Anda di halaman 1dari 91

MODUL PELATIHAN

FLEBOTOMI KATAPENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat Ridho dan
Karunia-Nya, Modul Pelatihan Flebotomi Dasar untuk Ahli Teknologi Laboratorium
Medik (ATLM) dapat terselesaikan dengan bait Modul ini sebagai acuan dalam
penvelenggaraan pelatihan flebotomi terutama dalam hal kurikulum dan materi pelatihan.
Penyusunan modul ini merupakan salah satu wujud kongkrit dari Lembaga Diklat
Profesi ( LDP) Persatuan Ahli Teknologi Medik Indonesia (PATELKI) sebagai upava
untuk penyelenggaran pelatihan yang terstandar, sehingga diharapkan peserta diklat
pelatihan ini menghasilkan lulusan flebotomist yang kompeten.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait dalam
penyusunan modul ini terutama kepada seluruh jajaran pengurus LDP dan Pengurus
Dewan Pimpinan Pusat PATELKI yang telah mendukung baik berupa moril maupun
materiil sehingga modul ini ini dapat diselesaikan.
Kamipun menyadari bahwa penyusunan Modul Pelatihan Flebotomi Dasar ini
masih memiliki kekurangan_ Oleh karena itu, masukan, saran dan perhatian untuk
pengembangan modul ini sangat kami terima dengan tangan terbuka untuk kemajuan
ATLM dan PATELKI yang lebih baik lagi.

Jakarta, September 2018

Penyusun
DATTAR ISI
Ha la man
Bab 1. BLC
Bab 2. Etika Profesi ATLM
Bab 3. Aspek Hukum dan Perundang - L'ndangan
Bab 4. Kompetensi dan sertiflkasi Flebotomi
Bab 5. Anatomi Fisiologi Pembuluh Darab Manusia
Bab 6. Sistem Sirkulasi Darah manusia
Bab 7. Sistem hemostasis dan Koagulasi
Bab 8. Teknik Komunikasi Flebotomi
Bab 9. Teknik Flebotomi
Bab 10. Persiapan Flebotomi
Bab 11. Flebotomi dalam keadaan khusus dan penvulit
Bab 12. Quality Assurance Flebotomi
Bab 13. Penanganan dan Distribusi Spesimen
Bab 14. Trouble shooting Flebotomi

Bab 15. K3 dan Patient Safety


Bab 16. Praktek Lapangan
BAB I
BUILDING LEARNING COMMITMENT

Satuan Acara Pembelajaran /SAP


1. Kama Pelatihan
Pelatihan Flebotomi
2. Mata Pelatihan
Building Learning Commitmen (BLC)
3. AJokasi Waktu
1 JPL @45 menit (T: 1 jpl P: - jpl)
4. Deskripsi Smgkat
Mata diklat ini membahas tentang tujuan
pembelajaran, membangun komitmen belajar,
perkenalan, bina suasana
5. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta berkomitmen akan mengikuti dan mematuhi seluruh peraturan pelatihan

b. Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat:
1) Disiplin
2) Memiliki integntas terhadap tugas dan profesinya
3) Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan bila terjadi ketidaksesuaian 6. Pokok Bahasan sub
Pokok Bahasan:
1) Tujuan pembelajaran
2) Membangun komitmen belajar
3) Perkenalan sesama peserta pelatihan
4) Bina suasana pelatihan
U]_______ 7. Kegiatan Belajar Mengajar:
ULOKA MEDIA/
N TAHAPAN KEGIATAN S METOD ALAT
KEGIATA FASILIT AT OR PESERTA I E BANTU
0 N WAKT
(1) (2) 0) (4) U (5) (6) (7)
1 Pendahuluan 1. Memberi salam 10; CTJ, ModuL
Menjatvab salam
2. Memperkenalkan diri Brainstor Laptop,
Menyimak
3. Bina Suasana mins LCD,
Ikut aktivitas
4. Menguraikan Tujuan Pointer,
Menyimak
Pembelajaran Umum Slide
Menyimak
5. Tujuan khusus: presentasi,
Menyimak
6. Menvampaikan
Pokok Bahasan dan Menyimak
sub pokok bahasan Ikut aktivitas
7. Apersepsi 1
memotivasi

2 Penyajian 1. Menyampaikan Menyimak dan 30’ CTJ: Set


materi BLC menjawab Brainstor ruangan
Ikut aktivitas mins pelatiban
2. Simulasi Diskusi

3 Pemitup 1. Melaksanakan Menyimak & menjawab 5! CTJ


evaluasi Menyimak & menjawab
pembelajaran Menyimak
secara utnum
2. Membuat
rangkumankesimpula
n bersama peserta;
3. Menutup acara
dengan ucapan terima
kasih dan apresiasi
kepada peserta.
S. Evaluasi :
a. Peserta dapat mengikuti pelatihan dengan tertib dan semangat

9. Referensi

Jakarta ....................... : ..................


Narasumber
a. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan fmansial;
b. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi
c. Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.

1 Etika merupakan karakter individu, bahwa orang yang beretika adalah orang
yang baik a mdividu yang beretika.
1.3 Pengertian Profesional

Pekerjaan dengan yang dilakukan dengan keahlian dan tidak hanya


melakukannva sekedar hobby.
Orang yang profesional hams memiliki:
a. Pengetahuan; h. Penerapan keahlian;
c. Tanggung jawab sosial;
d. Pengeudalian diri;
e. Etika bermasyarakat sesuai profesinva

Profesional adalah orang yang memiliki pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki
kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta
mendasari perbuatannya atau seseoorang yang hidup dengan cara mempraktikan suatu
keterampilan atau keahlian tertentu dan terhbat dengan suatu kegiatan menumt keahliannya.
seorang profesional hams dapat bertindak objektif yang artinya bebas dari rasa
sentimeiL benci, malu maupun rasa malas dan enggan bertindak serta mengambil
keputusan

1.4 Prinsip- Prinsip Etika Profesi

a. Tanggung j awab terhadap pekerj aan dan hasilny a


b. Dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lam atau masyarakat pada umumnya
c. Keadilan a kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
d. Otonomi a kebebasan dalam menjalankan profesinya.

1.5 Pengertian Etika profesi

Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keselumhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama. (Anang UsmaiL SH., MSi.)
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau
lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
akuntan, pengacara medis. dokter, ATLM dan sebagainya

1.6 Kode Etik Profesi

Adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kode etik profesi auntuk mengatur moral suatu kelompok khusus organisasi melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
anggotanya.
Kode etik profesi ini berperan sebagai sistem norma, nilai, dan aturan profesional secara
tertulis yang dengan tegas menyatakan apa yang benar/ baik, dan apa yang tidak benar
tidak baik bagi seorang profesional. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat agar
seorang profesional bertindak sesuai dengan aturan dan menghindari tindakan yang tidak
sesuai dengan kode etik profesi.

Pentingnya Kode Erik Profesi:

a. Etika dapat dijadikan indeks kinerja a sistem kontrol


b. Etika aKode Etik, prinsip moral sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik
c. Perlu kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi

Fungsi Kode etik Profesi:

a. Pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan
a. Sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
b. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
2.8 Kode Etik ATLM

Sesuai keputusan Munas Nomor : 08/MUNAS YIIT5/2017 tentang :


Kode etik ahli teknologi laboratorium medik BAB I. Kewajiban umum
Pasal 1 : Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik hams menjunjung
tinggi, menghavati dan mengamalkan sumpah profesi Pasal 2 : Setiap
Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam
menyelenggarakan praktik profesinya hams berpedoman pada
standar profesi.
Pasal 3 : Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik hams menghormati hak-
hak pasien, hak-hak teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan
lainnya.

Bab II: Kewajiban Atlm Terhadap Profesi

Pasal 5 : Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban


menjunjung tinggi norma-norma dan mlai-nilai luhur dalam kehidupan
dalam penyelenggaraan praktik profesinya Pasal 6 : Setiap Ahli
Teknologi Laboratorium Medik senantiasa hams
melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik
profesi.
Pasal 7: Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannva wajib menuhki
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SEP)
BAB III: Kewajiban Atlm Terhadap Teman Sejawat Dan Profesi Lain
Pasal 10 : Setiap ATLM hams membina hubungan kerjasama yang baik dan salmg
menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya
dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan senantiasa berkualitas
tinggi.

BAB IV : Kewajiban Atlm Terhadap Pasien i Pemakai Jasa

Pasal 11: Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan hams bersikap adil dan
mengutamakan kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa
membeda-bedakan kedudukan, golongan, suku, agama, jenis
kelamin dan kedudukan sosial.
Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

NAMA MATA LATIHAN : Aspek Hukum dam Peraturan Penmdang-Undangan


KODE MATA LATIHAN : ___
BEBAN STUDI : 1 JPL
PESERTA PELATIHAN : TLM
DESKRIPSI MATA LATIHAN: Mata latihan ini menjelaskan tentang aspek hokum
dan peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman pelaksanaan flebotomi

TUJUAN : Peserta latih kompeten dan memiliki wawasan. sikap dan


perilaku yang mampu mengimplementasikan teen, konsep
dan prinsip-pnnsip aspek hukum dan peraturan
perundang- undangan dalam pelaksanaan flebotomi
SKEXARIO PELATIHAN
.ALO
NO TAHAPAN KEGIATAN K METO
KEGIATAN FASHJTAT OR PESERTA ASI DE
WAK
T
U ALAT
BANTU
0) P) £3) £4) (5) (7)
1 Pendahuluan 8. Memberi salam menjawab 10: CTJ. Modul.
9. Memperkenalkan diri salam Brainsto Laptop.
LCD. Pointer.
10. Bina Suasana Menyimak, rming Slide
11. Menyampaikan materI Aspek Hukum dan menjawab presentasi.
Peraturan Penmdang-Undangan Bolt Peat It, Kertas
Flebotomi Tujuan Pembelajaran Umum aktivitas
12. Menguraikan flip cart
dan Tujuan khusus Menyimak Setruangan
13. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub Menyimak aengolahan
pokok bahasan spesimen
14. Apersepsi / memotivasi
Menyimak
Menyimak

2 Penyajian 1. Menanyakan kepada peserta Menyimak 30: CTJ.


(Brainstorming) tentang Aspek Hukum dan Brainsto
dan
Peraturan Perundang-L’ndangan menjawab rming
Flebotomi tentang
2. Menjelaskan Menyimak, Diskusi
a. Hubungan Hukum Pada Pelavanan bertanya &
Kesehatan menjawab
b. Kedudukan Flebotomi dan Isu
Medikolegal dalam Pelavanan Menyimak
Kesehatan Menyimak
c. Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan
d. Kewenangan ATLM dal am Bertanya &
Pelavanan Kesehatan menjawab
e. PertanggungjawabanHukum ATLM
f. Perlindungan Hukum ATLM
3. Metnberi kesempatan teBSiS -----
peserta
4. Menjawab pertanyaan peserta

3 Penutup 4. Melaksanakan evaluasi pembelajaran Menyimak y CTJ


secara &
nmum menjawab
5. Membuat rangkumankesimpulan bersama Menyimak
peserta; &
6. Menutup acara dengan ucapan tenma menjawab
kasih dan apresiasi kepada peserta. Menyimak
BAS III
ASPEK HUKUM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

3.1 Pendahuluan
Perkembangan manusia sejak awal hingga sekarang selalu mengalami perubahan
kearah kemajuan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Demikian pula
termasuk perkembangam aturan atau hukum terus mengalami perubahan yang
disesuaikan dengan kemajuan jaman. Untuk itu: dalam suatu negara hukum sangat perlu
mengadakan pembangunan terutama di bidang hukum dan tidak boleh bertentangan
dengan tertib hukum yang lam yang telah ada sebelumnya.
Hukum merupakan suatu sistem atau tatanan asas-asas dan kaidah- kaidah hukum
yang tidak lepas dari masalah keadilan, maka definisi hukum positif yang lengkap adalah
sistem atau tatanan hukum dan asas-asas berdasarkan keadilan yang mengatur kehidupan
manusia di dalam masyarakat (Mochtar Kusumaatmadja, 2000).
Pembangunan kesehatan yang diamanahkan konstitusi merupakan salah satu bagian
dari upaya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tenvujud deraj at kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginva, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis, melalui upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia di bidang kesehatan secara luas dan menyeluruh. Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non
diskriminatif dan norma-norma agama.
Sebagai tenaga kesehatan yang melakukan pelavanan profesinya kepada
masyarakat, penting bagi ATLM untuk mengetahui apa tujuan mempelajari tlmu hukum
sebagai upaya untuk membentuk kepnbadian tenaga kesehatan yang mengacu pada mlai-
nilai tertentu. Dengan mengkaji dan memahami aspek hukum dan peraturan perundang-
undangan pada flebotomi maka ATLM akan mampu memenuhi ketentuan dalam
melakukan praktik flebotomi dan
menghindarkan dan kesalahan dan kelalaian sehingga mutu pelayanan dapat terpenuhi.

3.2 Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607)
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063)
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431)
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 Tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/PER/IIT2010 Tentang
Laboratorium Klinik
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370 Menkes/SK/IIL2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364.Menkes/SKTIL2003 tentang Laboratorium
Kesehatan

3.3 Aspek Hukum Dan Peraturan Perundang-l'ndangan Flebotomi


a. Hubungan Hukum Pada Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah hubungan segitiga antara tenaga kesehatan, pasien
dan sarana kesehatan. Melalui hubungan segitiga tersebut akan terbentuk hubungan
medik dan hubungan hukum. Hubungan medik dilaksanakan melalui upaya kesehatan
preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Sedangkan hubungan hukum yang
terbentuk antara ketiga komponen itu adalah hubungan antara subyek hukum dengan
subyek hukum.
Terdapat 2 kelompok dalam pelayanan kesehatan yang perlu terlibat yang dapat
dibedakan; yajjjjJ. Rio Christiawan.
1) Health Receivers, yaitu penerima pelayanan kesehatan. Yang tennasuk dalam
kelompok ini adalah pasien yaitu orang yang sakit, mereka yang ingin
memeliharameningkatkan kesehatannya, misalnya ingin di vaksinasi atau wanita
hamil yang memeriksa kandungannva.
2) Health Providers, yaitu pemberi layanan kesehatan. Contohnya medical Providers
yaitu dokter, bidan, perawat analisis, ahli gizi dan lain-Jain.
Pada kenyataannya penvelenggaraan upava kesehatan melibatkan dua pihak yaitu
pemberi pelayanan kesehatan dan penerima pelayanan kesehatan. Di sinilah terjadi suatu
hubungan hukum berupa transaksi terapeutik atau perjanjian penyembuhan atau transaksi
terapeutik antara kedua belah pihak. Pihak yang terlibat secara langusng dalam transaksi
terapeutik adalah dokter dengan pasien. Hubungan hukum adalah lkatan antara subyek
hukum dengan subyek hukum. Hubungan hukum ini selalu meletakkan hak dan
kesvajiban yang timbal balik: artinya hak subyek hukum yang satu menjadi ketvajiban
subyek hukum yang lain, demikian pula sebaliknya. Hubungan hukum di dalam bidang
hukum perdata dikenal sebagai perikatan (verbintenis).
Pasien sebagai obyek atas pelaksanaan suatu tindakan medis tidak lagi menjadi
pihak yang pasif dimana dahulu pasien hanva dihadapkan pada kondisi untuk meneriman
tindakan medis dari dokter atau tenaga kesehatan. Kesadaran pasien semakin lama
semakin tinggi, pada saat ini pasien memiliki hak untuk memilih tindakan medis yang
akan diterimanva guna untuk menyembuhkan penyakitnya. Hak yang dimiliki oleh
pasien pada saat mengakses pelayanan kesehatan terhadap dirinva akan menimbulkan
suatu perikatan atau perjanjian yang kemudian akan berhubungan dengan
pertanggimgjawaban dari pemberi pelayanana kesehatan yaitu tenaga kesehatan
menyangkut perjanjian penyembuhan.
Hubungan hukum kontrak terapeutik oleh undang-undang duntepretasikan
berbeda, walaupun secara prinsip hubungan hukum perjanjian terapeutik adalah sama
yaitu hubungan antara pasien dengan
tenaga medis dan atau tenaga kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa para pihak dalam kontrak terapeutik adalah pasien dengan
tenaga kesehatan. sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa para pihak dalam kontrak teurapeutik adalah
pasien dan dokter dokter gigi. Perjanjian terapeutik merupakan suatu kontrak yang dibuat
antara pasien dan dokter. dokter gigi atau tenaga kesehatan dalam upaya maksimal untuk
proses penvembuhan bagi pasien sesuai kesepakatan bersama dan pasien mempunyai
kewajiban untuk membiayai upaya penyembuhan tersebut.

b. Kedudukan Flebotomi dan Isu Medikolegal dalam Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan adalah segala upaya untuk mengadakan kegiatan pencegahan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan oleh pranata atau
lembaga sosial terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya (Benyamin Lumenta.
1989).
Pelayanan kesehatan (health care services) menurut Lavey dan Loomba adalah
setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok
dan ataupun masyarakat. (Azrul Azwar. 1995 dan Hendrojono Soewono. 2007)
Problematika pelayanan laboratorium kesehatan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Carraro P dan Plebani M 2007, dart 51.746 sampel yang dilakukan
pemeriksaan laboratorium terdapat 160 sampel yang terdapat kesalahan atau 0,47%.
Prosentase kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan di laboratorium kesehatan meliputi;
tahap pre analitik {Input) sebesar 61,0 % meliputi kesalahan pada proses administrasi,
preparasi sampel, persiapan pasien, tekmk dan distribusi, kemudian tahap analitik
(Proses) sebesar 15,0 % meliputi metode pemeriksaan, alat dan ketenagaan sedangkan
pada tahap pasca analitik {Out Put) sebesar 23,1 % meliputi administrasi (Carraro P,
Plebani M. 2007).
Tujuan flebotomi adalah memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk
pemeriksaan yang dibutuhkan. dengan memperhatikan pencegahan interferensi preanalisis,
memasukkannya ke dalam tabung yang benar: memperhatikan keselamatan (safety), dan
dengan sesedikit mungkm menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien. Dengan demikian
maka flebotomi merupakan bagian dari tahap pre analitik yang menjadi penentu dari kualitas
hasil pemeriksaan laboratorium.
Sistem pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini untuk tujuan
kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan oleh tim (team oriented). Dengan
sendirinya, pelayanan laboratorium akan selalu menjadi bagian integral dari pelayanan
kesehatan menveluruh dan seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting (crucial)
karena menempati posisi awal dalam rangkaian proses pemeriksaan tes laboratorium Posisi
awal ini berada dalam penngawasan program pemantapan mutu (fase pra- analitik) hasil
laboratorium sehingga salah benamya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi
mutu hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat merupakan andilmodal
dari tim laboratorium (mencakup juga flebotomis) dalam menunjang diagnosis dan
pemantauan penyakit.
Optimalisasi peran berbagai pihak dalam suatu perawatan kesehatan merupakan salah
satu hal yang masih terus dikembangkan saat ini. Istilah kolaborasi antar profesi (baca: tenaga
kesehatan) merupakan salah satu sistem yang terus dikembangkan agar pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang komprehensif. Berbagai definisi kolaborasi banyak dikemukakan,
diantaranya menurut Henderson (1991) yang mendefinisikannya sebagai kerjasama antara
tenaga kesehatan (Dokten Perawat tenaga kesehatan lain) dengan pasien dan keluarganya
untuk mencapai tujuan.
Pelayanan pemeriksaan laboratorium tidak saja melibatkan ATLM akan tetapi
melibatkan tenaga kesehatan lainnya mengingat keterbatasan jumlah ATLM dalam suatu
fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan flebotomi merupakan jaminan pelayanan prima dari
suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan memerlukan
kerja tim dan lintas sektoral untuk memenuhi efisiensi tanpa meninggalkan kualitas
pelavanan terhadap pasien. Untuk memenuhinya diperlukan suatu pengorganisasian.
Proses pengorganisasian dimaksudkan untuk membangun kerja sama yang baik
dan cara koordinasi agar menghindari pekerjaan yang sia-sia dan menghindari situasi
saling menghalangi. Penugasan pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
tertentu (tanggung jawab) dan keputusan yang tepat untuk melakukan upaya dalam
melaksanakan tugas tertentu (wewenang).
Tenaga kesehatan atau diluar ATLM yang akan melaksanakan kegiatan
flebotomi wajib mengikuti pendidikan, kursus atau pelatihan flebotomi yang diadakan
oleh PATELKI yang berhak dalam melakukan sertifikasi, berupa pemlaian bahwa
orang tersebut layak bekerja sebagai flebotomis. Sertifikasi ini akan dipandang
sebagai mlai lebih untuk lebih mudah mendapat pekerjaan dibanding mereka yang
belum mengikuti pelatihan. Flebotomis wajib memelihara kompetensi tersebut dan
harus berupava meningkatkan kemampuannya melalui pengalaman kerja yang cukup
serta mengikuti pendidikan & pelatihan terns menerus berkesinambungan, bekerja di
bawah pengawasan klinikal patologik sesuai dengan prosedur untuk menjamin
protocol yang benar.

3.4 Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan


Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upavapembangunan nasional yang
menyeluruh, terarah. terpadu dan berkesinambungan diwujudkan untuk memenuhi unsur
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Berbagai kegiatan vang dilakukan dalam rangka mencapai pembangunan kesehatan tidak
akan lepas dari dukungan sumber daya di bidang kesehatan. Begitu juga dengan peranan
sumber daya manusia bidang kesehatan, khususnya tenaga kesehatan sangat berpengaruh
terhadap kuahtas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan
arah tujuan pembangunan kesehatan, yaitu derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginva. Peningkatan kualitas atau mutu pelayanan
kesehatan sang at terkait dengan peningkatan mutu tenaga kesehatan sebagai pemberi
pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah sumber daya manusia yang bekerja di bidang kesehatan.
yang pekerjaannya dikategorikan sebagai profesi, yakni pekerjaan yang dikerjakan
berdasarkan pendidikan formal tertentu, yang mensvaratkan adanya registrasi dan
Pemermtah mengatur pemberian Surat Tanda Registrasi (STR) melalui ketentuan
perundang-undangan, demi peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh Tenaga Kesehatan. Registrasi tenaga kesehatan juga akan menciptakan efektifitas dan
produktivitas sekaligus sebagai perlmdungan hukum bagi masyarakat.
Pengertian registrasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan adalah pencatatan resmi
terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik dan atau pekerjaan keprofesiannya.
Registrasi Tenaga Kesehatan merupakan kewajiban setiap Tenaga Kesehatan, yang
berdasarkan kompetensinya dan kuahfikasinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan, untuk bertugas dan bertanggung jawab secara profesional,vang
dilakukan melalui Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia. Ketentuan itu mengatur antara lain
tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi; bentuk. tugas dan kewenangan Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia; perpanjangan STR dengan syarat dan ketentuan yang berlaku;
pembinaan dan pengawasan Tenaga Kesehatan yang dilakukan secara terpadu; Ketentuan
ini khusus untuk tenaga non medis.
Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan adalah bentuk formal dari pengakuan
kompetensi dan kualitas dan Tenaga Kesehatan non medis, untuk melaksanakan profesinya
secara am an, tertib dan bertanggung jawab. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya
disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Kesehatan
yang telah diregistrasi.
Berdasarkan pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan menvebutkan mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi
dan profesi harus mengikuti uji kompetensi secara nasional. Uji kompetensi itu sendiri
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama
dengan Orgamsasi Profesi, Lembaga Pelatihan. atau Lembaga Sertifikasi yang
terakreditasi. Uji komptensi ini ditujukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
yang memenuhi standar kompetensi kerja yang disusun oleh Organisasi Profesi dan
Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan ditetapkan oleh Menteri. Setelah
mahasiswa lulus uji kompetensi berhak mendapatkan Sertifikat Kompetensi yang
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi.
Untuk dapat menjalankan praktik sebagai tenaga kesehatan sebagaimana diatur
dalam pasal 44 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 wajib memiliki STR. STR
diberikan oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan setelah memenuhi persyaratan
yang meliputi memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan, sertifikat kompetensi atau
sertifikat profesi, surat keterangan sehat fisik dan mental, surat pemyataan telah
mengucapkan sumpah. janji profesi dan membuat surat pemyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
bahwa setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik dibidang pelavanan kesehatan
wajib memiliki izin dalam bentuk Surat Ijin Praktik. Tujuan pemberian SIP adalah
adanva kepastian hukum bagi tenaga kesehatan untuk melakukan praktik pelayanan
kesehatan. serta agar masyarakat terlmdungi dari praktik pelayanan kesehatan yang tidak
berkualitas.
Surat Ijin Praktik diberikan oleh pemerintah kabupaten'kota atas rekomendasi
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten'kota setempat. Sedangkan peraturan
yang bersifat teknis untuk SIP ATLM melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Izin dan Penvelenggaraan Praktik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik.

3.5 Kewenangan ATLM dalam Pelayanan Kesehatan


Ketvenangan Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menjalankan
tugas dan profesinya secara prinsip diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izm dan Penvelenggaraan Praktik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik. Peraturan Menteri ini sebagai peraturan teknis yang
diamanatkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
Secara ringkas pada Pasal 22 - 24 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan, bahwa Ahli Teknologi Laboratorium Medik merupakan tenaga kesehatan
maka dengan kualifikasi minimum yang dipersyaratkan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki,
wajib memiliki izin pemerintah, harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan. dan standar prosedur operasional.
Definisi tentang tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan din dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan. atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Berlakunva Undang-Undang ini memberikan svarat bahwa disebut tenaga
kesehatan apabila mempunyai kualifikasi mimmal Diploma in atau lulusan dari perguruan
tinggi.
Wewenang Ahli Teknologi Laboratorium Medik sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin Penvelenggaraan
Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik dibedakan menjadi wewenang Ahli Madya
Teknologi Laboratorium Medik dan wewenang Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium
Medik.
Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan atau
menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di laboratorium pada fasilitas
pelayanan kesehatan mempunyai kewenangan:
a. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan di laboratorium
b. Melakukan pengambilan dan penanganan spesimen darah serta penanganan cairan dan
jaringan tubuh lainnva
c. Mempersiapkan, memilih serta menguji kualitas bahan reagensian
d. Mempersiapakan, memilih, menggunakan, memelihara, mengkalibrasi, serta
menangani secara sederhana alat laboratorium
e. Memilih dan menggunakan metode pemeriksaan
f. Melakukan pemeriksaan dalam bidang hematologi, kimia klinik, imunologi,
imunohematologi, mikrobiologi, parasitologi, mikologi, virology', toksikologi,
histoteknologi, sitoteknologi
g. Mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu
h. Membuat laporan hasil pemeriksaan laboratorium
i. Melakukan verifikasi terhadap proses pemeriksaan laboratorium
j. Menilai normal tidaknya hasil pemeriksaan untuk dikonsultasikan kepada yang
bertvenang
k. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan
l. Memberikan informasi hasil pemeriksaan laboratorium secara analitis
* Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik dalam
menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan di
laboratorium pada fasilitas pelayanan kesehatan mempunvai kewenangan:
a. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium khusus dan canggih
b. Melakukan pengambilam penanganan serta menilai kualitas spesimen laboratorium
untuk pemeriksaan laboratorium khusus dan canggih
c. Mendeteksi secara dini bila muncul penyimpangan dalam proses pemeriksaan di
laboratorium
d. Menilai hasil pengujian kelaikan alat metode dan bahan reagensia (yang sudah ada dan
barn)
e. Melakukan pemeriksaan dalam bidang : kimia klinik (hematology biokimia, klinik,
imunologi dan imunohematologi), mikrobiologi (bakteriology parasitology mikology
virology'), diagnostik molekuler, biologi kedokteran, histoteknologi, sitoteknologi,
sitogenetik dan toksikologi klinik sesuai bidang keahliannya
f. Membuat laporan hasil pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bidang keahliannya
g. Melakukan validasi secara analitis terhadap hasil pemeriksaan laboratorium
h. Merencanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti program pemantapan mutu
laboratorium (internal dan ekstemal)
i. Merencanakan dan mengevaluasi program kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium
j. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program standarisasi laboratorium
k. Memberikan informasi secara analitis hasil pemeriksaan laboratorium khusus dan
canggih
l. Membantu klinisi dalam pemaiifaataii data laboratorium secara efektif dan efisieu
m. Merencanakan, melaksanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan laboratorium
n. Membimbing dan membina ahli madya teknologi laboratorium medik dalam bidang
teknik kelaboratoriuman.
Hukum melindungi kepentingan seseorang melalui cara mengalokasikan suatu
kewenangan atau kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kebutuhannya,
oleh karena itu tidak setiap kewenangan dalam masyarakat itu dapat disebut hak;
melainkan hanva kewenangan tertentu saja yaitu diberikan hukum kepadanya.

3.6 Pertanggungjawaban Hukum ATLM


Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa ’’setiap orang berhak atas kesehatan”. Hak atas kesehatan yang
dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Hal ini berarti bahwa. siapapun (untuk dapat hidup sehat) berhak
mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak yang wujudnya dapat berupa
pelayanan kesehatan yang am an, bermutu dan terjangkau dalam arti tidak meninggalkan
kualitas pelayanan. Pelayanan kesehatan di laboratorium kesehatan melibatkan pasien
dan tenaga kesehatan yaitu ahli teknologi laboratorium medik. Perbuatan yang dilakukan
oleh para pelaksana pelayanan kesehatan itu sebenamva merupakan perbuatan hukum
yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum.
Hubungan hukum selalu menimbulkan hak dan kewajiban yang timbal balik, hak
tenaga kesehatan menjadi kewajiban pasien dan hak pasien menjadi kewajiban tenaga
kesehatan. Keadaan itu menempatkan kedudukan dokter pasien pada kedudukan yang
sama dan sederajat. Hubungan tenaga kesehatan dan pasien adalah hubungan dalam jasa
pemberian pelayanan kesehatan. tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa pelayanan
kesehatan dan pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. terdapat hubungan
antara dua subjek hukum
yang ada di dalam lingkungan hukum perdata layaknya hubungan pemberi jasa yang
menjadi hak dan kewajiban yang timbal balik dari penerima jasa.
Analisis untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum menggunakan asas Lex
Spesialis Derogat Legi Generali., mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus
menyampingkan aturan hukum yang umum. Pertanggungjawaban hukum ATLM
menggunakan perspektif Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri
Kesehatan.
Istilah pertanggungjawaban berasal dari kata tanggungjawab. Dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah ”responsibility” dan istilah 'liability".
Kedua istilah ini menurut Pinto mempunyai pengertian yang berbeda, yaitu: Istilah
responsibility ditujukan bagi adanya indikator penentu atas lahimya suatu
tanggungjawab, yakni suatu standard yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam suatu
kewajiban yang harus ditaati. serta saat lahimya tanggungjawab itu. Sedangkan istilah
liability lebih menunjuk kepada akibat yang timbul dari akibat kegagalan untuk
memenuhi standard tersebut, dan bentuk tanggungjawab diwujudkan dalam bentuk ganti
kerugian dan pemulihan sebagai akibat dari terjadinya kerusakan atau kerugian.
Perbedaan antara istilah responsibility dengan liability juga dapat dilihat: Istilah
responsibility menunjukkan suatu standard penlaku dan kegagalan memenuhi standard
itu, sedangkan terminologi liability lebih menunjukkan kepada kerusakan atau kerugian
yang timbul sebagai akibat kegagalan didalam memenuhi standard dimaksud, termasuk
pula dalam hal ini untuk pemenuhan ganti rugi dan atau pemulihan (Pipin Syanfin dan
Dedah Jubaedah, 2005).
Sedangkan Prajudi Atmosudirjo mengatakan tanggung jawab dan
pertanggungjawaban dapat dibedakan dalam 3 (tiga) batasan, yaitu: responsibility,
accountability dan liability. Tanggung jawab dalam arti responsibility adalah tanggung
jawab yang berlaku antara bawahan dan atasan. Liability menunjukkan tanggung jawab
hukum atau tanggung jawab gugat. seperti halnva penvelesaian perkara melalui
pengadilan (hukum), sedangkan tanggung jawab accountability adalah
pertanggungjawaban yang dibuat oleh mereka yang menerima kuasa atau mendapat
kewenangan yang diterima
digunakan untuk kebaikan (kesejahteraan) mereka yang memberi kuasa (rakyat) (Prajudi
Atmosudirjo, 1987).
Konsep tanggung jawab dalam makna liability berarti berbicara tanggung jawab
dalam ranah hukum, dan biasanva diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab
keperdataan (Burhanudin Salam. 2002).
Dalam hukum keperdataan, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan
sebagai berikut (Janus Sidabalok, 2006) :
a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsur kesalahan,
b. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga,
c. Prmsip tanggung jawab mutlak.
Berdasarkan uraian tersebul dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab
dalam makna responsibility dengan tanggung jawab dalam makna liability pada
hakekatnya hanya terletak pada sumber pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum
ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu norma hukum, maka termasuk dalam
makna responsibility. dan sebaliknva, jika tanggung jawab itu telah diatur di dalam
norma hukum, maka termasuk dalam makna liability. Tanggung jawab hukum tenaga
kesehatan dimaksudkan sebagai keterikatan tenaga kesehatan terhadap ketentuan-
ketentuan hukum dalam menjalankan profesinya. Tanggung jawab hukum ini meliputi
tanggung jawab di bidang hukum perdata; tanggung jawab di bidang hukum pidana;
dan tanggung jawab di bidang hukum admimstrasi (Komalawati, Veronika, 1989).
Pertanggungjawaban hukum ahli teknologi laboratorium medik dapat dibedakan
berdasarkan bidang hukum itu sendiri vaitu secara hukum perdata, hukum pidana dan
hukum administrasi;
a. Pertanggungjawaban secara hukum perdata akan bersumber pada perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad) yaitu bahwa ahli teknologi laboratorium medik hams
bertanggung jawab atas kesalahannva yang merugikan pasien dan untuk mengganti
kemgian, selain itu ahli teknologi laboratorium medik hams bertanggung jawab atas
kemgian yang disebabkan oleh kelalaian dan kurang hati-hati dalam menjalankan
tugas profesionalnva. Selain itu adanya wanprestasi terkait dengan syarat sahnya
suatu perjanjian khususnya dalam hal pengambilan sampel darah (flebotomi) dimana
ahli teknologi laboratorium medik berhubungan langsung dengan pasien dalam
rangka memenuhi upava kesehatan bersama dokter (inspannings verbintenis)
meskipun dalam hubungan hukurn bukan bersifat langsung. Pertanggungjawabannya
dapat langsung atau menjadi tanggung gugat bersama dokter atau Balai Laboratonum
Kesehatan Yogyakarta sebagai instansi, tergantung pada jenis tindakan yang
dilakukan.
b. Sedangkan pertanggungjawaban hukum pidana akan bersumber terhadap persyaratan
untuk dapat dimintai pertanggungjawaban hukum yaitu (1) adanya perbuatan atau
tidak berbuat yang berdasarkan aturan tertulis.. (2) adanya kemampuan bertanggung
jawab. (3) adanya suatu kesalahan baik disengaja maupun lalai, (4) tidak ada unsur
pemaaf dan unsur pembenar, serta (5) kewajiban memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dan perijinan ahli teknologi laboratorium medik harus dalam bentuk Surat Ijin
Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik (SIP-ATLM). Bentuk
pertanggungjawaban adalah mandiri dan langsung.
c. Pertanggungjawaban hukum administrasi yaitu tanggung jawab ahli teknologi
laboratorium medik yang berkaitan dengan persyaratan administrasi bersumber dari
kewenangan yang diperoleh dan dihubungkan dengan fimgsi ahli teknologi
laboratorium medik dalam menjalankan praktik profesinva di laboratorium klinik.

3.7 Ptrlindungan Hukum ATLM


Perlmdungan hukum dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak
sesuai dengan aturan hukum. untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga
memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia (Setiono 2004).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perlmdungan hukum adalah perlindungan yang
diberikan dengan berlandaskan hukum dan perundang-undangan.
Perlmdungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat
ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUDNRI 1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa
mampu memberikan jamman perlmdungan hukum bagi semua orang, bahkan harus
mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan
keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan yang
mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap warga negara. Dalam
Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), konsep perlindungan hukum. yang tidak
lepas dari perlindungan hak asasi manusia, merupkan konsep Negara hukum vang
merupkan istilah sebagai terjemahan dari dua istilah rechstaat dan rule of law. Sehingga,
dalam penjelasan UUD RI 1945 sebelum amandemen disebutkan, “Negara Indonesia
berdasar atas hukum. (rechtsstaat). tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Muchtsstaaff’.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang
Izin Penvelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik mengatur adanya
hak dan kewajiban Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam penvelenggaraan
pelayanan kesehatan.
Hak Ahli Teknologi Laboratorium Medik
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi dan Standar Prosedur Operasional
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan Kesehatan
atau keluarganya
c. Menerima imbalan jasa dan atau tunjangan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
d. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakukan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan serta nilai-nilai
agama
e. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya
f. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang
bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik, Standar Pelayanan, Standar
Prosedur Operasional atau ketentuan peraturan perundang-undangan dan
g. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Kewajiban Ahli Teknologi Laboratorium Medik
a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan
Profesi, Standar Prosedur Operasional dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
penerima pelayanan kesehatan
b. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya atas
tindakan yang akan diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
d. Membuat dan menyimpan catatan dan atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan
dan tindakan yang dilakukan dan
Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang mempunyai
kompetensi dan kewenangan sesuai peraturan perundang- undangan.

3.8 KESIMPULAN
Flebotomis sebagai salah satu pelayan kesehatan yang berada di garis depan
pelayanan laboratorium hams melengkapi dirinya dengan kompetensi dalam bidangnya
dan mengerti aspek hukum dan etika, sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima.
Aspek hukum dan peraturan perundang-undangan dalam flebotomi mempakan hal yang
hams dipahami oleh ATLM sebagai jaminan dalam dalam melaksanakan praktik
flebotomi.
Ahli Teknologi Laboratorium Medik mempakan tenaga kesehatan maka dengan
kualifikasi minimum yang dipersyaratkan bervvenane untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berpegang pada tiga ukuran atau standar medik umum yaitu
kewenangan. kemampuan rata-rata dan ketelitian yang umum sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki. wajib memiliki izin pemerintah, hams memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional.
Undang-undang dan peraturan khusus untuk mengatur praktik pelayanan
flebotomis dan pelayan kesehatan lain diluar dokter dan dokter gigi di Indonesia, akan
memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi ATLM.

SOAL LALIHAN
1. Setiap tenaga kesehatan berhak melakukan tugas pelayanan kesehatan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Kewajiban apakah yang hams dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya?
A. Wajib melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
B. Wajib untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien
C. Wajib melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan keahliannya
D. Wajib mematuhi standar profesi dan melaksanakan tugas dengan baik
E. Wajib melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan keahliannya dan
menghormati pasien 2

2 Ahli Teknologi Laboratorium Medik adalah mempakan profesi kesehatan yang mulia
sehingga hams memenuhi berbagai kriteria. Manakah kriteria yang hams dipenuhi?
C. Pendidikan formal, ketvenangan dan keahlian
D. Pendidikan formal, kompetensi dan pelayanan
E. Pendidikan formal, kewenangan dan pelayanan

2. Merupakan suatu dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu yang bisa diperoleh


dari kegiatan pendidikan formal pendidikan berkelanjutan dan atau dari lembaga
pendidikan non formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi. Disebut apakah
pemyataan tersebut?
A. Surat E. Ijazah
C. Lisensi
D. Sertifikat
E. Sertifikasi

3. Merupakan proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau pihak yang
benvenang dalam bentuk surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Manakah yang merupakan pengertian dari
pemyataan diatas?
A. Ijazah
B. Lisensi
C. Absensi
D. Sertifikat
E. Registrasi

1. REFERZNSI
Ali Zainudin, 2006, Fils afar Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, him.27.
Azrul Azwar. 1995. Menjaga Mum Pelayanan Kesehatan : Aplikasi print ip Lingkaran
Pemecahan Masalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, him. 1. Benyamin Lumenta.
1989. Pelayanan Medis. Citra, Konflik dan Harapan, Kanisius, Yogyakarta. him. 15.
Burhanudin Salam. 2002. Etika Sosial, Asas dalam Kehidupan Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta, him.30.
Carraro P, Plebani M. 2007. Errors in a stat laboratory: types and frequencies 10 years
later : Department of Laboratory Medicine, Azienda Ospedaliera- Universita and
Azienda ULSS 16, Padova, Italy. Diunduh pada tanggal 20 September 2016
Hendrojono Soewono. 2007. Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktek Dokter
Dalam Transaksi Terapeutik, Srikandi, Surabaya, him. 100.
Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. PT Citra Adilya

A. Pendidikan formal, keahlian dan pelayanan


B. Pendidikan formal, kode etik dan pelayanan
Bakti, Bandung, him. 101.
Komalawati, Veronika, 1989, Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, him.102.
Mochtar Kusumaatmadja, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, hlm.45
Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Bani
Qurais}', Bandung, him. 124.
Prajudi Atmosudirjo, 1987, Beberapa Pandangan Umum Pengambilan Kepu.tu.san, Decision
making, Ghalia Indonesia, Jakarta, him 281 Rio Christiawan. 2003. Aspek Hukum Kesehatan
Dalam Upaya Medis Transplantasi Organ Tubuh. Yogyakarta : Universitas Atma Jay a
Yogyakarta. Llm. 1
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), 2004, Tesis Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm.3.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN /SAP

a. Nama Pelatihan : Pelatihan Flebotomi


b. Mata Pelatihan : Kompetensi dan Sertifikasi Flebotomi
c. Alokasi Waktu : 1 JPL @45 menit (T: 1 jpl P: - jpl)
d. Deskripsi Singkat : Mata diklat ini membahas tentang tujuan
pengertian kompetensi, sistematika pelatihan dan sertifikasi kompetensi
flebotomi
e. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum: Peserta dapat melakukan tindakan
flebotomi dengan baik dan sesuai prosedur Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat: memiliki integritas terhadap
tugas dan profesinya

g. Pokok Bahasan.sub Pokok Bahasan:


> Aspek hukum tindakan flebotomi
> Kompetensi dan kewenangan tindakan flebotomi
> Sertifikasi tindakan flebotomi
h. Kegiatan Belajar Mengajar:
ALOK MEDIA'
TAHAPAN KEGIATAN A MI TO ALAT
NO SI DE
KEGIATAN FASILITATOR PESERTA BANTU
WAKT
(1) P) (3) (4) U {3} (<5) (')
1 Pendahuluan • Memberi salam Menjawab salam 10= CTJ, ModuL
• Memperkenalkan diri Menyimak Brainsto Laptop,
• Bma Suasana Ikut aktivitas rmins LCD,
• Menguraikan Tujuan Menyimak Pointer,
Pembelajaran Umum Menyimak Slide
• Tujuan khusus : Menyimak presentasi
• Menyampaikan Pokok ,
Bahasan dan sub pokok Menyimak
bahasan Ikut aktivitas
• Apersepsi • memotivasi

2 Penyajian • Menyampaikan materi: Menyimak dan 30= CTJ,


• Aspek hukum tindakan menjawab Brainsto
. Set
flebotomi bagi ATLM Ikut aktivitas rmins
ruangan
• Kompetensi dan Diskusi pelatihan
kewenangan tindakan
f Lab Klinik Kimia Farma 39 ^ 1500 255
www.labkimiafarma.co.id
BAB IV
KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI FLEBOTOMI

Aspek hukum tindakan flebotomi bagi ATLM :


1. LTI Nakes
2. Permenkes

Kompetensi flebotomis meliputi:


1. Pemahaman dan pelaksanaan SOP
2. Persiapan peralatan dan pasien
3. Komunikasi
4. Menjaga kebersihan tempat kerja

PerUaku profesional:
1. Keinginan tulus dalam perawatan kesehatan (melayani, kestabilan emosi)
2. Tanggung jawab untuk melakukan dengan baik (sesuai SOP, tepat waktu, kesehatan diri)
3. Kinerja bennutu tinggi (meningkatkan ketrampilan, mengikuti perkembangan, raj in
bertanya ininta bantuan dalam situasi sulit, menghormati hak pasien)

Kinerja dan Penampilan


1. Sikap (posture) tubuh Posisi tubuh akan lebih stabil dalam posisi duduk daripada posisi
berdiri. Pasien juga sebaiknya dalam posisi duduk, sama tinggi dengan phlebotomis
2. Penampilan Kerapian diri dan busana (baju rapi, bersih, rambut rapi, muka cerah) simpati
komunikasi tidak terhalang kinerja baik

Hak Pasien
Memahami bahwa pasien berada dalam perlindungan petugas bertanggung jawab penuh atas
kesehatan, keselamatan dan martabat pasien:
1. Mendapat perlakuan perawatan yang baik, penuh perhatian (tanpa suku, JK,WN)
2. Mendapat penjelasan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dijalam
3. Penjelasan akurat tentang diagnosis, pengobatan dan prognosis
4. Mevakini kerahasiaan terjaga
5. Informed concent (hak menolak • harus ada ijin pasien atas perlakuan yang diberikan)
BAB V

TEKNIK KOMUNEKASIFLEBOTOMI

5.1 Pengerrian Komuuikasi


Berasal dari bahasa Latin : Communis, Communicatio, yang dalam bahasa Inggris
Common yang memiliki arti Sama.
mencapai kesamaan makna atau kesamaan arti (commonness).
Komunikasi diartikan penyampaian informasi dari seseorang ke orang lam Kemampuan
berkomunikasi menunjukan kemampuan mengirimkan pesan dengan jelas, manusiawi dan
efisien, dan menerima pesan-pesan secara akurat.
Komunikasi adalah bagian pentmg dan mempengaruhi orang lam untuk memperoleh apa
yang kita inginkan
Dalam komunikasi diperlukan pula kemampuan :
■ Cara berbicara (Talking) -> cara bertanya
■ Mendengar (Listening) -> termasuk memotong kalimat
■ Observasi -> agar dpt memahami yg tersurat
■ Menjaga sikap

5.2 Komunikasi Flebotomi


Menolong dan membantu serta meringankan beban yang di derita pasien (fisik. mental atau
jiwa) -> gangguan emosional (timbul perasaan sedih, takut dan lekas tersinggung)
Kesan lahiriab Flebotomist:
- keramah tamahan
- senyum yang penuh ketulusan
- kerapian berbusana
- sikap familiar
- cara berbicara (berkomunikasi) yang memberikan kesan menarik
- bertemperamen bijak. dan mencirikan seorang flebotomist yang berkepribadian
yang dibutuhkan dalam membantu proses penyembuhan bagi pasien
Pentmg bagi seorang flebotomist untuk menampilkan dirinya di depan klienpasien
sebagai pribadi sosok menyenangkan dan membuat pasien merasa
nvaman berhadapan dengannya, sehingga klieapasien memiliki kepercayaan dan
kebertenmaan yang tinggi atas tindakan yang akan kata lakukan.

5.3 Komunikasi Verbal


Komunikasi terhalang oleh:
a. Bahasa (bahasa yang dikenal, pasien anak perbendaharaan kata minim, hindari istilah
medik)
b. Gangguan pendengaran. pasien usia lanjut tidak lagi optimal kualitas suara
memadai.sesuai situasi pasien

5.4 Komunikasi Non Verbal


Bahasa tubuh (memegang peranan penting karena berlangsung terus menems, biasanya
lebih dipercava Bahasa Tubuh:
a. Ekspresi wajah (harus sejalan dengan pesan yang terkandung dalam komunikasi)
b. Senyum (dipastikan mengundang simpati) Wajah hambar, tegang hambat
komunikasi pasien malas menjawab atau jawab seadanya
c. Komunikasi face to face

Tatap wajah pasien sesering mungkin (merasa diperhatikan kehadirannya) meningkatkan


kepercayaan profesionalisme phlebotomis pasien terbuka.
Mata adalah jendela hati.
Pasien memahami mood phlebotomis dalam melayaninva.
Jika terkesan phlebotomis kurang berkenan, pasien juga bereaksi negatif.
Posisi mata phlebotomis hampir sama tinggi dengan pasien.
Bila pasien berbaring, sebaiknya phlebotomis dalam posisi duduk.

Sebelum melakukan tindakan flebotomi. petugas flebotouii harus :


• Mengucapkan Salam
• Perkenalkan din
• Persilahkan duduk
• Identifikasi yang benar (Nama, Tempat tanggal lahir, Nomor RM)
• Beri informasi tindakan yang akan kita ambil
Resiko yang mungkin terjadi, jangan membohongi pasien Bertanya tentang kondisi
saat ini -> puasa atau tidak: tenane, nyaman ?
Riwayat penvakit atau obat yang dikonsumsi
Perlihatkan etiket; label identitasnva pada sampel darah yg kita ambil Informasikan
tentang lama pemeriksaan L'capkan terimakasih

5.5 Identifikasi pasien


a. Wawancara (nama, tanggal lahir, nomor rekam medik) cross-check dengan identitas
formulir permintaan.
b. Catat kondisi pasien (puasa atau tidak. minum obat/ terapi obat, aktivitas berat)
c. Menyiapkan alat yang dibutuhkan Pemilihan ukuran spuit dan jarum, jenis lancet, jenis
tabung vacutainer, kapas alcohol, kapas kering dan plester, tomiquet.

5.6 Hambatan Komunikasi


a. Komumkator : wawasan terbatas, pesan tidak menarik. psikologis, tertutup, istilah tidak
dimengerti, salah pilih media jalur penyampaian
b. Media : terlau sedikit jalur media, noise, temperatur ruangan, jarak ruangan- space
c. Komunikan : kurang terampil, daya tangkap kurang, tidak fokus, banyak menerima
pesan, banyak menuntut

5.7 HakPasein
LX" Kesehatan No. 36 Tahun 200?
Pasal 8 : Setiap orang berhak memperoleh infotmasi tentang data kesehatan dirinva
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanva dari
tenaga kesehatan

UU Rumah Sakit No.44 Tahun 2009


Pasal 32. Hak Pasien diantaranva :
• memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
• memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan SPG;
• memperoleh layanan yang efektif dan efisien
• mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
• mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, dll
• memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh teuaga
kesehatan
• didampmgi keluarganya dalam keadaan kritis;
• menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar SPO baik secara perdata ataupun pidana;
• mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan

Undang - undang Praktik Kedokteran No.29 Tahun 2004 Pasal


50. Hak Pasien :
• Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu :
- Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
— Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
— Alternatif tindakan lain dan resikonva;
— Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan —
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
• Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
• Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
• Menolak tindakan medis:
• Mendapat isi rekam medis

Undang- undang Perlmdungan Konsumen No. 8 Tahun 1999


• Pasal 4 :
— Hak atas kenyamanan keamanan. dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan'atau jasa
— Hak memilih barang dan'atau jasa serf a mendapatkan barang dan atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang diianjikan
— Hak atas informasi yang benar, jelas. dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa — Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya
- Hak untuk mendapatkan advokasi, perlmdungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlmdungan konsumen secara patut
Hak mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
Hak diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
Hak untuk mendapatkan konpensasi. ganti rugi. dan atau penggantian apabila
barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
Berusaha dan beraktivitas tanpa ancaman pidana kekerasan Profesional
bekerja tanpa ditekan atau dipengaruhi pihak lain sesuai hak otouomi profesi
Memiliki hak & kewajibanyang syah
Bila diduga berbuat salah diberi peluane membela dm berdasaikan azas praduga tak
bersalah
BAB VI

ANATOMI DAN FISIOLOGI PEMBULUH DARAH MANUSIA

Organisasi tubuh manusia dan struktur yang terkecil sampai terbentuk mbuh manusia yang utuh.
Dari atom, molekul, selanjutnya membentuk organel sel yang akan tersusun menjadi sel. Sel-
sel yang berbeda akan membentuk organ tubuh yang akan bergabung dengan organ lain
membentuk sistem organ.

Rangka'tulang Penyangga
Otot Pergerakan

Saraf Pengendalian dan reflek


Endokrin Pengaturan metabolisme dan fimgsi sistem
tubuh lainnya
Sirkulasi dan limfatik Penyebaran c air an dan transportasi zat

Pemafasan pencemaan, saluran Asupan oksigen dan nutrisi, pertukaran dan kemih
pembuangan zat-zat sisa metabolisme.

Reproduksi Perkembang biakan

Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darahjantung dan pembuluh darah.


I. Darah
a. Bagian-bagian darah berupa bagian padat dan cair.
1) Sel-sel darah (bagian yg padat) : (45%)
a) Eritrosit (sel darah merah), 4-6 juta sel per mm3 darah
b) Leukosit (sel darah putih), 4500-11000 sel per mm3 darah
c) Trombosit (keping darah), 150000-450000 sel per mm5 darah
2) Plasma Darah (bagian yg cair)(55%)
a) Serum
b) Fibrinogen
b. FungsiDarah
Darah mempunvai fungsi sebagai berikut:
1) Meagedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah
2) Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan
oleh plasma darah, karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan
melalui ginjal.
3) Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan
oleh plasma darah.
4) Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah
5) Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih.
6) Menutup luka yang dilakuakn oleh keping-keping darah.
7) Menjaga kestabilan suhu tubuh.

2. Jantung
Jantung manusia dan hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruanean yaitu: bilik kanan, bilik
kiri, serambi kanan, serambi kiri. Pada dasamya sistem transportasi pada manusia dan
hewan adalah sama. Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak
di bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Berat jantung orang
dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang jantung
12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan ideal.
Struktur Pericardium dan Lapisan Jantung
a. Epikardium (lapisan terluar )
b. Myocardium (lapisan tengah), jaringan otot jantung yang paling tebal dari jantung dan
berfungsi sebagai pompa jantung dan bersifat involunter.
c. Endocardium ( lapisan terdalam ), lapisan tipis dari endotelium yang melapisi lapisan
tipis jaringan penghubung yang memberikan suatu batas yang licin bagi ruang-ruang
jantung dan menutupi katup-katup jantung /Endocardium bersambung dengan
endothelial yang melapisi pembuluh besar jantung
Bagian - bagian jantung
a. Atrium kanan menerima darah dari cava superior,cava inferior dan sinus koronarius.
b. Ventrikel kanan membentuk hampir sebagian besar permukaan depan jantung.
c. Atrium kiri membentuk sebagian besar dasar jantung.
d. Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel kanan mengandung
trabecula cameae dan mempunvai chorda tendinea yang dimana mengikat daun katup
bikuspid ke papillary muscle.
e. Katup atrioventrikuler, letaknya di antara atrium dan ventrikel. Katup atrioventrikuler terdiri
dari dua katup yaitu biskupid dan trikuspid,dan ketika katup atrioventrikuler terbuka daun
katup terdorong ke ventrikel.
f. Katup Semilunar terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal terletak pada
arteri pulmonalis memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. katup aorta terletak antara
aorta dan ventrikel kiri.

3. Pembuluh Darah
Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri, vena, dan kapiler (yang merupakan pembuluh
darah halus).
a. Pembuluh Nadi
Tempat agak ke dalam, dinding pembuluh tebal, kuat dan elastis. Aliran darah berasal
dari jantung, denyut terasa katup hanya disatu tempat dekat jantung. Bila ada luka darah
memancar keluar.
b. Pembuluh Vena
Dinding pembuluh tipis, tidak elastis dekat dengan permukaan tubuh (tipis kebiru-
biruan). Aliran darah menuju jantung, denyut tidak terasa, katup disepanjang pembuluh.
Bila ada luka darah tidak memancar. Sistem peredaran darah tertutup dan peredaran
darah ganda
c. Pembuluh kapiler
Dalam keadaan normal darah ada didalam pembuluh darah, ujung arteri bersambung
dengan kapiler darah dan kapiler darah bertemu dengan vena terkecil (venula) sehingga
darah tetap mengalir dalam pembuluh darah walaupun terjadi pertukaran zat, hal ini
disebut sistem peredaran darah tertutup.
BAB vn

SISTEM SIRKULASIDARAH MANUSIA

7.1 Fungsi system sirkulasi darah :

a. Membawa oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh manusia, dan
membawa kembali karbon dioksida dan zat-zat buangan lainnya dari sel-sel ke
organ-organ ekskresi seperti grnjal, paru-paru dan kulit.
b. Memandu proses koagulasi (pembekuan darah) pada waktu terjadi perlukaan.
c. Membantu melawan penyakit
d. Pengaturan pH, elektrolit serta mengatur suhu tubuh.

7.2 Komponen Darah

a. Volume darah orang dewasa Laki-laki 5 - 6 L dan perempuan 4 - 5 L .


b. Terdiri dari bagian cair disebut plasma dan bagian padat yang terdiri dari sel darah
merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit (Netrofil, Eosinofil, Basofil,
Monosit dan Limfosit), dan keping darah atau trombosit.
c. Plasma mengandung 92 % air dan sisanya adalah komponen yang larut di
dalamnya: Protein, elektrolit, Lemak, Glukosa, sisa metabolisme nitrogen dan
asam amino.
d. Dalam keadaan normal, bila darah dipisahkan antara bagian padat dan cair, terdiri
dari 55 % plasma dan 45 % bagian padat berisi sel-sel darah.
e. Bila darah disentrifugasi akan terbentuk tiga lapisan, lapisan atas adalah plasma
yang benvana kekuningan, tengah adalah lapisan putih (buffy coat) yang terdiri
dari leukosit dan trombosit, lapisan bawah berwama merah karena terdiri dari
eritrosit.

7.3 Jantung dan Pembuluh Darah

a. Jantung yang normal terdiri dari 2 serambi (kanan dan kiri) dan 2 bilik (kanan dan
kiri), antara serambi dan bilik sisi yang sama dihubungkan melalui katup.
2. Mempunyai dinding tipis. 2. Mempunyai dinding yang tebal
3. Jaringannya kurang elastis 3. Mempunyai jaringan yang elastis
4. Mempunyai katup-katup sepanjang jalannya 4.Katup hanva pada permulaan keluar dari
mengarah ke jantung. jantung
5. Tidak ada tempat untuk meraba aliran darah. 5. Arteri superfisial dapat menjadi tempat
untuk meraba denyut aliran darah.

Perbedaan ukuran pembuluh darah


Aoita : Tebal dinding 2 mm, Diameter lumen 2,5 mm, Luas penampang 4,5 m
Arteri : Tebal dinding 1 mm, Diameter lumen 0,4 cm, Luas penampang 20 cm
Arteriol : Tebal dinding 20 mikron, Diameter lumen 30 mikron, Luas penampang 400 cm
KapiJer : Tebal dinding
4.500 cm

Venul : Tebal dinding


4000 cm
Vein : Tebal dinding
Vena cava : Tebal dinding
BAB VIII

SISTEM HEMOSTASIS DAN KOAGULASI

8.1 Pengertian

Hemostasis adalah kemampuan alarm untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka
oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi,
adanya koordinasi dan endotel pembuluh darah.. agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood
fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk
thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang
mengalami kerusakan (vascular injury).

8.2 Fungsi hemostasis

a. adalah mekanisme tubuh yang berfungsi untuk menghentikan perdarahan akibat


perlukaan.

b. Mencegah perdarahan spontan.

c. Menjaga darah dalam kondisi tetap cair didalatn pembuluh darah

8.3 Mekanisme koagulasi darah pada svaktu perlukaan

a. Terjadi pembuluh darah mengkerut (vasokontriksi)

b. Pembentukan sumbat trombosit(sumbatan primer).

c. Pembentukan bekuan hemostasis fibrin.

d. Fibrinolisis

Ini bisa ada bagan kalau mau dilengkapi

8.4 Aktivasi Faktor-Faktor Koagulasi


Aktivasi factor-faktor koagulasi pada pembentukan sumbat hemostasis terdiri dari 3 fase
yaitu :
a. Fase Inisiasi
b. Fase Amplifikasi
c. Fase Propagasi
Penjelasan dan bagan ?
Aktifasi koagulasi
C'ontob - contob penyakit dan pemeriksaan hemostasis
BAB LX

TEKNIK FLEBOTOMI

.1 Instrument Flebotomi
Instmmentasi yang dipergunakan untuk flebotomi antara lain :
a. T abung Yakum
b. Tabung dengan Tutup Merab, Digunakan pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi,
Bank Darab (crossmatch).
a. Tabung dengan Tutup Warua Etnas, untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi
b. Tabung dengan Tutup Wama Hijau Terang ,( Plasma Separating Tube (PST) dengan
heparin Lithium) untuk pemeriksaan : Kimia
c. Tabung dengan Tutup Wama Ungu, (EDTA) untuk pemeriksaan : Hematologi (CBC) dan
Bank Darah (crossmatch); requires full draw - invert 8 times untuk mencegah
penggumpalan dan pembekuan darah.
d. Tabung dengan Tutup Wama Biru Terang. ( Natrium sitrat). untuk pemeriksaan : Tes
koagulasi (protime dan waktu protrombin), full draw required
e. Tabung dengan Tutup Wama Hijau (Sodium heparin atau heparin lithium)., untuk
pemeriksaan : tingkat lithium, menggunakan heparin natrium, level amonia,
menggunakan heparin natrium atau lithium
f. Tabung dengan Tutup Wama Biru Tua. (EDTA), digunakan untuk pemeriksaan : Test
Trace Elemen (seng, tembaga, timah, merkuri) dan toksikologi
g. Tabung dengan Tutup Wama Gray Terang,( Sodium fluoride dan kalium oksalat).
digunakan untuk pemeriksaan : Glucoses, requires full draw (may cause hemolysis if short
draw)
h. Tabung dengan Tutup Warna Kuning. (ACD (acid-citrate-dextrose)), digunakan untuk
pemeriksaan : HLA tissue typing, paternity testing, DNA studies
i. Tabung dengan Tutup Wama Kuning - Hitam (Kaldu campuran). digunakan untuk
pemeriksaan : Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur
j. Tabung dengan Tutup Wama Hitam. (Natrium sitrat (buffered)). Digunakan untuk
pemeriksaan : Westergren Sedimentation Rate; requires full draw
k. Tabling dengan Tutup Waraa Orange (Trombin). Digunakan untuk pemeriksaan : STAT
serum kimia
l. Tabung dengan Tutup Wama Coklat Terang (Sodium heparin). Digunakan untuk
pemeriksaan : Serum lead determination
m. Tabung dengan Tutup Wama Pink (Kalium EDTA). Digunakan untuk pemeriksaan:
Immunohematology
n. Tabung dengan Tutup Wama Putih (Kalium EDTA). Digunakan untuk pemeriksaan :
Molecular PC'R and bDNA testing
o. Spuit, Spuit digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi intravena dengan
volume tertentu
p. Tourniquet; Tourniquet digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah
pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomv. Tujuan pembendungan adalah
untuk fiksasr pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan
vena yang akan diambil. sehingga akan mempermudah proses penvedotan darah kedalam
spuit
q. Kapas alcohol; Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran
yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan
agar resiko infeksi bisa ditekan
r. Needle, Wing Needle; Ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara
vakum. Needle ini bersifat non fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta
container vacuum
s. Blood Container; Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara.
Ini biasa digunakan untuk pemeriksaan manual
t. Plester; Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga
membantu proses penvembuhan luka dan mencegah adanva infeksi akibat perlukaan atau
trauma akibat penusukan
u. Lancet; Merupakan jamm kecil disposable yang digunakan untuk pengambilan darah
kapiler dipermukaan kulit atau ujung jari pasien
.2 Prosedur Keija Seorang Flebotomy Autara Lain :
A. Persiapan
1. Persiapan Administrasi
Isi Formulir permintaan
a. Nama pasien lengkap
b. Tanggal lahir, jems kelamin
c. Alamat. No telp. No Hp
d. Tanggal / Jam pengambilan
e. Jenis tea
f. Nama pengambil bahan
g. No MR
h. Ruang
2. Persiapan Punks i
a. Pilili Tabung vacum yang sesuai
b. Beri label pada tabung
c. Persiapkan alat dan bahan sebelum punksi
3. Prosedur Higiene
a. CuciTangan
b. Gunakan sarung Tangan
4. Strategi Komunikasi
a. Mengucapkan salam
b. Melakukan pendekatan secara professional
b. Melakukan wawancara utk konfirmasi data pasien secara singkat dan lengkap
c. Memberi penjelasan tentang tujuan dan proses pengambilan bahan pemeriksaan
d. Memberi penvuluhan kesehatan
f. Mengucapkan tenmakasih.
5. Persiapan Pasien
Pasien dalamkeadaan tenang, rilek dan kooperatif dan motivasi : sakit sedikit, proses
cepat dan diben penjelasan perlu atau trdak untuk puasa.
6. Posisi Pasien
Pasien duduk atau berbaring dengan nvaman. Pada posisi duduk lengan diletakkan di atas
meja atau tempat tidur, dapat menggunakan bantal untuk memberikan posisi nyaman.
Pada posisi berbaring lengan diulurkan lurus dari bahu sampai
pergelangan tangan. Idealnya posisi pasien saat pengambilan sampel darah haius dicatat
Perbedaan posisi dapat mempengaruhi hasil.

7. PemiJihan daerah Punks i Vena


Vena yang tepat umtuk pengambilan darah : vena mediana cubiti (terbaik), vena cephalica
atau vena basilica (besar, elastis, bentuk lurus dan rang sang sakit kurang)
S. Pemasangan Touniqnet
Tormqut dipasang 2-3 inchi di atas vena yang akan dipungsi (5-10 cm/ 4-5 jari di atas vena
yang akan dipungsi). Pemasangan jangan terlalu kencang, tidak lebih dari 1 menit dan
apabila pungsi vena tertunda, sebaiknva dilepas terlebih dulu dan dipasang kembali sebelum
dilakukan pungsi
9. Desinfeksi daerah Punksi
Menggunakan kapas atau kasa yang mengandung alkohol 70%. Cara pembersihan harus
diperhatikan. Ditunggu sampai alkohol kering sebelum dilakukan pungsi.
a. Pegang spuit menggunakan tangan kanan
b. Periksa jarum: pegang spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal
jarum
b. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri di atas pembuluh darah supava
pembuluh darah tidak bergerak
c. Kedalaman jarum masuk pembuluh darah sekitar 1 - 1,5 cm
d. Tusukkan ujung jarum pada vena yang dikehendaki dengan sudut 15-30 deraj at
e. Bila darah sudah tampak mengalir kedalam spuit, fiksasilah
f. Lepas tomiquet segera setelah darah mengalir, lalu isi spuit sejumlah yang
dikehendaki.
g. Letakkan kapas kering pada tempat pungsi, jarum ditarik pelan-pelan.
h. Lepaskan jarum dari sempritnya dan alirkan kedalam tabung yang tersedia melalui
dindiuenva
B. Pengambilan Dai ah Vena menggunakan Vacutainer
1. Pegang jarum pada bagian tutup yang benvarna dengan satu tangan, kemudian putar
dan lepaskan bagian benvarna putih dengan tangan lainnya
2. Pasangkan jarum pada holder, biarkan tutup yang benvarna tetap pada jarum
3. posisi pungsi telah siap, lepaskan tutup jarum yang benvarna. Lakukanlah pungsi vena
seperti biasa
4. Masukkan tabling ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan tengah pada pinggiran holder
dan ibu jari pada dasar tabung mendorong tabung sampai ujung holder
5. Lepaskan tourniquet saat darah mulai mengalir ke tabung
6. Bila kevakuman habis maka pengaliran darah akan terhenti secara otomatis
{Ratnaningsih 2009)

C. Order of drau
D. Pasca Phlebotomi
1. Membuang jarum bekas ke dalam disposal container khusus untuk jarum
2. Memberi label identitas sample pada masing-masing tabung vakum
3. Memperhatikan petunjuk khusus specimen
4. Mengucapkan ucapan terimakasih kepada pasien
5. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan antiseptic
6. Mendistribusikan specimen sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

E. Macam desinfektans dan karakteristiknya


F. Gambar teknik phlebotomy
BAB X
FLEBOTOMI DAL AM KEADAAN KHUSUS DAN PENYULIT

Satuau Acara Pembelajaran /SAP

1. Nama Pelatihan Pelatihan Flebotomi Dasar


2. Mata Pelatihan Flebotomi dalam keadaan khusus dan Penyulit
3. Alokasi Waktu 2 JPL @45 menit (T: 2 jpl P: jpl)
4. Deskripsi Singkat Mata diklat ini membahas tentang flebotomi dalam
keadaan khusus dan Penyulit
5. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan flebotomi pada keadaan
khusus dengan benar
b. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat:
• Melakukan flebotomi pada pediatric
• Melakukan flebotomi pada geriatri
■ Melakukan flebotomi pada pasien dengan kondisi khusus ( luka bakar, rawat inap
ICU )
• Melakukan flebotomi pada arteri (AGD ), perifer (POCT)
6. Pokok Bahasan'sub Pokok Bahasan:
a. F lebotomi pada pediatric
b. Flebotomi pada geriatri
c. Flebotomi pada pasien rawat inap, luka bakar
d. Flebotomi pada arteri, perifer
7. Kegiatan Belajar Mengajar:
ALOKA MEDIA/
TAHAPAN KEGIATAN SI METOD ALAT
NO BANTU
KEGIATAN FASILITATOR PISEKTA WAKT E
U
(1) (2) (3) 0) (3) (6) (?)
1 Pendahuluan 1. Memberi salam menjawab 7: CTT vfodul,
2. Memperkenalkan diri salam Brainstor .aptop, LCD,
3. Bina Suasana Menyunak, mins 3ointer. Slide

4. Menyampaikan materi menjawab iresentasi,


flebotomi pada keadaan Ikut aktivitas
khusus Menyimak
5. Menguraikan Tujuan Menyimak
Pembelajaran Umum
6. Tujuan khusus : Menyimak Post It, Kertas
7. Menvampaikan Pokok Menyimak
flip call
Bahasan dan sub pokok
bahasan
8. Apersepsi / memotivasi

2 Penyajian 1. Menanyakan kepada Menyimak 30: CTI


peseita (Brainstorming) dan Brainsto
tentang flebotomi pada menjawab rming
keadaan khusus yang Menyimak, Diskusi
sudah dilakukan ditempat bertanva &
kerja masing - masing menjawab
2. Menjelaskan tentang
bagaimana
> Flebotomi pada Menyimak
pediatric
> Flebotomi pada Menyimak
geriatric
> Flebotomi pada
pasien rawat map, Bertanva &
luka bakar menjawab
> Flebotomi pada
arteri dan perifer

a. Memberi kesempatan
bertanva kepada peserta
b. Menjawab pertanyaan
peserta

2 Peuutup 1. Melaksanakan evaluasi Menyimak & 8: CTJ


pembelajaran secara menjawab
umum Menyimak &
2. Membuat rangkuman menjawab
kesimpulan bersama Menyimak
peserta;
3. Menutup acara dengan
ucapan terima kasih dan
apresiasi kepada peserta.
9. Evaluasi :
c. Peserta dapat menjelaskan dan melakukan flebotomi pada keadaan khusus
dan Penyulit

10. Referensi :
Permenkes No.43 tahun 2015.

Jakarta

Naraiumber

f Lab Klinik Kimia Farma 67


FLEBOTOMIDAL AM KEADAAN KHTJSUS DAN PENVULIT
Bab X

Faktor penvulit pada proses pengambilan darah

a. Pasien
b. Kondisi klinis

A. Klasifikasi pasien:
1. Pediatric
2. Geriatic
B. Kondisi klinis
1. Lukabakar
1. Kemoterapi
3. Hemodialisa
4. Perawatan ICU

Pengambilan darah :

1. Vena
2. Arteri
3. Perrier
BAB XI

MUTT PELAYANAN (QUALITY ASSURANCE) FLEBOTOMI

Satuan Acara Pembelajaran /SAP


1. Nam a Pelatihan : Pelatihan Flebotomi Dasar
2. Mata Pelatihan : Mutu Pelayanan Flebotomi (Quality' Assurance)
3. Alokasi Waktu : 1 JPL @45 menit (T: 1 jpl P: -jpl)
4 Deskripsi Singkat : Mata diklat ini membahas tentang Penjaminan mutu flebotomi
Tujuan Pembelajaran
5. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu mengimplementasikan K3 dan Patient Safety'
dalam kegiatan operasional laboratorium sesuai prosedur
SOP

Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat:
1. Mengetahui dan memahami prinsip - prinsip QA
2. Mengatahui komponen QA
3. Memahami kegiatan dan kesalahan pada proses pra analitik
4. Melakukan QCI pada proses pra analitik khususnya di flebotomi

6. Pokok Bahasan sub Pokok Bahasan:


a. Pengenalan prinsip - prinsip QA
b. Komponen QA yang terkait dengan pra analitik
c. Kegiatan dan kesalahan apa saja yang teijadi di pra analitik
d. Implementasi QCI pra analitik
7. KegiatanBelajarMengajar:
MEDIA/
N TAHAPAN KEGIATAN ALOKA METO ALAI
0 KEGIATAN FASILITATOR PESERTA SI DE BANTU
WAKTU
(1) (2) (3) (4) (3) <«) (?)
1 Pendahuluan a_ Memberi salam menjawab 155 CTJ; ModuL
b. Memperkenalkan diri salam Brainst Laptop, LCD,
c. Bina Suasana Menyimak, orming Pointer, Slide
d. Menyampaikan materi quality menjawab Ikut presentasi,
assurance aktivitas
e. Menguraikan Tujuan Menyimak
Pembelajaran Umum Menyimak Post It, Kertas
f. Tujuan khusus : flip cait
g. Menvampaikan Pokok Bahasan dan Menyimak
Menyimak
sub pokok bahasan
h. Apersepsi memotivasi

2 Peuyajian a. Menanyakan kepada peserta Menyimak 20; CTJ:


(Brainstorming) tentang dan Brainst
implementasi QA dan QC pra menjawab orming
analitik (flebotomi) yang sudah Menyimak, Diskusi
dilakukan ditempat kerja masing - bertanya &
masing menjawab
b. Menjelaskan tentang bagaimana
> Proses QA
> Kesalahan pra analitik dan Menyimak
> Proses QC pada flebotomi
> Tindakan perbaikan dan Menyimak
pencegahan bila terjadi
ketidaksesuaian
Bertanya &
c. Memberi kesempatan bertanya menjawab
kepada peserta
d. Menjawab pertanvaan peserta

3 Penutup 4. Melaksanakan evaluasi Menyimak & 10; CTJ


pembelajaran secara umum menjawab
5. Membuat rangkuman kesimpulan Menyimak &
bersama peserta; menjawab
6. Menutup acara dengan ucapan terima Menyimak
kasih dan apresiasi kepada peserta.

8. Evaluasi :
Feserta dapat menjelaskan dan melakukan kegiatan QC pada pra analitik Peserta
dapat melakukan kegiatan perbaikan dan pencegahan apabila terjadi
ketidaksesuaian

11. Referensi :
Permenkes No.43 tahun 2015.

Buku kewaspadaan Universal

Jakarta ............................;
BAB XI

MUTU PE LAY AVAN FLEBOTOMI

Konsep Dasar Mutu Pelayanan

a. Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki aiti dalam bahasa Inggris quality
artinya taraf atau tmgkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai
kebaikan suatu hal.
b. Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan,
bukan ketetapan insmyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman
nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukumya, mengharapkannya,
dijanjikan atau tidak, sadar atau hanva dirasakan, operational teknik atau subyektif sama sekali
dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif:.
c. Mutu produk dan jasa adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan
dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa
pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu dengan harapajn pelanggan

Beberapa pendapat tentang mutu :


1. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuanva untuk memberikan kebutuhan kepuasan (American
Society7 for Quality7 Control).
2. Mutu adalah “.Fitness for Use", atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M.Juran).
3. Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persvaratan (The conformance of
requirements- Philip B. Crosby).

Menurut, Philip B. Crosby, ada “empat hal yang mutlak (absolut)" menjadi bagian integral
dari manajemen mutu, yaitu bahwa :
1. Definisi mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan (The Definition of Quality is
conformance to requirements).
2. Sistem mutu adalah pencegahan (The system of quality is prevention).
3. Standar penampilan adalah tanpa cacat (The performance standard is Zero Defects).
4. Ukuran mutu adalah harga ketidaksesuaian (The measurement of quality is the price of nonconformance).
Standar-standar Mutu
Standar produk dan jasa terdiri dari:
a) Kesesuaian dengan spesifikasi
b) Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat
c) Tanpa cacat (Zero Defects)
d) Selalu baik sejak atval

Standar pelanggan terdiri dari:


a) Kepuasan pelanggan
b) Memenuhi kebutuhan pelanggan
c) Menyenangkan pelanggan

Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 1997) aspek-aspek mutu atau kualitas


pelayanan adalah :
a. Keandalan (reliability)
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan, jujur, am an, tepat waktu, ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan
kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannva dengan waktu.
b. Ketanggapan (responsiveness)
Yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu konsumen dan memberikan
pelayanan itu dengan tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat memperhatikan dan
mengatasi kebutuhan-kebutuhan
c. Jaminan (assurance)
Mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercava yang dimiliki
pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri
dan memmbulkan keyakinan kebenaran (obvektif).

d. Empati atau kepedulian (emphaty)


Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komumkasi yang baik dan memahami
kebutuhan konsumen yang tenvujud dalam penuh perhatian terliadap setiap konsumen,
melavani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi konsumen, berkomunikasi
yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh simpati.
e. Bukti langsung atau berujud (tangibles)
Meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawan kebersihan (kesehatan), ruangan baik teratur rapi,
berpakaian rapi dan harmonis: penampilan karyawan atau peralatannya dan alat koinunikasi.

Trilogi Juran:
1. Perencanaan Mutu (Quality Planning,)
Suatu mutu seharusnva direncanakan atau dirancang, yang terdiri atas tahap-tahap sebagai
berikut:
£3 Menetapakan (Identifikasi) siapa pelanggan
£3 Menetapkan (identifikasi) kebutuhan pelanggan
£3 mengembangkan keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan.
£3 mengembangkan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk £3
Mengarahkan perencanaan ke kegiatan-kegiatan operasional

2. Pengendahan Mutu (Quality: Control)


Kontrol mutu adalah proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan atau perubahan segera
setelah terjadi. sehingga mutu dapat dipertahankan.

Langkah Kegiatan yang dikerjakan.. antara lain :


£3 Evaluasi kinerja dan kontrol produk £3 Membandingkan kinerja aktual terhadap tujuan
produk.
£3 Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan mutu vang ada

3. Peningkatan Mutu (Quality Improvement)

Peningkatan mutu mencakup dua hal vaitu :


1. Fitness for use
2. Mengurangi tingkat kecacatari dan kesalahan
Kegiatan-kegiatan Peningkatan Mutu :
£5 Mengadakan inirastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan
mutu. £5 Identifikasi apa yang perlu ditingkatkan dan proyek peningkatan
mutu.
£5 Menetapkan tim proyek
£5 Menyediakan tim dengan number daya. pelatihan. motivasi untuk :
a. Mendiagnose penyebab
b. Merangsatig perbaikan
c. Mengadakan pengendalian agar tetap tercapai perolehan

Tujuan dan fuugsi Quality Assurance


Konsep mutu , pengenalan TQM ; factor - factor dalarn TQM
Bagaiinana aplikasi TQM dalam flebotomi
Tinjauan mutu flebotomi :
1. Internal
2. ek sternal
Monitoring dan evaluasi dalam setiap proses flebotomi Monitoring dan
evaluasi dalam proses pengolahan sampel Kepuasan pelanggan sebagai
indikator mutu
BAB XII

PENANGANAN DAN DISTRIBUSISPESIMEN

Satuan Acara Pembelajaran /SAP


1. Nama Pelatihan Pelatihan Flebotomi Dasar
2. Mata Pelatihan Penanganan dan Distribusi Spesimen
3. Alokasi Waktu 3 JPL @45 menit (T: 1 jpl P: - jpl)
4 Deskripsi Singkat Mata diktat ini membahas tentang penanganan,
pengiriman penyimpanan dan pendokumentasian
spesimen
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan dokumentasi
specimen dengan benar sesuai prosedur / SOP
Tujuan Pembelajaran Khusus :|
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat:
1 .Melakukan Pengelolaan spesimen
2_Melakukan Pengiriman spesimen
3. Melakukan Penyimpanan spesimen
4. Melakukan Pendokumentasian spesimen

6. Pokok Balias an; sub Pokok Bahasan;


a. Pengelolaan spesimen
b.Pengiriman spesimen
c. Penyimpanan spesimen
d.Dokumentasi spesimen
7. KegiatanBelajarMengajar:
N MEDIA/
0 TAHAPAN ALOKA MITO ALAI
KEGIATAN
KEGIATAN FASILITATOR PESERTA SI DE BANTU
WAKTU
0) (2) (3) (4) (3) (6) (J)
1 Pendahuluan a. Memberi salam menjawab 3: CTJ, ModuL
b. Memperkenalkan diri salam Brainst Laptop,
c. Bina Suasana Menyimak, orming LCD,
d. Menyampaikan materi Pengelolaan, menjawab Pointer,
Pengiriman, Penyimpanan dan Ikut aktivitas Slide
Pendokumentasian spesimen Menyimak
aresentasi,
e. Menguraikan Tujuan Pembelajaran Menyimak
Umum
f. Tujuan khusus: Menyimak Post It
g. Menvampaikan Pokok Bahasan dan sub Menyimak Kertas flip
pokok bahasan cart
h. Apersepsi memotivasi Set ruangar
2 Penyajian 15= CTJ, pengolahan
a_ Menanyakan kepada peserta Menyimak dan
(Brainstorming) tentang proses menjawab Brainst jpesimen
pengelolaan, pengiriman, Menyimak, orming
penvimpanan dan pendokumentasian bertanva & Diskusi
specimen yang sudah dilakukan menjawab
ditempat kerja masing - masing
b. Menjelaskan tentang bagaimana
> proses pengelolaan spesimen Menyimak
yang benar sesuai dengan
prosedur Menyimak
> proses pengiriman spesimen
yang benar sesuai dengan
prosedur Bertanya &
> proses penvimpanan menjawab
spesimen yang benar sesuai
dengan prosedur
> proses dokumentasi spesimen
yang benar sesuai dengan
prosedur

c. Memberi kesempatan bertanva dan


simulasi kepada peserta
d. Menjawab pertanyaan peserta

3 Peuutup 8. Melaksanakan evaluasi pembelajaran Menyimak & 2: CTJ


secara umum menjawab
9. Membuat rangkumankesimpulan Menyimak &
bersama peserta: menjawab
10. Menutup acara dengan ucapan terima Menyimak
kasih dan apresiasi kepada peserta.

Evaluasi :
Peserta dapat menjelaskan proses pendokumentasian pengelolaan spesimen
Peserta dapat menjelaskan proses pengiriman specimen

12. Referensi :
Permenkes No.43 tahun 2015.
Jakarta, ..............

Narasumber
BAB xn

PENANGANAN DAN DISTRIBUSI SPESIMEN

Keakuratan hasil pemeriksaan laboratorium dipengaruhi oleh integritas dari sample,


dimana integritas dari suatu sample dipengaruhi dan turut ditentukan oleh proses
dokumentasi, pengumpulan, penanganan, transportasi dan penyimpanan sample yang balk.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, maka diperlukan pengendahan kegiatan
pra anahtik dilaboratorium. kegiatan pra anahtik dilaboratorium mehputi:
• Proses registrasi pendaftaran pasien
• Sampling ‘ pengambilan specimen

• Proses transportasi / pengiriman specimen

• Penyimpanan specimen
• Pengolahan specimen
Seorang ATLM perlu mendapatkan pelatihan pra analitik karena tingkat kesalahan pada
kegiatan pra anahtik ini mencapai 57,3%.
1. Pada flebotomi dokumentasi sangat penting, dokumentasi pada flebotomi berhubungan
dengan pengisian formulir laboratorium, dimana formulir harus terisi informasi secara
lengkap, yang mehputi:
a. Cara permintaan pemeriksaan laboratorium melalui tertulis via telepon harus jelas.
b. Kelengkapan identitas pasien mehputi nama, umur / tanggal lahir, alamat, nomor
rekam medis harus diidentrfikasi dengan benar dan tepat.
c. Kelengkapan identitas pengirim mehputi nama, asal ruangan
d. Informasi khususvang mehputi pasien sedang dalam kondisi puasa atau tidak,
keterangan klinis diagnosis, obat
e. Jenis pemeriksaan, dugunakan untuk tentukan tipe tabung
f. Sampel harus menunjukan keterangan tanggal dan jam pengambilan, jenis sampel,
lokasi tubuh yang diambiL teknik pengambilan (venakapiler), jenis transportasi,
jam pemrosesan, jam penyimpanan.
g. Nama flebotomis
h. Keteransan saat tindakan flebotomi, adanva kesulitan atau tidak
i. Pelabelan pada tabling : kecocokan dengan identitas pasien
2. Penanganan samp el
Penanganan sampel pada flebotomi meliputi:
a. Pelabelan. pelabelan dicocokan dengan identitas pasien dan dilakukan setelah selesai
melakukan flebotomi.
b. Penolakan sampel, sample ditolak apabila:
1) Tidak berlabel
2) Sampel hemolisis lipemik ikterik
3) Penggunaan tabung yang salah
4) Salah sampel (tidak sesuai dengan formulir)
5) Volume sampel tidak adekuat
6) Stabilitas sampel tidak baik (selisih lama waktu mulai dari pengambilan sampel
dan penerimaan sampel
c. Menganggap seluruh sample sebagai sample infeksius sehingga perlu untuk menghindari
kebocoran container dan kontaminasi formulir.
d. Jenis permintaan jika “urgent” segera dilakukan penanganan.
e. Penundaan pemeriksaan : perhatikan pemisahan serum plasma dari sel dan penyimpanan
Perhatikan stabilitas sampel (suhu, lama penundaan, cahava)
f. Serum dan plasma segera dipisahkan, Maksimum 2 jam dari jam pengambilan pada
suhu kamar, untuk pemeriksaan Kalium, Asam Laktat glukosa

Proses transportasi / pengiriman specimen


Mengapa penting?0?
Suhu, waktu transportasi dan penyimpanan spesimen yang tidak sesuai dengan persvaratan
dapat menimbulkan reaksi - reaksi yang menyebabkan perubahan beberapa analit sehingga
mempengaruhi basil pemeriksaan. Pada proses transportasi harus diperhatikan juga
pengemasan spesimen. Pengemasan specimen harus disesuaikan dengan kondisi terbaik!
yang dipersyaratkan dalam pemeriksaan.
a. Memperhaikan keamanan pengiriman : packaging
b. Memperhatikan mode pengiriman : hand delivery, kurir (sesuai IATA), pneumatic tube
c. Memperhatikan kebutuhan sampel: suhu pengiriman (dingm/suhu
ruangan), lama pengiriman sampel (cek jam pengambilan dan jam penerimaan sampel).
cahaya
d. Posisi tabung selalu vertikal saat pengiriman
e. Buat kebijakan:
1) Sampel apa yang akan disimpan
2) Tentukan waktu retensi
3) Tentukan lokasi penyimpanan (akses mudah mengambil sampel)
4) Yakinkan kondisi penyimpanan yang tepat
5) Penomoran box sampel
f. Sampel tertunda diperiksa dalam 24 jam(PT) dan 4 jam (aPTT dan pemeriksaan lain):
plasma dibekukan pada -20 °C (2 minggu) atau -70 °C (6 bulan)
g. Pencairan sampel beku : suhu 37 °C dan segera periksa. Bilamasih tertunda, simpan
pada suhu 4 °C (maksimal 2 jam)
h. Hasil APTT dipengaruhi proses pembekuan

Pengolahan specimen
Setelah mendapatkan specimen dari proses flebotomi, segera lakukan pengolahan specimen.
Pengolahan specimen harus memperhatikan waktu, suhu dan kecepatan proses sentrifugasi.
Setelah specimen di sentrifuge segera lakukan proses pemisahan specimen dengan cara
aliquoting. Perhatikan cara kerja proses aliquoting karena hal mi merupakan titik kritis pada
proses pengolahan specimen, kesalahan tertukar identitas specimen dapat terjadi pada tahapan
ini.

Penyimpanan specimen
Specimen yang tidak langsung dikerjakan harus disimpan sesuai dengan persvaratan
pemeriksaan. Perhatikan suhu dan waktu penyimpanan. Proses penyimpanan tidak hanva untuk
specimen yang belum dikerjakan tapi berlaku juga untuk specimen yang sudah dilakukan
pemeriksaan. Buatlah denah / form untuk penyimpanan specimen yang sudah dilakukan
pemeriksaan, catat waktu penyimpanan
BAB XIII

K3 DAN PATIENT SAFETY

Dasar Hukum
UU No. 1 Th. 1970 tentang Keselamatan Kerja UU No. 36 Th. 2009
tentang Kesehatan UU No. 13 Th. 2003 tentang Ketenagakerjaan
Permenkes No. 43 Th. 2013 tentang Cara Penyelenggaraan laboratorium klinik yang bait
Bab VM Kesehatan dan Keselamatan di Laboratorium Pengertian K3 di laboratorium ???
ini tidak ada materinya Saran L pengertian, tujuan K3
Peralatan K3 yang harus tersedia di laboratorium klinik :
1. APD ( sarung tang an. jas laboratorium. masker, google, sepatu karet tertutup )
2. APAR (sesuai kebutuhan spt Coi)
3. Spill kit
4. Tempat sampah medis dan domistik
5. Limbah jarum suntik
6. Eye washer
7. Emergency shower Bagaimana cara perawatan nya???
Masing - masing peralatan K3 harus dibuatkan EK penggunaan dan perawatan dan di
tunjuk seorang petugas sebagai penanggung jawab K3 di laboratorium.
Untuk perawatan peralatan K3 dibutuhkan • dibuatkan cek list untuk mempermudah
proses pengawasan perawatan dan penggunaan.
Dibuatkan jadwal untuk simulasi penggunaan peralatan K3 bagi seluruh petugas! pegawai
di linglkungan laboratorium.
Apa itu patient safety???
Penggunaan APD untuk mencegah infeksi silang
Bagaimana tata cara pemakaian APD dan tatacara melepaskan APD
Infeksi silang apa saja yang mungkin terjadi pada proses dilaboratorium
Hak pasien, keluarga pasien dan petugas laboratorium dalam hukum K3
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di laboratorium dan bagaimana cara
menanggulangiuya.

Manajemeti Risk???
Pengertian manajement risk
Table manajement risk, bagaimana mengelola manajement risk Korektif action dan
preventif action
Tata pelaksanaan keselamatan sangat penting untuk dipelajari. Tujuan utama tata
laksana keselamatan dan keamanan prosedur kerja adalah untuk pencegahan infeksi terhadap
petugas pasien dan pasien. Sangat penting untuk mengerti bagaimana infeksi dapat terjadi,
mencegah penularan dengan cara melindungi diri dan pasien dari kuman- kuman infeksius.
Kewaspadaan standar termasuk alat pelindung diri merupakan metode pengendalian infeksi
terhadap darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya yang berpotensi menularkan (infeksius)
yang meliputi dari:

1. Kebersihan tangan.
Pencucian tangan sangat penting dalam pencegahan penyebaran infeksi yang bertujusn
untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme.
2. Pemakaian alat pelindung diri.
a. Sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah.
b. Masker Yang cukup besar untuk menutupi hidung, mulut dan dagu bertujuan menahan
cipratan yang keluar sewaktu berbicara, batuk atau bersin serta mencegah percikan darah
memasuki hidung atau mulut.
c. Penutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada pada rambut dan
mehndungi alat-alat atau daerah steril dan melindungi kepala rambut petugas plebotomi.
d. Jas laboratorium; apron-celemek melindungi dari percikan dekontaminasi darah. Bila
terkena darah harus diganti.
e. Sepatu pelmdung pelindung kaki yaitu imtuk melindungi kaki dari percikan darah atau
jatuhnya peralatan yang memungkinkan mengenai kaki.
Tindakan Yang Dilakukan Saat Terjadi Kecelakaan Kerja Seorang Pengambil Darah Atau
Sampel (Plebotomist)
Urutan pemakaian APD yaitu jas lab, masker, kaca mata dan sarung tangan, sedangkan
urutan melepas APD adalah sarung tangan, kaca mata, jas lab kemudian masker.
Pada tahap pre analitik tata keselamatan kerja saat flebotomi adalah menggunakan APD
dan mempersiapkan segala seuatu yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pengambilan
sample sehinggan tidak mengganggu kegiatan analitik, tidak lupa pula memberikan
pelabelan pada specimen, memastikan kosndisi steril pada semua alat atau ruang yang
digunakan serta memastikan specimen layak. Sedangkan pada tahap pasca analitik
adalah dengan mencuci tangan setelah melakukakan sampling, membuang ? amp ah
infeksius pada tempat sampah masing-masing, memisahkan antara limbah padat, cair dan
benda tajam, melakukan desinfeksi alat maupun ruangan.
BAB XIV

TROUBLE SHOOTING FLEBOTOMI

Satuan Acara Pembelajaran /SAP


1. Nama Pelatihan Pelatihan Flebotomi Dasar Trouble
2. Mata Pelatihan Shooting Flebotomi 2 JPL @45 menit (T:
3. Alokasi Waktu 2 jpl P: jpl)
4 Deskripsi Singkat Mata diklat mi membahas tentang komplikasi flebotomi
dan penanganannya
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan penanganan bila terjadi
komplikasi flebotomi dengan benar sesuai prosedur • SOP

Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat:

1. Melakukan Penanganan bila teijadi komplikasi flebotomi


2. Mengetahui macam - macm komplikasi flebotomi 6.
Pokok Bahasansub Pokok Bahasan:
a. Komplikasi flebotomi
b. Penanganan komplikasi flebotomi
7. KegiatanBelajarMengajar:
MEDIA/
N TAHAPAN KEGLATAN ALOKA ALAT
METODE
0 KEGLATAN FASELITATOR PESERTA SI BANTU
WAKTU
CO (2) (3) (4) {3} (6) (J )
l Pendahuluan a. Memberi sal am menjawab 3: CTJ: ModuL
b. Memperkenalkan diri salam Brainstorm Laptop,
c. Bina Suasana Menyimak, ing LCD,
d. Menyampaikan mated komplikasi menjawab Pointer,
flebotomi dan penanganannya Ikut aktivitas Slide
e. Mengutaikan Tujuan Menyimak presentasi.
Pembelajaran Umum Menyimak
f. Tujuan khusus : Post It
g. Menyampaikan Pokok Bahasan dan Menyimak
Menyimak Kertas flip
sub pokok bahasan :art
h. Apersepsi / memotivasi Set ruangar
pengolahan
spesimen
2 Penyajian a_ Menanvakan kepada peserta Menyimak dan i;: CTJ:
(Brainstorming) tentang menjawab Brainstorm
penanganan komplikasi flebotomi Menyimak, ing
yang sudah dilakukan ditempat bertanya & Diskusi
kerja masing - masing b. menjawab
Menjelaskan tentang bagaimana
> Komplikasi flebotomi
> Penanganan komplikasi Menyimak

c. Memberi kesempatan bertanya Menyimak


dan simulasi kepada peserta d.
Menjawab pertanyaan peserta Bertanya &
menjawab
3 Penutup 8. Melaksanakan evaluasi Menyimak & 2’ CTJ
pembelajaran secara umum menjawab
9. Membuat rangkumankesimpulan Menyimak &
bersama peserta; menjawab
lO.Menutup acara dengan ucapan Menyimak
terima kasih dan apresiasi kepada
peserta.

ll.Evaluasi :
Peserta dapat menjelaskan macam - macam komplikasi
flebotomi Peserta dapat melakukan penanganan jika terjadi
komplikasi

13. Referensi :
Permenkes No.43 tahun 2015.

Jakarta.
BAB XV

TROUBLE SHOOTING FLEBOTOm

Taktor penyebab kotnplikasi flebotomi:

a. Fasten
b. Phlebotomist
c. Lingkungan

Komplikasi dalam flebotomi:

a. Hematoma
b. Perdaraban
c. Infeksi
d. Syncope
e. Cedet a pada saraf
f. Iatrogenic anemia
g. Alergi
h. Osteomielitis
i. Petechiae
j. Ekstravasasi
k. Cedera arteri, arteriospasme, sumbatan arteri, tertusuknya arteri
l. Nveri lokal, phobia, thrombus

Komplikasi pengambilan darah kapiler

Efek Samping phlebotomi


1. Syncope
Cara pencegahan:
a. Ajak bicara agar perhatiannya dapat dialihkan
b. Riwayat syncope, berbaring waktu pengambilan darah
c. Kursi pasien memiliki sandaran dan tempat / sandaran
tangan Cara mengatasi:
a. Baringkan pasien
b. Lapangkan jalan nafas pasien
c. Minta pasien beraafas panjang
d. Hubungi dokter
d. Pasien yang tidak sempat dibaringkan. menundukkan kepala di antara kedua kaki
2. Rasa nyeri
Berlangsung tidak lama, tidak perlu penanganan khusus.
Nyeri timbul karena alkohol yang belum kering / penarikan jarum terlalu kuat
3. Hematoma adalah terkumpulnya masa darah dalam j arms an (di bawah kulit) sebagai
akibat robeknya pembuluh darah. Penyebab terletak pada teknik pengambilan sampel:
a. Jarum terlalu menukik sehingga menembus diding vena
b. Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena
c. Setelah ambil darah. tempat penusukan kurang ditekan
d. Saat menarik jarum keluar vena, tourniquet belum dikendurkan
e. Tempat penusukan jarum terlalu dekat tourniquet Cara mengatasi:
Jika dalam proses terjadi pembengkakan :
1. Lepaskan tourniquet dan jarum |
2. Tekan tempat penusukan dengan kasa steril
3. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala
4. Kalau perlu, kompres untuk mengurangi nyeri
i. Perdarahan
Lebih sering terjadi pada pengambilan darah arteri (terganggunya sistem koagulasi)
Cara mengatasi:
1. Tekan tempat perdarahan
2. Panggil dokter untuk penanganan selanjutnya Cara pencegahan :
1. Anamnesis yang cermat
2. Penekanan penusukan jarum lebih lama
5. Alergi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam pklebotomi (antiseptik
desinfektan), latex sarung tangan, tourniquet, plaster)
Gejala rmgan i berat berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, bisa syok.
Cara mengatasi:
1. Tenangkan pasien, beri penjelasan
2. Panggil dokter untuk menangani selanjutnva cara pencegahan :
1. Wawancara riwavat alergi
2. Memakai plester i sarung tangan tidak mengandung latex
6. Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah berulang kali di tempat sama
T. Radang Tulang
Jarak kulit-tulang bavi sempit, petnakaian lancet berukuran panjang Setiap kejadian
komplikasi hams dilaporkan dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan
mencantumkan identitas pasien, tanggal dan jam kejadian.
8. Tourniquet ketat dan lama hemokonsentrasi (hematokrit komponen seL protein, SCOT,
kolesterol, besi terganggu)
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian :
Hindari tempat penusukan :
1. Jaringan pamt
2. Hematoma (lengan lain, kulit distal)
3. Selang infus (lengan lain, di bawah lokasi dengan menutup selang, pilih vena yang
beda, buang 5 ml darah pertama)
4. Tungkai. oedem
5. Infeksi
Penolakan spesimen :
1. Lis is
2. Tidak puasa
3. Tak sesuai prosedur (AGD tidak dalam tumpukan air es)
Kegagalan pada proses pengambilan darah

Kejadian pada pasca flebotomi

Edukasi dan komunikasi ke pasien

Pencegahan, pencatatan dan pendokumentasian selumh kejadian komplikasi flebotomi


APD petugas flebotomi Up date peralatan flebotomi

Anda mungkin juga menyukai