Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISLAM DAN PRANATA SOSIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
 ABDURRAZAQ HABIB FADHILLAH
 KURNIA NASTIRA NINGSIH
 GIOTAMA DEMANDO
 WUKHOIDATUL MALIHAH
 VINDI ANNISA RAHMA
 ALLISYIA NOVITA AL-SOBRY
 RESILTA KHAIRUNNISAH
 BAYU APRILIA UTAMI

DOSEN PENGAMPU
NYIMAS MU’AZZOMI, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016
ISLAM DAN PRANATA SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau
kebutuhan tertentu. Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang
terdapat dalam pranata termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan.
Pranata merupakan seperangkat aturan dan bersifat abstrak.
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang ada pada
setiap masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilai-nilai agama bersatu
dengan unsur-unsur budaya membentuk system dan struktural yang membina dan
yang memunculkan arah kehidupan manusia yang secara nyata telah
membedakaan kehidupan dan kualitas kehidupan manusia dari makhluk lainnya
dibandingkan dengan faktor-faktor sosial budaya, maka faktor agama itulah yang
sangat berpengaruh pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan sumber
motivasi perilaku masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk meningkatkan kualitas
pribadi dan kesejahteraan sesama warga bangsa akan lebih berhasil bila pula
disertai motivasi keagamaan. Pranata sosial adalah norma- norma yang mengatur
kehidupan sekelompok manusia atau disebut masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud disni adalah sekelompok orang yang saling berhubungan yang berpusat
pada berbagai aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup manusia secara
kompleks, dengan kata lain pranata sosial disini adalah lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang ada di masyarakat.
Ini membuktikan, bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang
memerlukan bantuan orang lain, walaupun ia sendiri dilahirkan sendirian tetapi
ketika berinteraksi dengan lingkungan ia memerlukan banyak orang untuk saling
mengenal bekerjasama dan saling tolong menolong.
Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat 13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

1.2 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Dengan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara komprehensif
segi-segi kehidupan dari pranata sosial islam, yang dapat melahirkan cara
pandang yang terbuka dan toleran namun kritis.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu pranata sosial?
2. Bagaimana keluarga Sakinah, Mawadah Dan Rahman?
3. Apa saja peran Masjid dalam pembinaan umat?
4. Apa itu ukhwah islamiyah?
5. Bagaimana kebersamaan dalam pluralistik Agama?
6. Bagimana Islam dan Politik?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pranata Sosial


Pranata merupakan istilah sosiologi yang sering dihubungkan dengan kata
sosial. Oleh karena itu dalam pembahasan sosiologi pranata selalu disebut istilah
pranata sosial. Pranata sosial berasal dari istilah bahasa inggris intitution. Istilah-
istilah lain pranata sosial ialah lembaga dan bangunan sosial. Walaupun istilah
yang digunakan berbeda-beda, tetapi intitution menunjuk pada unsur-unsur yang
mengatur perilaku anggota masyarakat.
Pranata juga bersal dari bahasa lain istituere yang berarti mendirikan. Kata
bendanya adalah institution yang berarti pendirian. Dalam bahasa Indonesia
institution diartikan institusi (pranata) dan institut atau lembaga. Institusi adalah
sistem norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma-norma.
Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau
kebutuhan tertentu. Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang
terdapat dalam pranata termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan.
Pranata merupakan seperangkat aturan, bersifat abstrak. Menurut
Koentjaraningrat, istilah pranata dan lembaga sering dikacaukan pengertiannya.
Pranata sosial adalah tata nilai mengatur kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang dimaksudkan adalah sekelompok orang yang saling
berkomunikasi terfokus pada berbagai aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat
hidup manusia secara menyeluruh. Atau pranata sosial yang kami maksudkan
disini adalah lembaga yang terdapat dimasyarakat. Adapun pranata sosial dalam
Islam adalah berupa tata nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial Masyarakat
Muslim berdasarkan Syari'at Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh baginda
Rasulullah SAW untuk terapkan pada masa sekarang.
Berikut ini, ada beberapa faktor pranata sosial dalam Ajaran Islam dilihat
dari berbagai aspek diantaranya :
a) Pranata peribadatan
b) Pranata kekerabatan
c) Pranata pendidikan
d) Pranata keilmuan
e) Pranata penyiaran
f) Pranata politik
g) Pranata hukum
h) Pranata ekonomi
i) Pranata kesehatan
j) Pranata perawatan sosial
k) Pranata kesenian

2.2 Keluarga Sakinah, Mawadah Dan Rahmah


Keluarga adalah unut terkecil dari sebuah komunitas,biasanya terdiri dari
ayah,ibu dan anak. Sebagai unit terkecil, pembinaan keluarga menjadai sangat
penting karena disitulah pondasi awal pembangunan sebuah bangsa.Oleh karena
itu, sudah lumrah bahwa salah satu harapan dan cita-cita setiap insan adalah
mendapatkan sebuah keluarga yang skinah,mawaddah dan rahmah.
Konsep keluarga yang sakinah,mawaddah dan rahmah sebetulnya
merupakan konsep tatanan dan hubungan sosial yang harmonis dalam wujudnya
yang paling kecil . Menurut Quraish shihab,kata “litaskunu” yang diambil dari
kata dasar “sakana” yang artinya “diam”, tenang setelah sebelunya goncang.
Dari sini , rumah dalam bahasa arab dinamakan sakan karena dia
merupakan tempat memperoleh ketenangan-ketenangan batin karena hidup baru
sempurna setelah bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangan
nya.Allah SWT menciptakan dalam diri setiap makhluk dorongan untuk menyatu
dengan pasangannya apalagi masing- masing ingin mempertahankan eksistensi
jenisnya. Dari sisi Allah SWT menciptakan pada diri mereka naluri seksual. Bila
naluri ini tidak dipenuhi maka biasanya secara alamiyah jiwa akan terus begejolak
.Karena itu Allah SWT mensyari’atkan bagi manusia perkawinan ,agar kekacauan
pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan masing- masing memperoleh ketenangan.
Demikian antara lain ,makna dari liitaskunu ilaiha Kata mawaddah
mengandung arti cinta dan harapan. Dan juga bisa berarti kelapangan dan
kekosongan. Ia adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak
buruk. Sehingga kata ini bermakna cinta , tetapi ia adalah cinta plus. Menurut al-
Biqa’i, ia adalah “cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan,serupa
dengan kepatuhan sebagai hasil rasa kepada seseorang”. Firman Allah SWT QS:
al-Baqarah ayat 221-222
``Artinya: “ Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan
orang- orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.``
Makna yang hampir serupa, dengan makna mawaddah adalah rahmah
(sehingga disebut mawaddah wa rahmah), hanya saja rahmah tertuju kepada orang
yang membutuhkan atau orang yang lemahsedangkan mawaddah tidak demikian
halnya.Cinta yang dilukiskan dengan kata mawaddah harus terbukti dalam sikap
dan tingkah laku,sedangkan rahmah tidak harus demikian. Orang yang dihiasi
dengan mawaddah harus terbuki dalam sikap dan tingkah rela melakukan apa saja
demi kebaikan orang yang dicintainya, sehingga siapa saja yang dihiasi dengan
perasaain ini tidak akan pernah memutuskan hubungan , apapun yang terjadi.
Kesediaan seorang suami untuk membela istri sungguh merupakan suatu
keajaiban. Kesediaan seorang wanita untuk hidup bersama seorang lelaki,
meninggalkan orang tua dan keluarga yang membesarkanya dan mengganti semua
itu dengan penu8h kerelaan untuk hidup bersama seorang lelaki yang menjadi
suaminya, serta bersedia membuka rahasia yang paling dalam , semua itu adalah
hal-hal yang tidak akan mudah dapat terlaksana tanpa adanya kuasa Allah SWT
dalam hati suami istri yang hidup harmonis, kapan dan dimana manusia berada.
Pentingnya membina keluarga yang skinah,mawaddah dan rahmah tidak
bisa dilepaskan dari peranan islam sebagai agama sosial . Sebuah negara baru
akan menjadi baik manakah ia ditopang oleh unit-unit keluarga yang sehat
yangditandai dengan kehidupan yang harmonis.Maka dari itu, perhatian islam
terhadap kesempurnaan sebuah keluarga pada dasarnya dapat diartikan sebagai
perhatian islam terhadap sebuah tatanan masyarakat yang ideal dan bertamadun.
2.3 Peran Masjid dalam pembinaan umat
Dalam upaya memakmurkan masjid terdapat beberapa solusi program
kemasjidan agar masjid dapat berfungsi sebagai pembinaan umat diantaranya:
Pertama: Pengembangan Pola Kepemimpinan. Kepemimpinan sangat diperlukan
dalam dakwah, termasuk juga usaha memajukan kemakmuran masjid. Kiranya
kita menyadari bahwa setiap pribadi Muslim adalah sebagai pemimpin.
Sebagaimana Sabda Nabi SAW:
” Tiap-tiap kamu sekalian adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban” (HR.al-Bukhari).
Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa tiap-tiap pemimpin akan
dimintai pertanggungjawaban. Dalam masalah ini, kepemimpinan takmir masjid
harus dijiwai dengan ketulusan hati, semangat pengabdian kepada Allah SWT
serta memiliki sifat-sifat terpuji (akhlaqul karimah), sehingga pola kepemimpinan
dapat dijadikan panutan dan sekaligus sebagai pembimbing umat yang dapat
diteladani.
Kedua, Pengembangan Remaja Masjid. Remaja masjid sebagai penerus
cita-cita dan perjuangan Islam dan sekaligus sebagai kader umat, tentunya
keberadaannya sekarang ini adalah tergantung dari kemampuan kita dalam
meningkatkan pembinaan dan pengembangan sumberdaya insani dan potensinya
dalam rangka mempersiapkan harapan masa depan umat. Sebagaimana firma
Allah:
” Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan yang benar” (QS> an-
Nisa’:9).
Berasarkan firman Allah tersebut di atas, telah mempertegas
tanggungjawab kita dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan penangan
remaja masjid sebagai basis pengkaderan kepemimpinan umat, disamping itu pula
sebagai usaha pembekalan diri di antaranya dengan pelatihan-pelatihan dan
tanggungjawab dalam kegiatan masjid seperti PHBI, majlis taklim, TPA dan lain-
lainya.
Ketiga, Pengembangan Pendidikan. Pendidikan dilingkungan masjid perlu
terus dikembangkan dan ditumbuh-kembangkan dalam rangka membentuk pribadi
Muslim yang kaffah. Terutama dalam mempersiapkan kader pemimpin umat yan
handal. Dalam hal ini sungguh tepat apa yang dikatakan oleh sahabat Ali bin Abi
Thalib ra:
” Didiklah anak-anakmu sesungguhnya mereka dilahirkan untuk hidup pada
zaman yang berbeda dengan zamanmu”.
Dari kata bijak Ali bin Abi Thalib bahwa pendidikan diselenggarakan
dalam rangka meningkatkan kualitas iman, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) dan peningkatan semangat beramal shaleh, maka dengan
demikian titik berat penyelenggaraan pendidikan diletakkan pada setiap jenjang
dan jenis pendidikan, baik itu pendidikan formal seperti TK, SMP, SMU, MA
maupun non-formal seperti TKA,TPA, Madrasah Diniyyah, pengajian-pengajian
ataupun yang lainya. Akhirnya keberhasilan itu sangat ditentukan oleh
tanggungjawab para takmir dan jama’ah seluruhnya, serta terjalinya kerjasama
dengan lembaga pendidikan/instansi yang terkait secara terpadu dan terkoordinasi.
Keempat, Pengembangan Perpustakaan Masjid, Pengadaan perpustakaan
yang maksudkan adalah untuk meningkatkan kesadaran belajar dalam penguasaan
ilmu pengetahuan bagi para takmir masjid, para khatib, remaja dan seluruh
jamaah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat al-Alaq yang artinya:
’’ Bacalah dengan menyebut nama TuhanMu yang menciptakan. Dia telah
menciptkan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang
paling pemurah.......”
Dari firman Allah SWT tersebut memperjelas bagi kita bahwa
perpustakaan masjid diharapkan semakin meningkatkan minat baca jamaah,
sehingga jamaah tidak hanya memahami ilmu agama melainkan akan mengenal
berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian posisi masjid benar-benar menjadi pusat
penyebaran ilmu pengetahuan sekaligus sebagai motivasi dalam pembinaan umat,
baik dalam masyarakat, berbangsa dan gbernegara.
Kelima, Peningkatan Kesejahteraan Umat. Salah satu program kemasjidan
untuk mewujudkan kekhusyukan dan kedamaian ibadah, perlu ditingkatkan
upaya-upaya untuk menuju kesejahteraan sosial jamaah dan umat Islam
umumnya. Sehingga dalam hal ini akan terwujud keserasian dan keharmonisan
hidup, baik duniawi maupun ukhrawi. Sebagaimana firman Allah SWT:
” Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan
duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu dan jaganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi”
(QS. Al-Qashash: 77)
Dari firman Allah tersebut memberikan petunjuk kepada kita perlunya
usaha-usaha untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat berjalan
secara serasi. Dalam hal ini perlu mengoptimalkan penanganan dana Islam seperti
zakat, infaq, shdaqah, waqaf dan sumber dana tersebut diproyeksikan dalam usaha
produktivitas seperti BMT, koperasi serta lapangan kerja lainnya. Disinim dapat
dilihat bahwa masjid harus mampu mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan umat disekitar masjid.
Beberapa gambaran diatas, menurut hemat penulis untuk segera kita
lakukan dengan kenyakinan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan dengan iklas
dan memohon rindho Allah SWT pasti akan ada hasilnya. ”Jagan takut dan
jangan ragu Allah bersama kita”. Mari kita segera bangkit Kaum Muslimin....!

2.4 Ukhuwah Islamiyah


1. Pengertian Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berasal dari bahasa arab yang kata dasarnya adalah akh
yang berarti saudara, sementara kata ukhuwah berarti persaudaraan. Adapun
secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang
dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang
menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling
percaya terhadap saudara seakidah. Dengan berukhuwah akan timbul sikap saling
menolong,saling pengertian dan tidak menzhalimi harta maupun kehormatan
orang lain yang semua itu muncul karena Allah semata.
2. Dasar Hukum Ukhuwah Islamiyah
QS. Al-Hujrat ayat 10
ْ َ ‫إِنَّ َما ْال ًمؤْ ِمنُ ْونَ إِ ْخ َوة ٌ فَأ‬
َ‫ص ِل ُح ْوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُ ْوا هللاَ لَعَ َّل ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون‬

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah


kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian
mendapatkan rahmat.” (QS al-Hujurat :10).
َ َّ‫قوا َواذْ كـ ُ ُرو نِ ْع َمتَ هللا َعلَ ْي ُك ْم إٍذْ ُك ْنت ُ ْم أَعْـدَا ًء فَأَل‬
َ‫ف َبيْن‬ َّ َ‫ْتص ُمواْ بِ َح ْب ِل هللا َج ِم ْيعًا َوالَ تَف‬
ُ ‫ـر‬ ِ ‫واَع‬
ْ َ ‫قُلـُوبِ ُك ْم فَأ‬
‫صبَحْ ت ُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا‬
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allaah dan
janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas
kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah)
menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara.”
(QS. Ali Imran :103).

َ ُ‫عض ٌْوتَدَا َعى لَه‬


‫سا‬ َ ‫ط ِف ِه ْم َمث َ ُل ا ْل َج‬
ُ ُ‫س ِد ِإذَا ا ْشتَكَى ِم ْنه‬ ُ ‫َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِمنِينَ فِى ت ََو ادَّ ِه ْم َو ت ََرا ُح ِم ِه ْم َو ت َ َعا‬
‫س َه ِر َوا ْل ُح َّمى‬ َ ‫ئِ ُر ا ْل َج‬
َّ ‫س ِد ِبا ل‬

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling


mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu
anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya)
dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim).

‫ظ ِل ُمهُ َو َال يُ ْس ِل ُمهُ َو َم ْن َكانَ فِى َحا َج ِة أ َ َخيَ ِه َكانَ هللاُ فِى حا َجتِ ِه َو َم ْن فَ َّر َج َع ْن ُم ْس ِل ٍم‬ ْ َ‫ْال ُم ْس ِل ُم أ َ ُخو ْل ُم ْس ِل ِم َالي‬
‫ست ََر ُم ْس ِل ًما َست ََرهُ هللاُ يَ ْو َم ْال ِقيَا َمة‬ ْ ‫ب يَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة َو‬
َ ‫من‬ َ ‫ُك ْربَةً فَ َّر َج هللاُ َع ْنهُ ُك ْربَتً ِم ْن‬
ِ ‫كر‬

“Orang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak akan menganiayanya dan
tidak akan menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa ada didalam keperluan
saudarany amaka Allah ada didalam keperluannya. Barangsiapa menghilangkan
suatu kesukaran dari orang muslim, maka Allaah akan menghilangkan satu
kesukaran-kesukaran yang ada pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi
(aib) seorang muslim, maka Allaah akan menutupu (aibnya) pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
3. Hikmah dan Mamfaat Ukhuwah Islamiyah
Ada beberapa hikmah yang harus kita ambil pelajaran untuk menjalin
ukhuwah islamiyah dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga Allah SWT
senantiasa menurunkan berkah didunia ini antara lain :
a. Terciptanya solidaritas yang kuat antara sesame muslim.
Dengan adanya saling tepa selira, merasakan kebahagiaan ketika orang
lain bahagia dan meresakan kesedihan ketika orang lain ditimpa musibah,
akan membuahkan sikap solidaritas yang kuat diantara sesame muslim.
Seorang muslim akan lebih peduli dan memberikan perhatian yang lebih
kepada saudaranya sesame muslim. Dari sikap inilah Islam dan kaum
muslimin akan makin kuat dalam berbagai hal, termasuk secara ekonomi
sehingga terhindar dari jurang kemiskinan.
b. Terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.
Apabila seorang muslim mampu memberikan kasih sayang terhadap
muslim lainnya, dan kasih sayang itu diwujudkan dalam berbagai aspek
kehidupan, kita akan merasakan betapa nikmatnya kebersamaan sebagai
umat Islam dan bangsa yang kuat dan kukuh dan tidak muda di adu
domba yang sarat akan perpecahan. Apalagi dengan sikap ikhlas karena
mengharap ridha Allah.
c. Terciptanya kerukunan hidup antara sesame warga masyarakat.
Apabila seorang muslim mampu menghargai dan menghormai orang
laindalam berbagai hal, termasuk menghormati dan menghargai terhadap
adanya perbedaan, baik dalam hal bahasa, budaya, maupun pemahaman
agama yang sarat akan perbedaan mazhab dan pendapat, kita akan
merasakan betapa nikmatnya hidup rukun dalam sebuah perbedaan yang
dibingkai atas dasar ukhuwah Islamiyah dengan menganggap perbedaan
sebagai rahmat atas kasih sayang Allah kepada semua hamba-Nya.
2.5 Pluralistik Agama
Pluralisme agama adalah konsep yang mempunyai makna yang luas, yang
berkaitan dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan
dipergunakan dalam cara yang berlain-lainan pula.
Pandangan Islam Dalam Menyikapi Pluralisme Agama Islam adalah
agama yang damai dan dan sanggup hidup berdampingan dengan agama lain.
Islam mengakui kemajemukan agama, dan menghormati keberadaan mereka.
Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap ekseklusif, dalam
arti haram mencampur adukan aqidah dan ibadah umat islam dengan aqidah dan
ibadah pemeluk agama lain.
Al-Qur’an dalam memberikan pendidikan kesadaran terhadap pluralisme
agama terhadap umat manusia diantaranya tampak dari sikap-sikapnya sebagai
berikut :
1. Mengakui eksistensi agama lain (An-Nahl : 93).
2. Memberi hak untuk hidup berdampingan saling menghormati pemeluk
agama lain (Al-An’am : 108).
3. Menghindari kekerasan dan memelihara tempat-tempat beribadah umat
beragama lain (Al-Hajj : 40).
4. Tidak memaksakan kehendak kepada penganut agama lain (Al- Baqarah :
229).
5. Mengakui tentang banyaknya jalan yang dapat ditempuh manusia dan
pemerintah berlomba-lomba dalam kebajikan (Al- Baqarah : 148).
Bagaimana memaknai kebersamaan dalam pluralitas beragama?
Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak hanya
mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga harus terlibat memahami
perbedaan dan persamaan dan mencapai kerukunan dan kebersamaan. Bila dikaji
eksistensi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini di peroleh pengertian
bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada akunnya, tetapi pada
kebersamaannya.
Akibat yang ditimbulkan atas kesalahan dalam memaknai pluralisme
agama. Pluralisme menjadi polemik di Indonesia, perbedaan mendasar antara
pluralisme dan pengertian awalnya yaitu pluralism sehingga memiliki arti :
1. Pluralisme diliputi semangat religius, bukan hanya sosial cultural.
2. Pluralisme digunakan sebagai alasan pencampuran antar ajaran agama.
3. Pluralisme digunakan sebagai alasan untuk merubah ajaran suatu agama
agar sesuai dengan ajaran agama lain.
Bantahan terhadap pluralisme agama itu beranggapan bahwa semua agama
itu sama? Dalam beragama ada yang namanya perubahan keyakinan sesuai
dengan kuat-lemah dan benar-tidaknya. Dalam beragama harus ada keyakinan,
yang tidak yakin dengan kebenaran agama bukanlah orang yang beragama tetapi
seseorang yang berubah keyakinanya tetap, tidak keluar dari yang namanya
keyakinan. Meyakini kebenaran agama yang dipeluknya lalu menganggap agama
yang lainya salah, tidak ada hubunganya dengan pluralism dan juga tidak
bertentangan dengan pluralism. Pluralisme dalam arti berinteraksi aktif–positif
dalam kemajemukan, baik di saat adanya perbedaan keyakinan atau tidak.
Keyakinan bukan halangan untuk mewujudkan semangat kebersamaan.
Orang yang menganggap semua agama benar adalah orang yang
berkhianat terhadap keyakinan dan agamanya.sama artinya orang yang tidak
beragama orang beragama harus meyakini agamanya yang paling benar dan kitab
sucinya yang paling benar, jika ada kitab suci yang bertentangan dengan kitab
sucinya harus dianggap sebagai kitab suci yang salah. Perbedaan 3 yang kami
maksud adalah perbedaan dalam prinsip-prinsip keimanan seperti masalah
ketuhanan, kenabian, hari akhir.

2.6 Islam dan Politik


1. Fondasi Etis Sistem Politik Islam
Islam sebagai agama samawi yang komponen dasarnya 'aqidah dan
syari'ah, punya korelasi erat dengan politik dalam arti yang luas. Sebagai sumber
motivasi masyarakat, Islam berperan penting menumbuhkan sikap dan perilaku
sosial politik. Implementasinya kemudian diatur dalam syari'at, sebagai katalog-
lengkap dari perintah dan larangan Allah, pembimbing manusia dan pengatur lalu
lintas aspek-aspek kehidupan manusia yang kompleks.
Islam dan politik mempunyai titik singgung erat, bila keduanya dipahami
sebagai sarana menata kebutuhan hidup rnanusia secara menyeluruh. Islam tidak
hanya dijadikan kedok untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari
masyarakat semata. Politik juga tidak hanya dipahami sekadar sebagai sarana
menduduki posisi dan otoritas formal dalam struktur kekuasaan.
a. Prinsip Syura (Musyawarah)
Menurut bahasa, syura memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan
memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu [Mu’jam Maqayis al-
Lughah 3/226]. Sedangkan secara istilah, beberapa ulama terdahulu telah
memberikan definisi syura, diantara mereka adalah Ar Raghib al-Ashfahani yang
mendefinisikan syura sebagai proses mengemukakan pendapat dengan saling
merevisi antara peserta syura [Al Mufradat fi Gharib al-Quran hlm. 207].
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Al Quran telah
menceritakan bahwa syura telah dilakukan oleh kaum terdahulu seperti kaum
Sabaiyah yang dipimpin oleh ratunya, yaitu Balqis. Pada surat an-Naml ayat 29-
34 menggambarkan musyawarah yang dilakukan oleh Balqis dan para pembesar
dari kaumnya guna mencari solusi menghadapi nabi Sulaiman‘alahissalam.
Secara ringkas Fakhr ad-Din ar-Razy dalam Mafatih al-Ghaib 9/67-68
menyebutkan bahwa syura memiliki faedah antara lain adalah sebagai berikut :
o Musyawarah yang dilakukan nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan para
sahabatnya menunjukkan ketinggian derajat mereka (di hadapan nabi) dan
juga hal ini membuktikan betapa cintanya mereka kepada beliau dan
kerelaan mereka dalam menaati beliau. Jika beliau tidak mengajak mereka
bermusyawarah, tentulah hal ini merupakan bentuk penghinaan kepada
mereka.
o Musyawarah perlu diadakan karena bisa saja terlintas dalam benak
seseorang pendapat yang mengandung kemaslahatan dan tidak terpikir
oleh waliy al-amr (penguasa). Al Hasan pernah mengatakan,
‫ش ِد أ َ َم ِر ِه ْم‬
َ ‫َاو َر قَ ْو ٌم ِإ اَّل ُهدُوا ِِل َ ْر‬
َ ‫َما تَش‬
“Setiap kaum yang bermusyawarah, niscaya akan dibimbing sehingga mampu
melaksanakan keputusan yang terbaik dalam permasalahan mereka” [Al
Adab karya Ibnu Abi Syaibah 1/149].
o Al Hasan dan Sufyan ibn ‘Uyainah mengatakan, “Sesungguhnya nabi
diperintahkan untuk bermusyawarah agar bisa dijadikan teladan bagi yang
lain dan agar menjadi sunnah (kebiasaan) bagi umatnya”
o Syura memberitahukan kepada rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan
juga para penguasa setelah beliau mengenai kadar akal dan pemahaman
orang-orang yang mendampinginya, serta untuk mengetahui seberapa
besar kecintaan dan keikhlasan mereka dalam menaati beliau. Dengan
demikian, akan nampak baginya tingkatan mereka dalam keutamaan.
b. Prinsip Persamaan (Musawah: Equality)
Prinsip persamaan derajat (al musawah) adalah sikap seseorang yang
memandang bahwa dirinya adalah sejajar dengan orang lain. Memang ada
perbedaan di antara manusia akan tetapi perbedaan itu tidak lebih dari sekedar
penanda identitas antara satu dengan yang lain. Sikap al musawah sangat
diperlukan dalam pekerjaan keilmuan karena dengan demikian ia tidak
memutlakkan kebenaran sebuah pendapat karena betapapun kuatnya argument
sebuah pemikiran akan tetapi kebenarannya selalu bersifat relatif tergantung
kepada ruang dan waktu. Pada diri setiap manusia terdapat dua pilihan status yaitu
status karena ikatan primordial (ascribed status) yang diperoleh melalui asal usul
keturunan, warna kulit, suku bangsa.
c. Prinsip Keadilan (al-‘adalah; Justice)
Prinsip keadilan (al-’adalah) Adil adalah keseimbangan yang terdapat pada
diri seseorang yaitu antara hak dan kewajiban. Orang yang terlalu menonjolkan
hak berarti ia akan bersikap egois, otoriter, tidak suka menerima pendapat dari
orang lain. Pola berpikir yang demikian tidak sejalan dengan tuntutan demokratis
yang menjadi kebutuhan dalamn tata pergaulan sosial. Sebaliknya orang yang
hanya memikirkan kewajiban juga menjadi pribadi yang tidak seimbang karena Ia
melupakan bahwa dirinya, keluarganya mempunyai hak kepada dirinya.
Dalam teologi mu’tazilah, keadilan merupakan pokok aqidah kedua
setelah tauhid. Keadilan atau al’adl dalam teologi mu’tazilah mengandung dua
pengertian:
o Pertama, keadilan berarti perbuatan.
o Kedua, keadilan ang berarti pelaku perbuatan.
d. Prinsip Kebebasan (al-hurriyah; freedom)
Kebebasan dalam pandangan al-Qur’an sangat dijunjung tinggi termasuk
dalam menentukan pilihan agama sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang
dituntut oleh Islam adalah kebebasan yang bertangung jawab. Kebebasan disini
juga kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dalam konteks
kehidupan politik, setiap individu dan bangsa mempunyai hak yang tak terpisah
dari kebebasan dalam segala bentuk fisik, budaya, ekonomi dan politik serta
berjuang dengan segala cara asal konstitusional untuk melawan atas semua bentuk
pelanggaran.
Huriyyah adalah konsep yang memandang semua manusia pada
hakikatnya hanya hamba Allah saat, sama sekali bukan hamba sesama manusia.
Berakar dari konsep ini, maka manusia dalam pandangan Islam mempunyai
kemerdekaan dalam memilih profesi, dalam memilih wilayah hidup, bahkan
dalam menentukan pilihan agama pun tidak dapat dipaksa, sebagaimana firman
Allah dalam surat Al Baqarahayat 256: “tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (islam); sesungguhnya telah elas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barang siapa yang ingar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui” (Q.S.
Al Baqarah: 256 ).
2. Praktek Politik Islam dalam Sejarah
Dalam, islam, ngara didirikan atas dasar perinsip tertentu sebagaimana
digariskan oleh Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Prinsip pertama
adalah bahwa kekuasaan di alam sementara hakikatnya adalah milik Allah karena
Ia adalah Zat Pencipta. Daam keyakinan seseorang Muslim, hanya Allah SWT
saja yang wajib ditaati dan orang boleh ditaati bila Allah SWT memerintahnya.
Perinsip kedua, bahwa hokum islam ditetapkan Oleh Sunnah Nabi merupakan
penjelasan terhadap Al-Qur’an. Menurut ‘Abdullah Ahmed An-Naim, sumber
konstitusional paling otoritatif di bawah syari’ah adalah model negara Maidah
yang dibangun sendiri oleh Nabi dan diteruskn oleh empat khulafa al-Rasyidin,
yang disebut dengan generasi salaf.
Meskipun dengan fakta bahwa sistem politik Islam setelah masa Khilafa
al-Rasyidin sudah meninggalkan pelaksanaan penuh tatanan Islam itu dan
dianggap kembali kepada tatanan pra-Islam tetapi dapat ditegaskan bahwa antara
Islam dan politik itu tidak terpisah sama sekali, seperti pemahaman para sekularis
(kaum yang memisahkan antara etika agama dan negara), sebab dalam Islam
secara mendasar antara Islam dan politik mempunyain keterkaitan, dan
keterkaitan ini terutama dari segi etisnya, di mana sitem politik Islm selalu
mempertimbangkan nilai-nilai agama. Artinya, dalam kehidupan berpolitik yang
sebelumnya merupakan urusan duniaw tidak bisa dilepaskan dari tuntuta moral
yang tinggi, yakni agama. Menurutnya, berpolitik haruslah dengan standar akhlak
yang mulia, yang sekarang dikenal dengan istilah etika berpolitik sebagaimana
yang dengan sempurna dicontohkan pleh Nabi Muhammad SAW dan Khalifah
yang empat.
BAB III
KESIMPULAN

1. Memperkenalkan segi-segi kehidupan umat Islam yang berkisar pada


masalah sosial politik yang dapat melahirkan cara pandang yang terbuka dan
toleran namun kritis.
2. Konsep keluarga yang sakinah mawadah warrohmah sebetulnya merupakan
konsep tatanan dan hubungan sosial yang harmonis dalam wujudnya yang
paling kecil.
3. Dengan mengetahui peran masjid, umat Islam diharapkan memakmurkan
masjid dan mencintai masjid, dengan menjadikan masjid sebagai pusat dan
tujuan hatinya.
4. Ukhuwah Islamiyah yaitu persaudaraan sesama muslim yang maksudnya
perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih.
5. Pluralitas agama diterjemahkan sebagai keberadaan berbagai agama yang
dapat memunculkan kemungkinan-kemungkinan baik positif maupun
negatif.
6. Menurut Abu Zahra, prinsip pemerintahan Islam didasarkan pada 3 hal
pokok, yaitu keadilan atau prinsip syura, musyawarah atau prinsip
persamaan dan kepatuhan pada ulil amri.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.matapenainstitute.com/artikel/1-saatnya-memakmurkan-masjid.doc
http://www.ilmusaudara.com/2015/09/pengertian-dalil-dan-hikmahmamfaat.html#
http://www.slideshare.net/khomsyasholikha/ppt-agama-islam-kel14
https://muslim.or.id/6055-syura-dalam-pandangan-islam-dan-demokrasi.html
http://matanari.blogspot.co.id/2008/05/pandangan-keselamatan-agama-
pluralistik.html
https://dipanugraha.org/tag/pluralistik/
http://www.nu.or.id/post/read/50799/islam-dan-politik
http://arnimabruria.blogspot.co.id/2010/12/karakter-ajaran-agama-islam.html
http://susmiyulianasari.blogspot.co.id/2014/02/muruah-dan-hurriyah.html
http://perisaimakmur.blogspot.co.id/2012/01/prinsip-prinsip-kepemimpinan-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai