Abstract
This research is intended to examine the social teachings of the Church of Pope Francis
during the pandemic. It is interesting to study because the social teachings of the
Church which has been rolling from time to time since 1891 covers documents
classified as the social teachings of the Church; while the catechesis of Pope Francis
during the pandemic in nine themes was directly entitled "The Social Teachings of the
Church of Pope Francis in the Pandemic Era" which is a unitary theme immediately
given the title as a social teaching of the Church (during the pandemic). For this reason,
in order to ascertain the distinctive color of Pope Francis' teachings, the author re-
examines the documents of the Social Teachings of Church that have existed since Pope
Leo XIII, Rerum Novarum to John Paul II, Laborem Exercens. For that, the research
method used is document research. From the results of the research conducted, it is
concluded that the perspective of social life as a common house is an appendix to the
entire teaching of Pope Francis in this document.
Key words: Common house; solidarity; and changing
23
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
24
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
25
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
manusia untuk berjuang bersama mencari Paus membenarkan bahwa tidak ada
jalan keluar. Kesalingketergantungan orang yang luput dari krisis akibat pandemi
manusia dipastikan dengan korelasi yang ini. Kesejahtraan umum menjadi rumah
terganggu oleh pandemi. Kondisi yang menyamankan semua penghuninya
ketergantungan ini mengajarkan pula suatu dari penderitaan akibat pandemi ini. Karena
kebijaksanaan di dalamnya yaitu dalam pandemi menyerang semua orang, maka
kebersamaan pula kita berusaha mencari tidak berguna jika usaha mencari jalan
jalan keluar mengatasi persoalan-persoalan keluar tidak dilakukan demi kesejahteraan
tersebut. Mengenakan cara pandang umum. Setiap orang berpikir untuk banyak
bersama atas persoalan-persoalan hidup orang. Kecendrungan membentuk
dan mencari cara bersama pula untuk kelompok-kelompok yang sempit
mengatasinya. Kebersamaan kita yang merupakan penyakit yang menyerang
diintervensi oleh pandemi, dapat kembali individualitas kelompok.
utuh jika setiap orang tidak menarik diri Bukan tidak mungkin ada orang
keluar dari kebersamaan dan bukan sendiri- yang bermain di air keruh untuk mendapat
sendiri. keuntungan bagi diri atau kelompok
Paus merangkul seluruh umat sempitnya. Baik prasarana rapid test
beriman sebagai keluarga. Ruang lingkup maupun usaha pemerolehan vaksinasi,
keluarga yang dirangkul oleh paus adalah semuanya merupakan strategi untuk
sebuah lingkaran kesatuan yang dicirikan mengatasi persoalan covid-19 namun
ole keasalannya dari Allah sebagai pencipta kemurnian dari maksud pelayanann ini
umat manusia. Dari Allah Sang Pencipta, patut dievaluasi. Keuntungan ekonomis dan
semua manusia mengalami dirinya sebagai politik mudah memboncengi usaha-usaha
ciptaan yang dihimpun dalam sebuah penanganan covid-19 ini sehingga
keluarga besar, di sebuah rumah bersama. menimbulkan konflik-konflik baru.
Dalam rumah bersama itu selaku Dalam nuansa harapan, paus
penghuninya, kita berjalan dengan petunjuk menekankan pentingnya keadilan dan
arah yaitu Kristus sendiri. Dalam kesatuan keterlibatan demi terciptanya subsidiaritas.
arah dan tujuan yang hendak dicapai Digariskannya mengenai kehidupan yang
bersama, hal itu mencirikan kesejalanan baru setelah melewati pandemi covid-19
kita, bergantung penuh pada penyele ini, senada dengan makna kelahiran baru
nggaraan Allah. Jika menyimpang dari itu, yang diajarkan oleh Yesus kepada
maka yang terjadi adalah ketergantungan Nikodemus dalam Injil. Dan bila
beberapa kepada yang lain, keselarasan disandingkan dengan situasi di Indonesia
dimangsa oleh individualisme dan masuk maka istilah “new normal” yang telah
ke jalur bahaya diskriminasi dan dimaknai oleh semua warga negara dalam
peminggiran. Atmosfir yang harus menghadapi pandemi, hal itu sesungguhnya
dibangun adalah hidup sebagai orang-orang belum termaknai secara tepat. Maksud dari
serumah yang dipagari oleh bumi dan “new normal” janganlah dibatasi hanya
dinaungi oleh alam, dengan sebutan dengan penerapan protokol kesehatan
kampung global. Jalan keluar yang tepat melainkan suatu cara tindak hidup yang
untuk mengatasi krisis pandemi yang baru; suatu pertobatan dari cara hidup yang
memutus tali relasi antarmanusia adalah lama dan usang yang dikategorikan sebagai
jalan solidaritas. Paus mengingatkan agar krisis sosial, politis dan ekonomi yang
kita tidak tergiur oleh tawaran perubahan sangat terasa sebelum masa pandemi. New
yang dangkal belaka melainkan terarahkan normal yang sebenarnya adalah kelahiran
kepada satu maksud tertentu yaitu baru menurut Paus Fransiskus ini, yaitu
kehidupan yang dibangun atas dasar saling pertobatan dari penyimpangan-
memerhatikan. penyimpangan hidup, terlebih
penyimpangan yang mengakibatkan
26
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
27
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
28
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
dengan banyak orang lain yang senasib dan kemudian tulisan tersebut diberi judul
belum tentu seagama. Pokoknya isi “Ajaran Sosial Gereja Paus Fransiskus di
ensiklik-ensiklik sosial bertumbuh dari Masa Pandemi” (Fransiskus, 2020).
ranah keyakinan iman dan menjadi hidup Ajaran sosial Gereja Paus Fransiskus
dalam orang buruh dan orang usahawan, di masa pandemi ini terkorelasi dengan
para tani dan fungsionaris organisasi buruh. prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja yang
Ajaran Gereja dalam ensiklik-ensiklik umumnya memberi pengarahan untuk
sosial, dalam surat-surat gembala para mengerti banyak masalah aktual untuk
uskup dan karangan teologi menyuarakan menentukan sikap dan mencari
tanggungjawab yang sudah dipikul orang penyelesaian. Sejalan dengan ajaran sosial
Kristen, menyuluh semangat iman yang Gereja Paus Fransiskus ini, tugas Gereja
sudah selalu mengobarkan hati dan menyangkut pertama-tama pembebasan
menunjukkan arah yang dapat ditempuh dari segala bentuk penindasan yang
bersama, supaya dalam perubahan sosial dilakukan oleh menusia atas manusia.
terwujud keadilan yang menjadi Pokok dan inti dari karya penyelamatan
tanggungjawab kita. yang membumi terekspletasi pada
Rerum Novarum adalah dokumen bagaimana penyelamatan itu berkaitan
ajaran sosial Gereja yang pertama, dengan pembebasan politis, ekonomi,
kemudian diikuti oleh Quadragesimo ekologi dan kultur supaya kabar gembira
Anno; Pacem in Teris; Populorum menjadi keyataan historis.
Progressio; Gaudium et Spesdan Laborem Menurut Karl Marx, masalah sosial
Exercens. Dalam alur penuangan muatan merupakan akibat dari alienasi ekonomi.
dalam setiap dokumen tersebut, nampak Alienasi merupakan tanda bahwa ada di
jelas pendauran dari dokumen yang luar tetapi yang ada di luar manusia dalam
sebelumnya dalam dokumen yang konteks sekarang ini adalah dunia yang
berikutnya, semua dokumen tersebut berasal dari dirinya (Wilhelm Emmanuel:
kembali mendasari pada Rerum Novarum. 387-419). Maka ketika manusia
Muatan ajaran-ajaran sosial Gereja dalam menghadapi kesulitan seperti masa
ensiklik-ensiklik yang telah dikeluarkan mandemi ini, daya pengetahuan dalam diri
oleh setiap paus semenjak Leo XIII, Rerum manusia itu berorientasi secara khas.
Novarum sampai Yohanes Paulus II, Perjalanan Gereja dan dunia, perjalanan
Laborem Excernes mencerminkan suatu pribadi dan dalam persekutuan ditandai
perjalanan Gereja yang mengalir dalam alur dengan kejadian-kejadian; peristiwa-
kehidupan dunia yang terbuka terhadap peristiwa yang darinya melahirkan
kehendak Roh sebagaiamana maksud kesadaran dan pengakuan bahwa kebenaran
kehadirannya di dalam dunia sebagai tidak mendefinisikan seluruh makna asali
sakramen keselamatan. tetapi setiap waktu dapat dirumuskan secara
Realitas keberadaan rumah bersama khas. Pemikiran ini disejalankan dengan
dalam locus permasalahan artikel ini, telah ajaran Paus Fransiskus mengenai “new
terobrak-abrik oleh berbagai tindakan normal” yang menghendaki umat manusia
ketidakadilan dalam rentang masa yang merumuskan secara baru tata hidupnya
panjang sebelumnya dan yang kini tengah untuk memerbaiki hidup sebelum masa
digerogoti oleh akibat langsung dari virus pandemi.
corona yang menyerang setiap orang, setiap Di sinilah manusia sendiri tampil
negara, tanpa memilah dan memilih sebagai agen dari segala perubahan dan
melahirkan sikap-sikap dan cara bertindak pengembangan; sedangkan tujuan dari
yang dikarenakan olehnya. Dalam situasi usaha pembebasan adalah realisasi sejati
pandemi dan akibatnya bagi dunia, Paus dari manusia. Maka pokok utama dari
Fransiskus sembilan pekan berturut-turut segala ajaran sosial Gereja adalah hormat
berkatekese mengenai hal tersebut yang terhadap pribadi manusia dan perjuangan
29
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
30
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
31
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
32
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
jurang dalam ini dapat dimungkinkan usaha dipatahkan, perlu adanya pertobatan yang
penyeimbangannya dengan sumber daya terus-menerus. Pertobatan yang melahirkan
yang memadai. keharmonisan yang mendalam akan
memulihkan ketercemaran hidup yang
Menata Harmonisasi yang Tercemar menggangu rumah bersama kita. Gambaran
Harmoni menandakan kesatuan diri manusia yang terbaca sebagai
kemajemukan yang tertata menjadi suatu pemangsa dan bukan pemelihara dan
identitas dan kekutan dalam mengatari pelindung merupakan bentuk pencemaran
perbedaan yang memisahkan. Kesimbagan terhadap harmoni. Harmoni yang
dalam berbagai aspek kehidupan merupakan gambaran realitas firdaus ketika
diperlukan dalam harmonisasi. manusia pertama masih hidup dalam
Tercemarnya harmonisasi terjadi karena ketaatan terhadap Allah, realitas itulah yang
kepedulian yang sakit sehingga tercipta dimaksud agar selalu diperjuangkan.
pecahan-pecahan realitas yang memicu Ketaatan merupakan salah satu keutamaan
perbedaan. Kepedulian yang sakit ini perlu yang dituntut dalam membangun
direhabilitasi melalui pertobatan dan harmonisasi karena ketaatan bukan
pembaruan hidup. Untuk itu maka penataan membelenggu melainkan membebaskan
harmonisasi dilakukan dengan manusia untuk tidak bertindak semena-
diperluasnya cara pandang tentang mena. Sebutan “kampung global”
harmoni, yang pada dasarnya harus terpola menandai kenyataan harmonisasi yang
dari semangat hidup communio yang menyebarluas secara mondial.
melahirkan realitas koinonia dalam Gereja
dan komunitas masyarakat. Penataan Penutup
harmonisasi dari segi spiritual, hal yang Sibakan materi pengajaran ajaran
dipandang sebagai penangkal terbaik oleh sosial Gereja di masa pandemi oleh paus
paus Fransiskus adalah kontemplasi. Fransiskus ini menghasilkan beberapa poin
Karena kontemplasi memberberdayakan simpulan. Pertama. Ajaran Sosial Gereja
manusia menghadapi penyalahgunaan tetap aktual sesuai tuntutan tanda zaman.
rumah bersama. Kedua. Istilah “rumah bersama” menjadi
Penataan harmonisasi melalui pusaran diuraikannya sekian banyak
kontemplasi tergambar dalam pernyataan persoalan oleh paus Fransiskus dalam
paus Fransiskus menggugat kita dalam hal ajaran sosial Gereja di masa pandemi ini.
pentingnya mengambil waktu jedah demi Rumah bersama menjadi sebuah realitas
permenungan tentang kehidupan yang sosial yang merangkum seluruh perbedaan
sedang meminta perhatian kita atasnya. dan individualistik yang ditonjolkan oleh
Dalam hal ini alam semesta membutuhkan ciri zaman yang semakin mutakhir ini.
sapaan dari kita manusia; bukanlah sebuah Rumah bersama merupakan realitas yang
sapaan yang spontan dan dangkal belum dialami sebagai suatu kenyataan oleh
melainkan ungkapan rasa yang tersodor semua orang, bahkan hanya segelintir orang
dari hasil permenungan melalui yang menyadarinya. Rumah bersama
kontemplasi. Dengan kontemplasi atas menjadi hakekat manusia sebagai makluk
alam ciptaan dan atas setiap keputusan yang sosial yang mengikatnya dari kedalaman
hendak diambil sehuhubungan dengan individualitasnya. Aspek individu telah
resiko penodaan terhadap harmoni, pastilah sekian memangsa dan mengerosi aspek
melahirkan kepekaan. sosial manusia. Maka pemulihan dan
Ketidakharmonisan diakibatkan penyehatan kembali hidup sosial yang
oleh egosentris yang bercokol dalam diri sudah dan sedang terluka, perlu dan
manusia yang menggiring kepada dimutlakkan.
penempatan dirinya di mana ia kehendaki. Ketiga, kesadaran baru yang harus
Untuk itu maka bagaimana egosentris dicerahkan dalam diri masyarakat adalah
33
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669
Daftar Pustaka
34