13 November 2018
Bekasi,
5 Rabiul Awal 1440 H
Penyusun
(Ishlah Kaffah Putri)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
IDENTITAS BUKU 4
PEMBAHASAN 5
KOMENTAR KRITIS 22
KESIMPULAN 24
2
PENDAHULUAN
1. Alasan
Alasan saya memilih buku berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)”,
karena etika merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap
individu yang berbeda antara satu dengan lainnya. E tika yang bisa
disebut juga watak atau karakter sangat beragam, contohnya orang Jawa
yang mana memiliki tata krama yang sangat menjunjung tinggi nilai
kesopanan. Berbeda halnya dengan orang Eropa yang cenderung lebih
bebas dan casual. Maka dari itu, saya merasa harus mengetahui
bagaimana bersikap dengan berbagai orang di dunia ini yang berbeda-
beda sifat dan wataknya, salah satunya dengan mempelajari lebih lanjut
buku karya Prof. Dr. Ahmad Amin.
2. Tujuan
Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari
buku secara ringkas.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku.
Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari
penulis
Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran
3. Pentingnya Laporan
Laporan hasil bacaan ini sangat penting bagi pembaca umumnya karena
merupakan ringkasan dari buku berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” karya
Prof. Dr. Ahmad Amin yang dapat dijadikan rujukan. Tetapi ada
beberapa istilah asing yang sulit dipahami sehingga didalam laporan ini
tidak dicantumkan agar pembaca tidak kesulitan.
4. Manfaat
Setelah saya membaca dan mempelajari lebih lanjut atas isi dari buku
berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” ada banyak hal bermanfaat yaitu kehati-
hatian dalam bertindak terutama jika melibatkan orang lain, rasa ingin
melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain, menerima
warna-warni karakter orang yang berbeda-beda dengan toleransi, dan
masih hal lainnya.
Dan untuk pembaca, buku ini sangat bermanfaat dalam peningkatan
kualitas diri, dari segi akhlak. Oleh karena itu saya merekomendasikan
2
untuk membaca buku berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” karya Prof. Dr.
Ahmad Amin.
IDENTITAS BUKU
ISBN 979-418-073-4
Subjek Akhlak
Catatan Indeks
Bibliografi: hlm. 265
Bahasa Indonesia
2
PEMBAHASAN
2
Hubungan diantara kedua ilmu ini rapat juga, karena mempelajari kelakuan (perbuatan
manusia yang timbul dari kehendak) yang ia menjadi pokok persoalan etika, sangat
mendorong untuk mempelajari kehidupan masyarakat yang menjadi pokok persoalan
sosiologi.
a. Instinct
Penuturan instinct-instinct yang penting:
1. Instinct menjaga diri pribadi
Suatu keinginan (menurut wataknya) yang mendorong untuk menghadapi keadaan
sulit yang hampir membinasakannya dengan “bersenjata” yang bermacam, juga yang
mendorong untuk hidup yang lebih tinggi daripada hidupnya sekarang.
2. Instinct menjaga jenis
Dia adalah instinct yang paling kuat, dan instinct yang banyak kelihatan dalam
kehidupan. Dengan gambaran yang lebih nyata tentang instinct ini ialah suka
bercumbu-cumbuan, yaitu bertukaran cinta antara laki-laki dan perempuan.
Kenyataan instinct ini ialah belas kasih orang tua, maka tidak sedikit kedua orang tua
meninggalkan kesenangannya untuk kesenangan anak-anaknya.
3. Instinct takut
Instinct ini berakar pada manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sehingga
masuk keliang kubur. Antara instinct ini dengan instinct lainnya suka berdesak-
desakkan, seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui, dll. Instinct takut ini
mengikuti perjalanan manusia dalam masa primitif dan masa kemajuannya. Ia takut
pada dirinya, hak miliknya dan takut atas kawannya, takut dari khayalnya sendiri, dari
kemiskinan dan takut karena umur panjang dan datangnya mati. Pendek kata manusia
itu selalu menjadi hamba takut sehingga akhir jangka hidupnya.
4. Instinct memiliki
Instinct ini tampak pada manusia dikala ia menabung dan menyimpan kekayaaannya,
dan instinct ini banyak menimbulkan macam-macam kelakuan.
5. Instinct ingin mengetahui
Instinct ini mendorong fikiran manusia untuk membuka soal-soal yang masih samar
dan menghasilkan beberapa pengetahuan.
6. Instinct suka bergaul
Instinct yang menyebabkan timbulnya beberapa partai, perhimpunan, persyarikatan
dan penyusunan macam-macam susunan.
2
Definisi Instinct dan Sifatnya
Menurut James, instinct ialah suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada
dengan didahului latihan perbuatan itu.
Sifat instinct diantaranya:
1. Kekuatan instinct ini berbeda menurut perbedaan orang dan bangsanya.
2. Saat tampaknya instinct yang bermacam-macam ini, tidak terbatas dan tidak teratur
dalam manusia
3. Banyak terjadi pertentangan antara instinct-instinct, sehingga menimbulkan
kegoncangan dan keragu-raguan dalam kelakuan manusia
4. Instinct-instinct itu kelihatan dalam bentuk pendorong untuk berbuat.
5. Instinct itu adalah asas bagi perbuatan manusia disertai juga dengan akal.
Pendidikan Instinct
Insinct itu dapat tetap atau tumbuh karena pendidikan, sebagaimana ia dapat lemah
bahkan lenyap karena dilengahkan. Instinct itu tidak selalu tetap, yang berarti tidak dapat
lenyap atau lemah, sebab tidak sedikit persediaan sifat tertentu yang dibawa (waris) oleh
manusia lalu lenyap karena belum sempurna didalam waktunya. Seperti angsa atau itik,
kalau ia dijauhkan dari air sesudah lahir beberapa bulan lamanya, maka lenyaplah
keinginan instinctnya pada air bahkan kadang-kadang takut pada air itu.
Disini datang suatu pertanyaan; Bilakah perbuatan yang ditimbulkan oleh instinct
dapat diterima atau ditolak? Maka jawabannya; bahwa perbuatan yang dibangunkan oleh
instinct itu kalau buahnya baik, maka pendorongnya harus dipersemangat, dan
perbuatannya harus diulang-ulangi, tetapi kalau akibatnya buruk, maka harus ditolak dan
jangan sampai diulang-ulangi.
b. Adat Kebiasaan
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat
Kebiasaan”. Segala perbuatan, baik atau buruk menjadi adat kebiasaan karena faktor;
“Kesukaan hati kepada suatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan
suatu perbuatan dan dengan diulang-ulang secukupnya”.
2
Tatkala diulang perbuatan dan menjadi kebiasaan, maka ia dapat melakukan dalam
waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada perhatian yang banyak.
Contohnya ialah menulis; waktu kita mempelajarinya semula menulis sebaris saja
memakan waktu beberapa waktu, membutuhkan perhatian yang sempurna dan
mempersiapkan segala fikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi kebiasaan
dapatlah seorang menulis beberpa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis
satu baris, dan dapat pula ia sambil menulis fikirannya melyang ke lain jurusan.
Kekuatan Kebiasaan
Kebiasaan ialah yang memberi bagi pekerja sifat dan jalan yang tertentu dalam
fikiran, keyakinan, keinginan dan percakapan kemudian jika ia telah tercetak dalam sifat
ini, ia sangat suka kepada pekerjaannya kecuali dengan kesukaran. Kekuatan kebiasaan
ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak pendapatan-pendapatan baru dan
penemuan-penemuan baru, sedangkan kita melihat pada angkatan muda cepat sekali
memeluk dan melakukannya. Yang demikian itu karena orang-orang tua itu telah biasa
dalam fikiran yang tertentu dan biasa menjalankannya sehingga benci pada apa yang
menyalahinya, adapun angkatan muda dan anak-anak belum membiasakan macam yang
tertentu dari fikiran sehingga bersedia menerima apa yang terbukti akan kebenarannya.
Kepentingan Kebiasaan
2
Manusia itu menjadi segolongan adat kebiasaan yang berjalan dipermukaan bumi dan
nilainya tergantung kepada kebiasaanya. Maka keadaan seorang dalam pakaian dan
kebersihannya, gerak-geriknya dalam bercakap dan berjalan, cara tidur dan makannya,
perhatiannya terhadap kebutuhan badan seperti olahraga dan mandi, perhatiannya
terhadap akalnya mengenai pendidikan dan lain-lain sebagainya, semua adalah adat
kebiasaan yang membatasi suksesnya dalam hidup.
e. Kehendak
Perbuatan hasil dari kehendak mengandung ; 1. Perasaan, 2. Keinginan, 3.
Pertimbangan, 4. Azam atau niat berbuat, kemudian sesudah itu perbuatan kadang-
kadang ada dan kadang-kadang tidak terjadi. Kita contohkan sekarang tentang perbuatan,
hasil dari kehendak. Umpamanya kita menulis lalu berhenti dan kemudian pergi ke meja
makan untuk makan.
2
Perbuatan tersebut dapat mengandung beberapa hal :
1. Rasa pedihnya lapar, kita jumpai menjadi dasar bagi perbuatan, maka kalau tidak ada
rasa itu tidak berujud perbuatan
2. Keinginan makan yang tumbuh dari gambaran kelezatan kenyang pada masa yang
akan datang dan diperbandingkan dengan kepedihan lapar masa sekarang
3. Kemudian mempertimbangkan diantara keinganan makan atau melanjutkan menulis
4. Lalu datang azam atau niat berbuat, azam ini yang disebut dengan “kehendak”
kemudian diikuti perbuatan
Kekuatan Kehendak
Yang kita maksudkan dengan kehendak yang kuat ialah melakukan (mentanfidzkan)
apa yang ia maksudkan walaupun menghadapi segala kesulitan, tidak akan mundur
dihadapan rintangan-rintangan yang menghadapinya, tetap usaha sekuat mungkin untuk
menundukkannya.
Kehendak itu kadang-kadang terkena peyakit seperti :
1. Kelemahan kehendak, berarti seorang tidak dapat menolak hawa nafsunya, maka
menyerahlah ia kepada sifat marah atau sifat lainnya
2. Kehendak itu kuat akan tetapi diarahkan kepada keburukan
Mengobati Kehendak
1. Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan, seperti tubuh dapat
diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam
2. Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita leyap dengan tiada ditanfidzkan
menurut agama, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak
3. Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya didalam menjuruskan kearah dosa dan
keburukan, maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa pada jalan-jalan yang baik
dan buruk, dan ditambah keterangan tentang buah dan akibat kedua jalan itu, serta
mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kepada kebaikan
Kemerdekaan Kehendak
Adapun macamnya kemerdekaan ialah karena instinct dan milieu serta pendidikan itu
tidak melenyapkan pemilihannya dengan alaasan apa yang kita rasakan tentang
kemerdekaan memilih. Kalau sekiranya kehendak manusia itu tidak merdeka didalam
memilih kebaikan dan keburukan, tentu kewajiban akhlak dan perintah serta larangan,
tidak ada gunanya dan tidak ada artinya pahala dan siksa, pujian dan celaan.
Pendorong Perbuatan
Manusia itu menurut wataknya tidak mendorongkan berbuat kecuali kecintaannya
pada dirinya dan mencari kelezatan untuk dirinya, yakni bersifat kesaya-sayaan, tidak
menghendaki kecuali kebaikan dirinya. Etika dalam praktek menundukkan kesaya-
2
sayaan, agar sesuai dengan kemaslahatan manusia. Dan dikatakan bahwa pekerjaan etika
ialah meninggikan diri manusia sehingga ia berpendapat bahwa kelezatannya dan
kebaikannya karena mengingati kelezatan sesama manusia dan kebaikan mereka.
3.1 Akhlak
Setengah dari mereka mengartikan akhlak ialah “kebiasaan kehendak”. Berarti bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Akhlak
yang tidak kelihatan disebut “budi”, adapun akhlak yang kelihatan itu ialah “kelakuan”
atau “muamalah”.
Pendidikan Akhlak
1. Meluaskan lingkungan fikiran
Lingkungan fikiran itu bila sempit, menimbulkan akhlak yang rendah seperti apa yang
kita lihat pada orang yang bersifat kesaya-sayaan, yang tidak suka kebaikan kecuali
untuk dirinya dan tidak melihat didalam dunia ini orang yang pantas mendapat
kebaikan kecuali dia. Cara mengobati penyakit itu ialah dengan meluaskan
pandangannya sehingga mengetahui harga dirinya didalam masyarakat.
2. Berkawan dengan orang yang terpilih.
Manusia itu suka mencontoh, seperti mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian
mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak
mereka. Seorang ahli filsafat menyatakan : “kabarilah saya siapa kawanmu, saya beri
kabar kepadamu siapa engkau”. Sebab cocok memilih kawan mempengaruhi mereka
dengan pengaruh yang baik dan membagunkan kekuatan jiwa mereka yang dahulu
lemah.
3. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berfikiran luar biasa.
Suatu bangsa tidak sepi dari pahlawan, yang kalau dibaca tentu akan menimbulkan
ruh yang dapat menggerakkan jiwa untuk mendatangkan perbuatan yang besar.
4. Mewajibkan diri melakukan perbuatan baik bagi umum, yang selalu diperhatikan
olehnya dan dijadikan tujuan yang harus dikejarnya.
Sudah semestinya tiap-tiap manusia harus mempunyai bagian dari kepentingan umum
yang dicintai dan dikejarnya, dengan demikian tumbuhlah kecintaannya terhadap
sesama manusia.
5. Apa yang kita tuturkan didalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa melakukan
perbuatan yang tidak ada maksud kecuali menundukkan jiwa, dan menderma dengan
perbuatan tiap-tiap hari dengan maksud membiasakan jiwa agar taat, dan memelihara
kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.
2
4.1 Suara Hati
Didalam batin manusia itu ada dua suara, suara was-was (temptation) dan suara hati.
Masing-masing dari dua suara itu adalah kecenderungan yang tertekan, karena pada
manusia itu ada keinginan baik dan keinginan buruk. Apabila keinginan buruk itu
ditekan terdengar suara was-was dan bujukan yang mengajak kearah keburukan, dan bila
keinginan baik ditekan terdengar suatu hati, menderita karena keburukan dan memanggil
berbuat baik.
2
buruk, mereka tentu tidak malu akan berbuat keji dan tidak takut penglihatan orang
untuk melakukan segala kejahatan.
2. Perasaan mengharuskan mengikuti apa yang diperintahkan oleh undang-undang,
meskipun sendirian atau dimuka umum. Suara hati ini lebih tinggi dari tingkatan yang
pertama, karena mereka menetapkan dirinya untuk tunduk kepada undang-undang
walaupun sunyi dari siksaan, seperti menyampaikan amanat kepada yang memilikinya
walaupun tidak ada yang menyaksikannya.
3. Perasaan mengikuti apa yang dipandang benar oleh dirinya
Tingkatan ini adalah suara hati yang paling tinggi, karena ia memerintahkan orangnya
supaya mengikuti apa yang menjadi pendapatnya walaupun karenanya ia menghadapi
segala kesusahan. Golongan manusia yang telah sampai pada tingkatan ini, sangat
cinta pada hak dan kebenaran, dan mudah bagi mereka untuk mengorbankan diri dan
hartanya untuk menolong kebenaran dan menguatkannya.
5.1 Cita-Cita
Tiap-tiap manusia wajib mempunyai gambaran yang sempurna untuk apa yang
dikehendaki terjadinya didalam hidup yang akan datang, atau biasa disebut “cita-cita”.
Cita-cita inilah yang membedakan diantara manusia dan binatang. Cita-cita mempunyai
pengaruh didalam jiwa dan selalu terbayang dihadapan pandangan manusia, menarik ke
arahnya dan mengajaknya agar menyatakannya.
Perbedaan Cita-Cita
Berbedalah cita-cita pada manusia, hampir seperti perbedaan bilangan kepala mereka.
Ini cita-citanya menjadi seorang kaya yang bersenang-senang dengan segala kelezatan
hidup, itu cita-citanya menjadi orang yang sempurna akalnya yang mendalam dalam ilmu-
ilmu, dan lainnya bercita-cita menjadi seorang nasionalist yang mempertahankan hak-hak
tanah airnya, dan lain sebagainya.
Tumbuhnya Cita-Cita
Hampir tiap-tiap manusia mempunyai cita-cita akan tetapi tidak terasa darimana
datangnya, karena cita-cita itu terbentuk beserta manusia dalam permulaannya dan tumbuh
bersama tumbuhnya manusia. Cita-cita itu terbentuk sebagai biji dimasa pendidikan rumah
tangga, dan apa yang didengarnya dari dongengan termasuk dalam bentukannya, lalu
datang kepadanya perubahan bila terdapat pengaruh baru dari riwayat yang dibacanya dan
hikayat yang didengarnya.
Dalam watak anak-anak didalam permulaan hidupnya suka mendengarkan riwayat
para pahlawan, yang melakukan perbuatan besar dan itulah diantara yang menolong
2
tumbuhnya cita-cita pada mereka. Maka bila seorang pemuda keluar kedalam gelanggang
hidup, pengalamannya didalam pekerjaannya dan pertukaran mengambil dan memberi
dengan orang adalah yang membatasi tujuannya didalam hidup dan menyinari
pengharapannya dan menjelaskan cita-citanya.
2
Kelezatan menurut pandangan Utilitarianism
Sesungguhnya kelezatan yang dipakai oleh pengikut utilitarianism sebegai ukuran
adalah kelezatan dengan arti lebih luas, yaitu mengandung kelezatan lahir dan batin, tubuh
dan akal. Oleh karena itu, wajib bagi manusia hendaknya jangan hanya menyelidiki
sebesar-besar kelezatan akan tetapi kelezatan yang lebih utama dan macam-macamnya
lebih baik. Berkata George Elliot : Kita tidak dapat menghasilkan macam kebahagiaan
yang lebih tinggi kecuali dengan meluaskan alam fikiran kita, dan hendaknya kita
mempunyai kecintaan akan kebaikan orang lain, sebagaimana kita mencintai diri sendiri.
Macam kebahagiaan ini, pada umumnya menimbulkan banyak kepedihan, tetapi jiwa yang
tinggi dengan adanya kepedihan suka memilihnya, karena ia merasa akan kebaikannya.
2
bukan hanya mengenai apa yang mengelilingi kita dari benda-benda, tetapi segala
yang hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang
2. Undang-undang negara
Yaitu semua perintah dan larangan yang ditetapkan oleh pemerintah, ia tidak memberi
hadiah kepada orang yang patuh, akan tetapi menghukum kepada orang yang
melanggarnya dengan hukuman yang macam-macam menurut macam kejahatannya
3. Undang-undang akhlak
Undang-undang akhlak memberi beban kepada manusia supaya menjadi orang-orang
baik, dan supaya sampai kepuncak derajat yang tinggi.
Al Islam
Sebagaimana Allah menjadikan manusia juga mengadakan bentuk susunan yang harus
diikutinya. Allah menetapkan beberapa keutamaan seperti benar dan adil yang harus
dilaksanakannya. Demikian juga Allah menjadikan lawan keutamaan itu, seperti dusta dan
kedzaliman, larangan yang harus dijauhi.
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan kebajikan, memberi kepada kerabat,
dan perbuatan keji, munkar dan kejahatan. Dia memberi nasihat kepada kamu, mudah-
mudahan kamu sekalian ingat” (QS. An-Nahl ayat 90)
2
Descartes seorang ahli filsafat Perancis (1596-1650) menciptakan dasar-dasar baru,
diantara yang terpenting ialah:
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya
2. Didalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya lalu meningkat
kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih gelap pengertiannya, sehingga
mencapai tujuan
3. Jangan menetapkan sesuatu hukum akan kebenaran sesuatu soal sehingga
menyatakannya dengan ujian
Menghormati undang-undang
Wajib bagi kita menghormati undang-undang dan menta’ati, karena undang-undang itu
berguna bagi manusia dan memberi kemerdekaan, dan merusak kehormatan undang-
undang itu adalah bahaya besar bagi rakyat. Yang mendorong manusia supaya tunduk dan
ta’at pada undang-undang ialah memperluas pandangan fikirannya, bukan hanya didalm
kejadian-kejadian tertentu, akan tetapi mengerti arti undang-undang dan asal mula dibuat
undang-undang itu.
Pendapat Umum
Jika lahir suatu fikiran didalam masyarakat, dan masing-masing anggotanya mengkaji dan
mengupasnya sehingga mereka setuju atas fikiran itu maka itu disebut pendapat umum.
Dasar pendapat umum ialah penyelidikan. Pendapat umum itu tidak akan meningkat tinggi
didalam sesuatu bangsa kecuali didalamnya terdapat penyelidikan, kepandaian anggota-
anggotanya dan kelapangan dada dalam menghadapi pihak yang menentangnya.
2
Kekuasaan pendapat umum
Pendapat umum mempunyai kekuasaan terhadap perseorangan, karena manusia itu pada
umumnya mementingkan pendapat orang ramai. Dia gembira bila mendapat pujian dari
orang ramai, dan susah bila orang ramai itu mencelanya. Inilah sebabnya manusia tunduk
kepada pendapat orang-orang yang berada dilingkungannya dan berbuat menurut
kehendak mereka.
2. Hak kemerdekaan
Kemerdekaan mutlak ialah “bertindak dan berbuat menurut kehendaknya dengan tiada
suatu yang menguasai kehendak dan perbuatannya”. Pendeknya bahwa hak kemerdekaan
ini menghendaki tiap-tiap orang diperlakukan sebagai manusia, bukan sebagai barang.
3. Hak memiliki
Hak memiliki menjadi bagian yang menyepurnakan hak kemerdekaan karena manusia itu
tidak dapat mempertinggi dirinya menurut kehendaknya, kecuali dengan memiliki alat-
alatnya. Hak memiliki ada dua macam, ada milik khas, seperti milik perseorangan buku,
rumah atau pakaian. Ada milik umum seperti kereta api, museum, perpustakaan dan lain
sebagainya.
4. Hak mendidik
Manusia diberi hak ini karena pendidikan itu adalah sebagian alat untuk mencapai
kemerdekaan dan alat untuk hidup yang tinggi.
Hak-hak Perempuan
Bila kita bandingkan antara perempuan sekarang dan perempuan kemarin, kita tahu bahwa
perempuan itu telah melangkah lebih jauh, mendapat hak-haknya dan melakukan
kewajibannya. Pemerintah membuka pintu perguruan tinggi, sehingga perempuan
mengerti akan hak-haknya yang harus dituntut, dan dapat mendidik anak-anaknya dengan
pendidikan yang baik dalam badan, akal, dan akhlaknya.
Kewajiban
Wajib itu dapat dibagi menjadi:
1. Kewajiban perseorangan, yaitu kewajiban seorang kepada dirinya seperti kebersihan
2. Kewajban kemasyarakatan berarti kewajiban seorang kepada masyarakatnya seperti
adil dan berbuat baik
3. Kewajiban kepada Allah seperti taat
2
Menunaikan kewajiban
Menunaikan kewajiban mendatangkan kebahagiaan. Seorang murid yang dapat
menunaikan kewajibannya terdahap keluarga dan sekolahannya tentu kedua orang tuanya
dan guru-gurunya merasa bahagia.
3. 1 Keutamaan
Keutamaan ialah akhlak yang baik, bila kehendak orang dengan membiasakan
sesuatu yang baik, sifat ini disebut utama. Dengan demikian perbedaan antara keutamaan
dan wajib jelas sekali, keutamaan ialah sifat jiwa sedangkan wajib perbuatan luar. Dengan
ini dikatakan “orang itu menunaikan kewajiban” dan tidak dikatakan “menunaikan
keutamaan” tetapi “mendapat keutamaan”
Perbedaan keutamaan
Nilai keutamaan berbeda karena perbedaan masing-masing orang dan perbuatan mereka.
Keutamaan yang harus menghiasi orang tua berlainan dengan keutamaan yang menghiasi
pemuda. Semua manusia diminta supaya menghiasi dirinya dengan keutamaan pada
umunya, seperti jujur, adil, dan sebagainya. Meskipun mereka berbeda-beda tingkatan dan
derajatnya tetapi mereka semua diminta bersifat keutamaan yang sesuai dengan
keadaannya, kedudukannya dan pekerjaan yang ditunaikan.
Benar
Benar ialah mengkhabari lainnya menurut apa yang ia yakinkan akan kebenarannya.
Pengkhabaran ini bukan hanya mengenai perkataan juga mengenai perbuatan seperti
isyarat dengan tangan, goyang kepala dan sebagainya, seperti terus terang. Orang yang
terus terang ialah orang yang tidak menipu.
Keberanian
Keberanian adalah menghadapi sakit atau bahaya dengan tetap diwaktu menghajatkan, dan
bukan berarti tidak takut sebagai disangka sebagian orang. Seorang yang dapat menguasai
jiwanya dan berbuat apa yang wajib dilakukan didalam kedudukannya meskipun ada
bahaya di mukanya dan meskipun merasa takut, maka ialah orang yang berani.
2
Keberanian peradaban
Keberanian peradaban yaitu bahwa manusia dapat melahirkan pendapatnya dan apa yang
ia yakinkan akan kebenarannya meskipun ia menjadi pembicaraan yang tidak sedap oleh
orang banyak. Contohnya Ibnu Taimiyah, salah seorang ahli fikih (hukum agama) yang
meninggal pada tahun 728 Hijrah, ilmunya menyalahi pendapat-pendapat ahli fikih pada
zamannya, sehingga difitnah dan dimasukkan penjara. Didalam penjara ia menulis buku-
buku yang menguatkan pendapatnya dan menolak alasan-alasan saingannya.
14.1 Adil
Adil itu ada dua macam, yang pertama mensifati perseorangan dan yang kedua mensifati
masyarakat atau pemerintah. Didalam soal ini Allah telah berfirman: “Sungguh Kami telah
mengutus pesuruh-pesuruh Kami dengan keterangan-keterangan, dan menurunkan beserta
mereka kitab suci dan neraca agar manusia dengannya menegakka keadilan dan Kami
turunkan besi yang mempunyai kekuatan besar dan berguna bagi manusia”(QS. Al-Hadid)
Pendorong keadilan ialah:
1. Tidak berlaku berat sebelah
2. Memperluas pandangan dan melihat soalnya dari beberapa sudut
3. Yang kita jadikan sandi hukum ialah pendorongnya orang melakukan perbuatannya,
bukan kelahiran yang tampak. Mungkin lahirnya perbuatan itu buruk akan tetapi timbul
dari niat yang baik, seperti orang tua yang berlaku keras terhadap anaknya untuk
mendidiknya
15.1 Penghematan
1. Wajib bagi kita mendahulukan apa-apa yang sekedar perlu daripada apa yang
menunjukkan kemewahan
2. Tidak benar bila kita membelanjakan sesuatu yang merugikan kita dan tidak memberi
kemanfaatan, seperti minum minuman keras yang merugikan kesehatan
2
3. Tidak benar bila kita memelihara sesuatu yang terkadang memberi faedah bagi kita
akan tetapi merugikan besar kepada orang lain
4. Wajib bagi kita memperhitungkan dengan teliti masuk dan keluarnya keuangan kita
Waktu terluang
Mempergunakan waktu terluang dengan sebaik-baiknya ialah diantara soal hidup yang
terpenting yang perlu mendapat pemikiran dan perhatian yang seksama, karena
kebanyakan umur kita hilang tak berguna, sebab kita tak mengetahui cara bagaimana
mempergunakan waktu luang
Bagaimana hendaknya kita mempergunakan waktu luang
1. Segala macam gerak badan di tempat yang terbuka dan berudara yang bersih, karena
yang demikian itu akan menambah kesehatannya dan menambah semangat bekerja
2. Hendaknya buku itu menjadi bacaan orang diantara waktunya yang terluang
3. Mempergunakan sebagian dari waktunya yang terluang untuk membaca surat kabar
karena surat kabar itu adalah tempat melahirkan fikiran, mengabarkan kejadian-kejadian
dan membangun perasaan dan akal manusia
4. Waktu terluang itu baik juga dipergunakan untuk kesenangannya yang berguna,
seperti seorang yang mempunyai kesenangan memelihara burung atau bunga
2
3. Memperbaiki orang jahat.
Dengan mengadakan pelajaran dan nasehat agama ditempat tertentu (rehabilitasi)
KOMENTAR KRITIS