PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi kronik penyakit
diabetes melitus (DM). Ulkus diabetikum merupakan komorbiditas utama
diabetes melitus, dengan persentase 15-25% pasien DM mengalami ulkus
diabetikum selama hidup mereka (Wahbi, 2019).
2. EPIDEMIOLOGI
International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa terdapat
463 juta orang menderita DM pada tahun 2019. Diperkirakan bahwa DM akan
mencapai 629 juta penderita pada tahun 2045. Prevalensi global DM terus
meningkat secara substansial, membuat ulkus diabetikum menjadi masalah
kesehatan yang utama (Zhang, Sun, & Jiang, 2018; IDF, 2019). Indonesia berada
di peringkat ke-7 diantara 10 negara dengan jumlah penderita DM terbanyak,
yaitu 10,7 juta (InfoDatin, 2019).
Prevalensi ulkus diabetikum berkisar 15-25% dengan prevalensi lebih
rendah pada orang muda dan lebih tinggi pada orang tua. Sekitar 14-24% pasien
ulkus diabetikus membutuhkan amputasi dengan angka rekurensi 50% setelah
tiga tahun (Langi, 2011).
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang tepat sangat penting untuk menentukan karakteristik
ulkus, yang akan membantu dalam perencanaan tatalaksana ulkus diabetikum.
Klaisikasi luka berdasarkan parameter seperti tingkat infeksi, neuropati, iskemik,
kedalaman kehilangan jaringan dan lokasi. Berikut beberapa klasifikasi ulkus
diabetikum : (Ghotaslou & Memar, 2018).
Tabel 1. Klasifikasi Diabetic Foot Infection
4. ETIOLOGI
Penyebab dari ulkus diabetikum berkembang dari 4 cabang utama
patofisiologi, melitupi :
a. Neuropati
Sensasi (sensorik) berkurang, hilangnya kelenjar keringat dan minyak yang
menyebabkan kulit kering pecah-pecah dan respon peradangan saraf yang
berkurang terhadap rangsangan nyeri.
b. Iskemia
Karena terjadi atheroscerosis pada pembuluh darah arteri perifer akhirnya
aliran darah ke jaringan berkurang dan menjadi iskemik, kemudian akan
berkembang menjadi nekrosis.
c. Disfungsi nutrisi
Akibat aliran darah yang berkurang, maka kebutuhan nutrisi jaringan pun
akan berkurang.
d. Mikroorganisme infeksi
o Stadium primer infeksi superficial
Kokus gram positif aerobik : Staphylococcus aureus dan
Streptococci
o Infeksi kronis, nekrosis luas dan gangren basah
Kokus gram positif : Peptostrptococcus spp
Batang gram negatif : Escherichia, Proteus dan Klebsiella spp
Gram negatif non fermentatif : Pseudomonas aeruginosa
Anaerob : Finegoldia dan Bactericides
(Noor, Zubair & Ahmad, 2015; Ghotaslou & Memar, 2018; Murphy-Lavoei,
Ramsey & Nguyen, 2021).
5. FAKTOR RESIKO
a. Usia tua
b. Pendidikan rendah
c. Terapi DM yang buruk : hiperglikemia
d. HbA1c yang tinggi
e. Merokok
f. Deformitas kaki : claw toes, hammer toes, kekakuan tendon achilles
g. Ancle brachial index (ABI) < 0.9
h. Perawatan kaki yang buruk
i. Tidak menggunakan alas kaki
j. Kulit kering
(Yusuf at al., 2016)
6. PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Hiperglikemia
Komplikasi kronis
Pembentukan
Callus
Ulkus Diabetikum
Nekrosis
Gangrene
Gambar 1. Mekanisme ulkus karena trauma berulang
o Palpasi
Nyeri tekan
Capillary refill time (CRT)
o Pemeriksaan Vascular
Palpasi nadi poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis
Pemeriksaan ankle-brachial index (ABI)
o Pemeriksaan neurologis
Motorik (kekuatan dan apakah jari bisa digerakan)
Sensorik (raba, tajam, tumpul, getaran dan propiosepsi)
Otonom (Kulit kering dan pecah
Reflex achilles
Tabel 2. Screening Pemeriksaan Kaki
c. Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium
Darah lengkap
GDS, GDP, HbA1c
Ureum & creatinin
o Radiologi
X-ray : melihat penyebaran, keterlibatan jaringan lunak & tulang dan
subkutan gas
MRI : jika ada kecurigaan osteomyelitis, tendonitis, atau peradangan
sendi
o Kultur jaringan dan tulang
Guna pemilihan antibiotik yang tepat
o Transcutaneus oxygen measurements (TCOM)
Sebagian besar pasien DM akan memiliki tekanan oksigen transkutan
< 40 mmHg, sehingga diperlukan terapi oksigen hiperbarik dan
koreksi
(IWGDF, 2019, Packer, Ali & Manna, 2021; Murphy-Lavoei, Ramsey &
Nguyen, 2021)
9. DIAGNOSIS BANDING
a. Venous ulcer
Varises, edema dan ulkus dengan hiperpigmentasi kulit sekitar
b. Diabetic dermatopathy
Lesi berwarna keunguan asimptomatik
c. Malignancy
Keganasan dapat hadir dengan ulkus disertai demam, penurunan berat badan
dan malaise
d. Superficial trombophlebitis
Nyeri, eritem, peradangan dan trombosis vena dalam
e. Leukocytoclatis vaculitis
Inflamasi pembuluh darah dan jaringan sekitarnya
f. Gouty arthritis
Inflamasi karena penumpukan kristal monosodium urat
g. Infection
Ulkus infeksi primer
h. Sickle cell disease
Ulkus yang nyeri
i. Ulcer by drugs
Warfarin, heparin dan hidroksiurea
(Packer, Ali & Manna, 2021)
10. TATALAKSANA
a. Non farmakologi
o Edukasi pasien
Edukasi penyakit
Edukasi perawatan kaki
Edukasi kontrol gula darah
o Menurunkan tekanan dan mencegah trauma baru atau lebih lanjut, dengan
cara menggunakan tongkat kruk, kursi roda atau total contact casting
b. Farmakologi
o Kontrol gula darah : insulin
o Meningkatkan sikulasi vaskuler perifer
Agen anti-platelet
Bypass bedah
o Mencegah dan mengontrol infeksi
Antibiotik
Durasi pemberian antibiotik selama 2-4 minggu, jika terdapat
osteomyelitis pemberian antibiotik minimal selama 6 minggu.
Ghotaslou, R., & Memar, M.Y. (2018) Classification, microbiology and treatment of
diabetic foot infection. Journal of Wound Care . 27 (7) : 434-440.
InfoDatin. (2019). Diabetes Melitus. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
IDF. (2019). Diabetes Atlas. 9th Edition. Belgium : International Diabetes Federation.
IWGDF. (2019). Guidelines on the Prevention and Management of Diabetic Foot
Ulcer. Netherland : Interntional Working Group on the Diabetic Foot.
Langi, Y.A. (2011). Penatalaksanaan ulkus kaki diabetes secara terpadu. Jurnal
Biomedik. 3 (2) : 95-101.
Murphy-Lavoei, H.M., Ramsey, A., & Nguyen, M. (2021). Diabetic Foot Infections.
Treasure Island : StatPearls Publishing.
Noor, S., Zubair M., & Ahmad, J. (2015). Diabetic foot ulcer : a review on
pathophysiology, classification dan microbial etiology. Elsevier. 9 : 192-199
Packer, C.F., Ali S.A., & Manna, B. (2021). Diabetic Ulcer. Treasure Island :
StatPearls Publishing.
Wahbi, A.A. (2018). Autoamputation of diabetic toe with dry gangrene : a myth or a
fact. Dovepress. 11 : 255-264.
Wahbi, A.A. (2019). Operative versus non-operative tretment in diabetic dry toe
gangrene. Elsevier. 13 : 959-963.
Yusuf, S., Okuwa, M., Irwan, M., Rassa, S., Laitung, B., Thalib, A., Kasim,S.,
Sanada, H., Nakatani, T., & Sugama, J. (2016). Prevaence and risk factor of
diabetic foot ulcer in regional hospital, estern Indonesia. Open journal of
Nursing. 6 : 1-10.
Zhang, X., Sun, D., & Jiang, G.C. (2018). Comparative efficacy of nine different
dressings in healing diabetic foot ulcer. Journal of Diabetes. 11: 418-426.