Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBUATAN SABUN PADAT

Disusun oleh
Nama : Aldy Fachruddin
NIM : 021200024
Fakultas/Prodi : Teknik Industri / D-3 Teknik Kimia
Hari,Tanggal : Selasa, 04 April 2023
Dosen penguji : Dian Purnami Handayani, S.T., M.T

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2023
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

PEMBUATAN SABUN PADAT

Disusun Oleh

Nama : Aldy Fachruddin

NIM : 021200024

Fakultas / Prodi : Teknik Industri/D3 Teknik Kimia

Hari, tanggal : Selasa, 04 April 2023

Dosen penguji : Dian Purnami Handayani, S.T., M.T

Yogyakarta, 04 April 2023

Disetujui,
Dosen Penguji

Dian Purnami Handayani, S.T., M.T

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan
judul “PEMBUATAN SABUN PADAT”. Shalawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabatnya, dan sampai kepada kita sebagai umatnya hingga akhir
zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat mengikuti mata
kuliah Uji Komperhensif sehingga penulis dapat mengikuti kegiatan Uji
Komperhensif dan bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Dalam penyusunan
dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak terutama kepada :
1. Allah SWT yang telah menjaga jiwa dan raga kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua, kakak, dan keluarga, yang telah memberikan dorongan secara
moril dan materil.
3. Ibu Dian Purnami Handayani, S.T., M.T. selaku dosen penguji.
4. Rekan-rekan seperjuangan atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah lebih baik lagi
kedepannya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Yogyakarta, 04 April 2023


Penulis

Aldy Fachruddin

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
II.1 Landasan Teori ......................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 10
III.1 Bahan .................................................................................................. 10
III.2 Alat...................................................................................................... 10
III.3 Cara Kerja ........................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang ditunjukan oleh
angka pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka semakin meningkat pula
permintaan suatu barang untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu barang untuk
kebutuhan sehari-hari yang cukup penting adalah produk perawatan kulit berupa
sabun mandi. Meningkatnya permintaan akan sabun mandi dapat dilihat dari data
Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2004-2009 mengenai data produksi,
konsumsi, impor, dan ekspor sabun. Dari data tersebut dapat dilihat konsumsi sabun
pada tahun 2004 sebesar 55.832,930 ton yang terus meningkat sampai tahun 2009,
yaitu sebesar 101.631,090 ton (BPS, 2009).
Kebutuhan alat pembersih seperti sabun semakin mengalami peningkatan
dengan banyaknya polusi yang dapat menimbulkan potensi penyakit yang diawali
dengan kotoran, keringat, dan bakteri pada kulit. Sabun merupakan campuran dari
senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih
tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat tambahan lain serta tidak
menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). Sabun mandi didefinisikan sebagai
senyawa Natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai pembersih tubuh,
berbentuk padat, berbusa, dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan
iritasi pada kulit. Syarat mutu sabun mandi padat yang ditetapkan oleh SNI yaitu
sabun padat memiliki kadar air maksimal 15 %, jumlah alkali bebas maksimal 0,1%
dan jumlah asam lemak bebas kurang dari 2,5% (SNI, 1994).
Sabun dapat dibuat dengan dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan
yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses
saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses
netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Widyasanti et. al.,
2016).
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam

1
reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda
kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH)
sebagai alkali. Mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih
dari sabun mandi. Oleh karena itu, banyak sabun yang beredar di pasaran sekarang
ditambahkan dengan berbagai bahan-bahan aditif yang berfungsi untuk menambah
nilai guna sabun itu sendiri

I.2 Tujuan
Mengetahui proses pembuatan sabaun padat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara actual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dengan lemak/minyak (Tim Penyusun, 2023).
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau minyak
dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam
karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis) panjang
dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari
kelompok alkali atau ion amonium (Austin, 1984 dalam Siregar 2015).
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
a. Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam lemak
dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan
b. Reaksi pertama :
Hidrolisa mendidih
Lemak + NaOH Gliserol + Asam lemak
c. Reaksi kedua :
Penyabunan
3RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-
zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena
adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah
benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena
membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air
(Austin, 1984 dalam Siregar 2015).
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga
dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-
polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang

3
tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekulmolekul sabun yang menyembul
dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak,
maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (Austin, 1984
dalam Siregar 2015).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa
saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu
ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung 12
atom karbon atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut :
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
trigliserida dengan alkali (NaOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

Gambar 1 Reaksi saponifikasi

Reaksi pembuatan sabun (saponifikasi) menghasilkan sabun sebagai produk


utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual (Tim Penyusun, 2023).

Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun
dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki kelarutan yang
tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion (Tim Penyusun, 2023.

4
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan baku
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah
kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun daya tarik. Bahan pendukung
yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun diantaranya natrium klorida,
natrium karbonat, natrium fosfat, parfum dan pewarna (Tim Penyusun, 2023).
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam
reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida (NaOH)
sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud
sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras
daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun (Tim Penyusun,
2023.
Bahan baku : Minyak/lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan
lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair
pada temperature ruang (± 28 oC), sedangkan lemak akan berwujud padat (Tim
Penyusun, 2023.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit,
sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit
terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan
linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah beroksidasi pada
keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak
jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap. Sehingga sabun yang dihasilkan juga akan
lebih lembek dan mudah meleleh pada temperature tinggi (Tim Penyusun, 2023).

5
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat
sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
A. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak
dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan
berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan
berwujud padat (Ralph J. Fessenden, 1992). Jumlah minyak atau lemak yang
digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai
alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah
teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis
minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di
antaranya :
1. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik
biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan
kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat
adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA
dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di
atas 40°C. Tallow dengan titer point di bawah40°C dikenal dengan nama
grease. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam
palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam linoleat
3-4%, dan asam laurat 0,2%.
2. Lard ( Lemak Babi )
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam
lemak tak jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti
asam stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus

6
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan
mudah berbusa.
3. Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan
zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari
100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu,
jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit
harus dicampur dengan bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu
asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam
linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam
miristat 0,5-1%.
4. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan
diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak
kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam
laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi
yang menimbulkan bau tengik.
5. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit
memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyakinti
sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam
lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. Kandungan
asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%,
asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam
kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1- 3%, dan asam linoleat
2%.
6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )

7
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana.
Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah asam palmitat
52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat asam linoleat 6,6-
8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2- 1,3%, asam laurat 0,1-
0,4% .
7. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai
kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak
mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g
I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Minyak jarak
mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester.
Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak
86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5- 2,0%, asam
dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown, 1973).
8. Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan
kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari
minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun
secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti
fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga
mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam
lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut dapat
mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun.
9. Campuran Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari
campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering
dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi.
Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi
dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan
dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

8
B. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2- Aminoethanol,
monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia
NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam
industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak,
tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Ralph J.
Fessenden, 1992).

Selain minyak, dalam pembuatan sabun dibutuhkan bahan tambahan yang


mampu memperbaiki mutu sabun antara lain pengental, pengisi, antioksidan,
pewarna dan pewangi.
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan
sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl
(garam) dan bahan-bahan aditif. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses
pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena
kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur
sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan
(kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin
tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi,
sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan
magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. Bahan aditif merupakan bahan-
bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi
kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahanbahan aditif tersebut
antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

9
BAB III
METODOLOGI
III.1 Bahan
1. NaOH 3 gr
2. Aquadest 5 ml
3. Minyak Kelapa 10 ml
4. Alkohol 8 ml
5. Gliserin 4 ml
6. Asam Stearat 1,5 gr
7. Bahan pendukung (aroma terapi, pewarna, parfum, minyak zaitun)

III.2 Alat
1. Gelas beker
2. Batang pengaduk
3. Thermometer
4. Pipet tetes
5. Pro Pipet
6. Piper volume
7. Gelas ukur
8. Corong
9. Gelas arloji
10. Timbangan Digital
11. Kompor pemanas
12. Cetakan sabun

10
III.3 Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan 3 gr


NaOH

Melarutkan 3 gr NaOH dengan 5 ml aquadest


5 ml
Aquadest
Memasukan larutan NaOH dan minyak kelapa ke
dalam gelas beker
10 ml
Minyak
Menambahkan asam stearat ke dalam gelas beker kelapa

Mengaduk dan memanaskan campuran 1,5 gr


hingga suhunya mencapai ± Asam
stearat

Mematikan pemanas dan mendinginkan


campuran hingga suhu ± 8 ml
Alkohol

Menambahkan alkohol gliserin, dan minyak


zaitun ke dalam campuran 4 ml
Gliserin

Mengaduk dan memanaskan campuran


hingga suhunya mencapai ± 1 ml
Minyak
zaitun
Menuang campuran tersebut ke dalam cetakan

Mencatat waktu pembentukan sabun, mengecek


nilai pH dan mengamati penampakan sabun

Menimbang berat sabun yang telah dibuat

Gambar 2 Diagram Alir Percobaan Pembuatan Sabun Padat

11
DAFTAR PUSTAKA

Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill
Book Co: Singapura

Badan Pusat Statistik. 2009. Data Konsumsi, Produksi, Ekspor, dan Impor Sabun
Mandi Padat di Indonesia. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional., 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-
1994. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit
Erlangga : Jakarta.

Siregar, Rifai. 2015. Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan Sabun.


Diakses dari https://rifaisiregar.blogspot.com/2015/04/laporan-
praktikumkimia-organik_41.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2023.

Widyasanti, Asri., Farddani, CL., & Rohdiana, Dadan. 2016. Making Of


Transparent Solid Soap Using Palm Oil Based Withaddition White Tea
Extracts (Camellia Sinensis). Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.5, No.
3: 125-136

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai