Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

ِ ‫ْــــــــــــــــــم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬ ِ ‫بِس‬
‫ف اَْأل ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِي َْن‬
ِ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َأ ْش َر‬
َّ ‫ْال َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن َوال‬
‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‬
َ ‫َو َعلَى اَلِ ِه َو‬
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akhlak
Tasawuf yaitu meresensi buku ilmu pengetahuan yang berjudul “Etika (Ilmu
Akhlak)”. Resensi ini saya dibuat bedasarkan isi buku “Etika (Ilmu Akhlak)”
serta kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada buku tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. S. Hamdani, MA sebagai
dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf atas bimbingannya sehingga
resensi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan adanya resensi ini diharapkan dapat memberi manfaat dan
menambah wawasan bagi semua yang membaca. Semoga kita dapat
melaksanakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Kepada
para pembaca yang bijaksana penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya
untuk perbaikan kedepannya. Terima kasih.
     

13 November 2018
Bekasi,
5 Rabiul Awal 1440 H

Penyusun
(Ishlah Kaffah Putri)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
IDENTITAS BUKU 4
PEMBAHASAN 5
KOMENTAR KRITIS 22
KESIMPULAN 24

2
PENDAHULUAN
1. Alasan
Alasan saya memilih buku berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)”,
karena etika merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap
individu yang berbeda antara satu dengan lainnya. E tika yang bisa
disebut juga watak atau karakter sangat beragam, contohnya orang Jawa
yang mana memiliki tata krama yang sangat menjunjung tinggi nilai
kesopanan. Berbeda halnya dengan orang Eropa yang cenderung lebih
bebas dan casual. Maka dari itu, saya merasa harus mengetahui
bagaimana bersikap dengan berbagai orang di dunia ini yang berbeda-
beda sifat dan wataknya, salah satunya dengan mempelajari lebih lanjut
buku karya Prof. Dr. Ahmad Amin.

2. Tujuan
 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari
buku secara ringkas.
 Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku.
 Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari
penulis
 Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran

3. Pentingnya Laporan
Laporan hasil bacaan ini sangat penting bagi pembaca umumnya karena
merupakan ringkasan dari buku berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” karya
Prof. Dr. Ahmad Amin yang dapat dijadikan rujukan. Tetapi ada
beberapa istilah asing yang sulit dipahami sehingga didalam laporan ini
tidak dicantumkan agar pembaca tidak kesulitan.

4. Manfaat
Setelah saya membaca dan mempelajari lebih lanjut atas isi dari buku
berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” ada banyak hal bermanfaat yaitu kehati-
hatian dalam bertindak terutama jika melibatkan orang lain, rasa ingin
melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain, menerima
warna-warni karakter orang yang berbeda-beda dengan toleransi, dan
masih hal lainnya.
Dan untuk pembaca, buku ini sangat bermanfaat dalam peningkatan
kualitas diri, dari segi akhlak. Oleh karena itu saya merekomendasikan

2
untuk membaca buku berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” karya Prof. Dr.
Ahmad Amin.

IDENTITAS BUKU

Judul Etika (Ilmu akhlak)/Prof. Dr. Ahmad Amin;


alih bahasa: K.H. Farid Ma'aruf

Pengarang Amin, Ahmad 

EDISI Cet. 8. 

Penerbitan Jakarta : Bulan Bintang, 1995 

Deskripsi Fisik xi, 268 hlm. ;21 cm. 

ISBN 979-418-073-4 

Subjek Akhlak 

Catatan Indeks 
Bibliografi: hlm. 265 

Bahasa Indonesia

Bentuk Karya Fiksi (tidak dijelaskan secara khusus)

Target Pembaca Umum

2
PEMBAHASAN

1.1 Definisi Etika


Suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
didalam perbuatan mereka dan menujukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

1.2 Pokok Persoalan Etika


Segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dengan sengaja,
dan ia mengetahui waktu melakukannya apa yang ia perbuat. Inilah yang dapat kita beri
hukum “baik dan buruk”, demikian juga segala perbuatan yang timbul tiada dengan
kehendak, tetapi dapat diiktiarkan penjagaan sewaktu sadar. Adapun apa yang timbul bukan
dengan kehendak, dan tiada dpaat dijaga sebelumnya, maka ia bukan dari pokok persoalan
etika.

1.3 Faedahnya Mempelajari Etika


Etika tidak dapat menjadikan semua manusia baik: kedudukannya hanya sebagai
kedudukan dokter. Dokter dapat menerangkan kepada sisakit, akan bahayanya minuman
keras dan buruk-bekasnya terhadap akal dan tubuh, kemudian sisakit boleh memilih,
meninggalkannya agar sehat badannya atau terus minum, dan dokter tersebut tidak dapat
mencegahnya. Seperti inilah juga etika tidak dapat menjadikan manusia baik, tetapi dapat
membuka matanya untuk melihat baik dan buruk, maka etika tidak berguna bagi kita, kalau
kita tidak mempunyai kehendak untuk menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi
larangan-larangannya.

1.4 Hubungan Etika dengan Ilmu Lainnya


a. Etika dan Ilmu Jiwa (Psikologi)
Antara dua ilmu ini, tali hubungannya amat kuat. Ilmu jiwa menyelidiki dan
membicarakan kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak dan
kemerdekaannya, khayal, rasa kasih, kelezatan dan rasa sakit, sedangkan pelajaran etika
sangat menghajatkan, apa yang dibicarakan oleh ilmu jiwa, bahkan ilmu jiwa adalah
pendahuluan yang tertentu bagi etika.

b. Etika dan Ilmu Masyarakat (Sosiologi)

2
Hubungan diantara kedua ilmu ini rapat juga, karena mempelajari kelakuan (perbuatan
manusia yang timbul dari kehendak) yang ia menjadi pokok persoalan etika, sangat
mendorong untuk mempelajari kehidupan masyarakat yang menjadi pokok persoalan
sosiologi.

c. Etika dan Ilmu Hukum


Pokok pembicaraan dua ilmu ini ialah perbuatan manusia, dan tujuan keduanya hampir
sama, ialah : mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaan mereka. Akan tetapi
lingkungan etika lebih luas. Etika memerintahkan berbuat apa yang berguna dan melarang
berbuat segala apa yang mudlarat, sedangkan ilmu hukum tidak demikian.

2.1 Dasar-Dasar Kelakuan (Behaviour)

a. Instinct
Penuturan instinct-instinct yang penting:
1. Instinct menjaga diri pribadi
Suatu keinginan (menurut wataknya) yang mendorong untuk menghadapi keadaan
sulit yang hampir membinasakannya dengan “bersenjata” yang bermacam, juga yang
mendorong untuk hidup yang lebih tinggi daripada hidupnya sekarang.
2. Instinct menjaga jenis
Dia adalah instinct yang paling kuat, dan instinct yang banyak kelihatan dalam
kehidupan. Dengan gambaran yang lebih nyata tentang instinct ini ialah suka
bercumbu-cumbuan, yaitu bertukaran cinta antara laki-laki dan perempuan.
Kenyataan instinct ini ialah belas kasih orang tua, maka tidak sedikit kedua orang tua
meninggalkan kesenangannya untuk kesenangan anak-anaknya.
3. Instinct takut
Instinct ini berakar pada manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sehingga
masuk keliang kubur. Antara instinct ini dengan instinct lainnya suka berdesak-
desakkan, seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui, dll. Instinct takut ini
mengikuti perjalanan manusia dalam masa primitif dan masa kemajuannya. Ia takut
pada dirinya, hak miliknya dan takut atas kawannya, takut dari khayalnya sendiri, dari
kemiskinan dan takut karena umur panjang dan datangnya mati. Pendek kata manusia
itu selalu menjadi hamba takut sehingga akhir jangka hidupnya.
4. Instinct memiliki
Instinct ini tampak pada manusia dikala ia menabung dan menyimpan kekayaaannya,
dan instinct ini banyak menimbulkan macam-macam kelakuan.
5. Instinct ingin mengetahui
Instinct ini mendorong fikiran manusia untuk membuka soal-soal yang masih samar
dan menghasilkan beberapa pengetahuan.
6. Instinct suka bergaul
Instinct yang menyebabkan timbulnya beberapa partai, perhimpunan, persyarikatan
dan penyusunan macam-macam susunan.

2
Definisi Instinct dan Sifatnya
Menurut James, instinct ialah suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada
dengan didahului latihan perbuatan itu.
Sifat instinct diantaranya:
1. Kekuatan instinct ini berbeda menurut perbedaan orang dan bangsanya.
2. Saat tampaknya instinct yang bermacam-macam ini, tidak terbatas dan tidak teratur
dalam manusia
3. Banyak terjadi pertentangan antara instinct-instinct, sehingga menimbulkan
kegoncangan dan keragu-raguan dalam kelakuan manusia
4. Instinct-instinct itu kelihatan dalam bentuk pendorong untuk berbuat.
5. Instinct itu adalah asas bagi perbuatan manusia disertai juga dengan akal.

Pendidikan Instinct
Insinct itu dapat tetap atau tumbuh karena pendidikan, sebagaimana ia dapat lemah
bahkan lenyap karena dilengahkan. Instinct itu tidak selalu tetap, yang berarti tidak dapat
lenyap atau lemah, sebab tidak sedikit persediaan sifat tertentu yang dibawa (waris) oleh
manusia lalu lenyap karena belum sempurna didalam waktunya. Seperti angsa atau itik,
kalau ia dijauhkan dari air sesudah lahir beberapa bulan lamanya, maka lenyaplah
keinginan instinctnya pada air bahkan kadang-kadang takut pada air itu.
Disini datang suatu pertanyaan; Bilakah perbuatan yang ditimbulkan oleh instinct
dapat diterima atau ditolak? Maka jawabannya; bahwa perbuatan yang dibangunkan oleh
instinct itu kalau buahnya baik, maka pendorongnya harus dipersemangat, dan
perbuatannya harus diulang-ulangi, tetapi kalau akibatnya buruk, maka harus ditolak dan
jangan sampai diulang-ulangi.

b. Adat Kebiasaan
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat
Kebiasaan”. Segala perbuatan, baik atau buruk menjadi adat kebiasaan karena faktor;
“Kesukaan hati kepada suatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan
suatu perbuatan dan dengan diulang-ulang secukupnya”.

Adat Kebiasaan Menurut Physiology


Segala apa yang dirasakan oleh manusia dan apa yang diperbuatnya, berhubungan
rapat dengan urat saraf, terutama otak. Sifat urat saraf itu menerima perubahan. Tiap-tiap
perbuatan dan fikiran memberi bekas kepadanya dan merubahnya dengan bentukan yang
tertentu, sehingga bila dikehendaki, berfikir atau berbuat kedua kali adalah lebih mudah,
karena urat saraf telah sedia dan terbentuk menurut perbuatan itu.

Ketentuan Sifat Bagi Adat Istiadat


1. Memudahkan perbuatan yang dibiasakan
Umpamanya anak kecil berangsur-angsur dari mengucapkan beberapa huruf yang
mudah kepada yang sukar, sehingga terbentuk adat kebiasaan, dan dapat berbicara
dengan tidak terasa sukar sedikitpun.
2. Menghemat waktu dan perhatian

2
Tatkala diulang perbuatan dan menjadi kebiasaan, maka ia dapat melakukan dalam
waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada perhatian yang banyak.
Contohnya ialah menulis; waktu kita mempelajarinya semula menulis sebaris saja
memakan waktu beberapa waktu, membutuhkan perhatian yang sempurna dan
mempersiapkan segala fikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi kebiasaan
dapatlah seorang menulis beberpa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis
satu baris, dan dapat pula ia sambil menulis fikirannya melyang ke lain jurusan.

Kekuatan Kebiasaan
Kebiasaan ialah yang memberi bagi pekerja sifat dan jalan yang tertentu dalam
fikiran, keyakinan, keinginan dan percakapan kemudian jika ia telah tercetak dalam sifat
ini, ia sangat suka kepada pekerjaannya kecuali dengan kesukaran. Kekuatan kebiasaan
ialah yang menjadikan orang-orang tua menolak pendapatan-pendapatan baru dan
penemuan-penemuan baru, sedangkan kita melihat pada angkatan muda cepat sekali
memeluk dan melakukannya. Yang demikian itu karena orang-orang tua itu telah biasa
dalam fikiran yang tertentu dan biasa menjalankannya sehingga benci pada apa yang
menyalahinya, adapun angkatan muda dan anak-anak belum membiasakan macam yang
tertentu dari fikiran sehingga bersedia menerima apa yang terbukti akan kebenarannya.

Merubah Adat Kebiasaan


1. Berniatlah yang sungguh dengan tiada diiringi keragu-raguan, letakkanlah dirimu
ditempat yang cocok dengan kebiasaan lama yang hendak engkau hindarkannya, dan
ikatlah dirimu dengan ikatan yang menjadi lawan adat kebiasaan kuno dan sekali-kali
jangan berbuat yang sesuai dengannya.
2. Janganlah mengizinkan bagi dirimu untuk menyalahi kebiasaan yang baru karena
sesuatu apapun, kecuali kalau sudah kuat akar-akarnya pada diri dan penghidupanmu,
karena tiap-tiap tindakan yang menyalahi kebiasaan baru ini akan menjauhkan dari
hasil yang kita harapkan.
3. Carilah waktu yang baik untuk mentanfidzkan niatmu, dan ikutilah segala gerak jiwa
yang menolong jiwa yang menolong tanfidz tersebut, karena kesukaran itu bukan
dalam niat tetapi didalam mentanfidzkannya.
4. Jagalah pada dirimu kekuatan penolak dan peliharalah agar selalu hidup dalam
jiwamu, dengan mendermakan perbuatan yang kecil-kecil tiap hari, untuk mengekang
hawa nafsumu karena yang demikian itu dapat menolong engkau untuk menghadapi
segala penderitaan kalau datang waktunya.

c. Fikiran dan Kebiasaan


Ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa fikiran itu tentu mendahului perbuatan, maka
perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah difikirkannya. Apabila kita
menghendaki melakukan kebiasaan atau menghindarinya, wajib melihat kepada dasarnya
ialah fikiran. Menurut peraturan jiwa manusia bahwa fikiran itu bila dikemukakan pada
otak dan diterimanya dalam waktu yang lama, tentu memberi bekas sedalam-dalamnya,
kemudian berubah menjadi perbuatan kemudian menjadi adat kebiasaan dengan diulang-
ulanginya.

Kepentingan Kebiasaan

2
Manusia itu menjadi segolongan adat kebiasaan yang berjalan dipermukaan bumi dan
nilainya tergantung kepada kebiasaanya. Maka keadaan seorang dalam pakaian dan
kebersihannya, gerak-geriknya dalam bercakap dan berjalan, cara tidur dan makannya,
perhatiannya terhadap kebutuhan badan seperti olahraga dan mandi, perhatiannya
terhadap akalnya mengenai pendidikan dan lain-lain sebagainya, semua adalah adat
kebiasaan yang membatasi suksesnya dalam hidup.

d. Turunan dan Lingkungan


Perpindahan beberapa sifat dari pokok-pokok kepada cabang-cabang ialah yang
dinamai “turunan”.
Macam-macam apa yang diturunkan (waris):
1. Turunan sifat-sifat manusia
Dimana-mana tempat orang membawa turunan dari pokok-pokoknya beberapa sifat
yang bersamaan, seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak.
2. Sifat-sifat bangsa
Ada beberapa sifat yang diturunkan (waris) segerombolan orang dahulu kepada
segerombolan orang sekarang. Sifat-sifat ini yang menjadikan tiap-tiap bangsa
berlainan dengan bangsa lain, bukan saja dalm bentuk mukanya bahkan juga sifat-
sifat yang mengenai akal.
3. Milieu (Lingkungan)
Suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan ialah tanah
dan udaranya, lingkungan manusia ialah apa yang melingkunginya dari negeri, lautan,
sungai, udara, dan bangsa.

Hubungan antara Turunan dan Milieu


Antara turunan dan milieu, keduanya mempengaruhi pada akal perseorangan dan
memberi corak dalam bentuk tertentu, lalu diwaris oleh orang-orang sekarang dari orang-
orang dahulu. Dengan turunan, manusia ditentukan macamnya sejak ia dilahirkan,
dengannya akhlaknya disepuh, dengannya ditentukan perawakannya, dan dengannya
ditentukan ukuran akalnya. Dengan milieu, anak kampungan dan jalan bila mereka
diambil waktu mereka masih kecil, dari milieu mereka yang rusak, berubahlah akhlak
mereka sehingga menjadi pemuda yang baik.

e. Kehendak
Perbuatan hasil dari kehendak mengandung ; 1. Perasaan, 2. Keinginan, 3.
Pertimbangan, 4. Azam atau niat berbuat, kemudian sesudah itu perbuatan kadang-
kadang ada dan kadang-kadang tidak terjadi. Kita contohkan sekarang tentang perbuatan,
hasil dari kehendak. Umpamanya kita menulis lalu berhenti dan kemudian pergi ke meja
makan untuk makan.

2
Perbuatan tersebut dapat mengandung beberapa hal :
1. Rasa pedihnya lapar, kita jumpai menjadi dasar bagi perbuatan, maka kalau tidak ada
rasa itu tidak berujud perbuatan
2. Keinginan makan yang tumbuh dari gambaran kelezatan kenyang pada masa yang
akan datang dan diperbandingkan dengan kepedihan lapar masa sekarang
3. Kemudian mempertimbangkan diantara keinganan makan atau melanjutkan menulis
4. Lalu datang azam atau niat berbuat, azam ini yang disebut dengan “kehendak”
kemudian diikuti perbuatan

Kehendak itu Kekuatan


Kehendak ialah penggerak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan hasil
dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah-olah tidur nyenyak
sehingga dibangunkan oleh kehendak.

Kekuatan Kehendak
Yang kita maksudkan dengan kehendak yang kuat ialah melakukan (mentanfidzkan)
apa yang ia maksudkan walaupun menghadapi segala kesulitan, tidak akan mundur
dihadapan rintangan-rintangan yang menghadapinya, tetap usaha sekuat mungkin untuk
menundukkannya.
Kehendak itu kadang-kadang terkena peyakit seperti :
1. Kelemahan kehendak, berarti seorang tidak dapat menolak hawa nafsunya, maka
menyerahlah ia kepada sifat marah atau sifat lainnya
2. Kehendak itu kuat akan tetapi diarahkan kepada keburukan

Mengobati Kehendak
1. Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan, seperti tubuh dapat
diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam
2. Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita leyap dengan tiada ditanfidzkan
menurut agama, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak
3. Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya didalam menjuruskan kearah dosa dan
keburukan, maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa pada jalan-jalan yang baik
dan buruk, dan ditambah keterangan tentang buah dan akibat kedua jalan itu, serta
mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kepada kebaikan

Kemerdekaan Kehendak
Adapun macamnya kemerdekaan ialah karena instinct dan milieu serta pendidikan itu
tidak melenyapkan pemilihannya dengan alaasan apa yang kita rasakan tentang
kemerdekaan memilih. Kalau sekiranya kehendak manusia itu tidak merdeka didalam
memilih kebaikan dan keburukan, tentu kewajiban akhlak dan perintah serta larangan,
tidak ada gunanya dan tidak ada artinya pahala dan siksa, pujian dan celaan.

Pendorong Perbuatan
Manusia itu menurut wataknya tidak mendorongkan berbuat kecuali kecintaannya
pada dirinya dan mencari kelezatan untuk dirinya, yakni bersifat kesaya-sayaan, tidak
menghendaki kecuali kebaikan dirinya. Etika dalam praktek menundukkan kesaya-

2
sayaan, agar sesuai dengan kemaslahatan manusia. Dan dikatakan bahwa pekerjaan etika
ialah meninggikan diri manusia sehingga ia berpendapat bahwa kelezatannya dan
kebaikannya karena mengingati kelezatan sesama manusia dan kebaikan mereka.

3.1 Akhlak
Setengah dari mereka mengartikan akhlak ialah “kebiasaan kehendak”. Berarti bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Akhlak
yang tidak kelihatan disebut “budi”, adapun akhlak yang kelihatan itu ialah “kelakuan”
atau “muamalah”.

Pendidikan Akhlak
1. Meluaskan lingkungan fikiran
Lingkungan fikiran itu bila sempit, menimbulkan akhlak yang rendah seperti apa yang
kita lihat pada orang yang bersifat kesaya-sayaan, yang tidak suka kebaikan kecuali
untuk dirinya dan tidak melihat didalam dunia ini orang yang pantas mendapat
kebaikan kecuali dia. Cara mengobati penyakit itu ialah dengan meluaskan
pandangannya sehingga mengetahui harga dirinya didalam masyarakat.
2. Berkawan dengan orang yang terpilih.
Manusia itu suka mencontoh, seperti mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian
mereka, juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan akhlak
mereka. Seorang ahli filsafat menyatakan : “kabarilah saya siapa kawanmu, saya beri
kabar kepadamu siapa engkau”. Sebab cocok memilih kawan mempengaruhi mereka
dengan pengaruh yang baik dan membagunkan kekuatan jiwa mereka yang dahulu
lemah.
3. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berfikiran luar biasa.
Suatu bangsa tidak sepi dari pahlawan, yang kalau dibaca tentu akan menimbulkan
ruh yang dapat menggerakkan jiwa untuk mendatangkan perbuatan yang besar.
4. Mewajibkan diri melakukan perbuatan baik bagi umum, yang selalu diperhatikan
olehnya dan dijadikan tujuan yang harus dikejarnya.
Sudah semestinya tiap-tiap manusia harus mempunyai bagian dari kepentingan umum
yang dicintai dan dikejarnya, dengan demikian tumbuhlah kecintaannya terhadap
sesama manusia.
5. Apa yang kita tuturkan didalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa melakukan
perbuatan yang tidak ada maksud kecuali menundukkan jiwa, dan menderma dengan
perbuatan tiap-tiap hari dengan maksud membiasakan jiwa agar taat, dan memelihara
kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.

Obatnya Penyakit Akhlak


Aristoteles telah berkata; Bila akhlak seorang melebihi batasnya, maka supaya
diluruskan dengan keinginan pada sebaliknya. Dan bila seorang terasa dirinya
melampaui batas didalam hawa nafsu, maka supaya dilemahkan keinginan ini dengan
zuhud (tidak memetingkan dan ketarik kepada keduniaan). Maka barang siapa menjdai
peminum umpamanya, janganlah panjang memikirkan akan keadaanya, kecuali sekedar
apa yang dapat merubah perbuatan itu lalu menghadapkan keinginannya kepada
perbuatan yang baru, seperti membaca buku yang menarik atau melakukan perbuatan
besar yang dapat memenuhi fikirannya dan melupakan minumnya.

2
4.1 Suara Hati
Didalam batin manusia itu ada dua suara, suara was-was (temptation) dan suara hati.
Masing-masing dari dua suara itu adalah kecenderungan yang tertekan, karena pada
manusia itu ada keinginan baik dan keinginan buruk. Apabila keinginan buruk itu
ditekan terdengar suara was-was dan bujukan yang mengajak kearah keburukan, dan bila
keinginan baik ditekan terdengar suatu hati, menderita karena keburukan dan memanggil
berbuat baik.

Timbulnya Suara Hati


Manusia menurut wataknya suka bergaul, ia dijadikan suka berbuat apa yang disukai
oleh masyarakatnya, dan menjauhi dari apa yang menyalahinya. Sehingga kita melihat
benihnya didalam anak kecil, sifat malunya terkadang tampak pada penglihatannya, dan
kegelisahnnya menunjukkan kepada kita bahwa ia melakukan kesalahan. Perasaan ini
tumbuh dengan tumbuhnya manusia sehingga sampai dipenuhi kegembiraan dan
kesenangan bila menunaikan kewajiban dan merasa sedih dan menyesal bila ia tidak
menurut apa yang diperintahkan oleh suara hatinya.

Perbedaan Suara Hati


Suara hati berbeda karena berbeda masanya, bila kita bandingkan suara hati suatu
bangsa pada saat ini, dengan suara hatinya pada dua tiga abad yang lalu, kita dapati
perbedaan yang besar. Pada abad-abad yang lalu perbudakan itu adalah hal biasa dan
perempuan diperlakukan secara kasar, suara hati tidak memungkirinya. Sedangkan
bangsa sekarang mencerca perbuatan itu dan mencela yang melakukannya.

Salahnya Suara Hati


Suara hati itu tidak selalu benar, terkadang ia salah dalam menunjukkan kita kepada
kebenaran dan kewajiban. Wajib bagi kita selalu mendengarkan suara hati dan mengikuti
perintahnya, walaupun menyalahi pendapat dan suara hati orang-orang yang berada
disekelilingnya. Dan jangan sampai menguasai kepada kita, sifat malu dan takut dari
omongan orang-orang lain, karena barang hak yang wajib kita ikuti ialah apa yang kita
pandang benar, bukan apa yang dikatakan benar oleh orang lain.

Mendidik Suara Hati


Suara hati dididik dengan ditaati, maka besarlah kekuasaannya, dan haluslah
perasaannya. Dengan sebab itu undang-undang negara adalah setengah daripada yang
menolong tumbuhnya suara hati. Bila undang-undang tersebut baik dan perintah apa
yang diperintahkan oleh suara hati, tentu manusia mendekati kepada taat.

Tingkatan Suara Hati


1. Perasaan melakukan kewajiban karena takut kepada manusia
Banyak dari tentara tidak lari dari medan pertempuran karena takut kalau mendapat
celaan, dan banyak orang yang berkata benar karena takut dikenal sebagai pendusta,
maka jatuhlah namanya diantara sekelilingnya.
Dari suara hati tingkat ini mempunyai dua cela ; Yang pertama bahwa seperti mereka
suka jatuh didalam lembah kehinaan, bila mereka berada sendirian dan jauh dari
penglihatan manusia. Yang kedua bahwa mereka bila terpengaruh dengan milieu yang

2
buruk, mereka tentu tidak malu akan berbuat keji dan tidak takut penglihatan orang
untuk melakukan segala kejahatan.
2. Perasaan mengharuskan mengikuti apa yang diperintahkan oleh undang-undang,
meskipun sendirian atau dimuka umum. Suara hati ini lebih tinggi dari tingkatan yang
pertama, karena mereka menetapkan dirinya untuk tunduk kepada undang-undang
walaupun sunyi dari siksaan, seperti menyampaikan amanat kepada yang memilikinya
walaupun tidak ada yang menyaksikannya.
3. Perasaan mengikuti apa yang dipandang benar oleh dirinya
Tingkatan ini adalah suara hati yang paling tinggi, karena ia memerintahkan orangnya
supaya mengikuti apa yang menjadi pendapatnya walaupun karenanya ia menghadapi
segala kesusahan. Golongan manusia yang telah sampai pada tingkatan ini, sangat
cinta pada hak dan kebenaran, dan mudah bagi mereka untuk mengorbankan diri dan
hartanya untuk menolong kebenaran dan menguatkannya.

Kepentingan Suara Hati


Suatu bangsa tidak akan bahagia sehingga orang-orang penjaga keamanan melakukan
kewajibannya dan orang-orang penjaga kesehatan rakyat menunaikan pekerjaannya, dan
begitu seterusnya. Dan sesungguhnya yang mendorong manusia menunaikan kewajiban
dan merapikan perbuatan dan pekerjaan mereka, ialah suara hati yang tertanam dalam
watak dan jiwa mereka. Dialah yang merapikan apa yang mereka kerjakan, dengan tiada
menghendaki pujian dan tidak takut siksaan. Karenanya bila suatu bangsa hilang suara
hatinya akan hilanglah kebahagiaannya bahkan lenyaplah hidupnya.

5.1 Cita-Cita
Tiap-tiap manusia wajib mempunyai gambaran yang sempurna untuk apa yang
dikehendaki terjadinya didalam hidup yang akan datang, atau biasa disebut “cita-cita”.
Cita-cita inilah yang membedakan diantara manusia dan binatang. Cita-cita mempunyai
pengaruh didalam jiwa dan selalu terbayang dihadapan pandangan manusia, menarik ke
arahnya dan mengajaknya agar menyatakannya.

Perbedaan Cita-Cita
Berbedalah cita-cita pada manusia, hampir seperti perbedaan bilangan kepala mereka.
Ini cita-citanya menjadi seorang kaya yang bersenang-senang dengan segala kelezatan
hidup, itu cita-citanya menjadi orang yang sempurna akalnya yang mendalam dalam ilmu-
ilmu, dan lainnya bercita-cita menjadi seorang nasionalist yang mempertahankan hak-hak
tanah airnya, dan lain sebagainya.

Tumbuhnya Cita-Cita
Hampir tiap-tiap manusia mempunyai cita-cita akan tetapi tidak terasa darimana
datangnya, karena cita-cita itu terbentuk beserta manusia dalam permulaannya dan tumbuh
bersama tumbuhnya manusia. Cita-cita itu terbentuk sebagai biji dimasa pendidikan rumah
tangga, dan apa yang didengarnya dari dongengan termasuk dalam bentukannya, lalu
datang kepadanya perubahan bila terdapat pengaruh baru dari riwayat yang dibacanya dan
hikayat yang didengarnya.
Dalam watak anak-anak didalam permulaan hidupnya suka mendengarkan riwayat
para pahlawan, yang melakukan perbuatan besar dan itulah diantara yang menolong

2
tumbuhnya cita-cita pada mereka. Maka bila seorang pemuda keluar kedalam gelanggang
hidup, pengalamannya didalam pekerjaannya dan pertukaran mengambil dan memberi
dengan orang adalah yang membatasi tujuannya didalam hidup dan menyinari
pengharapannya dan menjelaskan cita-citanya.

6.1 Perasaan Berakhlak


Soal-soal terpenting yang diselidiki oleh ahli-ahli pengetahuan etika, ialah soal
“pokok perasaan kita yang mengenai akhlak”
1. Segolongan berpendapat bahwa tiap-tiap manusia mempunyai kekuatan instinct yang
dapat membedakan antara hak dan batal, baik dan buruk, berakhlak atau tidak.
2. Segolongan lagi berpendapat bahwa pengertian kita tentang baik dan buruk sama
seperti pengertian kita tentang sesuatu hal lainnya, ialah tergantung kepada
pengalaman. Dan ia tumbuh sebab kemajuan zaman, kecerdasan fikiran dan beberapa
pengalaman.

7.1 Adat Istiadat


Tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat tertentu dan menganggap baik bila
mengikutinya, mendidik anak-anak kejurusan adat istiadat itu dan menanam perasaan
bahwa adat istiadat membawa kesucian, sehingga apabila menyalahi adat istiadat itu,
sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
Berpegang kepada adat istiadat itu, meskipun tidak benar, ada juga faedahnya sebab
ada juga orang-orang yang tidak mau melanggar adat istiadat yang baik karena takut dari
milieunya yang mengecam dan mencemoohkannya.

8.1 Mazhab (Paham) Hedonism


Setelah ahli-ahli filsafat menyelidiki ukuran baik dan buruk secara ilmu pengetahuan,
diantara mereka berpendapat bahwa ukuran itu ialah bahagia. Mereka mengartikan
bahagia ialah kelezatan dan sepi dari kepedihan. Kelezatan bagi mereka ialah ukuran
perbuatan. Maka perbuatan yang mengandung kelezatan itu baik, sebaliknya yang
mengandung pedih ialah buruk.
Mereka yang mengikuti paham ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kebahagiaan diri (Egoistic Hedonism)
Mazhab (paham) ini menyatakan bahwa manusia itu hendaknya mencari sebesar-
besar kelezatan untuk dirinya dan wajib menghadapkan segala perbuatannya kearah
menghasilkan kelezatan itu. Pemimpin paham ini yang paling besar ialah Epicurus,
seorang ahli filsafat Yunani yang hidup pada tahun 341-270 SM. Ajaran-ajarannya
terdiri dari mantiq, alam, dan akhlak.
2. Paham Universalistic Hedonism
Paham ini menghendaki agar manusia itu mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya
untuk sesama manusia, bahkan segala makhluk yang berperasaan. Kelezatan yang
dikatakan oleh pengikut paham ini, bukan kelezatan yang melakukan perbuatan itu
saja, sebagaimana dikatakan oleh pengikut Epicurus, tetapi kelezatan semua orang
yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Wajib bagi si pembuat, dikala
menghitung buah perbuatannya jangan sampai berat sebelah kepada dirinya, tetapi
harus sama antara kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain.

2
Kelezatan menurut pandangan Utilitarianism
Sesungguhnya kelezatan yang dipakai oleh pengikut utilitarianism sebegai ukuran
adalah kelezatan dengan arti lebih luas, yaitu mengandung kelezatan lahir dan batin, tubuh
dan akal. Oleh karena itu, wajib bagi manusia hendaknya jangan hanya menyelidiki
sebesar-besar kelezatan akan tetapi kelezatan yang lebih utama dan macam-macamnya
lebih baik. Berkata George Elliot : Kita tidak dapat menghasilkan macam kebahagiaan
yang lebih tinggi kecuali dengan meluaskan alam fikiran kita, dan hendaknya kita
mempunyai kecintaan akan kebaikan orang lain, sebagaimana kita mencintai diri sendiri.
Macam kebahagiaan ini, pada umumnya menimbulkan banyak kepedihan, tetapi jiwa yang
tinggi dengan adanya kepedihan suka memilihnya, karena ia merasa akan kebaikannya.

8.1 Hukum Akhlak


Hukum akhlak ialah memberi hukum bahwa ia baik atu buruk karena melihat pada
niatnya. Perbuatan itu terkadang baik tetapi merugikan, baik disini kita artikan bahwa
niat yang melakukan perbuatan itu baik, dan merugikan disini berarti bahwa akibatnya
jelek. Manusia itu tidak tercela atas perbuatan yang ia lakukan dengan niat yang baik
meskipun buruk akibatnya, akan tetapi ia tercela bila ia sanggup menyelidiki sebelumnya
akibat perbuatan itu lalu tidak melakukannnya.

Pertumbuhan Hukum Akhlak dan Kemeningkatannya


1. Hukum akhlak bertumbuh dari adat kepada undang-undang lalu berikut
pertumbuhannya sehingga sampai kepada beberapa pendirian yang berdasar kepada
buah fikiran
2. Hukum akhlak berangsur-angsur meningkat dari memberi hukum atas perbuatan
luaran semata-mata, sehingga sampai kepada memberi hukum atas akhlak, tujuan dan
dorongan batin
3. Hukum akhlak bertumbuh dari adat yang berada di milieu tertentu, kepada pendirian-
pendirian umum yang pantas untuk segala bangsa dan dalam segala keadaan

Hubungan Teori Akhlak dengan Praktek Hidup


Teori-teori yang bermacam-macam tentang ukuran akhlak, berbeda satu dengan
lainnya tentang bekasnya dalam praktek hidup. Setengahnya mengakibatkan bahwa
penyelidikan akhlak hanya penyelidikan teori, tidak mengenai perbuatan, dan
setengahnya menyampaikan bahwa penyelidikan ilmu itu mempunyai buah praktek besar
dalam hidup

Undang-Undang Akhlak dan Undang-Undang Lainnya


1. Undang-undang alam
Seperti undang-undang pasang surut, daya penarik umum, tenaga listrik, dan
sebagainya. Undang-undang ini tetap tidak berubah dan tidak dapat disalahi, berjalan
menurut jalan satu, baik diketahui oleh manusia atau tidak. Undang-undang alam ini

2
bukan hanya mengenai apa yang mengelilingi kita dari benda-benda, tetapi segala
yang hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang
2. Undang-undang negara
Yaitu semua perintah dan larangan yang ditetapkan oleh pemerintah, ia tidak memberi
hadiah kepada orang yang patuh, akan tetapi menghukum kepada orang yang
melanggarnya dengan hukuman yang macam-macam menurut macam kejahatannya
3. Undang-undang akhlak
Undang-undang akhlak memberi beban kepada manusia supaya menjadi orang-orang
baik, dan supaya sampai kepuncak derajat yang tinggi.

Pandangan Singkat mengenai Sejarah Penyelidikan Akhlak


Akhlak pada Bangsa Yunani
Penyelidik didalam akhlak yang berdasar ilmu pengetahuan ialah bangsa Yunani.
Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak, tetapi
kebanyakan penyelidikannya mengenai alam. Sehingga datang Sophisticians (orang yang
bijaksana) 500-450 SM. Mereka adalah golongan ahli-ahli filsafat, dan menjadi guru
tersebar dibeberapa negeri. Buah fikiran dan pendapat mereka berbeda-beda, tetapi tujuan
mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi
nasionalist yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah
airnya.

Akhlak dalam Abad Pertengahan


Ahli-ahli filsafat akhlak yang lahir pada masa ini, filsafatnya ialah panduan dari ajaran
Yunani dan ajaran Nasrani. Diantara mereka yang termasyhur ialah Abelard seorang ahli
filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat agama dari
bangsa Itali (1226-1274).

Akhlak pada Bangsa Arab


Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang mengajak
kepada aliran paham tertentu. Pada waktu itu Bangsa Arab hanya mempunyai ahli-ahli
hikmat dan sebagian ahli-ahli syair, yang memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran, mendorong menuju keutamaan dan menjauhkan dari kerendahan. Sebagai
mana kita lihat dalam hikmat Luqman dan Aktsam bin Shoifi, syair-syairnya Zuhair bin
Abi Sulma dan Hatim al Thoi.

Al Islam
Sebagaimana Allah menjadikan manusia juga mengadakan bentuk susunan yang harus
diikutinya. Allah menetapkan beberapa keutamaan seperti benar dan adil yang harus
dilaksanakannya. Demikian juga Allah menjadikan lawan keutamaan itu, seperti dusta dan
kedzaliman, larangan yang harus dijauhi.
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan kebajikan, memberi kepada kerabat,
dan perbuatan keji, munkar dan kejahatan. Dia memberi nasihat kepada kamu, mudah-
mudahan kamu sekalian ingat” (QS. An-Nahl ayat 90)

1. 1 Etika dalam Zaman Baru

2
Descartes seorang ahli filsafat Perancis (1596-1650) menciptakan dasar-dasar baru,
diantara yang terpenting ialah:
1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya
2. Didalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya lalu meningkat
kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih gelap pengertiannya, sehingga
mencapai tujuan
3. Jangan menetapkan sesuatu hukum akan kebenaran sesuatu soal sehingga
menyatakannya dengan ujian

Kesatuan Masyarakat dan Hubungan Seseorang Dengannya


Ahli penyelidik telah berselisih apakah manusia itu menurut tabiatnya hidup bergaul
atau manusia itu dahulu hidup menyendiri, masing-masing hidup untuk kepentingan
dirinya dan usaha bekerja untuk dirinya, lalu bergaul dengan kemauannya, dan timbul
pendapat mereka lebih baik hidup bergaul, mengorbankan dari sebagian kemerdekaannya
karena begitulah keharusan dalam hidup bermasyarakat. Dari pergaulan, masing-masing
orang mengambil segala sesuatu dari makanan, pakaian, tempat tinggal, ilmu
pengetahuan dan akhlak.

Undang-Undang dan Pendapat Umum


Undang-undang diadakan untuk menolong menegakkan keadilan didalam masyarakat,
dengan melaksanakan perintah-perintahnya, baik diterima dengan tunduk maupun dengan
paksa. Undang-undang sedikit gunanya, bila diletakkan kepada orang-orang yang tidak
menghormati undang-undang dan tidak takut akan hukumannya.

Undang-Undang dan Kemerdekaan


Salah satu contoh, ialah undang-undang yang mengenai pendirian gedung-gedung,
undang-undang mana bagi tiap-tiap orang yang akan mendirikan gedung harus minta izin
dari Kementerian Pekerjaan Umum. Kalau tidak ada undang-undang ini, tentu jalan besar
dan kecil tidak teratur, dan sukar bagi manusia berjalan menuju ketempat yang ditujunya.
Benar undang-undang ini mengikat kemerdekaan yang memiliki tanah dan gedungnya,
akan tetapi memberi keleluasaan kepada mereka untuk berjalan, bekerja dan mudah
melihat keindahan pandangan.

Menghormati undang-undang
Wajib bagi kita menghormati undang-undang dan menta’ati, karena undang-undang itu
berguna bagi manusia dan memberi kemerdekaan, dan merusak kehormatan undang-
undang itu adalah bahaya besar bagi rakyat. Yang mendorong manusia supaya tunduk dan
ta’at pada undang-undang ialah memperluas pandangan fikirannya, bukan hanya didalm
kejadian-kejadian tertentu, akan tetapi mengerti arti undang-undang dan asal mula dibuat
undang-undang itu.

Pendapat Umum
Jika lahir suatu fikiran didalam masyarakat, dan masing-masing anggotanya mengkaji dan
mengupasnya sehingga mereka setuju atas fikiran itu maka itu disebut pendapat umum.
Dasar pendapat umum ialah penyelidikan. Pendapat umum itu tidak akan meningkat tinggi
didalam sesuatu bangsa kecuali didalamnya terdapat penyelidikan, kepandaian anggota-
anggotanya dan kelapangan dada dalam menghadapi pihak yang menentangnya.

2
Kekuasaan pendapat umum
Pendapat umum mempunyai kekuasaan terhadap perseorangan, karena manusia itu pada
umumnya mementingkan pendapat orang ramai. Dia gembira bila mendapat pujian dari
orang ramai, dan susah bila orang ramai itu mencelanya. Inilah sebabnya manusia tunduk
kepada pendapat orang-orang yang berada dilingkungannya dan berbuat menurut
kehendak mereka.

2. 1 Hak dan Kewajiban


Sesuatu yang musti bagi manusia ialah hak, dan apa yang diberatkan kepadanya
disebut wajib, keduanya bersambung antara satu dengan lainnya.
Hak-hak yang penting dalam garis besarnya
1. Hak hidup
Hak hidup itu adalah hak yang suci yang tidak dapat diberikan untuk keperluan sesuatu
yang lain. Maka barang siapa mengganggunya dengan pembunuhan atau sebagainya,
sewajarnya mendapat hukuman yang keras.

2. Hak kemerdekaan
Kemerdekaan mutlak ialah “bertindak dan berbuat menurut kehendaknya dengan tiada
suatu yang menguasai kehendak dan perbuatannya”. Pendeknya bahwa hak kemerdekaan
ini menghendaki tiap-tiap orang diperlakukan sebagai manusia, bukan sebagai barang.
3. Hak memiliki
Hak memiliki menjadi bagian yang menyepurnakan hak kemerdekaan karena manusia itu
tidak dapat mempertinggi dirinya menurut kehendaknya, kecuali dengan memiliki alat-
alatnya. Hak memiliki ada dua macam, ada milik khas, seperti milik perseorangan buku,
rumah atau pakaian. Ada milik umum seperti kereta api, museum, perpustakaan dan lain
sebagainya.
4. Hak mendidik
Manusia diberi hak ini karena pendidikan itu adalah sebagian alat untuk mencapai
kemerdekaan dan alat untuk hidup yang tinggi.

Hak-hak Perempuan
Bila kita bandingkan antara perempuan sekarang dan perempuan kemarin, kita tahu bahwa
perempuan itu telah melangkah lebih jauh, mendapat hak-haknya dan melakukan
kewajibannya. Pemerintah membuka pintu perguruan tinggi, sehingga perempuan
mengerti akan hak-haknya yang harus dituntut, dan dapat mendidik anak-anaknya dengan
pendidikan yang baik dalam badan, akal, dan akhlaknya.

Kewajiban
Wajib itu dapat dibagi menjadi:
1. Kewajiban perseorangan, yaitu kewajiban seorang kepada dirinya seperti kebersihan
2. Kewajban kemasyarakatan berarti kewajiban seorang kepada masyarakatnya seperti
adil dan berbuat baik
3. Kewajiban kepada Allah seperti taat

2
Menunaikan kewajiban
Menunaikan kewajiban mendatangkan kebahagiaan. Seorang murid yang dapat
menunaikan kewajibannya terdahap keluarga dan sekolahannya tentu kedua orang tuanya
dan guru-gurunya merasa bahagia.

Kewajiban-kewajiban yang terpenting


1. Kewajiban manusia kepada Allah
Didalam dunia ini adalah suatu kekuatan yang tidak tertampak, tetapi yang menggerakkan
duania dan mengaturnya. Kekuatan itu ialah Allah yang memelihara dan mengasuh
seluruh alam. Kepada kekuatan ini kita berhutang budi dengan segala sesuatu, dengan
hidup kita, kesehatan, perasaan dan dengan segala kesenangan hidup yang beraneka
warna. Maka wajib bagi kita mencintai-Nya, menjunjung tinggi dan syukur terima kasih
kepada-Nya.
2. Kewajiban manusia kepada bangsanya
Kebangsaan adalah kecintaan manusia kepada negerinya, tanah orang tua dan nenek
moyangnya. Cinta tanah air terkadang menjadi tambah semangat berkorban, seperti waktu
negerinya terancam bahaya, maka berkorbanlah kepada tanah tumpah darahnya.

3. 1 Keutamaan
Keutamaan ialah akhlak yang baik, bila kehendak orang dengan membiasakan
sesuatu yang baik, sifat ini disebut utama. Dengan demikian perbedaan antara keutamaan
dan wajib jelas sekali, keutamaan ialah sifat jiwa sedangkan wajib perbuatan luar. Dengan
ini dikatakan “orang itu menunaikan kewajiban” dan tidak dikatakan “menunaikan
keutamaan” tetapi “mendapat keutamaan”

Perbedaan keutamaan
Nilai keutamaan berbeda karena perbedaan masing-masing orang dan perbuatan mereka.
Keutamaan yang harus menghiasi orang tua berlainan dengan keutamaan yang menghiasi
pemuda. Semua manusia diminta supaya menghiasi dirinya dengan keutamaan pada
umunya, seperti jujur, adil, dan sebagainya. Meskipun mereka berbeda-beda tingkatan dan
derajatnya tetapi mereka semua diminta bersifat keutamaan yang sesuai dengan
keadaannya, kedudukannya dan pekerjaan yang ditunaikan.

Benar
Benar ialah mengkhabari lainnya menurut apa yang ia yakinkan akan kebenarannya.
Pengkhabaran ini bukan hanya mengenai perkataan juga mengenai perbuatan seperti
isyarat dengan tangan, goyang kepala dan sebagainya, seperti terus terang. Orang yang
terus terang ialah orang yang tidak menipu.

Keberanian
Keberanian adalah menghadapi sakit atau bahaya dengan tetap diwaktu menghajatkan, dan
bukan berarti tidak takut sebagai disangka sebagian orang. Seorang yang dapat menguasai
jiwanya dan berbuat apa yang wajib dilakukan didalam kedudukannya meskipun ada
bahaya di mukanya dan meskipun merasa takut, maka ialah orang yang berani.

2
Keberanian peradaban
Keberanian peradaban yaitu bahwa manusia dapat melahirkan pendapatnya dan apa yang
ia yakinkan akan kebenarannya meskipun ia menjadi pembicaraan yang tidak sedap oleh
orang banyak. Contohnya Ibnu Taimiyah, salah seorang ahli fikih (hukum agama) yang
meninggal pada tahun 728 Hijrah, ilmunya menyalahi pendapat-pendapat ahli fikih pada
zamannya, sehingga difitnah dan dimasukkan penjara. Didalam penjara ia menulis buku-
buku yang menguatkan pendapatnya dan menolak alasan-alasan saingannya.

13.1 Perwira (Mengekang Hawa Nafsu)


Mengekang nafsu atau perwira ialah keinginan sederhana untuk mengenyam
kelezatan dan tunduknya keinginan tersebut kepada hukum akal. Maksud dari keutamaan
ini ialah agar manusia itu dapat menguasai dirinya dan jangan sampai menjadi hamba
syahwatnya.
Macam-macam pengekang nafsu yang terpenting:
1. Mengekang nafsu dari marah
2. Mengekang nafsu agar terlepas dari susah
3. Mengekang nafsu jangan sampai berkecimpung dalam syahwat tubuh karena
minuman dan perempuan
4. Mengekang fikiran agar jangan sampai memikirkan di segala tempat dan melayang
fikirannya dimana-mana

14.1 Adil
Adil itu ada dua macam, yang pertama mensifati perseorangan dan yang kedua mensifati
masyarakat atau pemerintah. Didalam soal ini Allah telah berfirman: “Sungguh Kami telah
mengutus pesuruh-pesuruh Kami dengan keterangan-keterangan, dan menurunkan beserta
mereka kitab suci dan neraca agar manusia dengannya menegakka keadilan dan Kami
turunkan besi yang mempunyai kekuatan besar dan berguna bagi manusia”(QS. Al-Hadid)
Pendorong keadilan ialah:
1. Tidak berlaku berat sebelah
2. Memperluas pandangan dan melihat soalnya dari beberapa sudut
3. Yang kita jadikan sandi hukum ialah pendorongnya orang melakukan perbuatannya,
bukan kelahiran yang tampak. Mungkin lahirnya perbuatan itu buruk akan tetapi timbul
dari niat yang baik, seperti orang tua yang berlaku keras terhadap anaknya untuk
mendidiknya

Adil dan belas kasih


Contohnya, engkau menghutangi oarng lain, engkau belas kasih kepadanya lalu engkau
lepaskan hutang itu atau engkau undurkan waktu membayarnya sehingga ia kuasa.
Menurut keadilan engkau mengambil hutang itu dan menurut belas kasih harus hutang itu
engkau lepaskan atau undurkan masa membayarnya, karena belas kasih diatas keadilan

15.1 Penghematan
1. Wajib bagi kita mendahulukan apa-apa yang sekedar perlu daripada apa yang
menunjukkan kemewahan
2. Tidak benar bila kita membelanjakan sesuatu yang merugikan kita dan tidak memberi
kemanfaatan, seperti minum minuman keras yang merugikan kesehatan

2
3. Tidak benar bila kita memelihara sesuatu yang terkadang memberi faedah bagi kita
akan tetapi merugikan besar kepada orang lain
4. Wajib bagi kita memperhitungkan dengan teliti masuk dan keluarnya keuangan kita

16.1 Bahaya hutang dan perjudian


1. Pengaruhnya yang buruk mengenai kesehatan, karena akibat dari kegoncangan fikiran
dan hati
2. Merugikan kepada anggota keluarga
3. Hutangnya seseorang terkadang merusakkan pekerjaan orang lain
4. Hutang itu banyak menimbulkan sifat khianat, dusta, dan menyuap bila keadaan
sempit dan yang menghutangi mendesaknya

17.1 Menjaga waktu


Waktu itu seperti uang, masing-masing dari waktu dan uang wajib dihemat dan diatur,
hanya perbedaannya ialah uang itu dapat dihimpun dan disimpan untuk waktu yang
diperlukan, sedangkan waktu itu tidak. Nilai waktu itu seperti nilai uang, nilai masing-
masing tergantung kepada cara mempergunakannya dengan sebaik-baiknya

Waktu terluang
Mempergunakan waktu terluang dengan sebaik-baiknya ialah diantara soal hidup yang
terpenting yang perlu mendapat pemikiran dan perhatian yang seksama, karena
kebanyakan umur kita hilang tak berguna, sebab kita tak mengetahui cara bagaimana
mempergunakan waktu luang
Bagaimana hendaknya kita mempergunakan waktu luang
1. Segala macam gerak badan di tempat yang terbuka dan berudara yang bersih, karena
yang demikian itu akan menambah kesehatannya dan menambah semangat bekerja
2. Hendaknya buku itu menjadi bacaan orang diantara waktunya yang terluang
3. Mempergunakan sebagian dari waktunya yang terluang untuk membaca surat kabar
karena surat kabar itu adalah tempat melahirkan fikiran, mengabarkan kejadian-kejadian
dan membangun perasaan dan akal manusia
4. Waktu terluang itu baik juga dipergunakan untuk kesenangannya yang berguna,
seperti seorang yang mempunyai kesenangan memelihara burung atau bunga

Penyakit Akhlak dan obatnya


Obat kejahatan mempunyai dua jalan. Pertama perbaikan pergaulan, seperti mendirikan
tempat pendidikan anak-anak nakal, menyiarkan ilmu pengetahuan bagi umum,
menentang mabuk dan zina, menolak apa yang membawa pemuda-pemuda ke arah
keburukan dan lain sebagainya. Kedua hukuman, dengan syarat :
1. Mencegah orang-orang jangan sampai melakukan kejahatan, karena bila mereka
mengetahui bahwa orang jahat dihukum menurut kejahatannya, menimbulkan mereka
takut melakukannya
2. Menjatuhkan hukuman sakit kepada orang jahat sesuai dengan kesenangan akibat
kejahatannya

2
3. Memperbaiki orang jahat.
Dengan mengadakan pelajaran dan nasehat agama ditempat tertentu (rehabilitasi)

KOMENTAR KRITIS

Anda mungkin juga menyukai