Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PANCASILA

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Dr. Urip Giyono, SH, MH

Disusun Oleh :
Alifia Mumtaz (2381030062)
Siti Sa’adah (2381030086)

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena Rahmat dan
Karuni-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah Pendidikan
Pancasila. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan kewarganegaraan.
Didalam Makalah ini, berisi tentang penjelasan mengenai Pembahasan dalam karya ilmiah.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik suka maupun duka, baik itu yang datang
dari kami maupun yang datang dari luar. Kami menyadari banyak hal yang tidak sempurna di
dalam makalah yang sederhana ini.

Karena itu, kami meminta maaf sebesar-besarnya dan sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk Makalah-Makalah lainnya. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr. Urip Giyono, SH, MH. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang sedang kami pelajari. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu terselesainya tugas makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi kami dan semua yang membaca makalah ini.
Serta mudah mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 2
A. Pengertian Etika Politik............................................................................................................. 2
B. Nilai-Nilai Dalam Etika Pancasila ............................................................................................. 3
C. Nilai-Nilai Pancasila Dalam Sumber Etika Politik ..................................................................... 4
D. Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila ......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai.
Sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma
sosial, maupun norma kenegaraan lainnya. Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan
dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Manakala nilai-nilai tersebut akan
dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam
masyarakat, bangsa, maupun negara maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan
dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga menjadi suatu pedoman. Norma-norma
tersebut meliputi: norma moral dan norma hukum. Jadi sila-sila Pancasila pada
hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normtif atau
praksis melainkan merupakan suatu sistem nilainilai etika yang merupakan sumber
norma baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada gilirannya harus
dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral, maupun norma hukum dalam
kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika politik?
2. Apa saja nilai-nilai etika dalam Pancasila?
3. Apa saja nilai-nilai Pancasila sebagai sumber dan prinsip etika politik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika politik
2. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila
3. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila sebagai dan prinsip etika politik

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Politik

Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti
watak atau dalam bahasa Indonesia diartikan kesusilaan. Etika adalah sebuah ilmu yaitu
sebagai salah satu cabang Ilmu Filsafat yang mengajarkan bagaimana hidup secara arif
atau bijaksana sehingga filsafat etika dikenal juga sebagai filsafat moral.
Menurut Mustansyir (2001:29) etika mengandung tiga pengertian : 1) kata etika
digunakan dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok, 2) etika berarti kumpulan asas atau nilai moral
misalnya kode etik, 3) etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Filsafat teoritis, dalam filsafat teoritis mempertanyakan segala sesuatu yang ada
dan berusaha mencari jawabannya. Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat
realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang pengetahuan, dan lain-lain.
2. Filsafat praktis, membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada.
Etika filsafat praktis dibagi menjadi dua, yaitu: etika umum dan etika khusus.
Etika umum mempertanyakan prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia. Sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia.

Politik berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam


kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Secara
operasional bidang politik menyangkut bidang-bidang pokok yang berkaitan dengan
negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, pembagian, serta alokasi.

Etika politik adalah suatu tata kelakuan atau hal yang sewajarnya dilakukan
dalam bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan tujuan kenegaraan. Sedangkan etika politik berdasarkan Pancasila
adalah etika berpolitik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2
Maka etika politik yang juga diajarkan Al-Qur’an adalah nilai keadilan terhadap
sesama manusia. Islam tidak menghendaki adanya hukum rimba dimana yang kuat dan
berkuasa dapat menindas yang lemah. Islam sangat menjunjung tinggi keadilan tanpa
memandang agama, ras, dan perbedaan lainnya. Dalam hal ini Al-Qur’an dengan tegas
telah memberikan pertanyaan :

ُ ‫شن َٰانُ قَ ْو ٍم َع ٰ ٰٓلى ا َ اَّل تَ ْع ِدلُ ْو ۗا ِا ْع ِدلُ ْو ۗا ه َُو ا َ ْق َر‬


‫ب‬ ِِۖ ‫ش َهد َ ۤا َء ِب ْال ِقس‬
َ ‫ْط َو ََّل َيجْ ِر َمنا ُك ْم‬ ِ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الا ِذيْنَ ٰا َم ُن ْوا ُك ْونُ ْوا َق او ِاميْنَ ِ ه‬
ُ ‫ّلِل‬
٨ َ‫ّللا خَ ِبي ٌْۢر ِب َما ت َ ْع َملُ ْون‬
‫۝‬ َ ۗ ‫ِللت ا ْق ٰو ِۖى َواتاقُوا ه‬
َ ‫ّللا ا اِن ه‬

“ Hai orang orang yang beriman hendaklah kamu menjadi saksi yang adil
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa “
(QS. Al-Maidah [6]:8 )

‫اس أ َ ْن ت َ ْح ك ُ ُم وا‬
ِ ‫ت إ ِ ل َ ٰى أ َ هْ ل ِ َه ا َو إ ِ ذ َ ا َح ك َ ْم ت ُ ْم ب َ ي ْ َن ال ن ا‬ ْ ‫إ ِ ان ّللاا َ ي َ أ ْ ُم ُر ك ُ ْم أ َ ْن ت ُ َؤ د ُّوا‬
ِ ‫اْل َ َم ا ن َا‬
٥٨‫ص ي ًر ا‬ ِ َ ‫ب ِ ال ْ ع َ د ْ ِل ۚ إ ِ ان ّللاا َ ن ِ ِع ام ا ي َ ِع ظ ُ ك ُ ْم ب ِ ه ِ ۗ إ ِ ان ّللاا َ ك َ ا َن س َ ِم ي ع ً ا ب‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”

B. Nilai-Nilai Dalam Etika Pancasila

Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah seperangkat nilai yang harus dijunjung
tinggi baik dalam bermasyarakat maupun bernegara. Dengan kata lain, Pancasila adalah
etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara.
Adapun nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai
tatanan berikut ini :
1. Tatanan bermasyarakat, seperti larangan mengeksploitasi sesama manusia
sesuai perikemanusiaan dan perikeadilan sosial.
2. Tatanan bernegara mempunyai nilai-nilai dasar yang merdeka, berdaulat, adil,
dan makmur.
3. Tatanan luar negeri, menjunjung nilai ketertiban dunia, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
4. Tatanan pemerintah daerah, menjunjung nilai-nilai permusyawaratan yang
mengakui latar belakang keistimewaan daerah.

3
5. Tatanan hidup beragama dan menjalankan ibadah dengan bebas sesuai
keyakinan masing-masing.
6. Tatanan bela negara yang menjunjung hak dan kewajiban warga negara untuk
membela negara.
7. Tatanan pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
8. Tatanan berkumpul, berserikat, dan menyatakan pendapat.
9. Tatanan hukum dan partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
10. Tatanan kesejahteraan sosial dengan menjunjung nilai-nilai kemakmuran bagi
seluruh rakyat Indonesia.

C. Nilai-Nilai Pancasila Dalam Sumber Etika Politik

Sebagai dasar filsafah Negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama
dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta sebagai kebijakan
dalam pelaksanaan dan penelenggaraan Negara. Sila pertama “Ketuhanan yang Maha
Esa” serta sila ke dua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah merupakan sumber
nilai-nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, Etika Politik menuntut agar
kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi hukum),
secara demokrasi (legitimasi demokrasi) dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
moral (legitimasi moral). (Suseno, 1987 :115).
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara baik menyangkut kekuasaan,
kebijaksanaan yang menyangkut public, pembagian serta kewenangan harus
berdasarkan legitimasi moral religious serta moral kemanusiaan. Dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan Negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan.

D. Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila

Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunyai lima


prinsip berikut ini yang disusun menurut pengelompokan Pancasila, bukan sekedar
sebuah penyesuaian dengan situasi di Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki
logika internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang
belum ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).

4
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup
dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang
berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari
informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan
sekelompok orang (Anonim, 2010).
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan
beradab. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus
diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, hak-hak
asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian sebagai
berikut.
a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian negara,
masyarakat, melainkan karena ia manusia pemberian Sang Pencipta.
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai
disadari, di ambang modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi
oleh adat/tradisi, dan sebaliknya diancam oleh negara modern.

Bila mengkaji hak asasi manusia secara umum, maka dapat dibedakan dalam bentuk
tiga generasi hak-hak asasi manusia:

1. Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratisdan


perlakuan wajar di depan hukum.
2. Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial.
3. Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif(misalnya
minoritas-minoritas etnik).

5
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan
juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya
hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan
menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
berkembang secara melingkar: keluarga, kampung, kelompok etnis, kelompok
agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa
kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu
dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar
dengan kasar oleh korupsi.
4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit,
atau sekelompok ideologi, atau sekelompok pendeta/pastur/ulama berhak untuk
menentukan dan memaksakan (menuntut dengan memakai ancaman) bagaimana
orang lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka
yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka
mau dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik (Khairunnisa, 2011). Demokrasi hanya dapat berjalan baik karena
didasari oleh dua dasar berikut.

a. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM, perlindungan terhadap HAM


menjadi prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
b. Kekuasaan dijalankan atas dasar,dan dalam ketaatan terhadap hukum
(Negara hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur
hakiki dalam demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-
wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa
masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah
yang paling-paling bisa bertahan di hari berikut.

6
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa
masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah
yang paling-paling bisa bertahan di hari berikut.
Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil
orang-orang tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur
politik/ekonomi/sosial/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan struktural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala
kemiskinan. Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap
perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di
Indonesiasekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralisms, pertama-tama ekstremisme
agama dimana mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak
juga memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.
3. Korupsi

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Etika adalah sebuah ilmu yaitu sebagai salah satu cabang Ilmu Filsafat. Politik berasal
dari kata politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik
atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Jadi, etika politik adalah suatu tata kelakuan atau hal yang
sewajarnya dilakukan dalam bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara
yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan kenegaraan. Sedangkan etika politik berdasarkan Pancasila adalah
etika berpolitik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila tertuang di berbagai tatanan, yaitu:
tatanan bermasyarakat, tatanan bernegara, tatanan kerja sama antarnegara atau tatanan luar
negeri, tatanan Pemerintah Daerah, tatanan hidup beragama, tatanan bela negara, tatanan
pendidikan, tatanan berserikat, tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan dengan
nilai-nilai dasar kesamaan bagi setiap warga negara dan kewajiban menjunjung pemerintahan
tanpa kecuali, dan tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran masyarakat
yang diutamakan dan bukan kemakmuran perseorangan.

Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Sila II juga
merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia
sebagian dari umat manusia di dunia hidup secara bersama dalam suatu wilayah dengan suatu
cita-cita serta prinsip-prinsip hidup demi kesejahteraan bersama (sila III). Negara berasal dari
rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila
IV). Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial) sebagaimana terkandung pada sila V, merupakan tujuan dalam
kehidupan negara.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Nur. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Semarang: Unissula Press
https://adoc.pub/etika-politik-berdasarkan-pancasila.html
https://www.academia.edu/80446494/MAKALAH_Politik_Berdasarkan_Pancasila
Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Soegito, Ari Tri, Suprayogi, Maman, dkk. Pendidikan Pancasila. Semarang: Unnes Press

Anda mungkin juga menyukai