Makalah Sakramen Tobat
Makalah Sakramen Tobat
NAMA :
MARGARETH GWHYNIE AMANDA
LAURA ALEXA THE NALLEY
DAVID FREDERICK ONDOK
PETRUS ROBERTO DE NOBILLY
FLORIANUS E.G MELDY
KELAS : VIII-B
MAPEL : AGAMA
HARI / TANGGAL : SELASA, 16 MEI 2023
pembebasan dari hukuman kekal (siksa dosa abadi) yang disebabkan oleh dosa berat
pembebasan, setidaknya sebagian, dari siksa dosa sementara yang disebabkan oleh dosa
perdamaian (rekonsiliasi) dengan Gereja dan Allah, di mana peniten memperoleh
kembali rahmat yang sebelumnya hilang akibat dosa
kedamaian dan ketenangan batin, serta hiburan rohani (konsolasi)
meningkatkan kekuatan spiritual dalam perjuangan sebagai seorang Kristiani (salah
satunya yaitu tambahan kekuatan untuk menolak godaan berbuat dosa)
Pelayan sakramen
Pelayan yang sah
Pelayan Sakramen Rekonsiliasi, disebut juga "bapa pengakuan", adalah para imam
tertahbis yang sah; minimal adalah tahbisan tahap dua (presbiterat), diakon tidak dapat
memberikan pelayanan sakramen ini (Lihat: Sakramen Imamat). Sahnya absolusi dosa menuntut
bahwa pelayan sakramen ini memiliki, selain kuasa tahbisan, kewenangan melaksanakan kuasa
tersebut terhadap peniten. Kewenangan tersebut berdasarkan hukum atau dari otoritas
berwenang sesuai Kan. 969; jadi tidak semua imam tertahbis memiliki kewenangan untuk
melayani Sakramen Rekonsiliasi.[6]:966-969 Namun ada pengecualian bahwa jika peniten berada
dalam bahaya maut (kematian), setiap imam walaupun tanpa kewenangan dapat memberikan
absolusi secara sah.[6]:976-977
Pelayanan antar Gereja
Kitab Hukum Kanonik mengatur mengenai penerimaan Sakramen Rekonsiliasi antar Gereja, di
mana seorang pelayan Katolik dapat menerimakan sakramen ini kepada peniten dari:[7]:844[8]:991
Gereja partikular yang berbeda, yang dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma
Contohnya: seorang imam dari Gereja Katolik Roma dapat melayani peniten dari Gereja
Katolik Maronit, dan demikian juga sebaliknya.
Gereja Timur yang tidak dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik
Yaitu seandainya peniten tersebut memintanya dengan sukarela dan dalam keadaan
layak. Contohnya: seorang imam Gereja Katolik-Yunani Melkit dapat melayani peniten
dari Gereja Ortodoks Timur, sejauh syarat-syarat tersebut terpenuhi. Hal ini juga berlaku
kepada Gereja lain yang menurut penilaian Takhta Apostolik, sehubungan dengan
sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-Gereja Timur tersebut.
Umat Kristen lainnya yang tidak dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik
Yaitu seandainya ada bahaya kematian atau menurut penilaian uskup ada keperluan berat
yang mendesak. Syaratnya peniten tersebut memintanya dengan sukarela,
memperlihatkan iman Katolik sehubungan dengan sakramen ini, dan dalam keadaan
layak.
Praktik penerimaan
“ Siapa yang mengakukan dosa-dosanya, sudah bekerja sama dengan Allah. Allah
menggugat dosa-dosamu; jika engkau juga menggugatnya, engkau bergabung
dengan Allah. Manusia dan pendosa dapat dikatakan adalah dua kenyataan yang
berbeda: kalau berbicara tentang "manusia", Allahlah yang menciptakannya; kalau
berbicara tentang "pendosa", manusia itu sendirilah yang menciptakannya.
Hancurkanlah apa yang telah engkau ciptakan, agar Allah dapat menyelamatkan
apa yang telah Ia ciptakan. ... Kalau engkau mulai jijik terhadap apa yang engkau
ciptakan, berarti karya-karyamu yang baik telah dimulai, karena engkau mendakwa
dirimu sendiri atas karya-karyamu yang jahat. Awal mula karya-karya yang baik
adalah pengakuan akan karya-karya yang jahat. Engkau melakukan kebenaran dan
datang kepada Terang. ”
— St. Agustinus[1]:1458
Rahasia sakramental
Artikel utama: Meterai Pengakuan (Gereja Katolik)
Seorang bapa pengakuan, sebagai pelayan Sakramen Rekonsiliasi, tidak dapat membocorkan
rahasia pengakuan dosa (disebut juga "rahasia sakramental") sekecil apapun dan dengan cara
apapun. Kewajiban menyimpan rahasia sakramental juga berlaku pada penerjemah, jika ada, dan
semua orang lain yang dengan cara apapun memperoleh pengetahuan mengenai dosa-dosa dari
suatu Pengakuan Dosa.[6]:983 Seandainya bapa pengakuan secara langsung melanggar rahasia
sakramental ini maka ia terkena sangsi ekskomunikasi secara otomatis (latae sententiae), di
mana sangsi tersebut hanya dapat dicabut oleh Takhta Suci. Sementara bagi pelanggar tidak
langsung, penerjemah, atau orang lain yang disebutkan sebelumnya yang melakukan
pelanggaran rahasia sakramental dihukum sesuai bobot pelanggarannya dan juga dapat
dikenakan sangsi ekskomunikasi.[11]:1388