Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN P1A0 POST SECTIO CAESAREA


(SC) ATAS INDIKASI OLIGOHIDRAMNION DI RUANG MAWAR RSUD Dr. H.
SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh:

Ifana Safitri
SK323010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
DESEMBER, 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu) disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
(Nurul Jannah, 2017).
Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang disebut dengan
persalinan normal dan persalinan dengan cara operasi sectio caesar. Persalinan sectio
caesarea merupakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat
diatas 500 gram (Yaeni & Sulastri, 2013).
Indikasi sectio caesarea dibagi menjadi dua yaitu indikasi absolut dan indikasi
relatif. Dilakukannya sectio caesarea bisa terjadi karena adanya permasalahan pada ibu
maupun bayi. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal, diantaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir.
Sedangkan pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan
adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman bagi
ibu, bayi atau keduanya (Sofyan. 2019).
Dampak yang terjadi pada ibu nifas dengan post sectio caesarea diantaranya
yaitu nyeri akut serta hambatan mobilitas fisik yang terjadi akibat nyeri luka bekas
pembedahan pada abdomen. Untuk mengatasi dampak yang timbul maka
diperlukannya peran perawat dalam memberikan asuhan keperwatan secara
komperehensif terhadap ibu nifas dengan post sectio caesarea yang meliputi
pengkajian, diganosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sehingga dapat
mencegah terjadinya masalah pada ibu nifas post sectio caesarea (Sofyan, 2019).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Oligohidramnion
di ruang mawar Rsud Dr. H. Soewondo Kendal.
2. Tujuan khusus
a) Melakukan pengkajian pada Ny. R dengan P1A0 post sc di ruang mawar Rsud
Dr. H. Soewondo Kendal.
b) Menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan P1A0 post sc di ruang
mawar Rsud Dr. H. Soewondo Kendal.
c) Menyusun intervensi keperawatan pada Ny. R dengan P1A0 post sc di ruang
mawar Rsud Dr. H. Soewondo Kendal.
d) Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. R dengan P1A0 post sc di
ruang mawar Rsud Dr. H. Soewondo Kendal.
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan P1A0 post sc di ruang
mawar Rsud Dr. H. Soewondo Kendal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui
vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini semakin umum
sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio Caesarea merupakan
suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500
gram.
Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk
mengeluarkan janin didalam rahim melalui insisi pada dinding dan rahim perut ibu
dengan syarat rahim harus dalam keadaan utuh dan bobot janin diatas 500 gram
(Sofyan, 2019).

B. JENIS
1. Sectio Caeasarea Transperitonealis Profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus,
insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini:
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio Caesarea Korporal/Klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen uterus.
3. Sectio Caesarea Ekstra Peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat.
4. Sectio Caesarea Hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

C. ETIOLOGI
Umumnya indikasi ibu di lakukan section caesaria adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan ante partum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fatal
disters dan janinbesar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa factor section caesaria di
atas dapat diuraikan beberapa penyebab section caesaria sebagai berikut: CPD (Chepalo
Pelvik Disproportion), PEB, bayi kembar, kelainan letak, ketuban pecah dini.
Penyebab faktor plasenta dikenal dengan insufisiensi plasenta. Faktor plasenta
dapat dikembalikan pada faktor ibu. Insufisiensi plasenta umumnya berkaitan erat
dengan aspek morfologi dari plasenta. Dipandang dari sudut kepentingan janin sebuah
plasenta mempunyai fungsi-fungsi yaitu: respirasi, nutrisi, ekskresi, sebagai liver
sementara (transient fetal liver), endokrin dan sebagai gudang penyimpanan dan
pengatur fungsi metabolisme.
Dalam klinis fungsi ganda ini tidak dapat dipisah-pisahkan dengan nyata, yang
dapat dikenal hanyalah tanda-tanda kegagalan keseluruhannya yang bisa nyata dalam
masa hamil dan menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin atau kematian
intrauterin, atau menjadi nyata dalam waktu persalinan dengan timbulnya gawat janin
atau hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Ibu hamil yang beresiko tinggi, yaitu pada diabetes mellitus, hipertensi, pre-
eklamsi, penyakit ginjal, penyakit jantung, primitua, perdarahan antepartum, iso-
imunisasi rhesus, kehamilan ganda, post maturisasi, dan riwayat obstetrik yang buruk,
maka janin harus dimonitor sebaik-baiknya.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran
kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan
eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian
kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi
kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan,
plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi
lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea. (Sari, 2016).

E. WOC/PATHWAY
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN POSTPARTUM

Tanggal Pengkajian : 12 Desember 2023


Jam : 11.30
Ruang : Mawar

A. IDENTITAS
1. Pasien
a. Nama : Ny. R
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 25 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Guru
g. Pendidikan Terakhir : S1
h. Alamat : Kendal
i. No. Register : 659xxx
j. Diagnostik Medis : Post operasi SC

2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 28 tahun
c. Pendidikan : S1
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Alamat : Kendal

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat persalinan sekarang
a. Keluhan utama: Pasien mengeluhkan nyeri pada luka post op sc dengan panjang
± 10 – 15 cm.
P: nyeri karena luka sc, nyeri bertambah ketika pasien bergerak, dan berkurang
ketika pasien telentang di tempat tidur.
Q: nyeri seperti berdenyut-denyut.
R: nyeri pada abdomen bagian bawah (luka sc).
S: skala nyeri 4.
T: nyeri hilang timbul.
b. Kronologi persalinan saat ini: G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu + 3 hari
dengan Oligohidramnion, lalu pasien dilakukan tindakan operasi sc.
Proses Persalinan Sekarang
Mulai persalinan:
Tanggal 12 Desember 2023 sekitar pukul 09.00 pasien dibawa ke ruang IBS
untuk dilakukan tindakan operasi sectio caesarea.
c. Pengaruh persalinan terhadap pasien: pasien mengatakan senang dan bahagia
atas kehadiran anaknya.
d. Apa yang diharapkan pasien dari pelayamam kesehatan: mendapatkan
pengobatan dan perawatan terbaik.
e. Data obstetrik
Status obstetrik : G1P0A0 hamil 40 minggu + 3 hari
HPHT : 1-3-2023
Taksiran partus : 8-12-2023
BB/TB : 60 kg/146 cm
BB sebelum hamil : 52 kg
TD sebelum hamil : 120/90 mmHg
Kehamilan sekarang direncanakan : ya
Mengikuti kelas ibu hamil : ya
Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : 6x
- Trimester I : 2x
- Trimester II : 2x
- Trimester III : 3x
Masalah kehamilan sekarang : tidak ada
Rencana KB : IUD
Pelajaran yang diinginkan saat ini : pijat oksitosin
Setelah bayi lahir, yg diharapkan membantu : suami dan orang tua

Hasil pemeriksaan kehamilan sekarang


TD BB/TB TFU Letak/Presentasi DJJ Usia Keluhan Data
Janin Gestasi lain
120/80 60 30 Leopold I: 142x/menit 42 - -
mmHg kg/146 cm presentasi fundus minggu
cm atas bokong. +3
Leopold II: bagian hari
kanan perut
punggung bayi,
bagian kiri perut
ekstremitas.
Leopold III:
presentasi bagian
bawah fundus
kepala.
Leopold IV: kepala
sudah masuk pintu
panggul

2. Riwayat kehamilan dahulu


Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu: kehamilan pertama.
Pengalaman menyusui: belum pernah.
Riwayat ginekologi:
a. Masalah ginekologi : tidak ada
b. Pengobatan : tidak ada
c. Riwayat KB : setelah melahirkan akan menggunakan KB IUD
Jumlah anak di rumah: tidak ada.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dan suami masih tinggal bersama anggota keluarga yang lain. Anggota
keluarga pasien tidak ada yang memliki penyakit menular atau menurun, bila salah
satu anggota keluarga sakit, anggota keluarga yang lain merasa khawatir, mencoba
untuk melakukan pertolongan pertama yaitu membawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.

Genogram

C. DIMENSI BIOLOGIS
1. Respirasi
Pasien tidak mengalami kesulitan bernafas, tidak ada bunyi nafas tambahan, pasien
tidak menggunakan alat bantu pernafasan, posisi nyaman pasien yaitu posisi
tertidur, pasien tidak memiliki gangguan pernafasan.
2. Kardiovaskuler
Pasien mengatakan terkadang merasa cepat lelah, pasien tidak ada nyeri dada dan
juga pusing, pasien tidak menggunakan alat pacu jantung, pasien tidak
menggunakan/mengkonsumsi obat untuk mengatasi gangguan kardiovaskuler.
3. Nyeri dan kenyamanan
Pasien mengeluhkan nyeri pada luka post op sc.
P: nyeri karena luka sc, nyeri bertambah ketika pasien bergerak, dan berkurang
ketika pasien telentang di tempat tidur.
Q: nyeri seperti berdenyut-denyut.
R: nyeri pada abdomen bagian bawah (luka sc).
S: skala nyeri 4.
T: nyeri hilang timbul.
4. Aktifitas
Pasien mengatakan untuk saat ini aktifitas dilakukan di atas tempat tidur dan
dibantu oleh suami dan keluarga. Pasien mengatakan takut untuk bergerak karena
nyeri. Pasien nampak melakukan gerakan seminimal mungkin. Pasien baru
melakukan mobilisasi berupa menggerakan kaki dan tangan
5. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan waktu tidur dan istirahatnya sudah cukup baik. Tidur siang
kurang lebih 1 jam dan tidur malam sekitar 5 jam.
6. Cairan dan elektrolit
Pasien mengatakan minum cukup sekitar 8 gelas/hari atau 230/ml/hari.
7. Makanan/nutrisi
Pasien mengatakan makan dalam sehari secara teratur dengan menu yang sehat.
8. Eliminasi
Pasien menggunakan dc kateter. Dalam eliminasi feses pasien mengatakan tidak
terdapat masalah.
9. Personal Hygiene
Pasien nampak baik dan bersih, untuk personal hygiene pasien memerlukan bantuan
suami/ keluarga untuk melakukannya.
10. Sex
Tidak ada kesulitan dalam hubungan seksual, keadaan sekarang
mempengaruhi/mengganggu fungsi seksual, saat ini persalinan pertama pasien.

D. DIMENSI PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Psikologi
Pasien dan keluarga mengatakan senang akan kelahiran bayinya. Suasana dan
perasaan pasien saat ini yaitu bahagia.
2. Hubungan sosial
Pasien mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
3. Spiritual
Pasien beragama islam, melaksanakan ibadah sesuai ajaran islam.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : composmentis GCS: E4M6V5
b. Kondisi umum: tampak meringis menahan area nyeri.
c. TTV : TD 120/80 mmHg

2. Pemeriksaan Head to Toe


a. Kepala dan leher
1) Kepala: bentuk mesochepal
2) Mata: simetris dan tidak ada gangguan penglihatan
3) Telinga: bersih dan tidak ada gangguan pendengaran
4) Hidung: bersih dan tidak ada gangguan penciuman
5) Mulut mampu bicara lancar dan mukosa bibir lembab
6) Leher: tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada nyeri tekan
b. Dada
1) Inspeksi: bentuk dan pergerakan dada simetris
2) Pernafasan: normal reguler
3) Auskultasi: suara nafas vesikuler
4) Perkusi: sonor
5) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ditemukan massa
6) Payudara: letak simetris, kencang teraba penuh
7) Putting susu: menonjol, areola berwarna coklat kehitaman
8) Pengeluaran ASI: pasien mengatakan ASI belum keluar
c. Abdomen
1) Inspeksi: simetris, terdapat luka post op sc pada area abdomen bawah pasien
dengan panjang ± 10 – 15 cm.
2) Auskultasi: bising usus 10x/menit
3) Perkusi: gaster -> timpani, hepar -> pekak, tidak ada udara dan cairan
4) Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan massa
5) Uterus
Tinggi fundus uterus : 30 cm
6) Fungsi pencernaan: baik
d. Genetalia, anus, dan rektum
1) Inspeksi: terpasang kateter urin
2) Palpasi: tidak teraba penumpukan urin
3) Vagina: tidak terdapat varises, bersih
4) Hemoroid: tidak ada
e. Ekstremitas
1) Atas
Ekstremitas atas lengkap, tidak ada edema dan varises, tidak ada kelainan
jari, tonus otot normal, gerak simetris, ada yang mengganggu gerak yaitu
terpasang infus pada ekstremitas kiri, kekuatan otot 5 dan 5, gerakan otot
normal, gerakan bahu normal, siku normal, pergelangan tangan normal.
2) Bawah
Ekstremitas bawah lengkap, tidak ada edema perifer, tidak ada varises,
bentuk kaki lurus nomal, gerakan otot normal, gerakan panggul normal,
pergelangan kaki dan jari normal, kekuatan otot 5 dan 5.
Skala mobilitias: Tingkat 3 (perlu bantuan, pengawasan orang lain dan
peralatan)
Skala aktivitas: Tingkat 2 (memerlukan bantuan pengawasan orang lain)
3) Reflek patella: baik

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Trombosit 377 10^3/μL 150 – 440
Hemoglobim 13.4 gr/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 39.7 % 35 – 47
Leukosit 8.22 10^3/μL 3.6 – 11
HIV Negative Negative
HbsAg Negative Negative

G. TERAPI
Infus RL 20 tpm: Rehidrasi cairan
Ketoprofen 100 mg tab 2 x 1 tablet: Mengatasi nyeri
ANALISA DATA

No. Data Masalah Etiologi


1. Ds: Nyeri akut Agen pencedera fisik
Pasien mengeluhkan nyeri pada luka post (prosedur operasi)
op sc.
P: nyeri karena luka sc, nyeri bertambah
ketika pasien bergerak, dan berkurang
ketika pasien telentang di tempat tidur.
Q: nyeri seperti berdenyut-denyut.
R: nyeri pada abdomen bagian bawah
(luka sc).
S: skala nyeri 4.
T: nyeri hilang timbul.

Do:
- TD 120/80 mmHg.
- Pasien nampak meringis.
- Terdapat luka post op sc pada area
abdomen bawah pasien dengan
panjang ± 10 – 15 cm.
- Pasien bersikap menahan pada
daerah yang mengalami nyeri.

2. Ds: Menyusui tidak efektif Ketidakadekuatan


Pasien mengatakan ASI belum keluar. suplai ASI

Do:
- ASI belum keluar.
- Tidak terdapat nyeri tekan, tidak
ditemukan massa pada payudara.
- Payudara kencang teraba penuh.
- Areola berwarna coklat kehitaman
dan menonjol.

3. Ds: Gangguan mobilitas Nyeri


- Pasien mengatakan takut untuk fisik
bergerak karena nyeri.
- Pasien mengatakan aktivitas
dilakukan di atas tempat tidur dan
dibantu oleh suami dan keluarga.

Do:
- Pasien nampak melakukan
gerakan seminimal mungkin.
- Pasien baru melakukan mobilisasi
berupa menggerakan kaki dan
tangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tanda tangan


1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (prosedur operasi) Ifana
2. Menyusui tidak efektif b.d. ketidakadekuatan suplai ASI Ifana
3. Gangguan mobilitas fisik b.d. nyeri Ifana

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri akut b.d. agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisik keperawatan diharapkan tingkat Observasi:
(prosedur operasi) nyeri (L. 08066) menurun dengan 1. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
1. Kemampuan menuntaskan frekuensi, kualitas,
aktivitas meningkat. intensitas nyeri.
2. Keluhan nyeri menurun. 2. Identifikasi skala
3. Meringis menurun. nyeri.
3. Identifikasi respons
nyeri non verbal.
4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri.
5. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang diberikan.

Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri.

Edukasi:
1. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri.

2. Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Pijat Laktasi (I. 03134)


efektif b.d. keperawatan diharapkan status Observasi:
ketidakadekuatan menyusui (L. 03029) membaik 1. Monitor kondisi
suplai ASI dengan kriteria hasil: mamae dan putting.
1. Perlekatan bayi pada
payudara ibu meningkat. Terapeutik:
2. Tetesan/pancaran ASI 1. Posisikan ibu dengan
meningkat. nyaman.
3. Suplai ASI adekuat 2. Pijat mulai dari
meningkat. kepala, leher, bahu,
punggung, dan
panyudara.
3. Pijat dengan lembut.
4. Pijat secara
melingkar.
5. Dukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri
dalam menyusui
dengan memberikan
pujian terhadap
perilaku positif ibu.
6. Libatkan suami dan
keluarga.

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur.
2. Jelaskan manfaat
tindakan.
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (I.
fisik b.d. nyeri keperawatan diharapkan mobilitas 05173)
fisik (L. 05042) membaik dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Identifikasi toleransi
1. Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
meningkat. pergerakan.
2. Rentang gerak (ROM)
meningkat. Terapeutik:
3. Gerakan terbatas menurun. 1. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu.
2. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan.

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi.
2. Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke
kursi).
IMPLEMENTASI

Waktu No. Implementasi Respon Hasil Tanda


Pelaksanaan Diagnosa Tangan
Selasa, 12 Desember 2023
11.30 1 Mengidentifikasi lokasi, S: Ifana
karakteristik, durasi, P: nyeri karena luka sc,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri bertambah ketika
nyeri, skala nyeri, respons pasien bergerak, dan
nyeri non verbal, dan faktor berkurang ketika pasien
yang memperberat dan telentang di tempat tidur.
memperingan nyeri. Q: nyeri seperti berdenyut-
denyut.
R: nyeri pada abdomen
bagian bawah (luka sc).
S: skala nyeri 4.
T: nyeri hilang timbul.

O: pasien nampak meringis.

Mengajarkan teknik S: setuju untuk diajarkan Ifana


nonfarmakologis untuk relaksasi nafas dalam.
mengurangi rasa nyeri O: mengikuti.
(relaksasi nafas dalam).

13.45 2 Memonitor kondisi mamae S: pasien mengatakan ASI Ifana


dan putting. belum keluar.
O: menonjol, areola
berwarna coklat kehitaman.

Rabu, 13 Desember 2023


08.20 1 Memberikan teknik S: setuju diberikan relaksasi Ifana
nonfarmakologi untuk nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi nyeri.
(relaksasi nafas dalam). O: melakukan terapi
relaksasi nafas dalam
dengan baik.
11.00 Memonitor keberhasilan S: pasien mengatakan Ifana
terapi komplementer yang masih nyeri namun sudah
diberikan. berkurang karena
melakukan relaksasi nafas
dalam.
P: nyeri karena luka sc,
nyeri bertambah ketika
pasien bergerak, dan
berkurang ketika pasien
telentang di tempat tidur.
Q: nyeri seperti berdenyut-
denyut.
R: nyeri pada abdomen
bagian bawah (luka sc).
S: skala nyeri berkurang,
menjadi 3.
T: nyeri hilang timbul.

O: meringis (-).
11.05 2 Memonitor kondisi mamae S: pasien mengatakan ASI Ifana
dan putting. sudah keluar namun sedikit
dan tidak lancar.
O: menonjol, areola
berwarna coklat kehitaman.
11.08 Melakukan pemberian S: setuju dilakukan pijat Ifana
pemijatan (pijat laktasi). laktasi.
O: melakukan pemberian
pijat laktasi (pijat
oksitosin).
Mengajarkan suami dan S: setuju untuk diajarkan Ifana
keluarga pijat laktasi. pijat laktasi.
O: pasien dan keluarga
nampak mengerti dan
mengikuti bagaimana cara
melakukan pijat laktasi.
11.30 3 Mengidentifikasi toleransi S: pasien mengatakan takut Ifana
fisik melakukan pergerakan. bergerak karena nyeri.
O: pasien baru melakukan
mobilisasi berupa
menggerakan kaki dan
tangan.
11.35 Menjelaskan tujuan dan S: pasien dan keluarga Ifana
prosedur mobilisasi. pasien mengatakan cukup
jelas ketika dijelaskan
tentang tujuan dan prosedur
mobilisasi.
O: pasien dan keluarga
nampak memahami.
11.40 Menganjurkan mobilisasi S: pasien mengatakan akan Ifana
sederhana yang harus memulai mobilisasi dengan
dilakukan (duduk ditempat gerakan sederhana.
tidur). O: pasien mencoba duduk
di tempat tidur.
Melibatkan keluarga untuk S: keluarga pasien Ifana
membantu pasien dalam mengatakan akan ikut andil
meningkatkan pergerakan. dalam membantu pasien
meningkatkan pergerakan.
O: keluarga pasien
kooperatif.
Kamis, 14 Desember 2023
13.10 1 Memonitor keberhasilan S: pasien mengatakan Ifana
terapi komplementer yang masih nyeri namun sudah
diberikan. berkurang.
P: nyeri karena luka sc,
nyeri bertambah ketika
pasien bergerak, dan
berkurang ketika pasien
tidak melakukan
pergerakan.
Q: nyeri seperti berdenyut-
denyut.
R: nyeri pada abdomen
bagian bawah (luka sc).
S: skala nyeri berkurang,
menjadi 2.
T: nyeri hilang timbul.

O: meringis (-).
13.15 2 Memonitor kondisi mamae S: pasien mengatakan ASI Ifana
dan putting. sudah keluar sedikit-sedikit
namun mulai lancar.
O: ASI sudah keluar.
13.25 3 Memfasilitasi melakukan S: pasien meminta tolong Ifana
pergerakan. untuk dibantu duduk di sisi
tempat tidur.
O: membantu pasien duduk
di sisi tempat tidur.

EVALUASI

Waktu Diagnosa Keperawatan Perkembangan Tanda


Tangan
Selasa, 12 Desember 2023
14.00 Nyeri akut b.d. agen S: pasien mengeluhkan nyeri. Ifana
pencedera fisik (prosedur p: nyeri karena luka sc, nyeri
operasi) bertambah ketika pasien bergerak, dan
berkurang ketika pasien telentang di
tempat tidur.
q: nyeri seperti berdenyut-denyut.
r: nyeri pada abdomen bagian bawah
(luka sc).
s: skala nyeri 4.
t: nyeri hilang timbul.
O: pasien nampak meringis
A: masalah nyeri akut belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
- Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi nafas dalam).
- Memonitor keberhasilan
terapi komplementer yang
diberikan.
Menyusui tidak efektif b.d. S: pasien mengatakan ASI belum Ifana
ketidakadekuatan suplai keluar.
ASI O: mammae menonjol, areola
berwarna coklat kehitaman.
A: masalah menyusui tidak efektif
belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
- Memonitor kondisi mamae
dan putting.
- Melakukan pemberian
pemijatan (pijat laktasi).
- Mengajarkan suami dan
keluarga pijat laktasi.
Gangguan mobilitas fisik S: pasien mengatakan belum berani Ifana
b.d. nyeri bergerak.
O: pasien tenang di tempat tidur.
A: masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
- Mengidentifikasi toleransi
fisik melakukan pergerakan.
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi.
- Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk ditempat
tidur).
- Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Rabu, 13 Desember 2023
14.00 Nyeri akut b.d. agen S: pasien mengatakan nyeri masih ada Ifana
pencedera fisik (prosedur namun sudah berkurang.
operasi) p: nyeri karena luka sc, nyeri
bertambah ketika pasien bergerak, dan
berkurang ketika pasien telentang di
tempat tidur.
q: nyeri seperti berdenyut-denyut.
r: nyeri pada abdomen bagian bawah
(luka sc).
s: skala nyeri 3.
t: nyeri hilang timbul.
O: meringis (-)
A: masalah nyeri akut belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
- Memonitor keberhasilan
terapi komplementer yang
diberikan.
Menyusui tidak efektif b.d. S: pasien mengatakan ASI sudah Ifana
ketidakadekuatan suplai keluar namun sedikit dan tidak lancar.
ASI Pasien dan keluarga setuju mengikuti
anjuran untuk melakukan pijat laktasi
O: menonjol, areola berwarna coklat
kehitaman. ASI tidak lancar.
A: masalah menyusui tidak efektif
belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
- Memonitor kondisi mamae
dan putting.

Gangguan mobilitas fisik S: pasien mengatakan takut bergerak Ifana


b.d. nyeri karena nyeri.
O: pasien sudah berani duduk di
tempat tidur.
A: masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
- Memfasilitasi melakukan
pergerakan.
Kamis, 14 Desember 2023
14.00 Nyeri akut b.d. agen S: pasien mengatakan nyeri sudah Ifana
pencedera fisik (prosedur berkurang.
operasi) p: nyeri karena luka sc, nyeri
bertambah ketika pasien bergerak, dan
berkurang ketika pasien tidak
melakukan pergerakan.
q: nyeri seperti berdenyut-denyut.
r: nyeri pada abdomen bagian bawah
(luka sc).
s: skala nyeri berkurang, menjadi 2.
t: nyeri hilang timbul.
O: meringis (-).
A: masalah nyeri akut belum teratasi.
P: intervensi dihentikan.
Menyusui tidak efektif b.d. S: pasien mengatakan ASI sudah Ifana
ketidakadekuatan suplai keluar sedikit-sedikit namun mulai
ASI lancar.
O: ASI sudah keluar.
A: masalah menyusui tidak efektif
teratasi.
P: intervensi dihentikan.
Gangguan mobilitas fisik S: pasien meminta tolong untuk Ifana
b.d. nyeri dibantu duduk di sisi tempat tidur.
O: membantu pasien duduk di sisi
tempat tidur.
A: masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi.
P: intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Janah, N. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Gestasi 38-40 Minggu dengan
Asuhan Persalinan Normal.
Manuba Ida, Sarwono. (2002-2009). Buku Sistem Organ Reproduksi pada Post Partum.
Jakarta.
Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Sari, L. (2016). Patofisiologi Sectio Caesarea. Published thesis for University of
Muhammadiyah Purwokerto.
Sofyan, K. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectip Caesarea di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Yaeni, M., & Sulastri, S. K. (2013). Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten (Doctoral dissertion, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai