Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“SAWO KECIK (Manilkara kauki (L.)”

DISUSUN OLEH :

NAMA : HARTIAN (A1J123037)

KELAS :A

KELOMPOK :I

ASISTEN : 1. THENDRY SIS MUNANDAR

2. FAJAR ALAM

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga pelaksanaan pembuatan makalah tentang
“DAUN SAWO KECIK (Manilkara kauki (L))” dapat dilaksanakan dengan lancar,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari pada pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
praktikum Morfologi Tumbuhan dan menambah ilmu pengetahuan mahasiswa untuk
mempelajari lebih dalam lagi tentang “DAUN SAWO KECIK (Manilkara kauki (L.
)”

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh untuk dikatakan sempurna baik isi
maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun bagi perbaikan makalah. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Kendari, 28 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

BAB III PENUTUP....................................................................................................6

A. Kesimpulan....................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sawo kecik (Manilkara kauki (L ) merupakan salah satu jenis tanaman
potensial yang bernilai ekonomi tinggi. Kayunya dapat digunakan untuk
bahan konstruksi, furnitur dan kerajinan patung. Selain itu, jenis ini juga
mempunyai arsitektur yang baik sehingga banyak ditanam sebagai pohon
peneduh di kawasan perkotaan. Di Indonesia, sawo kecik tumbuh secara alami
di beberapa kawasan seperti di Jawa (pesisir Selatan Banyuwangi, pesisir
Jakarta, dan Pulau Karimun Jawa), Bali, Sulawesi, Kagean, Pulau Weh dan
terdapat juga di Nusa Tenggara. Jenis ini tumbuh hingga ketinggian 300 m
dpl. Sebaran tumbuh yang cukup luas memungkinkan adanya variasi sebagai
akibat perbedaan genetik dan lingkungannya. Perbedaan tersebut diduga akan
terjadi juga pada tingkat benih. Secara fisik, antar kelompok benih dari tempat
tumbuh berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan karena variasi berat dan
ukuran benih dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan dan faktor
pertumbuhan
(Sudrajat dan Megawati., 2010. Vol 7 (2):68)
Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard) dari famili Sapotaceae
merupakan salah satu jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi. Kayunya banyak
digunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga, dan karya-karya
seni seperti patung dan ukiran. Secara ekologi, tanaman sawo kecik berperan
sangat besar sebagai tanaman peneduh di perkotaan serta sebagai pohon
perintis dan tanaman pemulih areal-areal yang kurang subur dan kritis karena
memiliki kemampuan beradaptasi pada lahan yang kurang subur. Saat ini
keberadaan tanaman sawo kecik di Indonesia sudah semakin jarang bahkan

iv
mendekati kelangkaan. Pengembangan populasi sawo kecik di antaranya
terkendala oleh faktor-faktor alami yang bersifat menghambat regenerasi
populasi seperti sifat pertumbuhannya yang lambat dan terjadinya dormansi
kulit benih. (Widyani.,dkk. 2015:82)
(Manilkara kauki (L) atau nama lokal dikenal dengan nama sawo
kecik yang termasuk dalam suku Sapotaceae keluarga dan berasal dari
Semenanjung Malaya hingga Pasifik. (Manilkara kauki) diperkenalkan ke
dalam di Hindia Barat bertahun-tahun yang lalu, hal ini jarang terjadi terlihat
hari ini. M. kauki terus tumbuh pantai di hutan terbuka, hutan muson, tanaman
merambat semak belukar, dan hutan hujan. Setidaknya spesies ini memiliki 11
sinonim. Di Indonesia, M. kauki tersebar luas dari Pulau Jawa, Bali, dan
Papua. Di samping itu, spesies ini juga diamati di bagian selatan pesisir
banyuwangi, pesisir jakarta, kepulauan karimun jawa, bali, sulawesi, kagean,
weh Pulau, dan di Nusa Tenggara dengan batas ketinggian sepanjang 300 m.
Spesies ini beradaptasi dengan kisaran curah hujan 1.500–4.488 mm
(Wibowo.,dkk.2023. Vol 2 (1) :56)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah bagaimana
macam-macam bentuk atau bangun daun yang bagian terlebarnya berada di
atas tengah-tengah helaian daun yang pertoreh pada Daun Sawo kecik
(Manilkara kauki)?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-
macam bentuk atau bangun daun yang bagian terlebarnya berada di atas
tengah-tengah helaian daun yang bertoreh pada Daun Sawo kecik (Manilkara
kauki).

v
BAB II
PEMBAHASAN

Sawo merupakan buah tropis yang sangat menjanjikan untuk


dikembangkan. Di beberapa negara di Asia, seperti Malaysia dan India, sawo
dikembangkan untuk program pengembangan industri buah dan mereka telah
melakukan program penelitian untuk meningkatkan kemampuan simpan,
transport dan strategi pemasaran sawo. Indonesia sampai saat ini belum
banyak mengekspor sawo ke luar negeri, hasil panen sawo hanya mampu
memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Perkembangan produksi buah sawo
cenderung mengalami peningkatan, tetapi semua itu belum dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat (Rozika.,dkk.2023:102)
Luas hutan alam sawo kecik di Indonesia yang tidak begitu besar
membuat semakin terbatasnya populasi sawo kecik di alam. Faktor-faktor
alami yang bersifat menghambat regenerasi populasi sawo kecik seperti sifat
pertumbuhannya yang lambat serta anakan dari sawo kecik yang sangat
disukai oleh rusa dan babi hutan menyebabkan populasi tanaman ini semakin
kecil. Khusus di Indonesia, jumlah tanaman sawo kecik di alam telah
mengalami kemunduran yang mendekati titik rawan sehingga sawo kecik dan
ekosistemnya sudah dinyatakan langka. Berdasarkan kategori kelangkaan
populasi, tegakan sawo kecik sudah termasuk kategori ”jarang”. Upaya
menjaga kepunahan suatu spesies khususnya jenis sawo kecik, tidak cukup
bergantung pada peremajaan alami saja, tetapi harus disertai dengan
peremajaan buatan yang relatif mudah diawasi dan dikendalikan. Benih
bermutu baik akan dihasilkan apabila teknik penanganan benihnya dikuasai,
yaitu mulai dari proses produksi hingga pembibitan. Untuk menghasilkan

vi
bibit yang bermutu tinggi diperlukan teknik penanganan benih yang tepat
seperti penggunaan media yang sesuai untuk pertumbuhan bibit (Yuniarti,
2012). Pembibitan sawo kecik merupakan langkah awal untuk memperoleh
tanaman sawo kecik yang berkualitas baik sehingga perlu diupayakan usaha
pembibitan dengan perlakuan khusus. Pembibitan sawo kecik dapat dilakukan
dengan pembiakan generatif melalui benih dan melalui pembiakan vegetatif
seperti cangkok atau stek. Benih sawo kecik termasuk benih yang memiliki
dormansi fisik sehingga sebelum disemai harus diberi perlakuan terlebih
dahulu, salah satunya adalah perendaman. Perendaman benih dimaksudkan
untuk mematahkan dormansi fisik pada benih sawo kecik karena kulit luar
benih sawo kecik yang keras. Diharapkan dengan perlakuan perendaman pada
benih sawo kecik dapat mempercepat perkecambahan dan mempertinggi
persentase perkecambahan benih (Iksanto.,dkk.2017:31)
Sawo kecik berakar tunggang yang berbentuk kerucut panjang,
tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang
lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan
menghasilkan daerah perakaran yang amat luas. Dengan demikian akar sawo
kecik dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Pohon
sawo kecik berukuran sedang dengan tinggi mencapai 25 m dengan diameter
dapat mencapai 100 cm. Batang sawo kecik berkayu, berbentuk bulat,
permukaannya terdapat alur-alur yang jelas memperlihatkan berkas-berkas
daun penumpu dan lepasnya kerak (bagian kulit yang mati). Percabangan
tergolong percabangan simpodial (batang pokok yang sukar ditentukan)
dengan cabang bersirung pendek yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas
yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan
buah. Daun sawo kecik termasuk daun tidak lengkap yang hanya memiliki
tangkai dan helaian saja, tersusun menyirip gasal. Daun-daunnya
mengelompok pada bagian ujung batang. Di permukaan bawah daun berwarna
keputihan dan halus dengan tangkai daun tidak menebal, panjang tangkai daun

vii
7 mm. Tangkai daun memiliki bentuk dan ukuran yang pipih dan tepinya
melebar dan juga pada pangkal dan ujung tangkai daunnya menebal. Helaian
daun berbentuk bulat telur, ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing,
tulang daun menyirip. Kuncup bunga berbentuk bulat telur. Bunga termasuk
bunga majemuk bentuk tandan muncul di ketiak daun, berkelamin dua. Daun
kelopak bulat, memiliki enam benang sari, putik menjulang ke luar, mahkota
berbentuk tabung. Buah sawo kecik merupakan tipe buah buni, tunggal, dan
berdaging. Buah berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang berukuran
kecil dengan panjang berkisar 3,7 cm dan mempunyai kulit pembungkus yang
sangat tipis dan mudah dikelupas bila masak mempunyai rasa yang manis dan
kadang-kadang terasa agak sepat (Fitrianingsih, 2021:64).

Klasifikasi Sawo kecik (Manilkara kauki (L)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ericates Sapotaceae
Famili : Sapotaceae
Genus : Manilkara
Spesies : (Manilkara kauki (L)

viii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Sawo Kecik berakar tunggang yang berbentuk kerucut panjang, tumbuh
lurus ke bawah, bercabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi.
Daun sawo kecik termasuk daun tidak lengkap yang hanya memiliki
tangkai dan helaian saja, tersusun menyirip gasal. Helaian daun berbentuk
bulat telur, ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, tulang daun
menyirip. Kuncup bunga berbentuk bulat telur. Bunga termasuk bunga
majemuk bentuk tandan muncul di ketiak daun, berkelamin dua. Daun
kelopak bulat, memiliki enam benang sari, putik menjulang ke luar,
mahkota berbentuk tabung. Buah sawo kecik merupakan tipe buah buni,
tunggal, dan berdaging.

B. Saran
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut agar dapat memahami dengan
baik terkait macam-macam bentuk atau bangun daun yang bagian
terlebarnya berada di atas tengah-tengah helaian daun yang bertoreh
terutama pada Daun Sawo kecik (Manilkara kauki (L).

ix
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianingsih, A. 2021. Morfologi Tumbuhan dan Fisiologi Tumbuhan. Lombok:


Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia.

Iksanto, Y., Bambang, S., dan A, Z.A. 2017. Pengaruh Lama Perendaman Benih
Dalan Larutan Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit
Sawo Kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard) . Jurnal Agroteknologi.Vol. 1 (2).
30-35.

Rozika ., Rudi, H. M., dan Setyastuti, P. 2013. Eksplorasi dan Karakteristik Sawo
(Manilkara zapota (L.). Van Royen) In Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Vegetalika. Vol. 2 (4). 101-114.

Sudrajat, J. D., dan Megawati. 2010. Keanekaragaman Morfologi dan Respon


Perlakuan Pra Perkecambahan Benih Dari Lima Populasi Sawo Kecik
(Manilkara kauki (L.) Dubart). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 7 (2).
67-76.
Wibowo, A., Atus, S., Adi, B., Erwin, N. 2023. Modelling The Potential Distributions
Of Sawo Kecik (Manilkara kauki (L.)) Dubart Using Maxent To Support
Concervations Of Historical And Cultural Vegetations In Daerah Istimewa
Yogyakarta Province. REINWARDTIA . Vol. 22. (1). 55-67

Widyani, N., Kurniawati, P. P., dan Nurhasybi. 2015. Penentuan kriteria Kecambah
SiapSapih Jenis Sawo Kecik (Manilkara kauki (L.) DUBART). Jurnal
Pembenihan Tanaman Hutan. Vol. 3. (2).

x
xi

Anda mungkin juga menyukai