Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH KMB 1

“PROSEDUR PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGIS SISTEM PENCERNAAN DAN
MENTABOLIK ENDOKRIN”

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 1

WULANDARI DWI PUTRI 105111104621


SUNARTI 105111101221
LAILA TASYA KAMILA 105111102321
MUZDALIFAH 105111103421

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Diagnostik Dengan
Gangguan Kebutuhan Nutrisi Patologis Sistem Pencernaan Dan
Mentabolik Endokrin”

Terimakasih kepada Ibu Sitti Maryam Bachtiar, S.Kep., Ns., M.Kep


yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.
Terimakasih juga kepada teman-teman kelompok yang telah bekerja
sama sehingga bisa menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari prmbaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi. Dan semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar


manusia yang sangat penting. Dilihat dari segi kegunannya, nutrisi
merupakan sumber energy untuk segala aktivitas dalam system tubuh.
Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti
glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak
dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti
yang sehari hari dimakan oleh manusia. Adapun jenis-jenis nutrisi yang
diperlukan tubuh antara lain:
a. Karbohidrat, merupakan sumber energy utama dan sumber
erat pangan.
b. Protein, merupakan konstituen penting pada semua sel, terdiri
dari asam asam amino.
c. Lemak, merupakan sumber energy yang dipadatkan.

d. Air, merupakan komponen terbesar penyusun tubuh manusia.


Pemenuhan kebutuhan air dapat berasal dari minuman,
makanan dan sayuran.
e. Vitamin, merupakan bahan organic yang tidak dapat dibentuk
oleh tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses
metabolism tubuh.
f. Mineral, merupakan bahan anorganik yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan tubuh.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi
merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup,
mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali
sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
menyebabkan penyakit dikemudian hari.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang
berperan di dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas
saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan
dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan
organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari gangguan kebutuhan nutrisi?

2. Bagaimana patologis system pencernaan dan metabolic


endocrine?

3. Apa saja masalah perawatan pada ulkus peptikum,


gastroenteritis, thypus abdominalis, colitis, hemoroid, hepatitis,
obstruksi intestinal dan DM?
4. Bagaimana anamnesa pada gangguan system pencernaan dan
metabolic endocrine?
5. Bagaimana persiapan klien pada pemeriksaan barium enema,
USG abdomen dan endoskopi?
6. Bagaimana pemeriksaan fisik dalam kondisi saluran
pencernaan, bentuk abdomen, keulitan mengunyah dan menelan,
bising usus?
7. Apa saja evaluasi dalam kebutuhan nutrisi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian dari gangguan kebutuhan nutrisi

2. Untuk mengetahui patologis system pencernaan dan metabolic


endocrine

3. Untuk mengetahui masalah perawatan pada ulkus peptikum,


gastroenteritis, thypus abdominalis, colitis, hemoroid, hepatitis,
obstruksi intestinal dan DM
4. Untuk mengetahui cara anamnesa pada gangguan system
pencernaan dan metabolic endocrine

5. Untuk mengetahui persiapan klien pada pemeriksaan barium


enema, USG abdomen dan endoskopi
6. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dalam kondisi saluran
pencernaan, bentuk abdomen, keulitan mengunyah dan menelan,
bising usus
7. Untuk mengetahui evaluasi kebutuhan nutrisi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi


Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh. Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang. Nutrisi adalah proses
pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Gangguan
pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhkan oleh tubuh.
(LyndaJuall,Carpenito,2006). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
adalah keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan
asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic. (Wilkinso
Judith M. 2007)

B. Patologis Sistem Pencernaan dan Metabolic Endocrine

1. Patologis Sistem Pencernaan

a. Mulut

1) Ulkus Aftosa

Ulkus aftosa (chanker sore, sariawan) adalah kawah-


kawah berukuran kecil dan dangkal, terasa nyeri dan mengalami
dasar luka yang mengalami peradangan. Pada umumnya ulkus
aftosa terjadi di sepanjang lidah. Mereka dapat berjumlah banyak
dan melibatkan pula mukosa pipi, palatum, atau dasar mulut.

Sariawan yang berukuran kecil (diameter kuran dari 1


cm) sering muncul dalam satu kelompok yang terdiri dari 2-3
luka terbuka, biasanya akan menghilang dengan sendirinya
dalam 10 hari. Sariawan yang lebih besar jarang terjadi
bentuknya tidak teratur memerlukan waktu beberapa minggu
untuk penyembuhan.

Penyebab pasti terjadinya ulkus aftosa (chanker sore,


sariawan) masih belum jelas. Kombinasi berbagai faktor
dapat berkontribusi menjsdi penyebab terjadinya ulkus
aftosa.

Faktor-faktor pemicu untuk terjadinya ulkus aftosa,


antara lain:

a) Trauma pada mulut, seperti menyikat gigi yang terlalu


keras, pipi atau bibir yang tergigit, makanan pedas atau
asam.
b) Pasta gigi dan obat kumur yang mengandung larutan
sodium lauryl sulfate.
c) Sensitivitas pada makanan tertentu, misalnya coklat,
kopi, telur, kacang, keju, makanan asam seperti nanas.
d) Kekurangan vitamin B-12, zink, asam folat, dan zat besi.
e) Adanya reaksi alergi akibat bakteri tertentu
di dalam mulut.
f) Perubahan hormonal saat menstruasi.

g) Stress psikis.

2) Pleomorphic adenoma

Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan


tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat
tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini
tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat
digerakan, dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang
halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan
sekitarnya.
Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva
belum diketahui secara pasti, diduga karena keterlibatan
lingkungan dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik
mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor tunggal,
pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal.

b. Esofagus

1) Hiatus Hernia Esofagus

Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan


dimana terjadi perpindahan secara intermiten (sementara)
atau secara permanen bagian lambung, disertai
perpindahan bagian esofagus dari intra abdomen kedalam
rongga dada (rongga toraks) di atas diagfragma melalui
hiatus esofagus yang normal. Dikenal dengan 3 bentuk,
yaitu :

a) Esofagus terlalu pendek, sehingga sebagian lambung


(kardia) tertarik ke atas diafragma, tetapi hiatus
diafragma tidak melebar, sehingga bagian yang melebar
diatas diafragma setinggi diafragma menyempit lagi. Jadi
bagaian atas lambung tertarik ke dalam rongga dada.

b) Panjang esofagus normal, besarnya liang diafragma juga


normal, tetapi di samping liang ini terdapat satu liang lagi
atau terjadi robekan, sehingga kardia masuk melalu liang
ini ke dalam rongga dada, biasanya kecil disebut sebagai
para esophagial hiatal hernia, kejadian ini kurang dari
10%.

c) Esofagus panjangnya normal atau pendek akibat fibrosis


karena radang, tetapi liang diafragma melebar, sehingga
sebagian besar lambung masuk ke dalam rongga dada,
jarang terjadi. Disebut pula true hiatal atau sliding
hernia.

c. Lambung

1) Karsinoma Lambung

Biasanya terjadi pada usia lanjut. Sekitar 99% kanker


lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya
adalah leiomokarsinoma (kanker otot polos) dan limfoma.

2) Ulkus Peptikum

Ulkus Peptikum adalah suatu kondisi medis yang


ditandai dengan luka yang terasa nyeri atau ulkus pada
lapisan lambung yang berada di duodenum pertama (bagian
teratas dari usus). Suatu ulkus terjadi ketika lapisan dari
organ-organ ini terkorosi oleh asam lambung yang
disekresikan oleh sel-sel lambung. Penyebab penyakit ulkus
yang paling umum adalah bakteri Helicobacter pylori.
Bakteri ini menyebabkan peradangan kronis lapisan
lambung bagian dalam pada tubuh manusia. Infeksi H.
pylori seringkali didapat ketika menelan makanan dan air
yang terkontaminasi dan melalui kontak dengan manusia.
Hal ini lebih sering terjadi pada daerah dengan sanitasi yang
buruk. Apabila kondisinya berat, hal ini dapat menyebabkan
perdarahan ulkus, perforasi ulkus, dan penyumbatan
lambung.

d. Usus Halus

1) Ileus Obstruksi

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis


pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama
sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus.
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.
Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar
dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total
usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila
penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi yaitu
mekanis (Ileus Obstruktif) dan neurogenik/fungsional (Ileus
Paralitik).

e. Usus Besar

1) Penyakit Crohn

Penyakit Crohn merupakan penyakit peradangan


granulomatosa kronik yang etiologinya tidak diketahui dan
mengenai saluran pencernaan, mulai dari esophagus
sampai anus, namun lebih sering mengenai ileum terminalis
dengan pembentukan jaringan gigi paru perut dan
penebalan dinding usus; sering kali menyebabkan obstruksi
usus dan fistula pembentukan abses serta sering kambuh
setelah diberikan pengobatan. Penyakit ini juga
mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat
daerah normal diantara daerah yang terkena.

2) Diare

Ini termasuk gangguan pada saluran pencernaan


yang paling sering ditemui, khususnya pada anak-anak.
Penyebab diare bisa bermacam macam, mulai dari
kurangnya kebersihan makanan, salah makan, infeksi,
cacingan dan lain-lain. Bakteri yang masuk ke dalam sistim
pencernaan mengakibatkan terjadinya rangsangan yang
kuat pada mukosa usus yang menyebabkan peningkatan
gerakan otot usus, akibatnya makanan tidak dapat terserap
secara sempurna. Diare dapat dikatakan akut jika mencret
lebih dari 4 kali sehari dengan konsentrasi tinja yang
semakin lama semakin cair. Diare tidak menyebabkan
kematian, namun dehidrasi yang menyertainya dapat
membuat penderita kehilangan cairan tubuh secara drastis
yang jika tidak ditangani dapat membuat penderita
meninggal. Jadi, yang perlu sangat diwaspadai bukan lah
diarenya, melainkan dehidrasinya. Pastikan penderita
mendapatkan cukup minum agar cairan tubuhnya terjaga.
Salah satu indikator apakah penderita diare mengalami
dehidrasi atau tidak, cermati kuantitas air seninya. Selama
kuantitasnya cukup, berarti penderita tidak mengalami
dehidrasi. Pengobatan awal untuk diare yaitu dengan
memberikan oralit.

3) Sembelit (Konstipasi)

Berbanding terbalik dengan diare, dimana feses yang


keluar berbentuk cair dengan frekuensi yang tinggi.
Sembelit atau konstipasi merupakan gangguan pada sistem
pencernaan dimana penderitanya mengalami pengerasan
feses sehingga sulit untuk dikeluarkan, bahkan sampai
menyebabkan rasa sakit yang amat sangat bagi
penderitanya. Penyebab konstipasi bermacam- macam,
mulai dari pola makan yang buruk, stres, gangguan hormon,
efek samping obat-obatan tertentu, dan bisa juga karena
kelainan anatomis. Pencegahan konstipasi dapat dilakukan
dengan memperbaiki pola makan dan memperbanyak
asupan serat, sedangkan untuk pengobatannya dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi obat pencahar (laksatif)
sesuai dosis yang disarankan. Namun bila konstipasi begitu
serius (obstipasi), tindakan pembedahan mau tak mau
menjadi pilihan, meski kasus seperti ini jarang terjadi.

4) Wasir (Hemoroid)

Ini merupakan gangguan pencernaan berupa pelebaran


pembuluh darah balik di dalam jaringan pembuluh darah di
bagian anus akibat tekanan yang berlebihan. Keluhan awal
biasanya adalah keluarnya tetesan darah setelah BAB.
Pencegahan wasir bisa dilakukan dengan menerapkan diet
kaya serat, yaitu dengan mengkonsumsi banyak sayuran
dan buah-buahan agar volume tinja besar namun tetap
lembek, sehingga proses BAB menjadi mudah dan lancar
karena tidak perlu mengejan, dimana hal tersebut dapat
merangsang timbulnya wasir.
2. Patologis Metabolic Endocrine
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan
melepaskan hormon-hormon yang membantu fungsi kontrol tubuh yang
penting, terutama kemampuan tubuh untuk mengubah kalori menjadi
energi sel dan organ. Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung
berdetak, bagaimana tulang dan jaringan tumbuh, bahkan kemampuan
untuk membuat bayi. Hal ini memainkan peran penting dalam kemungkinan
seseorang dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan
pertumbuhan, disfungsi seksual, dan sejumlah lainnya yang berhubungan
dengan hormon gangguan. Setiap kelenjar sistem endokrin melepaskan
hormon tertentu ke aliran darah tubuh Anda. Hormon-hormon ini berjalan
melalui darah ke sel lain dan membantu mengontrol atau
mengkoordinasikan proses dalam tubuh.
Gangguan kelenjar endokrin bisa menyebabkan berbagai penyakit,
mulai dari malnutrisi, gondok, diabetes, gangguan jantung, hipertensi,
hingga tumor ganas pada sistem pencernaan. Gangguan kelenjar
endokrin umumnya disebabkan perubahan gaya hidup yang cenderung
meninggalkan pola hidup sehat.
Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang
akan ditindaklanjuti oleh organ tubuh lain. Gangguan pada kelenjar
endokrin bisa menyebabkan penyakit yang berbeda-beda. Ada
delapan kelenjar endokrin, yaitu :
a. Kelenjar hipotalamus di otak. Menceritakan kelenjar pituitari saat
untuk melepaskan hormon.
b. Kelenjar hipofisis di dasar otak di belakang sinus. Hal ini sering
disebut “master gland” karena mempengaruhi kelenjar lain, terutama
tiroid. Masalah dengan kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi
pertumbuhan tulang, siklus menstruasi wanita, dan pelepasan ASI.
c. Kelenjar tiroid (gondok) berbentuk kupu-kupu di bagian depan
leher mengendalikan metabolisme.
d. Kelenjar paratiroid di dekat kelenjar tiroid memainkan peran
dalam perkembangan tulang.
e. Kelenjar adrenal (suprarenalis) di kutub atas ginjal kiri-kanan,
melepaskan hormon kortisol
f. Kelenjar gonad (kelamin) pada testis dan indung telur,
melepaskan telur dan menghasilkan hormon seks. Menghasilkan
sperma dan hormon seks.
g. Kelenjar pancreas mengontrol pelepasan hormon insulin dan
glukagon
h. Kelenjar timus di bawah tulang dada, membantu mengembangkan
sistem kekebalan tubuh sejak awal kehidupan.

C. Masalah Perawatan Pada Ulkus Peptikum, Gastroenteritis, Thypus


Abdominalis, Colitis, Haemorroid, Hepatitis, Obstruksi Intestinal,
DM

1. Ulkus Peptikum

a. Definisi

Ulkus peptikum adalah suatu peronggaan yang dibentuk dalam


dinding mukosa lambung, pyloris,duodenum, atau esophagus.
(Brunner dan Suddarth,2000). Ulkus peptikum merupakan keadaan di
mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai
kebawah epitel (Price, Sylvia Anderson,1995)
b. Etiologi

Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta


perubahan mukosa. (Charlene dkk, 2001). Faktor lain yang
menyebabkan Ulkus peptikum: Genetik, merokok, Alkohol,
kafein,obat-obatan (NSAID), kuman Helicobacter pylori.

c. Tanda dan Gejala

1) Nyeri

Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid


epigastrium, atau dipunggung. Nyeri hilang dengan
makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong
dan alkali menghilang nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi
tekanan kuat pada epigastrium atau sedikit tekanan garis
tengah tubuh.
2) Pirosis (nyeri ulu hati)

Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena


adanya asam.

3) Muntah

Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi.


Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak;
biasanya mengikuti serangan nyeri hebat; hilang dengan
ejeksi kandungan asam lambung.
4) Konstipasi dan perdarahan

Sebagai akibat diet dan obat. Beberapa pasien yang


mengalami perdarahan akibat ulkus akut tidak
mempunyai keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi
mengalami gejala.

d. Masalah Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap
peningkatan asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.

2) Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut,


perdarahan, penatalaksanaan jangka panjang.

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan nyeri yang berkaitan


dengan makan.

4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan minimnya


informasi yang pernah didapat.

2. Gastroenteritis

a. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak


normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih
banyak dari biasanya (Manjoer Arief dkk, 1999). Gastroenteritis
adalah inflamasi pada daaerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit
yang patogen (Whaley dan Wang’s 1995).

b. Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

1) Faktor Infeksi

Infeksi Internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan


yang merupakan penyebab utama diare meliputi:

a) Infeksi Bakteri: Vibrio E.coli Salmonella, Shigella,


Campyio bacter, Aeromonas

b) Infeksi Virus: Enteriviru (virus echo, coxsacle,


poliomyelitis ), Adenovirus, Astrovirus, dll

c) Infeksi Parasit: cacing ( ascaris, trichuris, oxyguris),


Protozoa (entamoeba, histoticia, trimonas hominis),
jamur (candida albacus) Infeksi parental adalah infeksi
diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA), Bronco Pneumonia, dan sebagainnya.

2) Faktor Malabsorbsi

a) Malabsorbsi karbohidrat

b) Malabsorbsi Lemak

c) Faktor Makanan. Makanan yang tidak bersih , basi,


beracum, dan alergi terhadap makanan.

c. Tanda dan Gejala

1) Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja


berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml dalam 24 jam (Simadibrata K et al., 2009).

Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena


adanya peningkatan sekresi air dan elektrolit.

2) Mual dan Muntah

Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi


lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan
mengintegrasikan terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada
formasio retikularis lateral medulla oblongata yang berdekatan
dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan,
vasomotor, dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki
peranan dalam terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat
ditransmisikan langsung ke pusat muntah ataupun melalui
chemoreceptor trigger zone (chow et al., 2010).

3) Nyeri Perut

Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit


banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri
perut yang dialami ada hubungannya dengan makanan, apakah
timbulnya terus-menerus, adakah penjalaran ke tempat lain,
bagaimana sifat nyerinya. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari
berbagai organ berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum
akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan
berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus
akan timbul nyeri di sekitar umbilicus yang mungkin akan
menjalar ke punggung bagian tengah bila rangsangannya
sampai berat. Bila usus besar maka nyeri yang timbul
disebabkan kelainan pada kolon jarang bertempat di perut
bawah. Kelainan pada rectum biasanya akan terasa nyeri sampai
daerah sacral (Sujono hadi, 2002).
4) Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu
normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik
patokan suhu ( set point ) di hipotalamus (Dinarello dan Porat,
2012).
d. Masalah Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi
2) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
4) Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat
3. Thypus Abdominalis
a. Definisi
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis
merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh kuman Salmonella Thyphii, ditandai gejala demam
satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan
dan tanpa gangguan kesadaran ( T.H. rampengan dan L.R Laurentz,
1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makan dan
minuman yang terkontaminasi.
b. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Thyphiia/Eberthela Thpii yang merupakan kuman negatif , motil dan
tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu 70ºC dan
antiseptik. Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu:
1) Antigen O (Ohne Hauvh) merupakan somatik antigen
(tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman.
2) Antigen H (Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan
bersifat termolabil,
3) Antigen VI (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh
kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga
macam antibodi yang lazim disebut Aglutinin.
c. Tanda dan Gejala
1) Demam
Demam biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Suhu tubuh meningkat dan dapat terjadi serangan kejang.
2) Gangguan Sistem Pencernaan
Mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah.
Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue). Ujung dan
tepinya kemerahan jarang disertai tremor. Pemeriksaan
abdomen di temukan keadaan perut kembung (meteorismus),
hati dan limpa membesar di sertai nyeri perabaan. Biasanya
sering terjadi konstipasi,kadang diare atau BAB tanpa kelainan.
Pasien juga akan mengalami mual, muntah, dan distensi
abdomen, selain itu biasanya juga dijumpai ikterik.
Gejala lain:
Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola, yaitu bintik- bitik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama
demam kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan
epistaksis pada anak besar.
d. Masalah Keperawatan
1) Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

4. Colitis

a. Definisi

Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus kronis dan hanya mengenai


mukosa dan submokosa kolon. Kolitis Ulseratif adalah penyakit
peradangan yang ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang
menyerupai reaksi yang disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang
dikenal seperti Shigella.

Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang


dari lapisan mukosa kolon dan rektum. ( Bruner & Suddarth, 202, hal
1106). Jadi, Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan
hanya mengenai mukosa dan submukosa kolon, ditandai oleh reaksi
jaringan di dalam usus yang menyerupai reaksi yang masa remisi
dan eksaserbasi yang berganti-ganti dan dapat berlangsung dalam
jangka waktu yang lama.
b. Etiologi
Etiologi kolitis ulseratifa belum diketahui, namun terdapat faktor
prediposisi yang berkaitan sebagai penyebab penyakit kolitis adalah
keturunan, imunologi, infeksi virus atau bakteri ( masih spekulatif ),
kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh distres emosional atau
sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat
memicu timbulnya gejala pada beberapa orang.
c. Tanda dan Gejala
1) Sakit perut dan diar
2) Feses yang keluar berlendir dan berdarah
3) Kelelahan
4) Turunnya berat badan
5) Anoreksia
6) Demam

d. Masalah Keperawatan

1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna makanan.
3) Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat

5. Haemorroid

a. Definisi

Kondisi patologis membengkak atau meradangnya


Hemorrhoid, struktur vaskular dalam saluran anus yang membantu
kontrol buang air besar. Dalam kondisi fisiologisnya, bagian ini
bertindak sebagai bantalan yang tersusun atas saluran arterio-vena
dan jaringan ikat.

b. Etiologi

Yang menjadi faktor predispososo adalah herediter, anatomi,


makanan, pekerjaan, psikis, dan sanitasi. Sedangkan sebagai faktor
presipitas faktor mkanis, fisiologis, dan radang. Pada umumnya faktor
etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.

Faktor penyebab haemorroid :

1) Mengejan waktu defakasi

2) Konstipasi menahun

3) Herediter

4) Konstipasi

5) Kehamilan

6) Usia lanjut
7) Obesitas

c. Tanda dan Gejala

1) Peradangan anus

2) Anemia disertai perdarahan kronis

3) Nyeri

4) Iritasi karena anus selalu basah

d. Masalah Keperawatan

1) Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena


hemoroidalis.

2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid pada


daerah anus.

3) Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis.

6. Hepatitis

a. Definisi

Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada


peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh
infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain.
Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan
minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan
tertentu.

b. Etiologi

Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebb virus dan


penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncuk tersering
adalah oleh virus.

c. Jenis-Jenis Hepatitis

1) Hepatitis A

Disebabkan oleh virus RNA dari gen entero virus. Bentuk


hepatitis ini ditularkan terutama melalui rute fekal-oral, melalui
konsumsi makanan atau minuman yang terinfeksi virus. Hati dan
limfa pasien kerap sedikit membesar selama beberapa hari
setelah awitan. Ketika gejala muncul, sifatnya ringan, seperti flu,
infeksi pernafasan atas, disertai demam ringan.
2) Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah virus DNA yang ditularkan
terutama melalui darah. Virus ditemukan di saliva, semen, dan
sekresi vagina serta dapat ditularkan melalui membrane mukosa
dan luka pada kulit. Virus hepatitis B memperbanyak diri di dalam
hati dan tetap berada didalam serum dalam periode waktu yang
lama sehingga memungkinkan penyebaran virus. Gejala
mungkin bersifat tersembunyi dan beragam, beberapa pasien
mengalami arteralgia dan ruam, kehilangan nafsu makan,
dyspepsia, nyeri abdomen, sakit diseluruh tubuh, malaise, dan
kelemahan dapat terjadi.
3) Hepatitis C
Hepatitis C adalah bentuk primer hepatitis yang ditularkan
melalui cara parenteral (penggunaan Bersama jarum yang
terkontaminasi, tertusuk jarum atau cidera pada petugas
kesehatan, transfuse darah) atau hubungan seksual. Perjalanan
klinis hepatitis C serupa dengan hepatitis B; gejala biasannya
ringan. Terdapat peningkatan resiko sirosis dan kanker hati
setelah hepatitis C.
4) Hepatitis D
Hepatitis D sering terjadi kepada pengguna obat IV, pasien
hemodialisis, dan penerima tranfusi darah multiple. Kontak
seksual adalah metode penularan hepatitis B dan D yang
penting. Gejala serupa dengan hepatitis B ; bedanya, pasien
lebih cenderung menderita hepatitis fulminan dan berkembang
menjadi hepatitis aktif kronis dan sirosis.
5) Hepatitis E
Virus hepatitis E ditularkan melalui rute fekal-oral, terutama
melalui air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk. Secara
umum, hepatitis E menyerupai hepatitis A. hepatitis E dapat
sembuh dengan sendirinya. Metode pencegahan utamnya
adalah menghindari kontak dengan virus melalui hygiene
(mencuci tangan).
6) Hepatitis G
Hepatitis G (bentuk terbaru) adalah hepatitis pasca tranfusi
dengan periode inkubasi berkisar dari 14-145 hari. Tidak terdapat
autoantibody. Factor resiko ini serupa dengan factor resiko untuk
hepatitis C.
d. Masalah Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
7. Obstruksi Intestinal
a. Definisi
Obstruksi usus adalah gangguan aliran normal isi usus pada
traktus intestinal. Obstruksi usus adalah suatu penyumbatan
mekanisme pada usus dimana merupakan penyumbatan yang
sama sekali menutup atau menggangu jalannya isi usus.
Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada
gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi paristaltiknya normal
b. Etiologi
Etiologi dari obstruksi usus atau illeus yaitu:
1) Perlengketan
2) Intususepsi yaitu salah satu bagian usus menyusup
kedalam bagian lain yang ada dibawahnya.
3) Volvulus yaitu usus memutar akibatnya lumen usus
tersumbat. 4.Hernia yaitu protrusi usus melalui area yang
lemah dalam usus. 5.Tumor
c. Tanda dan Gejala

1) Kram perut yang hilang timbul

2) Perut kembung

3) Sembelit atau diare

4) Perut bengkak

5) Mual dan muntah

6) Hilang nafsu makan

7) Sulit buang angin

d. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.

2) Hipovolemia berhubungan dengan mual, muntah,


demam dan atau diforesis.

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan


mengabsorpsi nutrien
8. DM (Diabetes Militus)
a. Definisi
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang
disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah (Mansjoer dkk, 1999). Sedangkan menurut Francis
dan John (2000), Diabetes Melitus klinis adalah suatu sindroma
gangguan metabolisme dengan hiperglikemi yang tidak semestinya
sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
b. Etiologi
Diabetes Melitus tergantung insulin (DM Tipe 1)
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
dapat menimbulkan destruksi sel β pancreas.
c. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan
menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala
yaitu:
1) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan
Penurunan berat badan.
2) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200
mg/dl Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang
sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan,
Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
d. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan factor
biologis.
2) Hipovolemia berhubungan dengan kegagalan
mekanisme pengaturan.
3) Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
pertahanan sekunder atau karena penyakit kronik
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak
mengenal dengan sumber informasi.
5) Kelelahan berhubungan dengan status penyakit.
D. Anamnesa Pada Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolic
Endocrine
1. Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan
terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan.
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara
umum antara lain:
1) Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama
dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang
bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ
aksesor. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan
pendekatan PGRST, sehingga pengkajian dapat lebih
komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada
penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi
penyebar nyeri.
b) Mual muntah
Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak
menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual
disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian mana saja dari
saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak
yang lebih tinggi. Muntah merupkan salah satu cara traktus
gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika
hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi
secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.
c) Kembung dan sendawa (Flatulens)
Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat
mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung
melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektum.
Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan
bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati
kolon dan di keluarkan.
d) Ketidaknyamaan Abdomen
Ketidaknyamaan pada abdomen secara lazim
berhubungan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan
saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan
berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamaan karena
lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein
atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat
berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat.
Ketidaknyamaan atau distress abdomen bagian atas yang
berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan
utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar
distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan paristaltic
lambung pasien sendiri.
e) Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses.
Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat
diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena
iritasi saluran cerna. Penyebab terserang iritasi adalah infeksi
virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi
usus oleh suatu pathogen mempengarui lapisan mukosa usus
sehinga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik
termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi
lapisan otot sehingga terjadi penigkatan motilitas. Peningkatan
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang
karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut
di kolon berkurang. Individu yang mengalami akibat syok
hipovolemikdan kelainan elektroli.
f) Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau
jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang
sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai
penenurunan relative jumlah buang air besar pada
seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses
mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila idividu mengalami
dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga
memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu
feses berada di usur besar. Diet berserat tinggi
mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air
secara osmosis ke dalam feses dan dengan merasang
peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang
yang makan makanan rendah serat atau makanan yang sangat
dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi.
Olahraga mendorong efekasi dengan merangsang saluran GE
secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya
jarang bergerak beresiko tinggi mengalami konstipasi.
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis
atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainya
sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat
memperoleh data subjektif dari pasien mengenai awitan
masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan.
Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah
kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan.
Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal: Pengkajian
rongga mulut, Pengkajian esofagus, Pengkajian lambung,
Pengkajian intestinal, Pengkajian anus dan feses,
Pengkajian organ aksesori a
1) Riwayat kesehatan sekarang
Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien
sedetail- detailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit
sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari
gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap
keluhan utama yang terjadi memberikan dampak terhadap
intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terhadap perubahan
berat badan. Pengkajian inin akan memberikan kemudahan
pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam
pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien.
Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet
atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau
ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien
diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika
membawanya dan catat semuanya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali
berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini.
Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan
penyakit berat yang pernah di derita, penggunaan obat-obat
dan adanya alergi
3) Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya.
Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat
mendapatkan perawatan, berapa lama di rawat dan apakah
berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal.
Pasien yang pernah di rawat dengan ulkus peptikum,
jaundice, penyakit kandungan empedu, kolitis, kanker
gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada saluran
intestinal mempunyai predisposisi penting untuk dilakukan
rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS,
perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang masa lalu
seperti status rekam medis saat di rawat sebelumnya, serta
data-data diagnostik dan pembedahan.
4) Riwayat penggunaan obat-obatan
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru
baik dari segi kuantitas maupun kualitas akan memberi
dampak yang merugikan pada pasien akibat efeksamping dari
obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan
mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti imflamasi non-
steroid (NSAIDs), asam selisilat dan kortiko steroid yang
memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus
peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan prepat besi atau
ferum karna obat ini akan mempengaruhi perubahan
konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau
meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan
laksantia/laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat
atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat racun
terhadap fisiologi kerja hati yang memberikan resiko pada
peningkatan peradangan atau keganasan pada hati.
5) Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa
komponen makanan atau agen obat pada masa lalu dan
bagaimana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan
dampak terjadinya diare atau konstipasi.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari
survei umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau
mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis. Pemeriksaan
fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut,
abdomen, rectum dan anus.
1) Bibir
Bibir dikaji terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi,kontur,
serta adanya lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat
melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna
merah muda, lembab, simetris, dan halus.. Bibir yang pucat
dapat disebabkan karena anemia, sedangkan sianosis
disebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskuler lesi
seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi,
iritasi, atau kanker kulit.
2) Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai
kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi igesti dan
digesti. Pengkajian rongga mulut di lakukan perawat dengan
mengingat kembali struktur rongga mulut.
Untuk melihat mukosa bukal, pasien meminta perawat
untuk membuka mulut, kemudian merektrasi pipi dengan
lembut mengunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan
yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat
dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.
Senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa.
Mukosa normal berkilau merah muda, lunak, basah, dan halus.
Dengan pasien pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan
tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik
atau pucat.
3) Lidah dan dasar mulut
Dengan mengunakan senter untuk pencahayaan, perawat
memeriksa warna, ukuran posisi, tektur, dan adanya lapisan
atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau
merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan
atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah
lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular.
Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat menginspeksi
area- area yang umumnya terkena lesi kanker oral
4) Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum
kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum
melakukan manipulasi terhadap abdomen. Bila dilakukan
palpasi dan perkusi terlebih dahulu, maka dapat mengubah
frekuensi dan karakter bising usus.
a) Tepografi Anatomi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian tepografi abdomen
yang umum digunakan untuk menentukan lokalisasi
kelainan, yaitu:
i. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat
garis vertikal dan horizontal melalui umbilicus,
sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri
atas, kanan bawah, kiri bawah.
ii. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat
dua garis horizontal dan dua garis vertikal.
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan,
epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan,
hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada
orang yang agak kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi
arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal
dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid
teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon
asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran
kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ
retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba.
Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid
teraba di daerah suprapubik.
2. Anamnese Metabolic Endokrin
a. Data demografi
1) Usia untuk menentukan berat badan ideal
2) Jenis kelamin
b. Riwayat keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
ganguan seperti yang di alami Klien atau gangguan secara langsung
dengan gangguan hormonal:
1) Obesitas: dicurigai karena hipotiroid
2) Gangguan tumbang: dicurigai adanya gangguan GH, Kel.
Tiroid, dan kelenjar gonad.
3) Kelainan pada tiroid
4) Infertilitas

c. Riwayat kesehatan klien

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan


yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini
tidak dikeluhkan, seperti: Tanda-tanda seks sekunder yang tidak
berkembang: amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada
tidak berkembang. BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya
selalu kurus meskipun banyak makan. Gangguan psikologis
seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah
berkonsentrasi. Hospitalisasi: kaji alasan, kapan kejadiannya,
sudah dirawat berapa lama. Informasi penggunaan obat-obatan
yang dapat merangsang aktivitas hormona: hidrokortison,
levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertens.

1) Riwayat Diet

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran


pencernaan dapat mencerminkan gangguan endokrin tertentu,
pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor
penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji:

a) Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.

b) Penurunan atau penambahan BB yang drastis.

c) Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan.

d) Pola makan dan minum sehari-hari.

e) Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat


menggangu fungsi endokrinseperti makanan yang bersifat
goitrogenik terhadap tiroid.

2) Masalah kesehatan sekarang

Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan


yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan, seperti:

a) Apa yang dirasakan klien saat ini.

b) Apakah masalah atau gejala yang dirasakanterjadi


secara tiba-tiba atau perlahan-lahandan sejak kapan
dirasakan

c) Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas


hidup sehari- hari.

d) Bagaiamana pola eliminasi: urine.

e) Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.

f) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat


mengganggu klien.
3) Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah
gangguan hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan
adrena. Kaji kemampuan Klien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari.
4) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi
endokrin secara langsung oleh ADH, aldosteron, dan kortisol.
5) Pertumbuhan dan perkembangan
Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan
fungsinya: Tingkat intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan
rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik dampaknya
terhadap kejiwaan, seks dan reproduksi.
6) Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume,
frekuensi dan perubahan fisik terutama sensasi nyeri atau
kram abdomen. Jika bersuami kaji:
a) Apakah pernah hamil
b) Abortus
c) Melahirkan
7) Pada pria kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme. Dan
kaji juga apakah terjadi perubahan bentuk dan ukuran alat
genitalnya.

E. Persiapan Klien Pada Pemeriksaan Barium Enema,


USG Abdomen Dan Endoskopi

1. Barium Enema

Enema barium adalah pemeriksaan x-ray terhadap


usus besar. Barium sulfat (zat kontrak tunggal) atau
barium sulfat dan udara (kontras ganda atau kontra
udara) diberikan secara perlahan melalui selang rectal.
Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi dan
kemudian di lakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari
bahan-bahan tinja sehingga barium memperlihatkan
gambaran usus besar untuk dideteksi adanya berbagai
gangguan. Kontras ganda (barium dan udara) sangat
bermanfaat untuk mengidentifikasi polip.

Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi


keberadan polip, tumor atau lesi lain dari usus besar dan
menunjukan adanya kelaianan anatomi atau gangguan
fungsi usus.

Persiapan pemeriksaan enema barium:

a. Pra-persiapan

1) Informed consent, serta beri penjelasan


tentang prosedur tindakan, edukasi, dan
kemungkinan yang terjadi agar
menghilangkan rasa cemas.

2) Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum


pemeriksaan.

3) Anjurkan klien untuk diet cair bening malam


sebelum pemeriksaan.

4) Berikan pencahar (minyak kastor atau


magnesium sitrat) yang sebaiknya di lakukan
sehari sebelum pemeriksaan pada sore hari
atau menjelang malam (16.00 sampai 18.00)

5) Enema atau laksatif supositorial mis. Bisakodil


(dulcolax) dapat diberikan pada malam
sebelum pemeriksaan.

b. Pasca-pemeriksaan

1) Pemeriksaan menginformasikan tentang


meningkatkan asupan fluid.

2) Mengevaluasi buang air besar untuk


mengeluarkan barium.

3) Mencatat peningkatan buang air besar


karena barium, osmolaritas tinggi, dapat
menarik cairan ke dalam usus sehingga
meningkatkan isi intramulinal dan
menghasilkan outpus yang lebih besar.
2. USG Abdomen
Ultrasonography adalah teknik diagnostik invasif dimana
gelombang suara frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh
internal dan gemaultrasonik dicatat pada ossiloskop karena mereka
meyerang jaringan kepadatan yang berbeda.
USG Abdomen bertujuan untuk mendeteksi kelainan
empedu, kandung kemih dan pankreas yang kemungkinan adanya
pembesaran ovarium kehamilan atau usus buntu.
Persiapan dan Pelaksanaan:
a. Lakukan informed consent
b. Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam
sebelum pemeriksaan USG Aorta Abdomen, kandung
empedu hepar, limpa, pankreas.
c. Oleskan jelly koduptif pada permukaan kulit yang akan
dilakukan USG.
d. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan
kedepan dan kebelakang diatas permukaan kulit.
e. Lakukan antara 10-30 menit.

f. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila


pasien dalam keadaan gelisah.
g. Pasien tidak boleh merokok sebelum
pemeriksaan untuk mencegah masuknya
udara.
h. Pada pemeriksaan obstetrik (trimester
pertama dan kedua), velvis dan ginjal,
pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air
dan tidak boleh berkemih.
i. Bila pemeriksaan dilakukan pada otak,
lepaskan semua perhiasan dari leher dan
jepit rambut dari kepala.
j. Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung,
anjurkan untuk bernafas secara perlahan-
lahan dan menahannya setelah inspirasi
dalam.
3. Endoskopi
Endoskopi yang di gunakan dalam penilaian saluran
pencernaan termasuk EGD,Enteroscopi, usus kecil, kolonoskopi,
signoidoskopi, proctoskopi, anoskopi, dan endoskopi melalui
ostomy. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
esophageal dan mobilitas lambung dan mengumpulkan skresi dan
spesimen jaringan untuk analisa lebih lanjut.
Tujuan pemeriksaan endoskopi:
a. Diagnostik
1) Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang
pada pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang
meragukan atau kurang jelas.
2) Untuk menentukan diagnosa pada klien yang sering
mengeluh nyeri epigastrum, muntah-muntah, sulit atau
nyeri telan. Sedangkan radiologi menunjukkan hasil
yang normal
3) Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di
saluran pencernaan yang diduga keganasan
4) Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat
dan tepat
5) Memantau residif pada keganasan maupun menilai
klien residif pada keganasan maupun menilai klien
pasca-bedah.
6) Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.
Pesiapan dan klien dengan endoskopi:
a) Pra endoskopi:
i. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan endoskopi
perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan yang
harus dilakukan adalah:
 Persiapan umum
 Psikologis
Memberikan penyuluhan atau
bimbingan dan kinseling keperawatan
kepada klien mengenai tujuan, prosedur,
dan kemungkinanyang dapat terjadi agar
klien dapat membatu kelancaran
pemeriksaan edoskopi antara lain dengan
mengurangi atau menghilangkan rasa
cemas dan akut.
 Administrasi
o Mengisi surat pernyataan
persetujuan tindakan (infomed
consent) di tanda tangani oleh klien
atau keluarga.
o Menjelaskan prihal pelaksanaan
administrasi. Hal ini disesuaikan
dengan peraturan masing-masing
rumah sakit.
 Persiapan khusus
 Endoskopi atas atau saluran cerna
bagian atas (SCBA) atau esofago
gastro duodenoskopi (EGD):
 Puasa, tidak makan dan minum
sedikitnya 6 jam sebelum pemeriksaan
atau tindakan edoskopi.
 Gigi palsu dan kacamata harus di lepas
selama pemeriksaan/ tindakan
endoskopi
 Sebelum pemeriksaan atautindakan
endoskopi, orofaring disemprot
dengan xylocain spray 10% secukupnya
ii. Endoskopi bawah atau saluran cerna bagian
bawah (SCBB) atau kolonoskopi:
 Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan
diet rendah serat (bubur kecap atau bubur
maezena).
 Minum obat pencahar (sodium bifosfat,
disodium bifosfat, sodium klorida, potasium
klorida, sodium bikarbonat) misalnya fleet
dan niflec.
iii. Post Endoskopi
 Puasa satu jam setelah tindakan
 Obat-obatan yang diberikan selama
pemeriksaan edoskopi membuat pasien
merasa mengantuk untuk itu pasien berada
di kamar pasien sampai efek obat-obatan
menghilang.
 Hasil pemeriksaan endoskopi akan
dijelaskan oleh dokter
 Pasien baru di perbolehkan makan atau
minum satu jam setelah tindakan endoskopi
 Pasien tidak diijinkan mengemudi atau
mengoperasikan mesin 12 jam pasca
tindakan.
F. Pemeriksaan Fisik Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk
Abdomen, Kesulitan Mengunyah dan Menelan, Bising Usus
1. Inspeksi
Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
peninjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites
2. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan
paristaltik ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-
30 kali/menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada sama sekali
kemungkinan ada paristaltik ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi.
Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal kemungkinan klien
sedang mengalami diare.
3. Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdome. Jika perkusi
terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi
udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat.
4. Palpasi
Palpasi ringan: untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri
tekan letakan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan
tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: untuk mengetahui
posisi organ dalam seperti hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual
½ tangan
a. Cara kerja palpasi pada HEPAR
Letakan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada
bagian hipokondria kanan, kira-kira pada interkosta ke 11-12. Tekan
saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya
organ hepar. Kaji hepatomegali.
b. Cara kerja palpasi pada LIMPA
Metode yang digunakan seperti pada pemeriksaan hepar.
Anjurkan pasien miring kanan dan letakan tangan pada bawah
interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudia
tekan saat inhalasi tentukkan adanya limpa. Metode yang
digunakan seperti pada pemeriksaan hepar. Anjurkan pasien miring
kanan dan letakan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta
pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi
tentukan adanya limpa pada organ dewasa normal tidak teraba.
c. Cara kerja palpasi pada RENALIS
Untuk palpasi ginjal kanan letakan tangan pada atas dan
bawah perut setinggi lumbal 3-4 di bawah kosta kanan. Untuk
palpasi ginjal kiri letakan tangan setinggi 1-2 di bawah kosta kiri.
Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya
ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran dan respon nyeri.
G. Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Nutrisi

1. Memasang NGT

MELAKUKAN PEMASANGAN NGT


Pengertian Memasukan selang NGT melalui hidung ke dalam
lambung
Tujuan 1. Memasukkan nutrisi (makanan cair) atau obat-
obatan ke dalam lambung pada pasien yang
tidak sadar dan pasien yang mengalam
kesulitan menelan
2. Mengeluarkan isi / sekret lambung untuk
mencegah distensi lambung, mual dan
muntah
3. Mengeluarkan isi / sekret lambung untuk
pemeriksaan laboratorium (analisis)
4. Membersihkan/kumbah lambung pada kasus
keracunan atau overdosis obat-obatan
5. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambun
pada pasien tidak sadar.
6. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang
mengalami muntah darah atau pendarahan pada
lambung
Indikasi 1. Pasien tidak sadar

2. Pasien karena kesulitan menelan

3. Pasien yang keracunan

4. Pasien yang muntah darah

5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau


mulut
Kontraindikasi 1. Trauma wajah/midface yang berat (adany
gangguan pada cribiform plate)
2. Adanya resiko memasukkan nasogastric tube k
intrakranial pada pasien yang mengalami cider
serebrospinal.
3. Riwayat baru dilakukan operasi dan tumor pad
daerah hidung/esofagus
4. Sedang mengonsumsi obat antikoagulan
Prosedur: 1. Selang NGT.(No.14-18 Fr untuk dewasa dan no
Persiapan 6-10 Fr untuk anak)
alat 2. Pelumas larut dalam air/jelly

3. pH strip (jika ada)

4. Plester dan gunting

5. Stetoskop

6. Tisu wajah

7. Spatel lidah

8. Penlight

9. Handuk/perlak dan pengalasnya

10. Klem
11. Bengkok
Preinteraksi 1. Identifikasi kebutuhan pemasangan NGT pada
pasien
2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat
menyebabkan kontraindikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan tanyakan identitas pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindaka
pada pasien/keluarga
Tahap kerja 1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama pasien
3. Jaga privasi pasien
4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan
pengalas/handuk didaerah dada
6. Letakkan bengkok di dekat pasien
7. Tentukan letak pipa NGT dengan mengukur
panjang pipa dari hidung ke telinga kemudian ke
proc. Xyphoideus dan beri tanda batasnya
dengan plester
8. Berikan gel atau pelicin pada ujung pipa NGT
9. Anjurkan pasien untuk menengadahkan kepala
10. Dengan lembut masukkan pipa melalui lubang
hidung dan anjurkan untuk menelannya
11. Anjurkan pasien untuk mengembalikan kepala
ada posisi semula jika pipa sudah sampai di
nasopharing. Jika pasien muntah/tidak nyaman
hentikan tindakan dan lanjutkan jika pasien
sudah siap
12. Masukkan pipa sampai pada tanda yang telah
dibuat. Perhatikan jika terjadi distress
pernapasan tarik kembali pipa, lanjutkan bila
pasien sudah siap
13. Tentukan apakah pipa NGT benar-benar sudah
masuk ke lambung, dengan cara:
a. Masukkan ujung selang yang di klem ke
dalam baskom yang berisi air (klem dibuka)
dan pehatikan bila ada gelembung, pipa
masuk ke paru-paru dan jika tidak ada
gelembung pipa tersebut masuk ke lambung
setelah itu pipa diklem atau dilipat kembali
b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam
lambung melalui pipa tersebut dan
dengarkan dengan stetoskop. Apabila di
lambung terdengar bunyi, berarti pipa
tersebut sudah masuk. Setelah itu keluarkan
udara yang ada di dalam sebanyak jumlah
yang dimasukkan
c. Aspirasi cairan di dalam pipa meggunakan
spuit kemudian cek dengan pH strip (kertas
lakmus), jika kertas berwarna merah / merah
muda berarti pipa masuk ke lambung
14. Fiksasi pipa NGT menggunakan plester

15. NGT sudah terpasang siap untuk dipergunakan

16. Rapikan pasien dan alat

17. Lepas sarung tangan dan cuci tangan


Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)

2. Berikan umpan balik positif

3. Kontrak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawat

2. Memberi Makan Per NGT


MELAKUKAN PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT
Pengertian Memberikan makanan konsistensi cair melalui NGT
Tujuan Untuk memperbaiki atau mempertahankan status
nutrisi
pasien
Prosedur 1. Sarung tangan
:
2. Spuit 20-50 cc
Persiapa
3. Handuk/ perlak dan pengalasnya
n alat
4. Bengkok

5. Makanan berbentuk cair

6. Air mineral
Preinteraksi 1. Identifikasi kebutuhan pemberian makanan

2. Siapkan alat dan bahan


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada pasien/ keluarga
Tahap Kerja 1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama pasien
3. Bantu pasien untuk posisi fowler
4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Pasangkan pengalas/handuk di daerah dada
6. Letakkan bengkok di dekat pasien
7. Periksa residu lambung , bila >100 cc tunda
pemberian makan
8. Klem selang NGT selama pengisian makanan cair
ke dalam spuit.
9. Buka klem, alirkan makanan cair secara perlahan
10.Tinggikan spuit 45 cm diatas kepala pasienBiarkan
spuit kosong secara bertahap, isi ulang sesuai
jumlah yang di sarankan
11.Bilas dengan air mineral sampai selang bersih,
lalu di klem kembali
12.Rapikan pasien dan alat
13.Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
2. Berikan umpan balik positif
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

3. Merawat Kolostomi

MELAKUKAN PERAWATAN KOLOSTOMI


Pengertian Melakukan perawatan pada luka post operasi
kolostomi dan

mengganti kolostomi bag


Tujuan 1. Mencegah luka dari kontaminasi

2. Mencegah terjadinya infeksi

3. Memperhatikan integritas kulit sekitar stoma intake

4. Membantu penyembuhan kulit sekitar stoma yang


iritasi
Indikasi 1. Trauma kolon dan sigmoid

2. Diversi pada anus malformas

3. Diversi pada penyakit hirschsprung

4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal


kanal
Kontraindikasi Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakuk
tindakan operasi
Prosedur: 1. Alat- alat steril
Persiapan
a. Pinset anatomis 1 buah
alat
b. Kasa kering dalam kom tertutup secukupnya

c. Kasa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 he

d. Korentang

e. Kolostomi bag dan wafer

2. Alat-alat tidak steril

a. Gunting verban 1 buah

b. Perlak dan pengalas

c. Kom kecil 1 buah berisi air hangat

d. Nierbeken 2 buah

e. Nacl 0.9%

f. Sarung tangan bersih 2 pasang

g. Masker

h. Kantong plastik atau baskom untuk tempat


sampah
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan med
pasien (TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasie
dan kondisi lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan d


persiapkan kolostomi bag
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan
namanya dan memperkenalkan diri (untuk
pertemuan pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan

4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu


dilakukan oleh pasien selama pengukuran

5. Berikan kesempatan pada pasiendan keluarga


6. bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja 1. Jaga privasi pasien

2. Dekatkan alat pada tempat yang sesuai dan


mudah dijangkau
3. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan akan
segera dilakukan
4. Cuci tangan

5. Gunakan sarung tangan dan masker

6. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan

7. Letakan perlak dan pengalas di bawah area stom

8. Letakan nierbeken didekat pasien

9. Buka kolostomi bag lama (hati-hati janga


sampai menyentuh stoma) dengan menggunaka
pinset anatomi kaji jumlah, warna, konsinten
produk stoma. Buang kolostomi bag bekas k
dalam nierbeken
10. Kaji kondisi, lokasi, tipe, jumlah jahitan atau ba
dari stoma
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

12. Gunakan sarung tangan


13. Bersihkan stoma dan kulit di sekitarnya dengan
air hangat secara perlahan
14. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal
salin

15. Keringkan kulit sekitar stoma dengan kassa ster

16. Ukur diameter stoma

17. Tempatkan kassa di atasstoma selama


mempersiapka wafe dan kolostomi bag

18. Buat pola kertas belakang wafer

19. Potong wafer sesuai. Pertahankan kertas pa


wafer yang tidak terpotong tetap tertutup

20. Pindahkan kassa di atas stoma

21. Pasang wafer pada kulit dengan stoma sebag


pusatnya

22. Pasang kolostomi bag atas wafer melalui luba


kantong kolostomi dan rekatkan tanpa ada uda
di dalamnya

23. Plaster pinggir kolostomi bag jika diperlukan

24. Rapikan klien dan atur posisi pasien

25. Rapikan alat


26. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai

2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil


kegiatan, berikan umpan balik

3. Kontrak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

4. Bilas Lambung

MELAKUKAN BILAS/KUMBAH LAMBUNG


Pengertian Membersihkan lambung dengan cara memasukkan
atau
cairan tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan
kembali dengan menggunakan selang NGT
Tujuan Membersihkan dan mengeluarkan racun atau darah da
dalam

lambung
Indikasi 1. Keracunan obat

2. Keracunan zat kimia

3. Keracunan makanan

4. Hematemesis
Kontraindikasi 1. Pasien yang mengalami cidera kepala
2. Pasien dengan keracunan benda/zat korosif asam
atau basa
Prosedur: Persiapan Alat 1. Selang penduga lambung sesuai ukuran yang
diperlukan dan corongnya
2. Bengkok besar

3. Perlak dan alasnya

4. Ember penampung

5. Air hangat-dingin 1-2 liter/ NaCL 0,9% sesuai


kebutuhan

6. Gelas ukur

7. Celemek dari karet

8. Gelas berisi air matang

9. Pelicin atau jelly

10. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai

11. Pinset anatomi

12. Obat-obatan (sulfas antropine, norit/susu yang


diperlukan dalam tempatnya)

Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasie


(TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien da
kondisi lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
danmemperkenalkan diri (untuk pertemuan pertam

2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien

3. Jelaskan tujuan tindakan

4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan


oleh pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluar
bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja 1. Jaga privasi pasien

2. Dekatkan alat pada tempat yang sesuai dan


mudah dijangkau

3. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan akan


segera dilakukan
4. Cuci tangan

5. Gunakan sarung tangan dan masker

6. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan

7. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien

8. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien


9. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke
dekat pasien
10. Menentukan panjang selang penduga yang masu
kedalam lambung
11. Memberi pelicin pada ujung penduga lambung

12. Menutup pangkal selang penduga lambun


dengan cara menekuk atau diklem
13. Memasukkan selang penduga pelan-pela
kedalam lambung melalui hidung. Bagi pasie
sadar dianjurkan menelan selang pendug
perlahan-lahan sambil menarik nafas dalam
14. Meyakinkan selang penduga masuk kedala
lambung dengan cara memasukkan ujung selan
penduga sampai terendam dalam mangkok beri
air dan tidak tampak gelembung udara dan air
15. Setelah ujung selang penduga masuk k
lambung pasien, posisi diatur miring tanpa bant
dan letak kepala lebih rendah
16. Memasang corong pada pangkal selan
kemudian masukkan air atau cairan. Selanjutny
ditunggu sampai air atau cairan tersebut kelua
dari lambung dan ditampung dalam ember
17. Membilas lambung dilakukan berulang kali samp
air atau cairan yang keluar dari lambung berwarn
jernih atau tidak berbau racun
18. Rapikan pasien dan alat-alat
19. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi  Beritahu pasien tindakan sudah selesai

 Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil


kegiatan, berikan umpan balik

 Kontrak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

5. Memberikan Obat Sesuai Program Terapi

PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL


Pengertian Pemberian obat melalui mulut
Tujuan Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit
sesuai

dengan efek terapi dari jenis obat


Prosedur 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat
:
2. Obat dan tempatnya
Persiapa
3. Air minum dalam tempatnya
n alat
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasie
(TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien da
kondisi lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan
pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien

3. Jelaskan tujuan tindakan

4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan


oleh pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga
bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja 1. Baca obat dengan prinsip 12 benar

2. Bantu pasien untuk minum obat:

a. Apabila memberikan obat bentu


tablet/kaplet dari botol, maka tuangka
jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutu
botol dan pindahkan ke tempat obat. Janga
sentuh obat dengan tangan. Untuk ob
berupa kapsul jangan dilepaska
pembungkusnya
b. Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan ob
dalam bentuk bubuk dan campur dengan a
mineral
c. Kaji denyut nadi dan tekanan dar
sebelum

pemberian obat yang membutuhkan


pengkajian

3. Cuci Tangan
Terminasi 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai

2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil


kegiatan, berikan umpan balik

3. Kontrak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

PEMBERIAN OBAT MELALUI SUBLINGUAL


Pengertian Pemberian obat yang absorbsinya baik melalui
jaringan kapiler dibawah lidah
Tujuan Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit
sesuai dengan efek terapi dari jenis obat
Prosedur : 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat

Persiapan alat 2. Obat dalam tempatnya


Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasie
(TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien da
kondisi lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan
pertama)
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien

3. Jelaskan tujuan tindakan

4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan


oleh pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga
bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja 1. Baca obat dengan prinsip 12 benar

2. Berikan obat kepada pasien

3. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada


bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya
4. Menganjurkan pasien agar menutup mulut, tidak
minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya
5. Cuci tangan
Terminasi 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai
2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil
kegiatan, berikan umpan balik
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

PEMBERIAN OBAT MELALUI BUKAL


Pengertian Pemberian obat dengan cara meletakkan obat
diantara gusi

dengan membran mukosa diantara pipi


Tujuan 1. Mencegah efek local dan sistemik

2. Memperoleh aksi kerja obat yang lebih


cepat dibandingkan secara oral
3. Menghindari kerusakan obat oleh hepar
Prosedur : 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat

Persiapan alat 2. Obat dalam tempatnya


Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasie
(TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien da
kondisi lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
dan memperkenalkan diri (untuk pertemuan
pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien

3. Jelaskan tujuan tindakan

4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan


oleh pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga
bertanya

sebelum kegiatan dilakukan


Tahap kerja 1. Baca obat dengan prinsip 12 benar

2. Berikan obat kepada pasien

3. Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara


gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis terlarut
4. Menganjurkan pasien agar menutup mulut, tidak
minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya
5. Cuci tangan
Terminasi 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai
2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil
kegiatan, berikan umpan balik
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
6. Memberikan Pendidikan Kesehatan

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Pengertian Pemberian informasi kesehatan dan berbuat sesuai
dengan informasi tersebut agar masyarakat menjadi
lebih tahu dan
lebih sehat
Tujuan 1. Tercapainya peubahan perilaku individu,
keluarga, masyarakat menuju lebih sehat
2. Terbentuknya perilaku sehat

3. Meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong/mengatasi dirinya sendiri
dalam hal kesehatan
4. Meningkatkan perilaku perorangan dalam kesehatan
Prosedur : 1. Media pendidikan kesehatan (poster, leflet, lembar
Persiapan balik dll)
alat 2. Proyektor

3. Laptop

4. Peralatan lain (jika demonstrasi)


Preinteraksi 1. Verifikasi data

2. Mempersiapkan alat bahan dan media


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan memperkenalkan diri

2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan

3. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah


pendidikan kesehatan
4. Berikan kesempatan audience bertanya
Tahap kerja 1. Mengatur posisi yang nyaman bagi audience
2. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala,
pencegahan, penatalaksanaan sesuai topik
pendidikan kesehatan
3. Melakukan demonstrasi (jika perlu)
Terminasi 1. Evaluasi dengan memberi pertanyaan
terkait penyampaian pendidikan kesehatan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Mengakhiri pembicaraan dengan cara yang baik
Dokumentasi Catat hasil kegiatan

7. Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Nutrisi


Evaluasi terhadap maslaah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam:

a. Meningkatnya nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan


dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi
kurang dari kebutuhan.

b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda


kekurangan atau kelebihan berat badan.

c. Mempertahankan nutrisi melalui oral/parenteral ditunjukkan dengan


adanya proses pencernaan makan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai