Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS SD

"PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI"

Dosen Pengampu:
Drs Faizal Chan, SPd,.M.Si
Muhammad Sholeh, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Dewi Fitria (A1D121149)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2024
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan


pada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Penbelajaran
Berdiferensiasi dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Penbelajaran IPS SD Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Jambi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs Faizal Chan,
SPd,.M.Si dan Bapak Muhammad Sholeh, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Pengenbangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Semoga melalui tugas ini, pengetahuan dan wawasan penulis dapat bertambah
dan bermanfaat bagi banyak orang. Penulis juga berterimakasih kepada semua
pihak, terutama ucapan terimakasih tak luput disampaikan kepada pengarang
buku maupun jurnal yang hasil karyanya dapat penulis jadikan sebagai sumber
referensi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat

kekurangan. Oleh karena itu,adanya kritik dan saran terkait penulisan, sistematika,
dan isi kajian makalah sangat diharapkanagar dikemudian hari makalah dapat
disusun dengan lebih baik dan benar.

Muara Bulian,16 Maret 2024

Dewi Fitria

NIM.A1D121149

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan. ...................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6

2.1 Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi. ............................................................... 6

2.2 Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi. ......................................................................7

2.3 Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi. ......................................................................8

2.4 Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi............................................................... 11

2.5 Tahapan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. .......................................... 13

2.6 Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi. .............................................................. 17

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan. ..............................................................................................................18

3.2 Saran......................................................................................................................... 18

Hasil Wawancara Guru Penggerak .......................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum Merdeka hadir untuk menanggulangi krisis pembelajaran di Indonesia.


Penerapan Kurikulum Merdeka diharapkan berdampak pada terciptanya generasi

adaptif yang mampu bertahan menghadapi perubahan zaman dengan ‘kekuatan’

mereka sendiri. Kurikulum merdeka diharapkan dapat mengubah dan


mentransformasikan sistem pendidikan menjadi lebih baik karena setiap episode
Merdeka Belajar bergerak secara sinergis sesuai fokusnya masing-masing. Salah satu
konsep pembelajaran yang dianggap efektif, yaitu pembelajaran berdiferensiasi.
implementasi Kurikulum Merdeka memberikan perubahan besar terhadap guru dan
siswa. Dengan mengedepankan proses pembelajaran yang esensial dan minat bakat,
Implementasi Kurikulum Merdeka membuat proses pembelajaran di ruang kelas
terasa lebih merdeka. Kurikulum Merdeka menciptakan ruang terbuka belajar yang

membuat karakteristik dan kompetensi didiagnosa sehingga proses belajar bukan


pukul rata. Anak bukan bagian dari industri Pendidikan.Konsep pembelajaran yang
mengakomodasi kanekaragamankondisi peserta didik (pembelajaran berdiferensiasi)
sebenamya juga telah menjadi perhatian pedagogis sejak lama.

Pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) adalah jawaban untuk


pertanyaan, “bagaimana kurikulum yang fleksibel dapat diterapkan di sekolah yang

dapat memberikan layanan pembelajaran yang bervariasi kepada peserta didik


(teaching at the right level)? dalam satu sekolah atau bahkan di ruang kelas, terdapat
berbagai karakteristik peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat,
bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka
memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru
mengajarkan materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar
peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran (konten), proses

4
pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, serta lingkungan
belajar. Proses pembelajaran berdiferensiasi diterapkan oleh sekolah agar dapat

memerdekakan peserta didik dalam belajar karena peserta didik tidak dituntut harus
sama dalam segala hal dengan yang lain.

Purba (2021:27) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan


pembelajaran individual seperti yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan
khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru tidak menghadapi peserta didik

secara khusus satu persatu (on-one-on) agar ia mengerti apa yang diajarkan. Peserta
didik dapat berada di kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan pembelajaran berdiferensiasi?

2. Apa saja tujuan dari penbelajaran berdiferensiasi?

3. Bagaimana prinsip pembelajaran berdiferensiasi?

4. Apa saja komponen pembelajaran berdiferensiasi?

5. Bagaimana tahapan implementasi pembelajaran berdiferensiasi?

6. Apa yang menjadi hambatan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pmbelajaran berdiferensiasi

2. Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi

3. Untuk memaparkan prinsip pembelajaran berdiferensiasi

4. Untuk mengetahui komponen pembelajaran berdiferensiasi

5. Untuk memaparkan tahapan implementasi pembelajaran berdiferensiasi

6. Untuk menjelaskan hambatan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran di mana


guru menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan
individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat
berupa pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata
pelajaran.Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan dan kemampuan
mengakomodasi kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai

dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda.
Dengan pembelajaran itu, guru hendaknya menjadi fasilitator yang berorientasi
kepada pemenuhan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa,Pada dasarnya,
pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu dan
berinteraksi dengan siswa pada tingkat yang sebanding dengan tingkat pengetahuan
mereka untuk kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka. John Hattie (2012)
menjelaskan bahwa guru yang ahli adalah guru yang percaya bahwa kecerdasan
peserta didik dapat diubah. Carol A. Tomlinson, menjelaskan bahwa pada
pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materinya dengan memperhatikan
tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi
isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan,
dan lingkungan belajar di mana para peserta didik belajar. Melalui penerapan proses

pembelajaran ini guru dapat melayani para peserta didik sesuai dengan keadaannya
masing-masing secara individu. Pembelajaran berdiferensiasi adalah semua peserta
didik dapat berhasil sesuai dengan kapasitas yang dimiliki peserta didik.Penting untuk
dicatat, bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang
suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang lain tidak karena siswa tersebut
memiliki pengetahuan yang sama sekali baru dengan topik tersebut. Selain itu,
beberapa orang siswa juga memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik dan

6
lebih cepat jika ia mendengarkan penjelasan gurunya secara langsung atau melalui
audio, sedangkan beberapa orang siswa lagi dapat belajar secara efektif apabila ia

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan beberapa orang siswa lainnya
harus menghabiskan waktunya untuk membaca sendiri guna mendapatkan
pengetahuan secara utuh dan lebih lengkap. Selain itu, kita juga mungkin memiliki
anak-anak yang senang belajar dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok kecil,
sementara beberapa anak lainnya lebih suka belajar secara mandiri.Proses
pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan oleh sekolah agar dapat memerdekakan

peserta didik dalam belajar karena peserta didik tidak dituntut harus sama dalam
segala hal, tapi dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan keunikannya masing-
masing. Penggunaan pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi penerapan kurikulum
yang fleksibel dan tidak kaku dimana hanya percaya pada satu cara saja untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Pembelajaran berdiferensiasi untuk
menciptakan kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan

belajar antara yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Singkatnya,


pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikia rupa
sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar.

2.2 Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi

1. Memenuhi kebutuhan individual siswa: Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan


untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda dari setiap siswa. Dengan
mengakomodasi preferensi, gaya belajar, tingkat pemahaman, dan kecepatan belajar

yang berbeda, semua siswa dapat merasa didukung dan termotivasi dalam proses
pembelajaran.

2. Meningkatkan pencapaian siswa: Dengan menyajikan materi pembelajaran yang


sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa, pembelajaran
berdiferensiasi dapat meningkatkan pencapaian akademik siswa. Siswa akan merasa
lebih mampu menguasai konten pembelajaran dan merasa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran.

7
3. Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa: Dalam pembelajaran
berdiferensiasi, siswa memiliki kesempatan untuk memilih tugas dan materi yang

relevan dengan minat dan minat mereka. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan
minat belajar siswa, karena mereka merasa lebih terlibat dalam materi yang mereka
pelajari.

4. Mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif: Dalam pembelajaran


berdiferensiasi, siswa sering bekerja dalam kelompok-kelompok yang berbeda untuk
menyelesaikan tugas atau proyek. Ini dapat mempromosikan keterampilan sosial,
kolaborasi, dan keberagaman dalam sebuah kelompok, yang merupakan keterampilan
penting untuk kehidupan di masa depan.

5. Meningkatkan self-esteem siswa: Dalam pembelajaran berdiferensiasi, setiap siswa


memiliki kesempatan untuk berprestasi sesuai dengan tingkat kemampuan dan
kebutuhan mereka sendiri. Hal ini dapat meningkatkan self esteem siswa, karena

mereka merasa diakui dan dihargai untuk pencapaian mereka, tanpa dibandingkan
secara langsung dengan siswa lain.

6. Meningkatkan keterlibatan siswa: Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa


merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran karena mereka memiliki pilihan dan
kontrol atas bagaimana mereka belajar. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran dan memperkuat hubungan antara siswa dan guru.

2.3 Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi harus dibentuk melalui cara berpikir guru yang


menganggap setiap anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing. Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari
pembelajaran berdiferensiasi menyatakan bahwa ada lima prinsip dasar yang
membantu guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini.

8
1. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas
dimana peserta didik menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Iklim belajar
merujuk pada situasi dan kondisi yang dirasakan peserta didik saat belajar, relasi, dan
berinteraksi dengan peserta didik lain maupun gurunya. Di dalam pembelajaran guru
harus memberikan respon kepada peserta didik sesuai dengan kesiapan, minat, dan
profil belajar mereka supaya kebutuhan mereka dalam belajar terpenuhi. Hattie dalam
Tomlinson (2013) menyatakan bahwa kepercayaan dari peserta didik diperoleh guru
dengan cara: a) memberikan respek yang benar terhadap nilai, kemampuan, dan
tanggung jawab dari peserta didik; b) memberikan optimisme kepada peserta didik
bahwa mereka memiliki kemampuan yang besar untuk mempelajari materi pelajaran

yang diberikan; dan c) aktif dan mendukung peserta didik secara nyata agar mereka
dapat sukses

2. Kurikulum yang berkualitas

Di dalam kurikulum yang berkualitas tentu saja harus memiliki tujuan yang jelas
sehingga guru dapat tahu apa yang akan dituju di akhir pembelajaran. Di samping itu
fokus guru dalam mengajar adalah pada pengertian peserta didik, bukan pada apa
materi yang dihafalkan mereka. Yang terpenting adalah pemahaman terhadap materi
pelajaran yang ada di benak peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupannya. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana
kurikulum yang ada dapat menantang semua peserta didiknya baik yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata, yang sedang, maupun di bawah rata-rata. Bagi peserta
didik yang berada di atas rata-rata, guru perlu menantang mereka dengan pemikiran-
pemikiran lain yang lebih mendalam tentang materi yang dibahas sehingga mereka
tidak akan jenuh dan bosan dalam mempelajarinya.

3. Asesmen berkelanjutan

Asesmen yang berkelanjutan adalah guru secara terus menerus melakukan formatif
asesmen dalam pembelajaran agar dapat memperbaiki pengajarannya dan juga
9
mengetahui apakah peserta didik sudah mengerti tentang materi pelajaran yang
dibahas. Jadi asesmen formatif ini tidak diberikan nilai (angka), melainkan hanya

sebagai diagnostik tes atau mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi peserta
didik sehingga sulit mengerti, apa yang belum dimengerti, dan apa yang dapat
dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik meningkatkan pengertiannya.

Kemudian selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan bagaimana peserta


didiknya belajar, apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugas yang
diberikan atau perlu dijelaskan ulang instruksi dalam tugas yang diberikan. Setelah
pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan asesmen, yaitu asesmen akhir. Guru
dapat melakukan dengan berbagai macam cara, misalnya guru memberikan secarik
kertas dan meminta peserta didik menuliskan apa hal baru yang mereka pelajari hari
itu, apa hal penting yang ia pelajari hari itu, apa yang masih kurang jelas, dan apa
yang perlu diulang dalam pelajaran berikutnya.

4. Pengajaran yang responsif

Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran, guru dapat mengetahui apa kekurangan-
kekurangannya dalam membimbing peserta didiknya untuk memahami isi pelajaran.
Oleh karena itu, guru dapat memodifikasi rencana pembelajaran yang sudah dibuat
dengan kondisi dan situasi lapangan saat itu sesuai dengan hasil dari asesmen akhir
yang dilakukan sebelumnya. Karena pengajaran lebih penting dari kurikulum sekolah

sendiri, maka guru harus memberikan responnya terhadap hasil pembelajaran yang
sudah dilakukan. Respon dari guru adalah menyesuaikan pelajaran berikutnya sesuai
dengan kesiapan, minat, dan juga profil belajar peserta didik yang guru dapatkan
melalui asesmen di akhir pelajaran.

5. Kepemimpinan dan Rutinitas di kelas

Guru yang baik adalah guru yang dapat mengatur kelasnya dengan baik.
Kepemimpinan di sini diartikan bagaimana guru dapat memimpin peserta didiknya
agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mematuhi peraturan yang sudah
ditetapkan. Sedangkan rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam
10
mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik melalui prosedur dan rutinitas di kelas
yang dijalankan peserta didik setiap hari sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan

efektif dan efisien.

2.4 Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam pembelajaran berdiferensiasi 4 aspek yang ada dalam kendali atau kontrol guru
adalah Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan serta Iklim Belajar di kelas.
Penjelasan keempat aspek tersebut sebagai berikut:

1. Konten

Yang dimaksud dengan konten adalah apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau
apa yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi ada 2 cara membuat konten pelajaran berbeda, yaitu a) Menyesuaikan
apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari oleh peserta didik
berdasarkan tingkat kesiapan dan minat peserta didik b) Menyesuaikan bagaimana

konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan disampaikan oleh guru atau
diperoleh oleh peserta didik berdasarkan profil belajar yang dimiliki oleh masing-
masing peserta didik. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
mendiferensiasi konten yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah: a)
Menggunakan materi yang bervariasi, b) Menggunakan Kontrak Belajar, c)
Menyediakan pembelajaran mini, d) Menyajikan materi dengan berbagai moda
pembelajaran, dan e) Menyediakan berbagai sistem yang mendukung.

2. Proses

Yang dimaksud dalam proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan peserta
didik di kelas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi peserta
didik sebagai pengalaman belajarnya di kelas, bukan kegiatan yang tidak berkorelasi
dengan apa yang sedang dipelajarinya. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik ini
tidak diberi penilaian kuantitatif berupa angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu
berupa catatan-catatan umpan balik mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan

11
apa yang masih kurang dan perlu diperbaiki/ditingkatkan oleh peserta didik. Kegiatan
yang dilakukan harus memenuhi kriteria sebagai kegiatan yang: a. baik, yaitu kegiatan

yang menggunakan keterampilan informasi yang dimiliki peserta didik. b. berbeda


dalam hal tingkat kesulitan dan cara pencapaiannya. Kegiatan-kegiatan yang
bermakna yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelas harus dibedakan juga
berdasarkan kesiapan, minat, dan juga profil belajar peserta didik.

3. Produk

Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah
menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran

selama 1 semester. Produk sifatnya sumatif dan perlu diberi nilai. Produk lebih
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman
yang lebih luas dan mendalam dari peserta didik. Oleh karenanya seringkali produk
tidak dapat diselesaikan dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas. Produk dapat
dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan secara
berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan kontribusi

masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk tersebut. Produk


yang akan dikerjakan oleh peserta didik tentu saja harus berdiferensiasi sesuai dengan
kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik.

4. Lingkungan belajar

Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan
fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik dalam
belajar, minat mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar. Misalnya guru dapat menyiapkan beberapa susunan tempat
duduk peserta didik yang ditempelkan di papan pengumuman kelas sesuai dengan
kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar mereka. Jadi peserta didik dapat duduk di
kelompok besar atau kecil yang berbeda-beda, dapat juga bekerja secara individual,
maupun berpasang-pasangan. Pengelompokkan juga dapat dibuat berdasarkan minat

12
peserta didik yang sejenis, maupun tingkat kesiapan yang berbeda- beda maupun yang
sama tergantung tujuan pembelajarannya. Pada dasarnya, guru perlu menciptakan

suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga
merasa aman, nyaman, dan tenang dalam belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi

2.5 tahapan implementasi pembelajaran berdiferensiasi

A. Tahap Awal

Sebagai tahapan awal praktik pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan pemahaman


yang mendalam tentang kurikulum, dasar-dasar pembelajaran berdiferensiasi, dan
perubahan pola pikir guru dari pembelajaran yang berorientasi pada target capaian
nilai akhir dan ketuntasan konten belajar, menuju ke pembelajaran yang lebih
berorientasi pada peserta didik. Hasil akhir dari pembelajaran adalah pengembangan

kompetensi peserta didik yang mungkin sekali sangat beragam satu dengan yang lain.
Untuk itu fokus pada pembelajaran berdiferensiasi bukan pada luasnya konten, namun
kedalaman pemahaman, penguasaan konsep, peningkatan keterampilan, sehingga
peserta didik mampu menerapkannya untuk memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupannya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan sekolah adalah mempersiapkan guru untuk


mampu menjalani berbagai peran berikut.

1. Perancang pembelajaran. Guru perlu memiliki kesadaran dan pemahaman


mengenai keberagaman peserta didik yang memerlukan intervensi secara berbeda.
Untuk itu guru dituntut untuk mampu merancang RPP yang mengkonkretkan hal-hal
yang akan dilakukan di kelas. Guru membayangkan proses implementasi
pembelajaran serta kemungkinan hambatan yang perlu disiapkan dan diantisipasi.
Peran guru sebagai perancang pembelajaran juga termasuk menentukan asesmen
sebagai indikator dari pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga, asesmen perlu

dipikirkan di awal kegiatan merancang pembelajaran.

13
2. Fasilitator pembelajaran. Guru perlu memiliki kemampuan melakukan refleksi.
Mampu berpikir dan bertanya mengenai proses berpikir sendiri. Selain itu penting

bagi seorang guru untuk memiliki kemampuan komunikasi yang memberdayakan


peserta didik agar mampu mandiri dan memanfaatkan potensi dirinya. Mampu
membimbing peserta didik membangun pemahamannya baik dalam setting
berkelompok maupun pribadi, mengarahkan dengan cara mengajukan pertanyaan
bimbingan dan mendengarkan peserta didik. Guru juga perlu memandu dan
memperkaya interaksi yang terjadi di antara peserta didiknya sehingga tercipta iklim

belajar yang kondusif di kelasnya.

3. Motivator belajar Memastikan kondisi yang membuat guru dan peserta didik
nyaman untuk mengakomodasi unsur keberagaman dengan tetap mengedepankan
empati dan harmoni. Guru diharapkan mampu membimbing peserta didik untuk

mengembangkan mindset bertumbuh, membimbing peserta didik menuju kemampuan


kendali diri secara internal dengan komunikasi yang positif dan dialogis, kesepakatan
kelas, dan memberikan pilihan dan suara (choice and voice) pada peserta didik untuk
terus mengembangkan potensi dirinya.

B. Tahap Pelaksanaan

Proses pembelajaran berdiferensiasi diawali dengan tahapan asesmen diagnostik.


Asesmen diagnostik merupakan tahapan yang paling mendasar dilakukan dalam
sebuah proses pembelajaran yang berdiferensiasi. Sayangnya tahapan asesmen
diagnostik seringkali absen dalam praktik pembelajaran di kelas selama ini. Asesmen
terlalu menitik beratkan pada asesmen terhadap capaian hasil belajar. Pembelajaran di
kelas dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi awal peserta didik, sehingga
penerapannya sering kali menggunakan pendekatan one-size-fits-all atau satu untuk
semua. Asesmen diagnostik sebagai asesmen di awal proses belajar digunakan untuk
membantu guru mengukur penguasaan dan kebutuhan peserta didik terkait capaian
kurikulum. Hasil asesmen diagnostik memberikan informasi yang dapat digunakan
guru dan peserta didik menentukan tujuan dan tahapan belajar. Untuk mengenali

14
profil peserta didik secara menyeluruh, asesmen yang dilakukan perlu meliputi aspek
kognitif dan non- kognitif. Informasi mendasar yang diperoleh dari asesmen

diagnostik kognitif antara lain adalah, tahapan penguasaan kompetensi literasi dan
numerasi yang merupakan kompetensi minimal peserta didik untuk mampu belajar,
tingkat pengetahuan awal pada sebuah mata pelajaran, serta cara belajar. Sementara
itu, dari asesmen diagnostik non-kognitif dapat diperoleh informasi lain mengenai
profil peserta didik, minat dan bakat, serta kesiapan belajar secara psikologis.

Untuk memastikan terlaksananya prinsip teaching at the right level, perlu pula
dilakukan analisis kurikulum. Langkah-langkah dalam tahapan ini antara lain; 1)
menganalisis kurikulum dan kompetensi yang ingin dicapai; 2) menentukan tujuan

pembelajaran yang digunakan untuk pembuatan perencanaan; 3) merancang asesmen


dan bukti asesmen; dan 4) mengurutkan strategi pembelajaran dari awal sampai
asesmen. Setelah melalui kedua tahapan awal, asesmen diagnostik dan analisis
kurikulum, praktik pembelajaran berdiferensiasi mulai dapat dilaksanakan.
Pembelajaran berdiferensiasi konten dilakukan setelah mendapatkan hasil analisis
kurikulum. Diferensiasi pada konten, terkait erat dengan cakupan materi pembelajaran
yang akan dipelajari peserta didik. Misalnya tema-tema apa yang akan dipilih sesuai
dengan minat peserta didik, sejauh mana rentang cakupan pembelajaran dibutuhkan,
serta tingkat kesulitan materi yang diberikan sesuai tingkat penguasaan literasi,
numerasi, dan pengetahuan mereka. Dengan demikian konten-konten pembelajaran
akan lebih relevan dan kontekstual bagi peserta didik.

Diferensiasi konten juga terlihat dalam pemilihan bahan ajar. Misalnya pemilihan
bahan sesuai pengelompokan Rowntree (1995) berdasarkan sifatnya, yaitu: 1) bahan
ajar berbasis cetak, termasuk di dalamnya buku, panduan belajar peserta didik, modul,
tutorial, lembar kerja peserta didik, peta, bagan, foto, majalah dan koran, dan lain-lain;
2) bahan ajar yang berbasis teknologi, seperti siaran audio, film, siaran televisi, video
interaktif, tutorial digital, dan multimedia; 3) bahan ajar yang digunakan untuk praktik
atau proyek, seperti alat peraga sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain-
lain; serta 4) bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia
15
(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya: telepon genggam,
aplikasi belajar, dan lain-lain.

Diferensiasi pada proses atau cara terkait dengan bagaimana peserta didik dapat
memproses informasi untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman konsep, dan
menerapkannya. Dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi proses, guru perlu

mempertimbangan berbagai strategi dan aktivitas yang berbeda-beda yang


memfasilitasi kebutuhan murid dalam kelompok besar dan kecil, sesuai dengan cara
belajarnya. Untuk semakin memfasilitasi keberagaman peserta didik dalam
pembelajaran di kelas, serta mendukung motivasi belajarnya, diferensiasi lingkungan
belajar juga dapat menjadi pilihan untuk diterapkan di dalam proses pembelajaran.

Diferensiasi produk dilakukan sebagai tahapan asesmen capaian belajar atau asesmen
sumatif. Melalui pilihan produk yang sesuai dengan profil dan kebutuhan peserta
didik, guru dapat secara komprehensif melakukan asesmen untuk melihat

perkembangan kompetensi dan capaian tujuan belajar peserta didik. Diferensiasi


produk juga memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperkaya
pengalaman belajar yang lebih relevan dan kontekstual dengan dunia nyata.

C. Tahap Evaluasi

Bagian ini merupakan tahap akhir yang dilakukan setelah penerapan pembelajaran
berdiferensiasi sebagai asesmen sumatif. Hasil pelaksanaannya kemudian dianalisis
untuk mendapatkan serangkain data kesimpulan dari capaian dan perkembangan
peserta didik. Tahapan evaluasi ini bukan merupakan penghakiman bagi peserta didik.
Sesuai dengan prinsip bertumbuh, evaluasi merupakan tahapan yang menentukan
dimulainya sebuah siklus pembelajaran berdiferensiasi yang baru. Pelaksanaan
pembelajaran berdiferensiasi konten, proses dan produk, serta evaluasi akhir,
diperoleh umpan balik berkelanjutan. Dari setiap proses pembelajaran yang
berdiferensiasi perbaikan pada pilihan proses dan konten, serta evaluasi tujuan
pembelajaran terus menerus dilakukan. Evaluasi peserta didik juga memberikan

16
informasi yang dapat dimanfaatkan untuk terus memahami profil peserta didik sampai
sejauh mana mereka telah berkembang.

2.6 Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi sudah sangat jelas, tetapi ada beberapa tantangan
yang terkait dengan pembelajaran ini, yaitu:

1. Faktor waktu
Meskipun pembelajaran berdiferensiasi adalah cara yang menyenangkan untuk
mengajar, namun hampir dipastikan para guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk
fokus pada setiap siswa secara individual.

Hal ini dikarenakan setiap sekolah sudah mengalokasikan waktu untuk setiap guru dan
mata pelajarannya masing-masing. Dan untuk itu, sangat mungkin bagi guru untuk
tidak memiliki waktu yang cukup guna menilai tingkat pengetahuan siswa atau
mengelompokkannya sesuai dengan pengetahuan dan preferensi belajar

masing-masing siswa.
2. Tekanan tinggi

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini melibatkan banyak proses, mulai dari


pra-penilaian hingga penilaian berkelanjutan, mulai dari perencanaan konten hingga
proses pengajaran, dan lain-lain. Hal ini tentu saja dapat membuat guru merasa
kewalahan. Selain itu, guru juga harus melayani para siswa baik secara individual
maupun kelompok. Kondisi seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh guru dengan
jumlah siswa yang begitu banyak di kelasnya.

3. Biaya tinggi
Untuk memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi, sekolah harus memiliki akses ke
berbagai sumber daya dan bahan ajar untuk mendukung pembelajaran setiap siswanya.
Selain itu, sekolah juga harus menyediakan materi pelajaran untuk setiap topik. Jelas
hal ini tentu akan membutuhkan dukungan keuangan secara berkelanjutan yang
mungkin tidak dapat dipenuhi semua oleh banyak sekolah

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karena setiap anak itu istimewa dan unik, maka pembelajaran berdiferensiasi
merupakan persyaratan bagi terlaksananya pembelajaran untuk semua. Inilah
urgensinya mengapa setiap guru sudah harus menjadikan pembelajaran berdiferensiasi
ini sebagai salah satu strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa di

kelasnya. Berikut adalah strategi yang bisa diterapkan untuk implementasi pembelajaran
berdiferensiasi:

1. Guru harus mengetahui berbagai karakteristik peserta didik. Pengetahuan guru


tentang kondisi keberagaman siswa menjadi dasar untuk merancang pembelajaran,
sehingga sesuai dengan keadaan keberagaman peserta didik tersebut. Guru perlu
meluangkan waktu yang cukup dalam menyusun rancangan pembelajaran;

2. Guru perlu menyusun

asesmen diagnostik dan formatif pada awal pembelajaran. Asesmen diagnostik


dilaksanakan untuk mengetahui keberagaman peserta didik. Adapun asesmen formatif
pada awal pembelajaran mengetahui tingkat pencapaian peserta didik. Dengan
demikian, guru dapat merancang pembela kompetensi tiap peserta didik;

3. Guru perlu menggunakan multimetode, multimedia, dan multisumber. Penerapan


metode, media dan sumber belajar yang bervariasi dapat mangakomodasi berbagai
tipe belajar poberta didik baik tipe visual, auditon maupun kinestetik.

3.2 Saran

Pengimplementasian pembelajaran berdiferensiasi yang secara ketentuan menjadi hal


baru di dunia pendidikan Indonesia membuat guru sebaiknya banyak mempelajari hal
ini. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi perlu diupayakan oleh semua guru di

Indonesia karena pembelajaran ini mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang


18
berbeda yang tentunya itu sangat bermakna bagi siswa. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah pembelajaran yang ramah anak dan hal tersebut sesuai dengan komitmen

Indonesia yang mendukung pembelajaran untuk semua. Dampak positif lain dari
diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi ini ialah meningkatnya kemampuan siswa
dalam memahami pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika. Hal
tersebut terjadi karena semangat dan ketertarikan belajar siswa yang meningkat akibat
dari pengajaran yang disesuaikan dengan minat dan gaya belajar siswa.

Guru perlu memaksimalkan penerapan pembelajaran berdiferensiasi agar sesuai


dengan hakikatnya. Akibat kurangnya pengalaman guru dalam menerapkan model
pembelajaran berdiferensiasi ini, diferensiasi belum sepenuhnya dilakukan. Guru

masih sering menerapkan model pembelajaran lama yang tidak berdiferensiasi.


Konten pembelajaran masih belum didiferensiasi, proses dan produk pun demikian.
Maka, sosialisasi dan pelatihan penerapan pembelajaran berdiferensiasi bagi guru
perlu dikuti sampai bekal pengetahuannya tercukupi.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dan pengawas kinerja tenaga pendidik di sekolah
perlu terus mendukung pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini. Sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran berdiferensiasi perlu dipenuhi. Begitu
juga demi tercapainya sumber daya manusia yang baik dalam menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, khususnya pada mata pelajaran matematika, maka
kepala sekolah perlu memperbanyak kesempatan bagi guru-guru untuk mengikuti
workshop, pelatihan, dan sosialisasi penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

19
Hasil Wawancara melalui video call dengan Guru Penggerak 9 Ibu Misnawati
S.Pd Guru SD 42 Kota Jambi

1. kalau menurut ibu sebagai guru penggerak,pembelajaran berdiferensiasi itu seperti


apa bu?

2. Untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi,hal hal apa yang harus di siapkan


ibu? seperti misalnya asesmenya bagaimana atau kesiapannya bagaimana

3. guru penggerak dengan pembelajaran berdiferensiasi itu apakah ada keterkaitan


ibu? atau di dalam guru penggerak itu ada penekanan bahwa guru penggerak itu harus
seperti ini,seperti itu

Jawaban :

1. Menurut saya Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang sangat


menyenangkan bagi murid karena pembelajaran yang dikembangkan dapat merespon
kebutuhan murid dalam belajar yang mana setiap murid berbeda-beda meliputi
kesiapan dalam belajar serta minat, potensi atau gaya belajar yang berbeda-beda ada
siswa yang mudah menerima materi dari video, dan juga audio atau gambar ini dapat
dikelompokkan berdasarkan konten, proses ataupun berbasis produk dimana ini bisa
dilihat dari asessmen yang dilakukan guru.

2. Adapun yang perlu diterapkan sebelum menerapkan pembelajaran berdeferensiasi


adalah dengan Langkah-langkah persiapan yang dilakukan agar dapat berjalan
efektiff antara lain: (1) menentukan tujuan pembelajaran (2) memetakan kebutuhan
belajar murid (kesiapan serta kesiapan belajar, minat, profil belajar; (3) menentukan
strategi serta alat penilaian yang akan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada di sekolah masing-masing.

3. Tidak ada penekanan harus seperti ini dan itu tetapi sebagai guru penggerak kita
memiliki tanggung jawab untuk dapat menggerakkan kegiatan pembelajaran yang
berpihak pada murid yang dapat memberikan dampak positif pada murid dalam
pembelajaran yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan dari adanya dampak
teknologi guru harus kreatif dan inovatif dalam segala hal sehingga kemajuan
pendidikan dapat tercapai dengan baik. Terdapat keterkaitan yang erat antara menjadi
seorang guru penggerak dan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Seorang guru
penggerak diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar yang beragam dari
20
siswa dan menyediakan dukungan yang sesuai untuk memastikan bahwa semua siswa
dapat mencapai potensi mereka. Meskipun tidak ada satu penekanan tunggal atau
formula pasti untuk menjadi guru penggerak yang efektif, keterbukaan terhadap
berbagai strategi pengajaran dan kemampuan untuk menyesuaikan pendekatan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa adalah kunci dalam peran ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Khristiani, Heny, dkk. 2021. Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi


(Differentiated Instruction) Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka
Belajar Di SMPN 20 Kota Tangerang Selatan. Jakarta: BSKAP Kemdikbudristek.

Magee, Monique & Elizabeth Breaux. 2010. How The Best Teachers Differentiate
Intruction. New York: Routledge.

Marlina. 2019. Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di


Sekolah Inklusif. Padang: anonym.

Purba, Mariati, dkk. 2021. Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi


(Differentiated Instruction), pada Kurikulum Fleksibel sebagai Wujud Merdeka
Belajar. Jakarta: Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan,
Kemdikbudristek.

Rowntree, Derek. 1995. Teaching throught Self-Instruction How to Develop open

Learing materials. (revisi ed.). New York: Kogan Page London / Nicholas Publishing

Tomlinson, C. A, & Carol Ann. 1999. The Differentiated Classroom: Responding to


the Needs off All Learners. Alexandria, VA: Association for Supervision and
Curriculum Development.

Tomlinson, C. A., & Moon, T. R. 2013. Assessment and Student Success in a


Differentiated Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and
Curriculum Development .

22

Anda mungkin juga menyukai