Anda di halaman 1dari 12

JURNAL REINHA

Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

MENYIBAK AJARAN SOSIAL GEREJA PAUS FRANSISKUS DI MASA


PANDEMI DALAM PERSPEKTIP HIDUP SOSIAL SEBAGAI RUMAH
BERSAMA

Benedikta Yosefina Kebingin


Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka
Email: ivonnycij@ymail.com

Abstract
This research is intended to examine the social teachings of the Church of Pope Francis
during the pandemic. It is interesting to study because the social teachings of the
Church which has been rolling from time to time since 1891 covers documents
classified as the social teachings of the Church; while the catechesis of Pope Francis
during the pandemic in nine themes was directly entitled "The Social Teachings of the
Church of Pope Francis in the Pandemic Era" which is a unitary theme immediately
given the title as a social teaching of the Church (during the pandemic). For this reason,
in order to ascertain the distinctive color of Pope Francis' teachings, the author re-
examines the documents of the Social Teachings of Church that have existed since Pope
Leo XIII, Rerum Novarum to John Paul II, Laborem Exercens. For that, the research
method used is document research. From the results of the research conducted, it is
concluded that the perspective of social life as a common house is an appendix to the
entire teaching of Pope Francis in this document.
Key words: Common house; solidarity; and changing

23
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

Pendahuluan kemanusiaannya. Oleh karena itu, maka


Ajaran Sosial Gereja adalah suatu sikap kesalingan dalam memerhatikan,
fungsi atau hasil dari kuasa mengajar membantu mencari jalan keluar bagi
Gereja. Di sini Gereja berperan sebagai mereka yang sangat membutuhkan
pengajar. Keterlibatan Gereja berupa bantuan. Pemulihan dunia terletak pada
ajaran, yaitu suatu pendapat resmi yang sikap peduli kepada yang lain. Jika tidak
dikemukan agar diterima. Pada masa maka pemulihan dunia, jauh dari yang
pandemi covid-19 ini, Paus Fransiskus dimaksud dan diharapkan. Kepedulian
menyapa seluruh dunia dengan yang diserukan oleh Paus Fransiskus ini
persaudaraan yang satu dan sama. Beliau dimaksud pula untuk memrioritaskan para
menyampaikan ajarannya bahwa pandemi korban yang dalam skala prioritas harus
ini melukai kehidupan dunia dan kelak didahulukan. Paus mengapresiasi tindakan
ketika badai ini berlalu, akan menyisakan kemanusiaan dengan kesediaan
luka yang dalam. Kenyataan ini tidak mengorbankan kesenangan dan
terelakkan karena sesungguhnya ia kepentingan pribadi dan mengutamakan
menyingkapkan kerapuhan manusia. Efek kepentingan banyak orang, bahkan sampai
dari pandemi ini telah mengakibatkan memertaruhkan nyawa sendiri demi
penyeluruhan pengalaman menyelamatkan nyawa orang lain.
ketidaknyamanan ini yakni menjadi Sebagai bentuk penegasan, Paus
kenyataan mondial. Sangat banyak nyawa mengemukakan dua sikap yang berlawanan
manusia yang hilang dan banyak pula dengan keselarasan: Sikap individusalistik
manusia yang terjangkit penyakit ini. yaitu mencari hanya apa yang sesuai
Sejalan dengan itu ekonomi terpuruk dengan kepentingan diri. Kesetaraan
karena manusia sebagai pemegang kendali kemartabatan manusia yang diciptakan oleh
terkena permasalahan besar, covid-19. Allah, dengan itu manusia diajak untuk
memandang sesama dan kebutuhannya,
Kaum kristiani diajak oleh Paus persoalan-persoalan dalam kesataraan pula.
Fransiskus dan ditantang untuk terlibat Martabat manusia dikenal dan dimaknai
bagaimana membantu pemulihan dunia dalam setiap pribadi, siapa pun dia, dari
yang tengah disakiti oleh covid-19. Umat mana asal, suku dan bangsanya.
kristiani harus meneladani Yesus yang Kemartabatan luhur yang dipusatkan oleh
adalah sumber kekuatan dan harapan Allah pada manusia sebagai ciptaan
pemulihan hidup manusia. Yesus sebagai tertinggi merupakan realitas yang
contoh hidup bagi kaum kristiani, terlebih memanggil manusia untuk senantiasa
sikap dan cara bertindak yang semestinya bersyukur. Martabat itu telah dimiliki
ketika berhadapan dengan para penderita manusia sejak penciptaan dirinya.
covid-19 dengan cara sebagaimana Yesus, Ada usaha yang perlu dibangun di
yang menyembuhkan dan memulihkan sini, menurut Bapa Suci yaitu pemahaman
pribadi orang serta mengembalikannya dan pengembangan kapasitas manusia
kepada persaudaraan komunitas pula; sebagai makluk yang lebih mulia dari
Yesus membebaskan orang dari ciptaan yang lain. Pengembangan diri
pengucilan; Ia menyembuhkan jiwa manusia disini sebagai wujud tanggung
manusia dengan pengampunan dosa. jawab atas keluhuran martabat yang
Paus menyerukan dari segi disandangnya. Aspek integral kemartabatan
kepedulian terhadap sesama sebagai bentuk manusia adalah iman sebagai anugerah dari
kemartabatan yang setara dengan gambaran Allah sebagai daya dorong manusia untuk
mengenai situasi covid-19, bahwasanya mengabdikan dirinya kepada sesama dan
hidup manusia tidak dapat dipisahkan ciptaan yang lain. Terhadap pribadi
karena terhubung oleh keterikatan manusia sebagai subyek penderita, Paus

24
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

mengajak agar ditumbuhkan sikap Pandemi telah memerparah kondisi nyata


membiarkan diri disembuhkan, dan manusia maka manuisa didesak untuk
dipertobatkan dari individualisme, baik melakukan perubahan cara dan tempat
dalam bentuk pribadi atau pun bersama. bekerja. Pekerjaan-pekerjaan dilaksanakan
Persoalan kesenjangan mendapat dari jauh, dari rumah karena tidak diizinkan
penekanan khusus pula. Dikatakannya keluar rumah. Kondisi ini semakin
bahwa pandemi memperjelas kondisi menindih kaum kecil dalam berbagai segi
keterpurukan yang dialami kaum miskin kehidupan.
dan kesenjangan sosial yang menguasai Paus mengulang kembali pesan
dunia ini. Virus menyamaratakan Kitab Suci mengenai penciptaan yang mana
serangannya kepada siapa saja, tanpa manusia sebagai pemelihara dan
kecuali. Ia tidak membeda-bedakan orang, penanggungjawabnya. Tanggung jawab
dari kalangan manakah ia atau dari untuk mengelola dunia menjadi berguna
peradaban manakah seseorang itu berasal. bagi banyak orang, bukan dikuasai oleh
Kaum miskin pun tidak luput dari serangan segelintir manusia. Paus mengingatkan
virus ini. Kondisi in menyibak pula realitas agar jangan sampai kita lupa bahwa
ketidakadilan dan ketidaksamarataan yang pelaksanaan tugas yang diemban oleh
sering menimpa masyarakat manusia. manusia semata merupakan tanggung
Kesamarataan ditimpa virus ini jawabnya sebagai pengelola, bukan sebagai
memperburuk kondisi orang miskin. pemilik. Karena itulah pekerjaan-pekerjaan
Paus memaparkan situasi dunia harus dipertanggungjawabkan kepada Sang
yang memperburuk kondisi kaum miskin Pemilik. Gambaran ini mengambil acuan
tersebut dengan tanggapannya dalam dua pada kehidupan kaum kristiani pada masa
cara pandang yaitu di satu sisi virus yang Gereja perdana, mereka hidup sehati dan
kecil namun dahsyat itu harus sejiwa. Paus membenarkan bahwa dunia,
dimusnahkan, dan di sisi lain bentuk dan kita sedang mengalami krisis. Manusia
ketidakadilan dan kesenjangan- dipenjarakan dalam krisis. Dan sebagai
kesenjangan sosial yang lain sebagai virus pribadi-pribadi terpenjara, setiap orang
berdimensi lebih besar itu harus diobati. hendak membebaskan diri dari penjara
Paus menekankan bahwa memihaki kaum tersebut dan mengalami kebebasan hidup.
miskin sesuai pesan Injil tetap menjadi Kebebasan tersebut ditegaskan oleh paus
yang utama. Pilihan tersebut merupakan sebagai kesempatan membangun
keberpihakan, bukan pilihan politik atau kehidupan dengan semangat dan cara hidup
ideologis. Di sini, paus mengajak dunia yang baru yaitu berkeadilan sosial. Paus
untuk mewujudkan kepedulian, memberi wawasan agar kita tidak
memulihkan situasi buruk pandemi dalam melaksanakan kehidupan lama pada fase
aksi konkret didasarkan pada iman dan baru sesudah covid-19. Bentuk-bentuk
pengharapan. Harapan agar dunia sikap dan cara bertindak yang salah tidak
tersembuhkan, bukan menjadi lebih buruk. boleh diteruskan melainkan dikenakan cara
Harapan itu harus menjadi tanda yang baru yakni keberpihakan pada
bagi situasi dunia yang sedang sakit kini. Di kebenaran dan keadilan sosial,
sinilah Paus memaparkan hal mengenai kenyamanan, kekeluargaan dan keselarasan
tanda harapan yang benar demi menjawab dengan alam semesta dan makluk ciptaan.
akibat langsung yang dialami oleh pribadi- Paus menitikkan perhatian pula
pribadi manusia yakni terjadi goncangan pada persoalan solidaritas yang dimulainya
iman dan harapan menjadi sirna. Pegangan dengan melukiskan realitas efek dari
utama kaum beriman diarahkan paus pandemi covid-19, bahwa dengan adanya
kepada pribadi Yesus Kristus. Dia Yang pandemi ini, kebersamaan sebagai sesama
setia menemani perjalanan dan pergulatan manusia dipertegas. Kesamaan dalam rasa
hidup siapa yang percaya kepadaNya. dirong-rong oleh pandemi mendorong

25
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

manusia untuk berjuang bersama mencari Paus membenarkan bahwa tidak ada
jalan keluar. Kesalingketergantungan orang yang luput dari krisis akibat pandemi
manusia dipastikan dengan korelasi yang ini. Kesejahtraan umum menjadi rumah
terganggu oleh pandemi. Kondisi yang menyamankan semua penghuninya
ketergantungan ini mengajarkan pula suatu dari penderitaan akibat pandemi ini. Karena
kebijaksanaan di dalamnya yaitu dalam pandemi menyerang semua orang, maka
kebersamaan pula kita berusaha mencari tidak berguna jika usaha mencari jalan
jalan keluar mengatasi persoalan-persoalan keluar tidak dilakukan demi kesejahteraan
tersebut. Mengenakan cara pandang umum. Setiap orang berpikir untuk banyak
bersama atas persoalan-persoalan hidup orang. Kecendrungan membentuk
dan mencari cara bersama pula untuk kelompok-kelompok yang sempit
mengatasinya. Kebersamaan kita yang merupakan penyakit yang menyerang
diintervensi oleh pandemi, dapat kembali individualitas kelompok.
utuh jika setiap orang tidak menarik diri Bukan tidak mungkin ada orang
keluar dari kebersamaan dan bukan sendiri- yang bermain di air keruh untuk mendapat
sendiri. keuntungan bagi diri atau kelompok
Paus merangkul seluruh umat sempitnya. Baik prasarana rapid test
beriman sebagai keluarga. Ruang lingkup maupun usaha pemerolehan vaksinasi,
keluarga yang dirangkul oleh paus adalah semuanya merupakan strategi untuk
sebuah lingkaran kesatuan yang dicirikan mengatasi persoalan covid-19 namun
ole keasalannya dari Allah sebagai pencipta kemurnian dari maksud pelayanann ini
umat manusia. Dari Allah Sang Pencipta, patut dievaluasi. Keuntungan ekonomis dan
semua manusia mengalami dirinya sebagai politik mudah memboncengi usaha-usaha
ciptaan yang dihimpun dalam sebuah penanganan covid-19 ini sehingga
keluarga besar, di sebuah rumah bersama. menimbulkan konflik-konflik baru.
Dalam rumah bersama itu selaku Dalam nuansa harapan, paus
penghuninya, kita berjalan dengan petunjuk menekankan pentingnya keadilan dan
arah yaitu Kristus sendiri. Dalam kesatuan keterlibatan demi terciptanya subsidiaritas.
arah dan tujuan yang hendak dicapai Digariskannya mengenai kehidupan yang
bersama, hal itu mencirikan kesejalanan baru setelah melewati pandemi covid-19
kita, bergantung penuh pada penyele ini, senada dengan makna kelahiran baru
nggaraan Allah. Jika menyimpang dari itu, yang diajarkan oleh Yesus kepada
maka yang terjadi adalah ketergantungan Nikodemus dalam Injil. Dan bila
beberapa kepada yang lain, keselarasan disandingkan dengan situasi di Indonesia
dimangsa oleh individualisme dan masuk maka istilah “new normal” yang telah
ke jalur bahaya diskriminasi dan dimaknai oleh semua warga negara dalam
peminggiran. Atmosfir yang harus menghadapi pandemi, hal itu sesungguhnya
dibangun adalah hidup sebagai orang-orang belum termaknai secara tepat. Maksud dari
serumah yang dipagari oleh bumi dan “new normal” janganlah dibatasi hanya
dinaungi oleh alam, dengan sebutan dengan penerapan protokol kesehatan
kampung global. Jalan keluar yang tepat melainkan suatu cara tindak hidup yang
untuk mengatasi krisis pandemi yang baru; suatu pertobatan dari cara hidup yang
memutus tali relasi antarmanusia adalah lama dan usang yang dikategorikan sebagai
jalan solidaritas. Paus mengingatkan agar krisis sosial, politis dan ekonomi yang
kita tidak tergiur oleh tawaran perubahan sangat terasa sebelum masa pandemi. New
yang dangkal belaka melainkan terarahkan normal yang sebenarnya adalah kelahiran
kepada satu maksud tertentu yaitu baru menurut Paus Fransiskus ini, yaitu
kehidupan yang dibangun atas dasar saling pertobatan dari penyimpangan-
memerhatikan. penyimpangan hidup, terlebih
penyimpangan yang mengakibatkan

26
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

penderitaan bagi sesama sehingga menodai Paus menegaskan bahwa waktu


subsidiaritas dan menyuburkan akan mengantar kita keluar dari situasi
individualisme sehingga timbul kekerdilan, pandemi namun bukan saja akan masuk ke
keterbelakangan dan ketidakadilan. “new normal” yang dipahami secara keliru
Individualitas perlu dipertegas dalam oleh dunia (termasuk Indonesia).
perspektif satu untuk semua; pribadi bagi Kenormalan yang akan kita jalani adalah
kebersamaan. Di sinilah keutamaan suatu normal baru, yang kebaruannya
harapan ditumbuhkan secara terletak pada perubahan hidup, bukan
memungkinkan. Tindakan berbagi kepada mengulangi secara sama kehidupan yang
mereka yang membutuhkan tetapi tidak pernah ada pada masa sebelum pandemi.
berdaya, itulah tindakan pengayaan dalam Normalitas sebelum pandemi, diperlihatkan
kebersamaan. Subsidiaritas bukan realitas realitasnya oleh paus sebagai kenyataan
pemanjaan atau pembiaran terhadap kaum yang diwarnai oleh ketidakadilan,
lemah namun sebaliknya merupakan kesenjangan dan kerusakan lingkungan.
tindakan untuk membangkitkan semangat Normalitas yang baru yang ditegaskan oleh
hidup sehingga mereka dapat mandiri dan paus adalah nilai-nilai Kerajaan Allah yang
bertangung jawab atas kehidupannya. seharusnya ditegakkan. Tanda kehadiran
Paus sangat menyayangkan Kerajaan Allah sebagaimana terbaca dalam
persoalan mengenai ketidakadilan yang Kitab Suci, “orang buta melihat, orang
terjadi karena pemusatan produktivitas dan lumpuh berjalan, orang kusta menjadi
industri tanpa memerhatikan penyebaran tahir, orang tuli mendengar, orang mati
demi pemerataan di semua wilayah dan dibangkitkan dan kepada orang miskin
bidang kehidupan. Persoalan yang diangkat diberitakan kabar baik” (Mat 11: 5). Dalam
oleh Paus Fransiskus ini senada dengan apa normalitas baru yang sesungguhnya, kita
yang diserukan oleh Paus Pius XI (1931: akan mengalami keadilan dan kesamaan
9.14). Paus menyadarkan dunia bahwa dalam menikmati anugerah-anugerah
berhadapan dengan situasi penderitaan Allah, dan mengalaminya dalam
yang berlanjut ini, betapa pentingnya kelimpahan sebagai sesama dan saudara
subsidiaritas itu. Situasi menjadi lain ketika sebapa.
penderitaan yang datang beruntun itu Paus pada akhirnya mengajarkan
dihadapi seorang diri atau dalam kelompok aspek kontemplatif sebagai cara untuk
yang kecil dan terbatas. Ketertutupan mengatasi keterpisahan antara pribadi
terhadap kebersamaan yang lebih luas manusia dengan persoalan-persoalan yang
merupakan sikap yang tidak patut. Dari segi ada di sekitarnya, terlebih sesama manusia.
keberimanan, paus mengajak kaum Mengenai pentingnya kontemplasi dalam
kristiani untuk mengarahkan pandangan menghadapi realitas dunia, paus
kepada sumber kekuatan tunggal, Yesus mengajarkan bahwa perlu adanya
Kristus. Dia, tetap menjadi jangkar perubahan sikap dari kecenderungan
kehidupan manusia. Paus mengingatkan memusatkan perhatian pada material
dan memberi peneguhan pula bahwa kepada lingkungan di mana kita hidup dan
katekesenya akan berakhir namun bergerak. Pemahaman akan kehidupan
perjalanan kaum beriman berlanjut, maka manusia yang dipayungi oleh alam
penting untuk dihidupi, sikap pengharapan lingkungan termasuk sesama yang berbaur,
akan kepastian dari suatu masa depan harus ditumbuhkan secara benar dan
bersama dan dalam Yesus Kristus. familiar dalam diri setiap penghuni bumi
Peristiwa penciptaan kembali tetap diperani yang adalah rumah kehidupan bagi semua.
oleh Allah dalam Yesus Kristus, Sang Janganlah kita berlagak sebagai perusak
Penyembuh dan Pemulih dunia yang telah alam lingkungan yang adalah rumah kita
berantakan oleh pandemi. dan mengakibatkan orang lain menderita
sengsara karena ulah dan tindakan kita yang

27
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

tidak bertanggung jawab. Membahasakan selalu berubah (berkembang) seiring


apa yang diserukan oleh paus, dapat perputaran masa. Perubahan yang terjadi itu
dikatakan bahwa pertobatan yang benar disebabkan oleh persoalan-persoalan yang
adalah kita menghilangkan kebiasaan ditanggapi oleh Gereja, tidak tetap
mendatangkan kesengsaraan bagi orang melainkan berubaha-ubah. Karena
lain dengan cara merusak alam lingkungan. berhadapan dengan persoalan yang
Tindakan pertobatan yang berubah-ubah maka ajaran Gereja perlu
diserukan oleh paus di sini, diproses dirumuskan dengan berhati-hati, sebagai
melalui kontemplasi sebab dimensi sumbangan untuk menyelesaikan suatu soal
kontemplatip merupakan sarana yang yang sering berubah dan yang hanya dapat
penting untuk membawa manusia kepada diselesaikan dalam semua kelompok yang
kesadarana yang baru, berhadapan dengan hidup dan berpengaruh dalam satu kawasan
Allah sendiri yang hadir di alam semesta. tertentu. Dalam perjuangannya untuk
Paus meyakinkan bahwa rasa kagum itu mengatasi berbagai persoalan, Gereja
terlahir dari kontemplasi. Rasa kagum itu menyadari keterbatasan dirinya bahwa
rasa positif yang melahirkan energi positip sumbangannya bersifat sementara dan tidak
yang baru sehingga dari rasa kagum dapat menyelesaikan problem secara
manusia diarahkan kepada rasa syukur dan tuntas.
peduli yang menobatkannya dari bentuk- Gereja, dengan ciri realitas
bentuk keserakahan. Rasa kagum akan sosialnya yang dibedakan dari realitas
ciptaan berlanjut kepada kekaguman akan rohani/religius, memaknai
Sang Pencipta sendiri. Melalui kontemplasi keberpihakannya sebagai bagian dari dunia
terjadi perjumpaan antara Sang Pencipta untuk menguduskannya (tugas Gereja,
dengan ciptaan termasuk diri pribadi kita menguduskan). Dalam maksud ini, setiap
yang berkontemplasi; pada titik inilah paus pada periode kegembalaannya,
tercipta pengalaman baru yang berkekuatan mengenakan kacamata zaman untuk
menghindari kita dari kecenderungan menangkap kehendak Allah yang
menempatkan diri sebagai pusat dan dirangkumnya dari berbagai aspek dan alur
menyingkirkan orang lain, termasuk alam kehidupan. Keberpihakan Gereja tercantum
ciptaan. Dalam perspektif ini pula secara jelas dalam ensiklik sosial Gereja.
ditegaskan paus mengenai pentingnya Yang termasuk dalam ensiklik-ensiklik
mempersiapkan suatu masa depan bagi sosial Gereja adalah Rerum Novarum;
cucu-cicit, para penerus kehidupan di bumi. Quadragesimo Anno; Pacem in Teris;
Kepada mereka pun semestinya diwariskan Populorum Progressio; Laborem Exercens,
budaya hidup penuh syukur dan peduli termasuk pula Gaudium et Spes. Semua
terhadap bumi dan makluk ciptaan, sebagai dokumen dan semua usaha praksis untuk
rumah bersama kita. menerjemahkan muatan ensiklik-ensiklik
itu dalam kehidupan keberpihakan Gereja,
Kajian Pustaka diintikan dalam usaha mewujudkan
Ajaran adalah keterlibatan teoritis keselamatan konkret, dengan tidak terbatas
yang mengandaikan keterlibatan praktis pada kaum kristiani melainkan semua
atau mau menggerakkan aksi sosial, baik orang. Gereja wajib hadir di tengah situasi
dari para anggota Gereja maupun dari sosial. Kehadirannya adalah kesaksian akan
semua yang berkehendak baik. Sebagai keberpihakannya terhadap kaum lemah.
ajaran, Ajaran Sosial Gereja memiliki Isi ensiklik-ensiklik sosial tidak
cirinya yang khas dibandingkan dengan pertama-tama dipikirkan oleh para ahli, dan
ajaran-ajaran Gereja yang lain. Ajaran juga tidak dicari-cari dalam Kitab Suci,
Sosial Gereja berdasarkan semangat Injil melainkan bertumbuh dari usaha-usaha dan
dan bersumber pada iman. Salah satu dari keyakinan orang yang dengan iman
kekhasan Ajaran Sosial Gereja adalah kristiani berkotor tangan-selalu bersama

28
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

dengan banyak orang lain yang senasib dan kemudian tulisan tersebut diberi judul
belum tentu seagama. Pokoknya isi “Ajaran Sosial Gereja Paus Fransiskus di
ensiklik-ensiklik sosial bertumbuh dari Masa Pandemi” (Fransiskus, 2020).
ranah keyakinan iman dan menjadi hidup Ajaran sosial Gereja Paus Fransiskus
dalam orang buruh dan orang usahawan, di masa pandemi ini terkorelasi dengan
para tani dan fungsionaris organisasi buruh. prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja yang
Ajaran Gereja dalam ensiklik-ensiklik umumnya memberi pengarahan untuk
sosial, dalam surat-surat gembala para mengerti banyak masalah aktual untuk
uskup dan karangan teologi menyuarakan menentukan sikap dan mencari
tanggungjawab yang sudah dipikul orang penyelesaian. Sejalan dengan ajaran sosial
Kristen, menyuluh semangat iman yang Gereja Paus Fransiskus ini, tugas Gereja
sudah selalu mengobarkan hati dan menyangkut pertama-tama pembebasan
menunjukkan arah yang dapat ditempuh dari segala bentuk penindasan yang
bersama, supaya dalam perubahan sosial dilakukan oleh menusia atas manusia.
terwujud keadilan yang menjadi Pokok dan inti dari karya penyelamatan
tanggungjawab kita. yang membumi terekspletasi pada
Rerum Novarum adalah dokumen bagaimana penyelamatan itu berkaitan
ajaran sosial Gereja yang pertama, dengan pembebasan politis, ekonomi,
kemudian diikuti oleh Quadragesimo ekologi dan kultur supaya kabar gembira
Anno; Pacem in Teris; Populorum menjadi keyataan historis.
Progressio; Gaudium et Spesdan Laborem Menurut Karl Marx, masalah sosial
Exercens. Dalam alur penuangan muatan merupakan akibat dari alienasi ekonomi.
dalam setiap dokumen tersebut, nampak Alienasi merupakan tanda bahwa ada di
jelas pendauran dari dokumen yang luar tetapi yang ada di luar manusia dalam
sebelumnya dalam dokumen yang konteks sekarang ini adalah dunia yang
berikutnya, semua dokumen tersebut berasal dari dirinya (Wilhelm Emmanuel:
kembali mendasari pada Rerum Novarum. 387-419). Maka ketika manusia
Muatan ajaran-ajaran sosial Gereja dalam menghadapi kesulitan seperti masa
ensiklik-ensiklik yang telah dikeluarkan mandemi ini, daya pengetahuan dalam diri
oleh setiap paus semenjak Leo XIII, Rerum manusia itu berorientasi secara khas.
Novarum sampai Yohanes Paulus II, Perjalanan Gereja dan dunia, perjalanan
Laborem Excernes mencerminkan suatu pribadi dan dalam persekutuan ditandai
perjalanan Gereja yang mengalir dalam alur dengan kejadian-kejadian; peristiwa-
kehidupan dunia yang terbuka terhadap peristiwa yang darinya melahirkan
kehendak Roh sebagaiamana maksud kesadaran dan pengakuan bahwa kebenaran
kehadirannya di dalam dunia sebagai tidak mendefinisikan seluruh makna asali
sakramen keselamatan. tetapi setiap waktu dapat dirumuskan secara
Realitas keberadaan rumah bersama khas. Pemikiran ini disejalankan dengan
dalam locus permasalahan artikel ini, telah ajaran Paus Fransiskus mengenai “new
terobrak-abrik oleh berbagai tindakan normal” yang menghendaki umat manusia
ketidakadilan dalam rentang masa yang merumuskan secara baru tata hidupnya
panjang sebelumnya dan yang kini tengah untuk memerbaiki hidup sebelum masa
digerogoti oleh akibat langsung dari virus pandemi.
corona yang menyerang setiap orang, setiap Di sinilah manusia sendiri tampil
negara, tanpa memilah dan memilih sebagai agen dari segala perubahan dan
melahirkan sikap-sikap dan cara bertindak pengembangan; sedangkan tujuan dari
yang dikarenakan olehnya. Dalam situasi usaha pembebasan adalah realisasi sejati
pandemi dan akibatnya bagi dunia, Paus dari manusia. Maka pokok utama dari
Fransiskus sembilan pekan berturut-turut segala ajaran sosial Gereja adalah hormat
berkatekese mengenai hal tersebut yang terhadap pribadi manusia dan perjuangan

29
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

untuk hak-hak azasi manusia bagi orang- Berbeda dengan dokumen-


orang miskin. dokumen yang lain, Gaudium et Spes
amatlah bersifat teologis. Ciri ini menandai
cara memandang persoalan-persoalan
sosial dari sudut pandang teologis pula.
Metode Penelitian Sedangkan Laborem Exercens dengan
Dalam menyibak Dokumen Ajaran cirinya, ia tidak mendasari pandangannya
Sosial Gereja Paus Fransiskus di Masa terhadap masalah-masalah sosial
Pandemi ini, penulis bermaksud berdasarkan Rerum Novarum melainkan
menemukan muatan ajaran paus dalam lebih pada Gaudium et Spes, dengan
dokumen tersebut dengan membangun kekhasan dan penegasannya pada hal kerja
pemahaman atas kesembilan tema dalam dan pekerjaan. Mengenai kerja, sudah pula
setiap detailnya. Aktualisasi ajaran ini dibahas dalam Gaudium et Spes namun
memanggil penulis, terfokus pada dokumen selain bersifat teologis, persoala kerja
ajaran sosial Gereja paus Fransiskus ini dan dalam Gaudium et Spes tidaklah serinci
sambil dengannya penulis menyimak pula yang diulas oleh Yohanes Paulus II dalam
dokumen-dokumen yang bermuatan Ajaran Laborem Exercens.
Sosial Gereja mulai dari Rerum Novarum Dokumen Ajaran Sosial Gereja
hingga Laborem Exercens untuk Paus Fransiskus di masa pandemi ini terdiri
menemukan kesejalanannya dan kelanjutan dari sembilan tema yaitu Memulihkan
dalam mengekspresikan kepedulian Gereja dunia; Iman dan martabat manusia;
terhadap situasi sosial dunia, dalam hal ini Keberpihakan kepada kaum miskin dan
pandemi virus corona yang melanda dunia keutamaan kasih; Maksud universal
dengan berbagai akibatnya. Karena itu barang-barang dan keutamaan harapan;
maka metode yang digunakan adalah Solidaritas dan keutamaan iman; Kasih dan
penelitian dokumen. kesejahteraan umum; Subsidiaritas dan
Penelitian dokumen ini yang keutamaan harapan; Pemeliharaan akan
dieksplisitkan pada beberapa dokumen rumah bersama kita dan dimensi
Ajaran Sosial Gereja tersebut yang kontemplatip; Subsidiaritas dan keutamaan
mencirikan keterlibatan sosial sebagai harapan; dan Memersiapkan masa depan
bagian integral dari hidup kristiani sebagai bersama Yesus yang menyelamatkan dan
usaha untuk mengikuti Kristus dengan iman memulihkan.
yang hidup. Iman yang hidup itu Kesembilan tema tersebut
mengekspresikan kenyataan bahwa ia tidak disampaikan oleh Paus dalam bentuk
mungkin dipisahkan dari perjuangan untuk katekese selama sembilan hari berturut-
keadilan. Realitas keadilan itulah yang turut. Masing-masing tema dengan
dimaksudkan oleh Gereja dalam ajaran- keluasan muatan yang hampir sama dengan
ajarannya. penekanan yang berbeda namun tetap
Rerum Novarum menjadi dasar terkorelasi satu sama lain. Paus mendasari
hampir semua Dokumen Ajaran Sosial katekesenya tersebut dengan beberapa
Gereja. Rerum Novarum dan dokumen- dokumen yang telah dikeluarkannya
dokumen lain turut secara kronologis sebelum itu, seperi Laudato Sii, evangelii
hingga Laborem Exercens, dan salah satu di Gaudium, dan juga beberapa dokumen
antaranya adalah Dokumen Konsili Vatikan yang dukeluarkan oleh Paus Yohanes
II, Gaudiun et Spes (GS). Setiap paus Paulus II, dan menyinggung pula ensiklik-
mengangkat kembali aspek-aspek yang ensiklik ajaran sosial Gereja mulai Rerum
dipersoalkan oleh Rerum Novarum dan Novarum hingga Laborem Exercens.
menambah dalam bentuk perluasan cara
pandang dan menambah aspek lain yang
sesuai dengan tanda zaman.

30
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

Hasil Dan Pembahasan penopangnya dalam masyarakat yang


Dalam pembahasan ini, dipaparkan cenderung mementingkan diri. Kerapuhan
tiga tema kecil sebagai tanggapan terhadap solidaritas nampak dalam pemihakan
ajaran Paus Fransiskus dalam sembilan terhadap orang-orang kecil dibuat bukan
tema katekesenya. Tiga tema tersebut kerena mereka adalah kelompok
adalah mengatasi solidaritas yang rapuh; masyarakat yang baik dan adil melainkan
mengatasi ekononi yang sakit; dan menata karena nasib mereka memang malang di
harmonisasi yang tercemar. Ketiga tema dalam konteks suatu masyarakat yang tidak
ini diangkat untuk memberi tempat pada adil (Prior John: 186-187).
pribadi manusia; situasi ekonomi dan Kerapuhan solidaritas diatasi pula
integritas yang terjalin antara manusia secara spiritual dari aspek biblis agar
dengan sesamanya dan manusia dengan memberdayakan kaum beriman dalam
alam ciptaan; manusia dengan Sang mengoptimalkan kebersamaan dalam
Penciptanya. berbelarasa. Kisah penciptaan (Kitab
Kejadian) merangkum kemartabatan
Mengatasi Solidaritas yang Rapuh manusia. Allah menganugerahi manusia
Pandemi menguakkan pula martabat paling luhur di antara makluk
kerapuhan solidaritas ini sebagai krisis ciptaan yang lain. Dengan martabatnya
kebersamaan yang semakin membatasi yang khas, manusia bertanggung jawab atas
lintasan batas-batas pribadi manusia. Di hidup sesamanya pula, terlebih mereka
sini terjadi kekaburan dalam menempatkan yang karena desakan keserakahan manusia
manusia yang bermartabat luhur itu. Sikap yang adalah sesamanya, menyebabkan
mengobyekkan sesama merupakan sikap mereka tergusur ke pinggiran-pinggiran
penyingkiran yang keji karena lalu sesama kemungkinan. Untuk itu maka jalan keluar
diperlakukan seperti bukan manusia untuk mengatasi solidaritas yang rapuh
selayaknya. Solidaritas menjadi rapuh perlu ditempuh dengan cara bagaimana kita
tanpa daya ketika kebersamaan dan dapat membawa ruang pinggiran menuju ke
kesamaan dipandang sebagai pengganggu pusat sehingga yang dipinggirkan menjadi
urusan-urusan individual dan kesetaraan. disentralkan; mereka yang tidak
Di sinilah dituntut kesalingan yaitu diperhitungkan dan yang dibungkam,
ketergantungan satu dengan yang lain, mengalami dihargai dan didengarkan. Jika
supaya menjadi solidaritas yang ini merupakan keberanian kita dalam
menghasilkan buah. Pada hakekatnya perlu bersaksi, maka itu berarti kita sedang
diakui bahwa nilai-nilai kebersamaan, mengembalikan “firdaus” ke tengah
kekeluargaan dan harmoni adalah nilai- kenyataan solidaritas yang rapuh ini.
nilai yang hidup termasuk Indonesia. Tanpa Cara bagaimana menata kerapuhan
nilai-nilai itu suatu masyarakat akan solidaritas, tidak hanya dengan bertindak
berantakan. mengatasi persoalan untuk membebaskan
Berantaknya dunia ini orang-orang terpinggir, tetapi bagaimana
sesungguhnya telah menjadi cirinya yang perjuangan itu sampai pada membuat
nyata, seperti dibahasakan oleh Durkheim orang-orang terpinggir bisa ikut
bahwa dekadensi masyarakat modern menentukan kebijakan. Semua orang diberi
disebabkan oleh mundurnya nilai-nilai bagian tugas yang membuatnya merasa
yang mengikat masyarakat bersama-sama bertanggung jawab menata rumah bersama
sebagai suatu unit (Prior John, 2003: 185). kita dan dihargai sebagai pribadi
Inilah situasi rumah bersama yang bermartabat. Akibatnya setiap orang
diharapkan tetap hidup dalam skala lokal menghuni bumi yang adalah rumah
dengan cirinya yang menguniversal. bersama kita dengan harga diri sebagai
Namun nyatanya sekarang solidaritas sosial pribadi semartabat dengan orang lain,
menjadi rapuh karena tidak ada bukan meyerah pada nasib.

31
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

Ketidakadilan terjadi, juga karena orang miskin harus dikembalikan sebelum


pembungkaman ide dan suara yang datang matahari terbenam.
dari masyarakat kecil dan tidak berpeluang Apa yang termuat dalam Rerum
dalam bidang politik dan ekonomi. Novarum dan terulang dalam seruan Paus
Tererosinya subsidiaritas tersebut Fransisikus ini membahasakan kenyataan
merupakan pula kenyataan hilangnya Indonesia. Para pemilik modal dibuat kaya
pengharapan sebagai orang beriman. Krisis oleh para pekerja. Semakin rajin petani,
subsidiaritas ini melahirkan indivualisme semakin kaya si pedagang. Kekayaan
yang mudah menyerang kebersamaan dan berupa hasil komoditi dari desa dibawa ke
rasa senasib umat manusia. Setiap orang pesisir; hasil jeripayah di desa disedot ke
atau kelompok kecil berlomba mengejar kota, dan lahan serta kekayaan-kekayaan
dengan gesit dan licik demi meraih apa alam di daerah-daerah, dimanipulasi dan
yang hendak dimenangkannya. Sesama dihisap ke pusat. Jelaslah dengan ini, bahwa
dilihat sebagai lawan yang mesti mengakibatkan kaum kecil dan sederhana
ditundukkan. Kondisi ini adalah situasi menjadi alat untuk orang kaya dan orang
tanpa pengharapan akan keselamatan. berpengaruh. Kesakitan yang timbul,
Dalam kondisi seperti inilah paus diakibatkan pula oleh cara pandang yang
menyerukan agar setiap orang terlibat untuk miris dari para kapitalis, bahwa kemiskinan
mengatasi, memerbaiki, mengobati, disebabkan oleh orang miskin sendiri,
termasuk mereka yang terkena langsung padahal orang-orang yang kurang
akibat dari pandemi ini. berpendidikan itu sering dan mudah
dimiskinkan oleh orang-orang kaya dan
Mengatasi Ekonomi yang Sakit para penguasa: Pemiskinan. Tidak jarang
Secara kontradiktif paus kaum miskin disalahkan karena mereka
memerlihatkan persoalan makro dan mikro; kurang berpendidikan, kurang trampil,
persoalan yang kelihatan dan yang tidak kurang memiliki sikap dan kecerdasan
kelihatan, yaitu bagaimana harus bertindak sesuai tentuan zaman. Situasi ini sangat
mengatasi kesulitan besar yang disebabkan berdampak melahirkan penyakit ekonomi
oleh wujud pengaruh yang kecil tetapi dan sosial.
berkekuatan raksasa; demikian pula Soal perekonomian yang sakit ini
bagaimana harus mengatasi kesulitan dan tidak terlepas dari hubungannya dengan
persoalan-persoalan kesakitan ekonomi para pekerja, pemilik modal dan majikan,
yang berciri umum, manyebar di seluruh sebagaimana dalam Rerum Novarum dan
dumia terkhusus di Indonesia dan di Quadregesimo Anno. Muatan seruan Leo
wilayah-wilayahnya. Kesakitan itu XIII dalam Rerum Novarum terungkap pula
merupakan buah dari sikap menyepelekan oleh paus Fransiskus dalam ajaran sosial
penyebaran ekonomi yang merata karena Gereja di masa pandemi ini, bahwa dalam
cenderung mengabaikan pertumbuhan dunia dewasa ini telah terjadi penyakit
ekonomi di wilayah-wilayah tertentu (di monopoli kekayaan dunia. Penyakit
Indonesia Timur, misalnya). monopoli ini mudah terulang oleh generasi
Allah telah berpihak pada kaum berikut jika tidak disembuhkan oleh
miskin melalui “Prinsip Sinai” (Perjanjian tindakan peradilan. Logisnya, kemiskinan
Lama), yaitu orang kaya dapat dalam dunia terjadi karena realitas
meminjamkan uang kepada orang miskin, ketidakberimbangan dalam kepemilikan.
akan tetapi tidak boleh menjadi sumber Ada orang dan kelompok yang memiliki
pemasukan tambahan bagi si kaya. kekayaan sangat banyak sedangkan ada
Meminjamkan uang kepada orang yang begitu banyak orang yang tidak banyak
tidak berpunya harus dipandang sebagai memilikinya dan lebih banyak lagi orang
suatu kehormatan bagi orang yang yang berada sangat jauh di bawah garis
berpunya. Dan apa yang dipinjam dari kemiskinan. Ketidakmerataan yang bagai

32
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

jurang dalam ini dapat dimungkinkan usaha dipatahkan, perlu adanya pertobatan yang
penyeimbangannya dengan sumber daya terus-menerus. Pertobatan yang melahirkan
yang memadai. keharmonisan yang mendalam akan
memulihkan ketercemaran hidup yang
Menata Harmonisasi yang Tercemar menggangu rumah bersama kita. Gambaran
Harmoni menandakan kesatuan diri manusia yang terbaca sebagai
kemajemukan yang tertata menjadi suatu pemangsa dan bukan pemelihara dan
identitas dan kekutan dalam mengatari pelindung merupakan bentuk pencemaran
perbedaan yang memisahkan. Kesimbagan terhadap harmoni. Harmoni yang
dalam berbagai aspek kehidupan merupakan gambaran realitas firdaus ketika
diperlukan dalam harmonisasi. manusia pertama masih hidup dalam
Tercemarnya harmonisasi terjadi karena ketaatan terhadap Allah, realitas itulah yang
kepedulian yang sakit sehingga tercipta dimaksud agar selalu diperjuangkan.
pecahan-pecahan realitas yang memicu Ketaatan merupakan salah satu keutamaan
perbedaan. Kepedulian yang sakit ini perlu yang dituntut dalam membangun
direhabilitasi melalui pertobatan dan harmonisasi karena ketaatan bukan
pembaruan hidup. Untuk itu maka penataan membelenggu melainkan membebaskan
harmonisasi dilakukan dengan manusia untuk tidak bertindak semena-
diperluasnya cara pandang tentang mena. Sebutan “kampung global”
harmoni, yang pada dasarnya harus terpola menandai kenyataan harmonisasi yang
dari semangat hidup communio yang menyebarluas secara mondial.
melahirkan realitas koinonia dalam Gereja
dan komunitas masyarakat. Penataan Penutup
harmonisasi dari segi spiritual, hal yang Sibakan materi pengajaran ajaran
dipandang sebagai penangkal terbaik oleh sosial Gereja di masa pandemi oleh paus
paus Fransiskus adalah kontemplasi. Fransiskus ini menghasilkan beberapa poin
Karena kontemplasi memberberdayakan simpulan. Pertama. Ajaran Sosial Gereja
manusia menghadapi penyalahgunaan tetap aktual sesuai tuntutan tanda zaman.
rumah bersama. Kedua. Istilah “rumah bersama” menjadi
Penataan harmonisasi melalui pusaran diuraikannya sekian banyak
kontemplasi tergambar dalam pernyataan persoalan oleh paus Fransiskus dalam
paus Fransiskus menggugat kita dalam hal ajaran sosial Gereja di masa pandemi ini.
pentingnya mengambil waktu jedah demi Rumah bersama menjadi sebuah realitas
permenungan tentang kehidupan yang sosial yang merangkum seluruh perbedaan
sedang meminta perhatian kita atasnya. dan individualistik yang ditonjolkan oleh
Dalam hal ini alam semesta membutuhkan ciri zaman yang semakin mutakhir ini.
sapaan dari kita manusia; bukanlah sebuah Rumah bersama merupakan realitas yang
sapaan yang spontan dan dangkal belum dialami sebagai suatu kenyataan oleh
melainkan ungkapan rasa yang tersodor semua orang, bahkan hanya segelintir orang
dari hasil permenungan melalui yang menyadarinya. Rumah bersama
kontemplasi. Dengan kontemplasi atas menjadi hakekat manusia sebagai makluk
alam ciptaan dan atas setiap keputusan yang sosial yang mengikatnya dari kedalaman
hendak diambil sehuhubungan dengan individualitasnya. Aspek individu telah
resiko penodaan terhadap harmoni, pastilah sekian memangsa dan mengerosi aspek
melahirkan kepekaan. sosial manusia. Maka pemulihan dan
Ketidakharmonisan diakibatkan penyehatan kembali hidup sosial yang
oleh egosentris yang bercokol dalam diri sudah dan sedang terluka, perlu dan
manusia yang menggiring kepada dimutlakkan.
penempatan dirinya di mana ia kehendaki. Ketiga, kesadaran baru yang harus
Untuk itu maka bagaimana egosentris dicerahkan dalam diri masyarakat adalah

33
JURNAL REINHA
Volume 12 No.1 Januari-Juli 2021 ISSN: 2089-3159 | e-ISSN: 2807-2669

bahwa krisis harus mengubah hidup. Kaitan Iman dan Keadilan,


Keempat, ketika manusia tidak lagi Yogyakarta: Kanisius.
diterangi kebenaran-kebenaan abadi, dia Kettler, von Emmanuel Wilhelm (1981).
menjadi korban prinsip-prinsip politik dan The Labor Problem and Christianity:
sosial yang didapat dari gagasan-gagasan University Press of America,
palsu dan abstraksi yang mandul. Washington D.C.
Pemerintahan dan struktur-struktur hukum
dapat menegakkan tatanan sosial dan
ekonomi yang lebih sehat dengan
mengorganisasi kembali industri,
komunitas, dan orang-orang lain yang perlu
untuk masyarakat sesuai dengan hakekat
sebenarnya dan tujuan yang sesungguhnya.
Kelima, semangat krisitani pada dasarnya
ialah penyangkalan diri. Penyangkalan diri
merupakan motor kesejahtraan rumah
bersama; semangat yang memungkinkan
penguasaan diri dan kepentingan pribadi,
sebagaimana pandangan St. Thomas
Aquinas: Keadilan dicirikan dengan
pengakuan bahwa keadilan itu menyangkut
hubungan dengan orang lain; hormat
terhadap hak orang lain; dan kesamaan
(S.T., IIa-IIae, Q.57, A.1 ss.).

Daftar Pustaka

B. Kieser (1992), Solidaritas 100 Tahun


Ajaran Sosial Gereja.
Fransiskus, P. (2020), Ajaran Sosial Gereja
di Masa Pandemi (S.R.P.T.
Krispurwana Cahyadi [ed]).
II, P.P. (1965), Gaudium et Spes.
II, P.P. (1981), Laborem Exercens.
Paus Leo XIII, R.N. (1891), Rerum
Novarum.
VI Paus P. (1967) Populorum Progressio.
VI, P.P. (1931), Quadragesimo Anno.
XI, P.P. (1931).
XXIII, paus Y. (1963), Pacem in Terris.
Prior, M. John. (1993). Bejana Tanah Nan
Indah, Ende: Nusa Indah.
______. (2003). Amatus Woi – Membaca
Tanda-tanda Zaman pada Akhir
sebuah Zaman, Maumere: Puslit
Candraditia.
Holand, Joe & Henriot, Peter. (1986).
Analisis Sosial & Refleksi Teologis,

34

Anda mungkin juga menyukai