Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKIATRI

Terapi Modalitas pada Klien Gangguan Jiwa

Ns. Windy Freska, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 9
1. Yani Rahmadani (2211313012)
2. Chealsy Florentina Balqis (2211313013)
3. Ananda Putri Ramadan (2211313014)
4. Kemala Putri Ayunda (2211313015)
5. Anisa Wardah Nabila (2211313016)
6. Ainul Mardiah (2211313017)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah -Nya
sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang.
Dengan adanya penulisan makalah ini, semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa
menyelesaikan masalah-masalah yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu Keperawatan terutama
materi “Terapi Modalitas pada Klien Gangguan Jiwa”. Disamping itu kami menyadari bahwa
mungkin terdapat banyak kesalahan baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya yang tidak
penulis ketahui.

Kami menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Padang, 13 Maret 2024


Penulis

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3
1.3 TUJUAN ..................................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 5
2.1 Terapi Modalitas ......................................................................................................................... 5
2.2 Terapi Aktivitas Kelompok ....................................................................................................... 11
2.3 Terapi Somatik dan Terapi Psikofarmaka ................................................................................. 13
BAB III .............................................................................................................................................. 26
PENUTUP ......................................................................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 26
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gangguan jiwa merupakan kondisi yang kompleks dan memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.
Kondisi ini dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku individu, yang dapat mengganggu fungsi
sehari-hari dan kualitas hidup mereka. Terapi modalitas, terapi somatik dan psikofarmaka, serta terapi
aktivitas kelompok adalah pendekatan yang penting dalam manajemen gangguan jiwa. Pendekatan
multidimensi ini menawarkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan berbagai aspek dari gangguan
jiwa, termasuk faktor fisik, psikologis, dan sosial. Terapi modalitas adalah pendekatan terapeutik yang
melibatkan intervensi psikologis untuk membantu individu mengatasi masalah emosional, perilaku, dan
kognitif mereka. Terapi ini dapat mencakup berbagai teknik, seperti terapi kognitif perilaku (CBT), terapi
interpersonal, terapi keluarga, dan terapi psikodinamik.

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk menghilangkan keluhan fisik (somatik) yang biasanya
merupakan gejala ikutan akibat stres, kecemasan dan depresi dengan cara memberikan obat-obatan pada organ
tubuh yang mengalami gangguan (Hawari, 2011). Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang
bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental
dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien
(Hawari, 2001). Terapi aktivitas kelompok adalah pendekatan terapeutik yang melibatkan interaksi antara
individu dengan gangguan jiwa dalam konteks kelompok terapeutik. Aktivitas kelompok ini dapat mencakup
diskusi kelompok, seni terapi, olahraga, meditasi, dan keterampilan sosial. Terapi aktivitas kelompok
membantu individu mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan dukungan sosial, dan
mempromosikan pemulihan melalui interaksi dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi terapi modalitas pada klien gangguan jiwa?
2. Apakah tujuan dari terapi modalitas pada klien gangguan jiwa?
3. Apa saja jenis – jenis terapi modalitas pada klien gangguan jiwa?
4. Bagaimana peran perawat dalam terapi modalitas pada klien gangguan jiwa?
5. Apa definisi terapi somatik pada klien gangguan jiwa?
6. Apa jenis jenis terapi somatik pada klien gangguan jiwa?
7. Apa definisi terapi psikofarmaka pada klien gangguan jiwa?

3
8. Apa saja jenis obat terapi psikofarmaka pada klien gangguan jiwa?
9. Apa definisi terapi aktivitas kelompok?
10. Apa saja jenis – jenis terapi aktivitas kelompok?
11. Apakah manfaat terapi aktivitas kelompok?
12. Apakah tujuan terapi aktivitas kelompok?
13. Bagaimana tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi terapi modalitas pada klien gangguan jiwa.
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas pada klien gangguan jiwa.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis terapi modalitas pada klien gangguan jiwa.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas pada klien gangguan jiwa.
5. Untuk mengetahui definisi terapi somatik pada klien gangguan jiwa.
6. Untuk mengetahui jenis jenis terapi somatik pada klien gangguan jiwa.
7. Untuk mengetahui definisi terapi psikofarmaka pada klien gangguan jiwa.
8. Untuk mengetahui jenis obat terapi psikofarmaka pada klien gangguan jiwa.
9. Untuk mengetahui definisi terapi aktivitas kelompok.
10. Untuk mengetahui jenis – jenis terapi aktivitas kelompok.
11. Untuk mengetahui manfaat terapi aktivitas kelompok.
12. Untuk mengetahui tujuan terapi aktivitas kelompok.
13. Untuk mengetahui tahap tahap dalam terapi aktivitas kelompok.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Modalitas


A. Pengertian terapi modalitas

Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif (Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan
masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman,
dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
B. Tujuan terapi modalitas

Tujun dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperavatan jiwa adalah:


1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).

C. Jenis jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa


1. Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pengertian.
Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dialakukan secra kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep,2008).
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya dikuti olch beberapa
pasien yang mempunyai masalah yang sama atau sejenis dan dipandu olch satu atau lebih terapis
pada saat yang sama dengan cara berdiskusi satu sama lain. (Susana, 2011) menurut Depkes RI
terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap
sejumlah pasien pada waktu yang sama untukm memantau dan meningkatkan hubungan antar
anggota (Prabowo,2014).
b. Kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1) Model lokal konflik

5
Model Terapi Aktivitas Kelompok ini pimpinan kelompok harus memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaaan untuk penyelesaian masalah atau konflik.
2) Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi
teraupetik. Dengan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok.
3) Model interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok
dapat belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat
dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
4) Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa
yang baru terjadi atau peristiva yang pernah terjadi sebelumnya. Anggota memainkan peran
sesuai dengan yang pernah dialami. (Direja,2011)
c. Jenis/macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis puraningsih (2010).
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
Merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien menstimulasi persepsi dalam
upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Merupakan terapi aktivitas yang digunakan untuk menstimulasi pada sensasi pasien,
kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui
gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan. Terapi aktivitas ini untuk menstimulasi sensori
pasien yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengorientasikan pasien terhadap situasi
nyata. Biasanya dilakukan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat. Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien
yaitu diri sendiri, orang lain yang dekat dengan pasien, lingkungan yang pernah mempunyai
hubungan dengan pasien dan waktu saat ini maupun yang lalu.
4) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan
interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial. Pasien dibantu untuk melakukan
sosialisasi dengan individu yang ada disekitar pasien.
d. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010).
a) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
• Meningkatkan kemampuan orientasi realit
• Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
• Meningkatkan kemampuan intelektual
• Mengungkapkan perasaannya
• Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain

6
b) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
• Meningkatkan kemampuan sensori
• Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
• Meningkatkan kesegaran jasmani
• Mengekspresikan perasaan
c) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
• Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan eksternal
• Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
• Pembicaraan pasien sesuai realita
d) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
• Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
• Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
• Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar persepsi dengan orang lain
• Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

d. Peran perawat dalam terapi modalitas

Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak sebagai leader, fasilitator,
evaluator,dan motivator (Nasir dan Muhits, 2011). Tindakan tersebut meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali scluruh anggota keluarga, misalnya perawat menjelaskan
mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki
semua anggota keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan
dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan bahwa anggota keluarga klien mampu
memecahkan masalah yang dihadapi anggota keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan keschatan. Perawat menunjukkan institusi
keschatan mana yang harusbekerja sama dengan keluarga dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan, perawatan dirumah,
pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga yang kurang memahami perilaku schat
didiskusikan atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.

e. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai beberapa manfaat:
1) Umum
• Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan
baik dengan atau dari orang lain
• melakukan sosialisasi
• membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
2) Khusus

7
• Meningkatkan identitas diri
• Menyalurkan emosi secara konstruktif
• Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3) Rehabilitasi
• Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
• Meningkatkan kemampuan social
• Meningkatkan kemampuan empati
• Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah
f. Tahapan dalamTerapi Aktivitas Kelompok
Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010) adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader,
anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok dilaksanakan serta proposal lengkap dengan
media apa saja yang digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2) Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:
a) Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b) Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan
siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugas anggotanya
dan saling ketergantungan yang akan terjadi
c) Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah dan
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada fase ini akan terjadi:
a) Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya
b) Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang
telah terbina
c) Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d) Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil
dan realistis
e) Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
f) Fase ini ditandai dengan penyclesaian masalah yang kreatif
4) Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok
mungkin akan mengalami terminasi premature, sukses atau tidak sukses. Terminasi dapat
menyebabkan kecemasa,regresi atau kecewa. Untuk hal itu terapis perlu mengevaluasi
kegiatan dan menujukkan sikap betapa bermaknnya kegiatan tersebut, menganjurkan
anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota. Akhir terapi aktivitas kelompok
harus dievaluasi, bisa melalui pre atau post test.

8
g. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010) sebagai
berikut:
1) Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam
kelompokmembantu kelomopok untuk menyadari dinamisnyakelomok, menjadi
motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
memimpin dan mengarahkan jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberikan stimulus pada anggota kelompok
lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan terapi aktivitas kelompok.
3) Tugas sebagai observer
Tugas scorang observer adalah mengamati serta mencatat respon pasien, mengamati
jalannya proses terapi aktivitas kelompok dan menangani anggota kelompok yang drop
out.

2. Terapi Keluarga
a. Pengertian
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Tetapi keluarga
merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi
keluarga secara schat (Nasir dan Muhits, 2011). Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk
psikoterapi kelompok yang berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan
bukan suatu mahluk yang terisolir.
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1) Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan olch Minuchin, konsepnya adalh keluarga adalah suatu sistem
sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga
berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak
bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif
menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi
hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota
keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter.
2) Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling) dimana
setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada
salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan
bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat.
c. Tujuan:
• Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
• Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing- masing anggota keluarga.

9
• Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
• Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
• Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga
• Meningkatkan keschatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota
keluarga
d. Manfaat terapi keluarga:
1) Klien
• Mempercepat proses penyembuhan
• Memperbaiki hubungan interpersonal.
• Menurunkan angka kekambuhan
2) Keluarga
• Memperbaii fungsi & struktur keluarga
• Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien shingga lebih dapat.
menerima, toleran & menghargai klien sebagai manusia
• Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam proses
rehabilitasi
e. Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan keperawatan yang
relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah
memberikan psiko edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah
memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut Newman intervensi yang
dilakuakn perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu:
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga.
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk mencapai
tujuan dan usaha untuk berubah
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4) Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi, dll
f. Peran Keluarga Dalam Terapi keluarga
a) Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien
dan aktivitasnya.
b) Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
c) Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
d) Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien.
e) Membangun self esteem.
f) Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
g) Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
h) Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

10
2.2 Terapi Aktivitas Kelompok
Terjadinya Terapi aktivitas kelompok:
a. pengertian Terapi aktivitas kelompok
terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok pasien yang mepunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai
terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Klliat, 2015). Terapi aktivitas kelompok
adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang
sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997 dalam Prabowo,
2017)
b. jenis jenis Terapi aktivitas kelompok
Menurut Purwaningsih (2012) terdapat beberapa macam terapi aktivitas kelompok di antaranya
a) Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/ persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi dalam upaya
memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan:
• Meningkatkan kemampuan orientasi realita
• Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
• Meningkatkan kemampuan intelektual
• Mengemukakan pendapat dan menerka pendapat orang lain Mengemukakan perasaannya
Karakteristik:
• Klien dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai- nilai
• Menarik diri dari realitas
• Inisiasi atau ide-ide negative
b) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian di observasi reaksi
sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan
ucapan kelompok untuk menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran fungsi
sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal. Tujuan:
• Meningkatkan kemampuan sensori
• Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
• Meningkatkin kesegaran jasmani
• Mengekspresikan perasaan
c) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang
ada di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai
hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktivitas kelompok orientasi
realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata(realitas).
Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang,

11
waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun
secara didaktik.
Tujuan:
• Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensari somatik) dan
stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
• Klien dapat membedakan antara lamunan dan kenvatan
• Pembicaraan Klien sesuai realitas
• Klien mampu mengenalidiri sendiri
• Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
d) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Kegiatan
sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimaksudkan memfasilltasi psikoterapis
untuk:
• Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
• Memberi tanggapan terhadap orang lain
• Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
• Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
merigekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus
• Klien mampu menyebutkan identitasnya
• Menyebutkan identitas anggota kelompok
• Berespon terhadap anggota kelompok
• Mengikuti aturan main.
• Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik:
• Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatifuntuk mengikuti kegiatan ruangan
• Klien menar diri, kontak sosial kurang
• Klien dengan harga diri rendah
• Klien curiga, gelisah, takut dan cemas
• Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai
pertanyaan
c. Manfaat Terapi aktivitas kelompok
• Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh anggota
kelompokyang lain.
• Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang
destruktif an maladaptif.
• Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantusatu sama lain untuk menemukan
cara menyelesaikan masalah.

12
d. Tujuan Terapi aktivitas kelompok
a) Terapeutik
Meningkatkan kemampuan pasien, memfasilitasi proses interaksi, membangkitkan motivasi untuk
kemajuan fungsi kognitif dan afektif, serta mempelajari cara baru dalam mengatasi masalah dan
melakukan sosialisasi.
b) Rehabilitatif
Meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan berempati, meningkatkan
kemampuan sosial., serta tanggung jawabnya dalam hubungan interpersonal.
c) Khusus
Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara instruktif dan meningkatkakn hubungan
interpersonal atau sosial
e. Tahap- tahap dalam Terapi aktivitas kelompok
1. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan timbulnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan peran baru.
fase ini terbagi atas tigafase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
• Tahap orientasi Pada fase ini anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-
masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota
• Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan membantu kelompok mengenali
penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif
• Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih
intim satu sama lain
2. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Pada akhir fase
ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya
diri dan kemandirian
3. Fase Terminasi
Fase ini ditAndai oleh perasaan puasdan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual
pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir.

2.3 Terapi Somatik dan Terapi Psikofarmaka


1. Pengertian Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk menghilangkan keluhan fisik (somatik) yang biasanya
merupakan gejala ikutan akibat stres, kecemasan dan depresi dengan cara memberikan obat-obatan pada organ
tubuh yang mengalami gangguan (Hawari, 2011).

2. Jenis-jenis Terapi Somatik


1. Restrain

13
Restrain adalah terapi yang menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik
klien. Alat tersebut meliputi penggunaan mantest untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.
Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien
sudah tidak dapat di atasi atau di kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan. Alasan
pengikatan adalah:

a) Menghindari risiko menciderai diri sendiri atau orang lain.


b) Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku agresif sudah tidak mempan lagi
c) Mencegah jatuh pada pasien yang sedang bingung
d) Agar pasien bisa istirahat
e) Pasien minta sendiri agar perilakunya bisa terkontrol.

Indikasi restrain yaitu:

a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya


b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi obat-obatan
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian diri
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk istirahat, makan dan
minum.

Prinsip intervensi restrain ini melindungi klien dari cidera fisik dan memberikan lingkungan yang
nyaman. Restrain dapat membuat klien merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah
perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus apakah sesuai dengan indikasi terapi, dan
terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang lain gagal mengatasi perilaku
agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan
staf yang cukup dan harus terlatih dalam mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat perencaan
pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman, dan lingkungan restrain harus bebas dari benda-
benda yang berbahaya.

2. Seklusi

14
Seklusi adalah bentuk terapi yang mengurung klien dalam ruangan khusus. Klien tidak dapat
meninggalkan ruangan tersebut secara bebas. Bentuk siklusi dapat berupa pengurungan diruangan tidak
terkunci sampai pengurungan dalam ruangan yang terkunci dengan kasur tanpa seprei, terganting dari tingkat
kegawatan klien. Indikasi seklusi yaitu dengan perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan..

Kontra indikasi dari terapi ini antara lain:

a) Resiko tinggi bunuh diri


b) Klien dengan gangguan sosial
c) Kebutuhan untuk observasi masalah medis
d) Hukuman

3. ECT (Electro Convulsif Therapie)


ECT adalah suatu tidakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita
baik tonik maupun klonik. Terapi ini dilakukan dengan memberikan kejutan listrik di kepala melalui elektroda
yang ditusukkan di kulit kepala. Kejutan listrik bisa memberikan dampak pada nerokimia, neuroendrokrin,
dan neuropsikologis seperti dampak obat-obatan antidepresan dalam waktu yang lama. (Black, 1993). Fink
(1990) juga mengatakan bahwa ECT menghasilkan perubahan pada reseptor neurotransmitter seperti
asetilkolin, nor epinefrin, dopamin dan serotonin sama seperti obat antidepresan.

Peran Perawat dalam pemberian ECT adalah Perawat harus mengkaji pengetahuan dan pendapat pasien
dan keluarganya tentang ECT, memberikan penjelasan dan dukungan agar mereka tidak cemas. Langkah-
langkah yang harus diberikan:

a) Memberikan dukungan emosi dan penjelasan kepada pasien dan keluarganya


b) Mengkaji kondisi fisik pasien
c) Menyiapkan pasien
d) Mengamati respon pasien setelah ECT
e) Pastikan pasien atau keluarganya sudah memberikan inform consent.
Indikasi Terapi ECT bisa dilakukan pada:

a. Pasien yang kekurangan gizi karena dikhawatirkan akan ada komplikasi medis

15
b. Pasien dengan penyakit jantung yang tidak bisa mentoleransi obat-obat anti depresan
c. Pasien psikotik yang depresi dan tidak mempan lagi dengan obat d) Pasien yang pada fase depresi tidak
mempan lagi dengan obat
d. Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespons lagi terhadap obat
e. Pasien dengan bunuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan untuk dapat mencapai efek
terapeutik
f. Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek terapi pengobatan, seperti pada
pasien lansia dengan blok jantung, dan selama kehamilan
Kontra indikasi Terapi ECT:

a) Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial.
b) Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
c) Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.
d) Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung.
e) Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini

4. Foto Terapi

Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien
pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter
di depan klien diletakkan lampu setinggi mata. Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang.
Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon kalau
diberikan pada sore hari. Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan
klien membaik setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan.

1) Indikasi penggunaan fototerapi


Fototerapi dpt menurunkan 75% gejala depresi yg dialami klien akibat perubahan cuaca (seasonal
affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan,
mendung terus menerus yg bisa mencetuskan depresi pd beberapa org.

2) Mekanisme Kerja

16
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya gelap terang pada kondisi biologis.
Dengan adanya cahaya terang terpapar pada mata akan merangsang sisten neurotransmiter serotonin &
dopamin yang berperanan pada depresi.

3) Efek Samping
Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang,
insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering, keluar sekresi dari hidung dan sinus.

5. Terapi Derivat Tidur

Terapi derivat tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan cara mengurangi jumlah jam tidur
klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yang bermakna setelah jam
tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama pengurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.

a) Indikasi

Terapi derivat tidur dianjurkan untuk klien depresi.

b) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja terapi derivat tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang berdampak anti depresan
Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi.

c) Efek Samping

Klien yang di diagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar bila diberikan terapi ini dapat
mengalami gejala mania.

3.Pengertian Terapi Psikofarmaka

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP)
dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari, 2001).

Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti- depresi, anti-mania,
anti-ansietas, antiinsomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik
antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika (Hawari, 2001).

17
Obat psikofarmaka, sebagai salah satu zat psikoaktif bila digunakan secara salah (misuse) atau
disalahgunakan (abuse) beresiko menyebabkan gangguan jiwa. Menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) penyalahgunaan obat psikoaktif digolongkan kedalam gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.

Gangguan mental dan perilaku tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk:

1. Intoksikasi akut (tanpa atau dengan komplikasi)

Kondisi ini berkaitan dengan dosis zat yang digunakan (efek yang berbeda pada dosis yang berbeda

2. Penggunaan yang merugikan (harmful use)

Kondisi ini merupakan pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan (dapat berupa fisik dan
atau mental).

3. Sindrom ketergantungan (dependence syndrome)

Kondisi ini ditandai dengan munculnya keinginan yang sangat kuat (dorongan kompulsif) untuk
menggunakan zat psikoaktif secara terus menerus dengan tujuan memperoleh efek psiko aktif dari zat
tersebut.

4. Keadaan putus obat (withdrawd state)

Adalah gejala-gejala fisik dan mental yang timbul pada saat penghentian penggunaan zat yang terus
menerus dalam jangka waktu panjang atau dosis tinggi. Gejala putus obat, sangat tergantung pada jenis dan
dosis zat yang digunakan. Gejala putus zat,akan mereda bila pengguna meneruskan penggunaan zat. Ini
merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.

5. Gangguan psikotik

Merupakan sekumpulan gejala-gejala psikotik yang terjadi selama atau segera setelah penggunaan zat
psikoaktif. Gejala psikotik ditandai dengan adanya halusinasi, kekeliruan identifikasi, waham dan atau ideas
of reference (gagasan yang menyangkut diri sendiri sebagai acuan) yang seringkali bersifat kecurigaan atau
kejaran.

6. Sindrom amnestik

18
Sindrom amnestik adalah hendaya/gangguan daya ingat jangka pendek (recent memory) yang menonjol.

4. Jenis Obat Psikofarmaka


1. Anti Psikotik

a) Pengertian

Anti Psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik: Neuroleptika adalah obat-obat
yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum, seperti berpikir,
dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi, agresi, dan dapat juga mengurangi gangguan jiwa
seperti; halusinasi serta menormalkan perilaku yang tidak normal.

b) Penggolongan

1) Fenotiazin, contoh obat : chlorpromazine (dosis 150-600 mg/hari), thioridazin (dosis 150-600 mg/hari),
Trifluoperazin (dosis 10-15 mg/hari), perfenazin (12-24 mg/hari), Flufenazin (dosis 10-15 mg/hari).
2) Butirofenon, contoh obat: Halloperidol (dosis 5-15 mg/hari), Droperidol (dosis 7,5-15 mg/hari).
3) Difenilbutil piperidin, contoh obat pimozide (dosis 1-4 mg/hari). Atypcal, contoh obat: Risperidon (dosis
2-6 mg/hari).
c) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari obat anti-psikosis yaitu Memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaps neuron
di otak, dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergic dan histamine. Untuk obat generasi
pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalau selektif benzamid sangat selektif dalam
memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis golongan atypical memblokade reseptor dopamine dan
juga serotonin 5HT2.

d) Indikasi

Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk memgurangi delusi,
halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Major transquilizer
juga efektif dalam menangani mania, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia.

e) Efek Samping

Efek samping pada sistem saraf:

19
1) Parkinson: gejalanya tremor, Bradikinesia, Rigiditas (gangguan tonus otof).

2) Distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama. Tanda-tandanya muka menyeringai, gerakan tubuh
dan anggota tubuh tidak terkontrol.

3) Akathisia: Ditandai dengan perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan
cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk.

4) Tardive dyskinesia: Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka
panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah,
wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.

Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side effect:

1) Mulut kering

2) Konstipasi

3) Pandangan kabur, akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris) menyebabkan
presbyopia

4) Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergic

5) Kongesti/sumbatan nasal

f) Kontraindikasi

Obat-obat anti-psikosis berkontradiksi dengan penyakit hati, penyakt darah, kelainan jantung, epilepsy, febris
yang tinggi, penyakit SSP, ketergantungan alcohol, dan gangguan kesadaran.

2. Anti Depresan

a) Pengertian

Antidepresan adalah obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa dengan menghilangkan atau
meringankan gejala keadaan murung, yang idak disebabkan oleh kesulitan social ekonomi, obat-obatan, atau
penyakit.

b) Penggolongan

1. Trisiklik (TCA): Amitriptilin (75-150 mg/hari), Imipramin (75-150 mg/hari).

20
2. SSRI (Specific Serotonik Reactase Inhibitor): sentralin (50-150 mg/hari), Fluvoxamin (50-100 mg/hari),
Fluxentin (20-40 mg/hari), Paroxentin (20- 40 mg/hari).
3. MAOI: Moclobemide (300-600 mg/fari)
4. Atypical mianserin (30-60 mg/hari), Trazodon (75-150 mg/hari), Maprotilin (75-150 mg/hari dosis
terbagi).
c) Mekanisme Kerja

Menghambat re-uptake aminergic neurotransmiter, menghambat penghancuran oleh enzim monoamine


oxidaseà sehingga tijd peningkatan jumlah aminergic neurotransmiter pana sinaps neuron di SSP.

d) Indikasi

Obat antidepresan digunakan untuk penderita depresi dan kadang juga berguna untuk penderita ansietas
foba, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

e) Efek samping

1) Sedasi

2) Efek Antikolinergik (mulut kering, penghilatan kabur, konstipasi, sinus takikardi)

3) Efek Anti Adrenergik Alfa (perubahan EKG, hipotensi)

4) Efek Neurotoksik

f) Kontraindikasi

Kontraindikasi pada penyakit jantung koroner, Glaucoma, retensi urin, hipertensi, prostat, gangguan
fungsi hati, epilepsy.

3. Anti Mania

a) Pengertian

Obat Antimania adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan kecenderungan patologis untuk suatu
aktivitas tertentu, yang tidak dapat dikendalikan, misalnya mengutil (kleptomania).

b) Penggolongan

Obat antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat (250-500 mg/hari).

21
c) Mekanisme Kerja

Efek anti mania dari lithium carbonate disebabkan kemampuanya mengurangi dopamine reseptor
supersensitivity, weningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat cyclic adenosine
monophospate.

d) Efek Samping

1) Efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi
nausea, diare.
2) Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan
disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema.
e) Kontraindikasi

Respon hipersensitivitas terhdap litium karbonat, penyakit ginjal, penyakit tiroid.

f) Indikasi

Mengurangi Agresivitas, Tidak menimbulkan efek sedatif, Mengoreksi / Mengontrol pola tidur, iritable
dan adariya Flight Of Idea. Pada Mania dengan kondisi berat pemberian anti mania di kombinasi dengan
obat anti psikotik.

4. Anti Ansietas

a) Pengertian

Obat yang digunakan untuk gangguan mental yang sering dijumpai dengan ansietas berat serupa dengan
takut (seoerti takikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi) dan rasa takut, gelisah rasa takut yang mungkin timbul
dari penyebab yang tidak diketahui.

b) Penggolongan

1. Benzodiazepine
Obat anti ansietas golongan Benzodiazepin yang menjadi acuan adalah Diazepam/Klordiazepoksid.

2. Non benzodiazepine
Untuk obat non benzodiazepine antara lain Sulpirid dan Buspiron.

➢ Diazepam (Valium)2 mg/tab. 5 mg/injeksi

22
➢ Chlordiazepoxide (Etabrium) :5,10 mg/tab
➢ Frisium (Clubazam) : 10 mg
➢ Xanac (AlphaZolam) : 0,25mg & 0,5 mg/tab
➢ Sulfiride (Dogmasil) : 50 mg/tab
➢ Buspiron (Buspar) : 10 mg/tab
c) Efek Samping

Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat antiansietas antara lain: mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerjaa psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah, relaksasi otot (rasa lemas, cepat
lelah).

d) Indikasi

Untuk mengobati ansietas dan gangguan ansietas, insomnia, depresi, gangguan stress pasca trauma, putus
alkohol.

e) Kontraindikasi

Pasien dengan hipersensitif terhadap joenzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis, insufisiensi paru kronik,
penyakit ginjal dan penyakit hati kronik.

5. Anti Insomia

a) Pengertian

Obat yang digunakan untuk gejala/kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur

b) Penggolongan Obat

Obat acuan adalah fenobarbital

1) Benzodiazepine: Nitrazepam, Trizolam, Estazolam


2) Non Benzodiazepin: Choral Hydrate, Nitrazepam (Magadon) 5 mg/tab, Estazolam (Esilgan) 1,2 mg/tab.
c) Efek Samping

Depresi susunan saraf pusat terutama pada saat tidur sehingga memudahkan timbulnya koma, karena
terjadinya penurunan dari fungsi pernapasan, selain itu terjadi uremia, dan gangguan fungsi hati.

d) Kontraindikasi

23
Berkontraindikasi pada wanita hamil dan menyusui, gagal jantung, penyakit pernapasan akut, dan
sleep apnoe syndrome.

6. Anti Panik

Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic disorders. Sediaan obat anti-panik di
Indonesia adalah imipramine, clomipramine, alprazolam, moclobemide, sertraline, fluoxatine, parocetine,
fluvoxamine. Penggolongan obat antipanik adalah obat anti-panik trisiklik (impramine, clomipramine), obat
anti- panik benzodiazepine (alprazolam) dan obat anti-panik RIMA/reversible inhibitors of monoamine
oxydase-A (moclobmide)serta obat anti-panik SSRI (sertraline, fluoxetine, paroxetine, fluvoxamine). Indikasi
penggunaan obat ini adalah sindrom panik. Diagnostik sindrom panik dapat ditegakkan paling sedikit satu
bulan individu mengalami beberapa kali serangan ansietas berat, gejala tersebut dapat terjadi dengan atau
tanpa agoraphobia. Parik merupakan gejala yang merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
aktivitas sehari-hari (phobic avoidance). Efek samping yang ditimbulkan antara lain: mengantuk, sedasi,
kewaspadaan berkurang, dan Neurotoksik.

7. Anti-Obsesif Kompulsif

Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs used in obsessivecompulsive disorders. obat
yang digunakan pada orang yang menderita obsesi yaitu munculnya gambaran/ ide-ide yang tidak di inginkan
yang menimbulkan kecemasan berulang.

Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di Indonesia adalah clomipramine, fluvoxamine, sertraline, fluoxetine,
paroxetine. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom obsesif kompulsi. Diagnostik obsesif kompulsif
dapat diketahui bila individu sedikitnya dua minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala obsesif
kompulsif, dan gejala tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas sehari-
hari (disability

Efek samping obat anti obsesi-kompulsi, sama seperti obat antidepresi trisiklik, dapat berupa:

a) Efek antihistamin (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dan lain-lain)

24
b) Efek antikolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi,
gangguan fungsi seksual, sinus takikardi, dan lain-lain).
c) Efek antiadrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik)
d) Efek neurotoksis (tremor halus, kejang epileptik, agitasi, insomnia)

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, terapi modalitas, terapi somatik dan psikofarmaka, serta terapi aktivitas
kelompok merupakan pendekatan yang penting dalam mengelola gangguan jiwa. Terapi
modalitas, seperti terapi kognitif perilaku, terapi interpersonal, dan terapi keluarga, membantu
individu dalam mengatasi berbagai tantangan emosional, kognitif, dan perilaku yang terkait
dengan gangguan jiwa. Di sisi lain, terapi somatik dan psikofarmaka menyediakan intervensi fisik
dan farmakologis yang efektif dalam mengurangi gejala gangguan jiwa serta meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental klien. Sementara itu, terapi aktivitas kelompok memberikan
dukungan sosial, meningkatkan keterampilan sosial, dan mempromosikan pemulihan melalui
interaksi dengan individu lain yang mengalami pengalaman serupa. Dengan menggabungkan
berbagai pendekatan ini dalam perawatan holistik, diharapkan individu dengan gangguan jiwa
dapat mencapai pemulihan yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Kesimpulannya, Penting bagi para profesional kesehatan mental, terutama perawat, untuk
memahami dan menerapkan berbagai terapi tersebut secara efektif dalam praktek klinis mereka.
Kolaborasi antara berbagai tim perawatan kesehatan mental juga sangat diperlukan untuk
menyediakan perawatan yang holistik dan terkoordinasi bagi klien dengan gangguan jiwa. Dengan
demikian, implementasi terapi modalitas, terapi somatik dan psikofarmaka, serta terapi aktivitas
kelompok merupakan langkah penting dalam mengatasi tantangan yang dihadapi individu dengan
gangguan jiwa dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara menyeluruhdiperhatikan.

3.2 Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Karena itu, penulis berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini dan juga
dapat menjadi pedoman dalam penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan khususnya juga para pembaca pada umumnya

26
DAFTAR PUSTAKA

Buku Modul Standar Operasional Prosedur (SOP) Keterampilan


Keperawatan. (2022). (n.p.): Lembaga Omega Medika.
Buku Saku Macam-Macam Terapi Keperawatan Jiwa. (n.d.). (n.p.): guepedia.
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Hawari. 2011. manajemen stres cemas dan depresi. jakarta balai penerbit

Kaplan & Sadock (1997). Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh. Jakarta.

KEPERAWATAN GERONTIK Pengetahuan Praktis Bagi Perawat dan Mahasiswa


Keperawatan. (n.d.). (n.p.): Penerbit Adab.
KEPERAWATAN JIWA (Konsep Asuhan Keperawatan pada Diagnosa Keperawatan Jiwa)
Penerbit LovRinz. (2022). (n.p.): LovRinz Publishing.
MODUL TERAPI FAMILY PSYCOEDUCATION (FPE) UNTUK KELUARGA: Mengatasi
Masalah-Masalah Psikologis Keluarga. (n.d.). (n.p.): Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai