Anda di halaman 1dari 5

Nama : Angga Putra Mahardika

NIM : 2384110048

Kelas : KPI 2 B

Mata Kuliah : Metode Studi Islam

CRITICAL REVIEW BAB 1 AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA


DALAM BERBAGAI BENTUKNYA

Dalam halaman 9 buku ini mengatakan “Agama selanjutnya memang


menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan
menjalankan ajaran-ajaran agama.” Saya Tidak Setuju. Karena beragama adalah
sebuah pilihan, jika dilihat secara leterlek kalimat ini tidak memberikan manusia
pilihan. Tidak semua agama akan menguasai manusia, karena agama adalah iman,
maka dari itu seberapa besar agama mempengaruhi manusia bergantung kepada
seberapa iman manusia tersebut.

Melanjut dari kalimat selanjutnya “Agama lebih lanjut lagi membawa


kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang
baginya.” Saya Tidak Setuju. Karena agama adalah sebuah kerelaan, keridhoan
yang datang dari manusia. Tuhan tidak bisa memaksakan manusia untuk
beragama, karena jika manusia beragama dengan terpaksa maka tidak akan ikhlas
menjalankannya dan tidak bahagia hidupnya. Kewajiban-kewajiban yang
dimaksud sebenarnya adalah berasal dari rasa syukur manusia yang sudah sadar
atas nikmat dan karunia apa yang telah Tuhan berikan. Kata “hutang” adalah diksi
yang kurang tepat dalam menggambarkan kewajiban manusia yang dilalaikan,
sebab kewajiban adalah sebuah resiko dari pilihan untuk beragama. Dibutuhkan
pemahaman yang menyeluruh untuk memahami agama tidak dari luarnya saja.

Kalimat selanjutnya, masih dalam paragraf yang sama “Paham kewajiban


dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan. Yang menjalankan
kewajiban dan yang patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan. Yang tidak
menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapat balasan tidak baik.”
Saya Tidak Setuju. Paham balasan adalah paham yang dibuat oleh manusia
menurut saya, manusia menganggap jika kita melakukan kebaikan kepada Tuhan
atau menjalankan kewajiban-Nya seolah-olah Tuhan butuh dengan manusia. Maka
dari itu Tuhan akan membalas budi kepada manusia yang iman kepadanya dan
membuat banyak orang percaya kepada Dia. Jika pahamnya adalah seperti itu, ya
mengapa harus beragama? Jika tingkat iman manusia itu rendah dan tidak patuh
serta taat kepada Tuhan malah mendatangkan malapetaka, tidak usah beragama
sekalian.

Di halaman 10 kalimat “Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus


dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia.” Saya Ragu. Jika ikatan agama dan manusia itu
mempengaruhi kehidupan manusia, pasti berawal dari pikiran, perkataan,
perbuatan, kebiasaan dan kehidupan. Lalu bagaimana potret-potret manusia
beragama yang masih melakukan kejahatan, apalagi kejahatan yang besar seperti
genosida, monopoli, perampokan, penjajahan. Bahkan Belanda menjajah
Indonesia setelah mendengar doktrin bahwa “Jika suatu wilayah tidak memiliki
pemerintahan Vatikan, maka itu adalah wilayah kosong (bisa dijajah atau
ditempati)” Belanda bergerak setelah mendengar doktrin dari agama dengan
pengikut terbesar pada waktu itu. Kembali lagi, jika hal buruk yang dilakukan
manusia berasal dari ikatan dengan agama, secara tidak langsung manusia
merepresentasikan keburukan dan kejelekan agamanya sendiri. Saya sebenarnya
tidak tahu ada agama yang jahat atau agama yang dipimpin oleh sekelompok
orang untuk kepentingan tertentu. Lebih baik diperbaiki susunan kalimatnya
menjadi “Agama mengandung iman yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Iman ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari. Iman itu berasal dari kepercayaan manusia kepada hal ghaib yang
mempunyai kekuatan tinggi.”

Masih di halaman yang sama, dalam beberapa definisi agama Saya Setuju
dengan nomor 2 “Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia”. Mungkin kata “Menguasai” di sini mempunyai arti yang lebih dari itu.
Ada manusia yang sebelum beragama mempunai sifat dan perangai yang buruk,
namun setelah beragama manusia tersebut berubah 180 derajat menjadi manusia
yang lebih baik. Kata “menguasai” adalah efek lanjutan super dari agama dan
didukung oleh keimanan yang kuat, sehingga mengubah manusia tersebut.

Halaman 11 menuju 12 yang menjelaskan agama dinamisme ada kalimat


“Kekutan gaib itu ada yang bersifat baik dan yang bersifat jahat. Benda yang
mempunyai kekuatan gaib baik akan disenangi dan dipakai dan dimakan agar
orang yang memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh
kekuatan gaib yang terdapat di dalamnya. Benda yang mempunyai kekuatan gaib
jahat, ditakuti dan oleh karena itu dijauhi.” Saya Mengkritik. Agama dinamisme
adalah agama yang menyembah benda-benda mati yang dianggap memiliki
kekuatan gaib. Namun kembali lagi kepada konteks agama, manusia menyembah
artinya ada sesuatu kekuatan yang melebihi manusia, tetapi hal itu adalah benda
mati yang tidak bisa bertindak, berpikir, atau beranak pinak. Tidak masuk akal
bila benda mati yang disembah dipakai, dimakan, dipelihara dan dilindungi.
Bukankah lebih terlihat seperti objek dari pada sesembahan? Bahkan efek dari
kekuatan gaibnya bergantung kepada manusianya, bukankah artinya tidak maha
kuasa? Atau tidak se-luar biasa itu? Hanya menjadi alat yang dimanfaatkan
manusia saja. Lalu misalkan iya ada suatu kekuatan gaib namun itu kekuatan yang
buruk, lalu untuk apa ia ada? Sesembahan adalah untuk diikuti dan dipatuhi. Jika
dijauhi tidak lebih dari sekedar barang tak berguna dan lebih baik dihancurkan.

Di halaman 12 ada kalimat tentang mampunya kekuatan gaib berpindah


dari satu tempat ke tempat yang lain, dan jika kekuatan gaib itu hilang maka
benda itupun tidak akan dihargai lagi. Saya Mengkritik, jika kekuatan gaib dapat
melakukan perpindahan, mengapa kekuatan itu tidak untuk memerintah manusia
saja. Daripada dipergunakan manusia lalu dibuang jika tidak berguna, lebih baik
menghimpun kekuatan gaib dan mengontrol pikiran manusia dengan kekuatan itu.
Kalimat ini juga membuat konyol dan tidak masuk akal agama dinamisme, namun
kita harus tetap menghargainya sebab ini adalah bagian dari sejarah.
Di halaman 12 juga ada beberapa kalimat yang menarik yang saling
berkaitan. Kalimat tentang kekuatan gaib adalah mana, tujuan agama adalah
mengumpulkan mana, dan ada manusia yang dapat mengontrol mana disebut ahli
sihir atau dukun. Saya Mengkritik, daripada sibuk menyembah benda mati,
mengapa tidak berlagak seperti tuhan saja. Karena yang terfokus adalah kekuatan
gaibnya, bukan bendanya. Benda itu disembah karena memiliki kekuatan gaib,
dapat berpindah namun dapat habis pula, betapa tidak hebatnya benda itu.
Mungkin lebih masuk akal jika ahli sihir atau dukun mengaku-ngaku sebagai
Tuhan karena memiliki dan mengontrol kekuatan gaib, daripada benda mati yang
hanya dimanfaatkan saja.

Halaman 13 yang membahas tentang agama animisme, manusia


memberikan sesajen kepada roh yang dimaksud untuk membuat hubungan baik
agar roh itu menyenangkan hati mereka. Saya Mengkritik, jika ditinjau dari
konsep roh dan makhluk halus mungkin masih sedikit berpengaruh di zaman itu.
Hanya saja pemberian sesajen adalah kegiatan yang memperlihatkan kelemahan
roh, receh sekali menyenangkan roh yang kuat hanya dengan sesajen. Artinya
mereka memberikan kekuatan mereka hanya dengan sesajen yang tidak seberapa.
Fungsi sesajen juga berarti roh itu dapat makan, sungguh lucu sebuah roh dapat
makan. Padahal mereka tidak memiliki bentuk fisik.

Dalam halaman 14 yang membahas polities atau kepercayaan kepada


dewa-dewa namun memiliki tugasnya masing-masing. Saya Mengkritik, dewa-
dewa artinya banyak Tuhan yang disembah, tugas-tugas artinya masing-masing
dewa memiliki tugas. Untuk memenuhi tugas pasti dibutuhkan kemampuan,
kembali lagi berarti masing-masing dewa memiliki kemampuan yang berbeda-
beda untuk melakukan tugasnya masing-masing. Apakah dewa punya tugas?
Siapa yang menugaskan mereka? Bukankah mereka maha kuasa dan maha kuat.
Mengapa harus melaksanakan tugas? Artinya mereka berkerja demi manusia atau
alam semesta. Tidak dapat mengatur kehendak pribadi bukanlah maha kuasa. Lalu
dewa hanya memiliki 1 kemampuan yang selaras dengan tugasnya, berarti ketika
ada dewa yang tidak melaksanakan tugasnya dewa lain menggantikannya?
Padahal dewa hanya memiliki 1 kemampuan dan butuh kepada dewa lainnya. Ini
sudah jelas bukan Tuhan yang patut disembah.

Anda mungkin juga menyukai