampak mengejan saat Hal.96)
dan obat obatan)
buang air kecil
- Jumlah urin yang keluar dalam
24 jam sekitar 200 cc
- Urin terlihat keruh dan
berwarna kecoklatan.
DS : Program pembatasan gerak Gangguan
- Pasien mengatakan sulit untuk Mobilitas Fisik
bergerak karena masih merasa (SDKI D.0054
lemas Hal.124)
DO :
- Segala aktivitas pasien seperti
Makan, minum, mengganti
pakaian dan buang air masih di
bantu keluarga.
DS : Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri pada (SDKI,D.0077
saat buang air kecil. Hal. 172)
- P : Nyeri pada abdomen bagian
bawah dan saat buang air kecil
- Q : Nyeri ringan saat di tekan Kondisi pembedahan
- R : Nyeri fokus pada bagian
abdomen bagian bawah dan
saat buang air kecil
- S : Skala nyeri 5 (Sedang) Prosedur operasi
- T : Nyeri hilang timbul, skala
nyeri 5, durasi (2-3 menit)
DO :
- Pasien tampak sesekali
mengeluh nyeri
- Gelisah
J. PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan efek tindakan medis dan diagnostik
dibuktikan dengan Pasien mengatakan BAK tidak tuntas. Pasien terpasang DC dari intas
post operasi TURP.
Gangguan Eliminasi Urine (SDKI D.0040 Hal.96)
2. Gangguan Mobilitas fisik Berhubungan dengan program pembatasan gerak dibuktikn
dengan Pasien mengatakan sulit untuk bergerak karena masih merasa lemas.
Gangguan Mobilitas Fisik (SDKI D.0054 Hal.124)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan Pasien
mengatakan nyeri pada saat buang air kecil.
Nyeri Akut (SDKI,D.0077 Hal. 172)
III. INTERVENSI
Nama Pasien : Tn.H
Ruang Rawat : Ruang Dahlia
No. Tanggal/ Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional
Hari Jam Keperawatan Hasil)
1. Rabu, 21 Gangguan Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine (I.04152 1. Identifikasi tanda dan
November Eliminasi (SLKI L.04034 Hal. Hal 175) gejala gangguan eliminasi
2023 Urine (SDKI 26) Observasi urine
Pukul D.0040 Setelah dilakukan 3. Identifikasi tanda dan gejala 2. Identifikasi faktor yang
08:00 Hal.96) tindakan keperawatan gangguan eliminasi urine menyebabkan gangguan
WIB selama 3 x 7 jam 4. Identifikasi faktor yang eliminasi urine
kemampuan dengan menyebabkan gangguan 3. Catat waktu-waktu dan
pengosongan kandung eliminasi urine Haluan berkemih
kemih yang lengkap Terapeutik 4. Ajarkan tanda dan gejala
membaik dengan 2. Catat waktu-waktu dan Haluan infeksi saluran kemih
kriteria hasil : berkemih 5. Anjurkan minum yang
4. Sensa berkemih Edukasi cukup, jika tidak ada
meningkat (5) 3. Ajarkan tanda dan gejala infeksi kontraindikasi
5. Distensi kandung saluran kemih
kemih menurun (5) 4. Anjurkan minum yang cukup,
6. Berkemih tidak jika tidak ada kontraindikasi
tuntas menurun (5)

2. Rabu, 21 Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi (SIKI I.05173 1. Identifikasi adanya nyeri
November Mobilitas (SLKI L.05042 Hal. Hal. 30) atau keluhan fisik lainnya
2023 Fisik (SDKI 67) Observasi : 2. Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Pukul D.0054 Hal. Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 3. Monitor frekuensi jantung
08:00 124) tindakan keperawatan keluhan fisik lainnya dan tekanan darah sebelum
WIB selama 3 x 7 jam 2. Identifikasi toleransi fisik memulai mobilisasi
kemampuan dengan melakukan pergerakan 4. Monitor kondisi umum
gerak fisik dari satu 3. Monitor frekuensi jantung dan selama melakukan
atau lebih ekstremitas tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
membaik dengan mobilisasi 5. Fasilitasi aktivitas
kriteria hasil : 4. Monitor kondisi umum selama mobilisasi dengan alat
7. Pergerakan melakukan mobilisasi bantu (mis.pagar tempat
ekstremitas Terapeutik tidur).
meningkat (5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi 6. Fasilitasi melakukan
8. Kekuatan otot dengan alat bantu (mis.pagar pergerakan, jika perlu
meningkat (5) tempat tidur). 7. Libatkan keluarga pasien
9. Rentang gerak 2. Fasilitasi melakukan dalam membantu pasien
sendi meningkat(5) pergerakan, jika perlu. dalam meningkatkan
3. Libatkan keluarga pasien dalam pergerakan.
membantu pasien dalam 8. Jelaskan tujuan dan
meningkatkan pergerakan. prosedur mobilisasi
Edukasi 9. Anjurkan mobilisasi dini
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 10. Ajarkan mobilisasi
mobilisasi sederhana yang harus
2. Anjurkan mobilisasi dini dilakukan (mis.duduk di
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang tempat tidur,duduk di sisi
harus dilakukan (mis.duduk di tempat tidur).
tempat tidur,duduk di sisi tempat
tidur).
3. Rabu, 21 Nyeri Akut SLKI Kontrol Nyeri, Manajemen nyeri (SIKI 1.08238: Hal 1. Agar mengetahui lokasi,
November (SDKI,D.0077 (L.08063: Hal 60) 201) karakteristik, durasi,
2023 Hal. 172) Setelah dilakukan Observasi frekuensi, kualitas,
Pukul tindakan keperawatan 5. Identifikasi lokasi, intensitas nyeri.
08:00 selama 1 x 6 jam maka karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Agar kita tahu tingkatan
WIB diharapkan : kualitas, intensitas nyeri nyeri yang sebenarnya
4. Pasien 6. Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
mengatakan nyeri 7. Identifikasi respons nyeri non 3. Karena budaya pasien dapat
berkurang. verbal mempengaruhi bagaimana
5. Pasien tidak 8. Identifikasi faktor yang pasien mangatakan
mengeluh lagi memperberat dan memperingan mengartukan nyeri itu
masalah nyeri nyeri sendiri
pada abdomen Terapeutik 4. Agar kita mengatahu sejauh
bagian bawah 4. Berikan teknik mana kemajuan yang
6. Pasien nonfarmakologis untuk dialami pasien
mengatakan tidak mengurangi rasa nyeri
nyeri lagi saat 5. Kontrol lingkungan yang
BAK memperberat rasa nyeri (mis.
Dengan kriteria hasil : Suhu ruangan, pencahayaan,
3. Nyeri dapat kebisingan) Fasilitasi istirahat
terkontrol dan tidur
4. Pasien mampu 6. Pertimbangkan jenis dan
mengenali sumber nyeri dalam pemilihan
penyebab nyeri strategi meredakan nyeri
IV. IMPLEMTASI DAN EVALUASI
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan
Jam dan Nama
Perawat
Rabu, 21 Observasi S:
November 2023 1. Identifikasi tanda dan - Pasien mengatakan BAK masih belum lancar dan sedikit
Pukul 10:00 WIB gejala gangguan O:
eliminasi urin - Pasien tampak sesekali mengeluh saat kencing karena
2. Identifikasi faktor yang merasa belum tuntas
menyebabkan A : Masalah Teratasi Sebagian
gangguan eliminasi P: Lanjutkan intervensi
urine - Anjurkan minum air putih yang cukup kepada pasien, Jika
Terapeutik tidak ada kontraindikasi
3. Mencatat waktu-waktu
dan Haluan berkemih Senny Erlina
Edukasi Wahyuningsih
4. Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
5. Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
Rabu, 21 1. Identifikasi toleransi S:
November 2023 fisik melakukan - Pasien mengatakan pasien sudah mulai bisa duduk di atas
Pukul 10:00 WIB pergerakan. tempat tidur dan makan minum sendiri.
2. Fasilitasi aktivitas
- O:
mobilisasi dengan alat - Pasien nampak sedikit membaik
- A : Masalah tertasi sebagian
bantu (mis.pagar tempat
- P : Intervensi ini dilanjutkan dengan:
tidur). - Anjurkan pasien dalam meningkatkan pergerakan.
3. Libatkan keluarga
-
pasien dalam membantu .
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan.

Senny Erlina
Wahyuningsih

Rabu, 21 1. Identifikasi lokasi, S:


November 2023 karakteristik, durasi, - Pasien mengatakan sudah tidak ada nyeri dari skala (5) ke
Pukul 10:00 WIB frekuensi, kualitas, skala (0)
intensitas nyeri O:
2. Identifikasi skala nyeri - Pasien sudah terlihat biasa saja ketika abdomen di tekan
3. Identifikasi respons A : Masalah Teratasi
nyeri non verbal P : Intervensi dihentikan
Senny Erlina
Wahyuningsih
KEGIATAN BIMBINGAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Paraf
No Hari/Tgl/waktu Catatan Pembimbing
Pembimbing Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Setiadi. 2012. Buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan. Yokyakarta : Graha
Ilmu.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi
Dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi
Dan Tindakan keperawatan. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai