Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA KELOMPOK

Disusun untuk Memenuhi tugas

Mata Kuliah Komunikasi Kelompok

Dosen Pengampu : Rakay Indramayapanna, M.I.Kom

Disusun oleh :

Devina Metta Sari 02501220221299

Yolan Cahaya 02501220221312

JURUSAN DHAMMADUTA

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI BUDDHA

STABN SRIWIJAYA

2023/2024
A. Pengertian Budaya Kelompok

Menurut KBBI, budaya adalah pikiran; akal budi, serta sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan dan sukar diubah. Menurut Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata
dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi”
yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan
rasa itu.

Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain yang
dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat. Menurut Parsudi Suparlan, budaya adalah semua
pengetahuan manusia yang dimanfaatkan untuk mengetahui dan memahami pengalaman serta
lingkungan yang dialaminya.

Menurut Liliweri (2002: 8) kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok


orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa
sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Jadi budaya merupakan keseluruhan nilai, norma, keyakinan, tradisi serta
praktik yang dimiliki dan dibagikan oleh suatu kelompok manusia, budaya ini membentuk
identitas suatu masyarakat dan memengaruhi cara orang berpikir, berprilaku, dan berinteraksi
suatu sama lain.

Menurut (Hammer & Organ, 1978), kelompok adalah sejumlah orang yang saling
berhubungan, saling memperhatikan secara psikologis, menerima kenyataan sebagai suatu
kelompok dan mempunyai tujuan bersama. Menurut Merton, kelompok ialah sekumpulan
orang yang saling berinteraksi sesuaidengan pola yang sudah mapan. Sedangkan di dalam
kelompok itu terdapat rasa solidaritas disebabkan karna adanya nilai bersama serta
juga karna adanya tanggung jawab bersama. Menurut Hotmans (1950), kelompok ialah
sejumlah individu yang berkomunikasisatu dengan lainnya itu dalam jangka waktu tertentu
yang jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Sehingga hal itu memberikan kesempatan bagi
seluruh anggota untuk berkomunikasi secara langsung. Jadi kelompok merupakan sejumlah
individu yang berkumpul bersama berdasarkan kesamaan ciri, tujuan, atau kepentingan
tertentu.

Menurut Peters dan Waterman mengemukakan budaya kelompok adalah keseluruhan


dari nilai-nilai, tradisi, dan keyakinan yang menentukan bagaimana kelompok tersebut bekerja
dan mencapai tujuannya. Menurut Denison mengemukakan bahwa budaya kelompok adalah
kumpulan dari keyakinan, norma dan nilai yang diterima oleh anggota kelompok dan yang
menentukan bagaimana kelompok tersebut berperilaku. Jadi budaya kelompok merupakan
kebudayaan yang dihasilkan dan membudidaya kepada individu-individu yang merupakan
anggota kelompok itu sendiri, yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat
serta kemampuan dan kebiasaan.

B. Peran dan Tanggung Jawab dalam Budaya Kelompok

Menurut Max Weber, mengemukakan bahwa peran dalam masyarakat adalah hasil dari
tindakan individu yang terstruktur oleh norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat. Ia juga mengemukakan konsep "rasionalisasi" dalam peran sosial, yang mengacu
pada peningkatan penggunaan aturan rasional dalam mengemban peran dalam masyarakat
modern. Menurut Mudjiono (2012) mengemukakan bahwa tanggung jawab adalah sikap yang
berkaitan dengan janji atau tuntutan terhadap hak, tugas, kewajiban sesuai dengan aturan, nilai,
norma, adat istiadat yang dianut warga masyarakat. Tanggung jawab adalah kesanggupan
untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan atau tugas yang diemban dan kesanggupan
untuk memikul risiko dari suatu perbuatan yang dilakukan (Burhanudin, 2000).

Dalam budaya kelompok, setiap anggota memiliki peran dan tanggung jawab yang
penting untuk mencapai tujuan bersama. Peran dan tanggung jawab ini membantu dalam
membentuk struktur dan dinamika kelompok, serta memastikan bahwa setiap anggota
berkontribusi secara efektif.

➢ Peran dalam Budaya Kelompok:

- Pemimpin: Pemimpin dalam budaya kelompok memiliki tanggung jawab untuk memimpin,
mengarahkan, dan menginspirasi anggota kelompok. Mereka bertanggung jawab untuk
mengambil keputusan, memecahkan konflik, dan memastikan tujuan kelompok tercapai.

- Anggota: Setiap anggota kelompok memiliki peran khusus yang berkaitan dengan keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman mereka. Mereka bertanggung jawab untuk berkontribusi,
bekerja sama, dan mendukung tujuan kelompok.

- Koordinator: Dalam beberapa kelompok, terdapat anggota yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan tugas dan aktivitas kelompok. Mereka memastikan bahwa setiap anggota
memiliki peran yang jelas dan saling bekerja sama.
- Fasilitator: Fasilitator bertanggung jawab untuk memfasilitasi diskusi, kolaborasi, dan
pengambilan keputusan dalam kelompok. Mereka membantu anggota kelompok
berkomunikasi dan bekerja sama secara efektif.

➢ Tanggung Jawab dalam Budaya Kelompok:

- Menyelesaikan Tugas: Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk


menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan peran dan keahlian mereka. Mereka harus
bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.

- Berkomunikasi: Anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk berkomunikasi secara


efektif dengan anggota lainnya. Mereka harus berbagi informasi, memberikan masukan, dan
mendengarkan dengan baik.

- Mendukung dan Membantu: Anggota kelompok harus saling mendukung dan membantu satu
sama lain. Mereka harus siap membantu jika ada anggota yang mengalami kesulitan atau
membutuhkan bantuan.

- Menghormati dan Menghargai: Setiap anggota kelompok harus menghormati perbedaan dan
menghargai kontribusi setiap individu. Mereka harus menghormati pendapat, ide, dan
kebutuhan anggota lainnya.

Dalam budaya kelompok yang sehat, peran dan tanggung jawab ini harus jelas dan dipahami
oleh setiap anggota. Hal ini membantu dalam menciptakan lingkungan yang kooperatif,
produktif, dan harmonis di dalam kelompok.

C. Kepemimpinan dalam Budaya Kelompok

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam


mencapai tujuan pada situasi tertentu atau bagaimana kemampuan seorang pemimpin
mengarahkan orang lain untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai
tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Tiga komponen yang terdapat
dalam kepemimpinan :
- Adanya bawahan dan atasan.

- Kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pemimpin dan
bawahan.

- Pemimpin harus bisa memberikan pengaruh kepada bawahannya sehingga mereka akan
mengikuti dan melaksanakan tugas dari pemimpin.

Menurut Bush (2006), ada tiga dimensi tentang kepemimpinan yang dapat mengidentifikasi
sebagai dasar untuk mendefinisikan kepemimpinan.

1. Kepemimpinan sebagai pengaruh.


Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain yang dilakukan oleh
seseorang yang disebut dengan pemimpin (leader) agar orang lain tersebut dapat
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Weihrich (1993)
mengemukakan kepemimpinan sebagai suatu seni dan proses dalam memberi pengaruh
pada seseorang agar bersedia dan bersemangat dalam mencapai tujuan suatu kelompok.
Dari kedua pengertian di atas kepemimpinan diartikan sebagai suatu proses yang
menggunakan pengaruh tidak memaksa untuk mencapai tujuan kelompok, memotivasi
tingkah laku dalam mencapai tujuan tersebut dan membantu menetapkan kebiasaan
suatu kelompok.
2. Kepemimpinan dan Nilai nilai
Menurut Wasserberg (2000) mengemukakan bahwa tugas utama dari seseorang
pemimpin adalah menyatukan orang-orang disekitarnya sebagai kunci dari nilai-nilai.
Gardner (1990) dan Burns (1978) (Hughes, Ginnett dan Curphy, 2006) menekankan
pentingnya dimensi moral dari kepemimpinan. Gardner mengatakan bahwa
kepemimpinan mesti mempertimbang-kan nilai-nilai sebagai dasar dari kerangka kerja,
bukan saja hanya efektif.
3. Kepemimpinan dan visi
Seseorang pemimpin yang efektif memiliki visi sebagai komponen yang sangat
penting, kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki nilai-nilai kelompok dan budayanya, serta memberikan arah (visi).

Faktor-faktor yang menjadi pendorong keberhasilan dalam kepemimpinan suatu kelompok :


- Keterampilan berkomunikasi, keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang
mendorong berhasilnya penerapan kepemimpinan. Semakin baik keterampilan
berkomunikasi suatu kelompok, semakin besar pula kemungkinan kelompok tersebut
dalam meraih kepemimpinan karena kepemimpinan dapat terlaksana berkat baiknya
komunikasi mereka.
- Ketersediaan sumber daya, sumber daya ini berkaitan dengan daya yang diperlukan
dalam kelompok, untuk menjalankan tugas dengan baik dibutuhkan orang yang cakap
dan terampil dalam bidangnya dan fasilitas yang memadai dapat mendukung pelaksaan
tugas.
- Kesepakatan, berupa komitmen yang memuat peraturan atau kebijakan yang harus
dilaksanakan oleh semua anggota. Pemimpin harus dapat membuat kesepakatan yang
sesuai dengan memperhatikan tujuan, kesepakatan ini nantinya harus dibuat, di
sampaikan, di terima dengan baik oleh seluruh anggota kelompok.
- Lingkungan, lingkungan sekitar berpengaruh pada penerapan kepemimpinan,
lingkungan yang mendukung seperti keanyamanan dan keadaan sosial yang terbentuk
dengan orang-orang sekitar akan mendukung dan mendorong anggota menyelesaikan.

D. Faktor Kohesivitas Budaya Kelompok

Menurut Harriadi (2011;27) menyebutkan ada tiga makna tentang kohesivitas


kelompok yaitu pertama ketertarikan pada kelompok termasuk tidak ingin meninggalkan
kelompoknya. Kedua moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok dan ketiga koordinasi
dan kerjasama anggota kelompok. Kohesivitas dipengaruhi oleh kemenarikan kelompok dan
anggotanya, interaksi sosial dan sejauhmana kelompok bisa memenuhi kebutuhan atau tujuan
individu (Festinger, Schacter dan Back dalam Meinarno dan Sarwono 2018,2021).

Kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi biasanya terdiri dari individu yang
termotivasi untuk membangun kebersamaan dan cenderung memiliki aktivitas kelompok yang
efektif, anggotanya kooperatif dan akrab serta saling menghargai antara satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan, namun apabila terjadi penghindaran biasanya karena
rendahnya tingkat keakraban. Kelompok yang kohesivitasnya rendah tidak memiliki
ketertarikan interpersonal diantara anggotanya. Biasanya ada rasa saling bermusuhan dan
agresif dan justru ada perasaan senang ketika anggota lain berbuat kesalahan (Hariadi;2011,29-
30).
Menurut Meinarno dan Sarwono (2018;220) kohesivitas kelompok adalah faktor-faktor
yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga
terbentuklah kelompok. Hariada (2011;27) mengemukakan bahwa kohesivitas kelompok
adalah tingkatan yang menunjukan anggota kelompok salin tertarik satu dengan yang lainnya.

Jadi kohesivitas kelompok adalah ketertarikan anggota kelompok sehingga bisa


termotivasi untuk tetap bertahan didalam kelompok serta bekerjasama dalam mencapai tujuan
bersama. Kohesivitas penting bagi kelompok karena yang menyatukan beragam anggota
menjadi satu kelompok. Tingginya kohesivitas kelompok berhubungan dengan konformitas
anggota kelompok terhadap norma kelompok, kemampuan anggota untuk menitikberatkan
pada persamaan sebagai anggota kelompok, meningkatnya komunikasi di dalam kelompok dan
meningkatnya rasa suka terhadap anggota kelompok.

1. Dimensi-dimensi Kohesivitas Kelompok menurut Forsyth (2010;118-121)


mengemukakan bahwa ada empat dimensi kohesivitas kelompok yaitu :
(a). Kekuatan Sosial
Yaitu keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk
tetap berada dalam kelompoknya, dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu
berhubungan dan berkumpul dari anggota tersebut membuat mereka bersatu.
(b). Kesatuan dalam kelompok
Yaitu perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral
yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. setiap individu dalam
kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta
memiliki perasaan kebersamaan.
(c). Daya Tarik
Yaitu individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada
melihat dari anggotanya secara spesifik.
(d). Kerja sama Kelompok
Yaitu individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk
mencapai tujuan kelompok.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas budaya kelompok, antara lain :
- Kesamaan Nilai dan Keyakinan : Ketika anggota kelompok memiliki nilai-nilai dan
keyakinan yang serupa, mereka cenderung merasa lebih terhubung dan saling
mendukung satu sama lain. Kesamaan nilai dan keyakinan ini dapat memperkuat
kohesivitas budaya kelompok.
- Komunikasi yang Efektif : Komunikasi yang terbuka, jujur, dan efektif antar
anggota kelompok dapat memperkuat kohesivitas budaya kelompok. Melalui
komunikasi yang baik, anggota kelompok dapat saling memahami dan menghargai
perbedaan budaya, serta membangun hubungan yang lebih kuat.
- Kepemimpinan yang Efektif : Seorang pemimpin yang mampu memahami dan
menghargai budaya kelompok, serta mampu membangun hubungan yang baik
dengan anggota kelompok, dapat mempengaruhi kohesivitas budaya kelompok.
Pemimpin yang memberikan arahan yang jelas, memberikan dukungan, dan
memfasilitasi kerjasama dapat memperkuat kohesivitas budaya kelompok.
- Kesempatan untuk Berpartisipasi : Memberikan kesempatan kepada anggota
kelompok untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan aktivitas
kelompok dapat meningkatkan kohesivitas budaya kelompok. Dengan merasa
terlibat dan memiliki peran aktif, anggota kelompok akan merasa lebih terikat
dengan budaya kelompok.

Menurut Forsyth (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok,


yaitu :

1. Interpersonal attraction (ketertarikan interpersonal)


Suatu kelompok dapat terjalin ketika dalam sebuah kelompok tersebut ada
ketertarikan dari setiap individu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan
kelompok selain ketertarikan diantaranya seperti kedekatan, frekuensi interaksi,
kesamaan, kelengkapan, timbal balik, dan saling memberikan penghargaan dapat
mendorong terbentuknya suatu kelompok. Dengan demikian juga mereka dapat
membentuk kelompok yang belum sempurna menjadi kelompok yang sangat
kompak.
2. Stability of membership (stabilitas keanggotaan)
Stabilitas anggota dapat dilihat dari lamanya anggota berada pada suatu kelompok.
Suatu kelompok yang keanggotaannya sering berganti cenderung memiliki
kohesivitas yang rendah dan berbanding terbalik dengan kelompok yang
keanggotaannya cenderung lama.
3. Group size (ukuran kelompok)
Ukuran kelompok bisa mempengaruhi kohesivitas kelompok. Konsekuensi yang
ditimbulkan yaitu semakin besar sebuah kelompok maka kebutuhan akan antar
anggota kelompok semakin besar juga. Kelompok yang besar memungkinkan
adanya reaksi-reaksi antar anggota kelompok yang meningkat dengan cepat
sehingga banyak anggota tidak bisa lagi memelihara hubungan yang positif dengan
anggota kelompok lainnya.
4. Structural features (ciri-ciri struktural)
Kelompok yang kohesif cenderung terjadi secara relatif karena mereka lebih
tersusun dan struktur-struktur kelompok dihubungkan dengan tingkat kohesi yang
lebih tinggi dibanding dengan yang lain.
5. Initations (permulaan kelompok)
Seorang individu yang memiliki ketertarikan untuk masuk dalam suatu kelompok,
pada umumnya melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan keanggotaan dari
kelompok, seperti tim olahraga yang melakukan tes kepada pemain baru dengan
berbagai cara, baik secara fisik maupun mental, terkadang seperti dilakukan seperti
tentara. Dengan adanya tahapan-tahapan yang dilakukan seseorang sebelum
bergabung dalam suatu kelompok akan membuat sebuah ikatan yang kuat antar
setiap anggota dengan kelompoknya.
Kesimpulan

Budaya kelompok merupakan kebudayaan yang dihasilkan dan membudidaya kepada


individu-individu yang merupakan anggota kelompok itu sendiri, yang meliputi pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan. Dalam budaya kelompok
yang sehat, peran dan tanggung jawab ini harus jelas dan dipahami oleh setiap anggota. Hal ini
membantu dalam menciptakan lingkungan yang kooperatif, produktif, dan harmonis di dalam
kelompok. Kohesivitas kelompok adalah ketertarikan anggota kelompok sehingga bisa
termotivasi untuk tetap bertahan didalam kelompok serta bekerjasama dalam mencapai tujuan
bersama. Kohesivitas penting bagi kelompok karena yang menyatukan beragam anggota
menjadi satu kelompok. Tingginya kohesivitas kelompok berhubungan dengan konformitas
anggota kelompok terhadap norma kelompok, kemampuan anggota untuk menitikberatkan
pada persamaan sebagai anggota kelompok, meningkatnya komunikasi di dalam kelompok dan
meningkatnya rasa suka terhadap anggota kelompok.
Daftar Pustaka

Savitri, A. D., & Semarang, P. U. (2020). Kohesivitas Kelompok Ditinjau dari Interaksi
Sosial Dan Jenis Kelamin pada Anak-Anak Panti Asuhan Article. 4, 118–127.

Narwanti. (2014). BAB II KAJIAN TEORI Tanggung Jawab. Angewandte Chemie


International Edition, 6(11), 951–952., 9–25. http://repository.unwira.ac.id/1254/3/BAB
II.pdf

https://id.scribd.com/presentation/522227724/KEPEMIMPINAN-DAN-BUDAYA

http://repository.radenintan.ac.id/12197/1/Budaya%20Organisasi%20dan%20Kepemimpinan.
pdf

https://dosen.upi-yai.ac.id/v5/dokumen/materi/9300

https://repository.ar-
raniry.ac.id/22459/1/Iwal%20Fabli%2C%20160901105%2C%20FPSI%2C%20FIP%2C%20
%2C%20082367333301.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2020/01/kohesivitas-kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai