Aldi Saputra
NIM: 23201022010
Pendahuluan
Sejarah sebagai studi tentang masa lalu telah mengalami perkembangan
yang panjang sejak zaman klasik ketika Herodotus, bapak sejarah, melakukan
upaya serius untuk membebaskan penulisan sejarah dari dominasi unsur mitos.
Upaya ini dilanjutkan oleh Thucydides yang mengembangkan metode kritis untuk
mencapai penulisan sejarah yang lebih akurat. Thucydides, yang sering disebut
sebagai bapak sejarah politik, terkenal terkenal dengan upayanya untuk menguji
secara kritis sumber-sumber sejarah yang dikumpulkan dari para saksi mata.
Kedua sejarawan perintis tersebut meletakkan dasar bagi studi sejarah secara
ilmiah. Pada periode modern, sejumlah orang juga telah memberikan kontribusi
yang signifikan dalam studi sejarah. Berkenaan dengan metode sejarah, penting
untuk menyebutkan tokoh-tokoh seperti Lorenzo Valla dan Jean Mabillon yang
menekankan sikap kritis dalam memperlakukan sumber-sumber sejarah.
Pentingnya kritik tekstual, Mabillon mengembalikan metode sejarah dengan
memperkenalkan diplomatik, sebuah ilmu untuk menentukan keaslian dokumen.
Menurut Mabillon, penulisan sejarah harus didasarkan pada sumber-sumber asli
yang telah melewati serangkaian uji kritis.
Dengan adanya revolusi sejarah, dengan mudah muncul anggapan bahwa
tidak perlu ada pembaharuan sejarah. Asumsi ini kurang tepat, seperti yang
ditunjukkan, misalnya, dengan berkembangnya mazhab sejarah Annales yang
pada awalnya dikembangkan sebagai respons kritis terhadap historiografi yang
sudah mapan. Penyebutan mazhab Annales sebagai sebuah 'mazhab' sebenarnya
juga bermasalah karena mengandaikan adanya keseragaman suara di dalam
kelompok ini. Pada kenyataannya, di antara para anggota Annales Kenyataannya,
di antara para anggota mazhab Annales terdapat penekanan dan minat yang
heterogen dan juga beberapa generasi beberapa generasi yang terlibat dalam
kelompok ini. Dengan kata lain, sekolah Annales bukanlah kelompok homogen,
tetapi secara internal lebih beragam. 1 Hanya dengan cara ini pemahaman yang
lebih baik dari aliran Annales dapat diperoleh sebagai antitesis terhadap
pandangan dan bentuk historiografi yang sudah mapan. Selanjutnya, juga penting
untuk membahas masalah-masalah teoretis yang diangkat oleh mazhab Annales.
Sebuah penilaian umum tentang sejauh mana sekolah Annales berhasil dalam
menangani masalah-masalah teoritis juga diberikan.
1
Nawiyanto & dkk, “Annales School of History: Its Origins, Develovment and
Contribution”, Journal Of Humanities And Social Science, Vol. 27, No.8, (May 2022), h.39
Metode
Penelitian ini menggunakan (library research) dalam kategori studi
kepustakaan atau riset perpustakaan. Riset kepustakaan, juga dikenal sebagai
teknik kepustakaan, merupakan metode penelitian yang melibatkan kegiatan
membaca, menganalisis, dan mencatat berbagai literatur atau materi bacaan yang
relevan dengan topik penelitian. Setelah itu, informasi tersebut disaring dan
disusun dalam kerangka pemikiran secara teoritis. 2 Langkah-langkah yang
ditempuh oleh peneliti mencakup tahap awal, yaitu pengumpulan bahan penelitian
dengan mencari kata kunci yang sesuai dalam jurnal ilmiah atau sumber lain
seperti buku atau karya ilmiah lain yang mendukung topik penelitian. Langkah
kedua melibatkan pembacaan bahan-bahan yang ditemukan dariHasil dan
perpustakaan. Selanjutnya, langkah ketiga adalah pembuatan catatan penelitian,
yang dianggap sebagai elemen krusial karena pada akhirnya, penulis akan
menyusun kesimpulan dari temuan tersebut dalam laporan. Langkah terakhir,
yaitu langkah keempat, melibatkan proses pengolahan catatan penelitian.
Hasil & Pembahasan
A. Sejarah munculnya Aliran Annales dari Perancis
Sebagai suatu mazhab yang berpengaruh besar dalam historiografi,
mazhab Annales tentu memiliki proses dari awal hingga terbentuknya
mazhab ini. Sebuah hal yang menarik untuk dibahas dalam essay kali ini
bagaimana sebab yang membuat mazhab Annales bisa terbentuk dan
berkembang hingga berpengaruh dalam penulisan sejarah hingga dewasa
ini.
Peristiwa-peristiwa seperti perang, diplomasi, dan kegiatan politik
lainya menarik perhatian sebagai peristiwa penting yang sangat
mempengaruhi jalannya sejarah. Tidak mengherankan apabila sejarah
politik dan sejarah perang sangat menonjol dalam historiografi. 3 Dan
diabad ke-19 timbul tipe penulisan sejarah nasional, dominasi sejarah
politik tetap bertahan dan sejarah nasional terutama merupakan sejarah
politik. Sebenarnya perkembangan politik abad ke-19 sangat memperkuat
kecenderungan itu, antara lain karena munculnya negara nasional sebagai
reaksi terhadap penjajahan Perancis dan perang-perang Napoleon. Jadi,
fakta atau proses politik sangat dominan.
Lalu, muncul juga penulisan biografi yang semakin menguatkan
gambaran betapa besarnya peranan tokoh politik dalam sejarah, bahkan
sering menjurus kepada pendapat seolah-olah sejarah dibuat oleh tokoh
atau orang besar dalam sejarah. Di sini kita menjumpai semacam teori
2
Faizal hamzah & dkk, “The History of Muhammadiyah” Journal of Indonesian History,
11 (1) pg 23-32.
3
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 44.
seorang besar. Anggapannya ialah bahwa jalannya sejarah ditentukan oleh
orang besar. Proses penulisan sejarah masih bersifat makro, tidak ada
kebutuhan untuk melacak proses pada tingkat yang lebih detail yaitu
mikro.4
Maka dari itulah, timbul reaksi-reaksi sejarah politik sebagai
sejarah yang dominan timbul dalam abad ke-20, antara lain karena
dirasakan bahwa dalam sejarah politik banyak aspek-aspek kehidupan
masyarakat kurang mendapat perhatian, di antaranya bidang ekonomi,
sosial, dan kultural. Sesungguhnya dengan terbitnya karya Voltaire dalam
abad ke-18 tentang adat istiadat dan jiwa bangsa-bangsa telah muncul
sejarah kebudayaan yang memusatkan perhatian pada kehidupan bangsa-
bangsa.5
Oleh karenanya, buku-buku teks sejarah berisi rentetan kejadian-
kejadian mengenai raja, negara, bangsa, pemerintahan, parlemen,
pemberontakan, kelompok-kelompok kepentingan (militer, partai, ulama,
bangsawan, dan petani) dan interaksi antara kekuatan kekuatan itu dalam
memperebutkan kekuasaan. Ini membuktikan pada mulanya politik adalah
tulang punggung sejarah.6
Namun, menjelang Perang Dunia ke-2 sejarawan Perancis yang
tergabung dalam aliran Annales, sejarawan di sekitar majalah Annales,
terbit sejak 1929 meragukan keterkaitan antara sejarah dan politik
semacam itu. Kalau sejarah hanyalah sejarah politik, sejarah akan menjadi
sempit. Mereka ingin memperluasnya dengan memajukan sejarah sosial,
sejarah struktural, atau sejarah total.7
Setelah Napoleon III menyerah kepada Jerman (1871), banyak
sejarawan Prancis belajar di Jerman: Ch. Seignobos, M. Monod, E.
Levisse, Ch. Victor Langlois. Mereka belajar dari metode dan objek
penelitian yang dipelopori oleh Leopold von Ranke. Kebetulan Leopold
von Ranke meneliti sejarah pada abad ke-19, ketika tempat-tempat
penyimpanan arsip negara-negara Eropa baru dibuka untuk umum.
Tidaklah mengherankan bahwa metode Ranke menuntut kesetiaan total
kepada dokumen arsip sebagai sumber. Baginya, sejarah hanyalah
bertujuan menunjukkan masa lalu “sebagaimana adanya dahulu” (wie es
eigentlich gewessen). “Sebagaimana adanya dahulu” dalam paradigma
Ranke berarti sebagaimana yang tertulis dalam dokumen arsip saja.
Karena terbuka kesempatan membuka arsip negara, nasionalisme XIX,
melimpahnya arsip negara, historiografi yang dihasilkan: perjanjian,
pertempuran, histoires de grands hommes; sejarawan Prancis terobsesi
untuk menulis historiografi yang sama (Histoire de grands hommes et des
4
Ibid, hlm. 45.
5
Ibid, hlm. 46.
6
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 174.
7
Ibid, hlm. 175.
hauts faits, histoire evenementielle, yang kelak menjadi sumber kritikan
bagi pengikut Les Annales. Ide utama Les Annales diantaranya sebagai
berikut. Perubahan orientasi analisis historis dari sejarah peristiwa yang
naratif menuju histoire-probleme. Perubahan dari sejarah politik (sejarah
orang-orang ternama, perjanjian, perang) menuju ke sejarah semua
aktivitas manusia. Untuk melakukan kedua analisis itu, diperlukan
kerjasama dengan disiplin ilmu lain, seperti: geografi, sosiologi, psikologi,
ekonomi, linguistik, antropologi sosial, dan lain-lain.
Aliran Annales umumnya menaruh perhatian besar pada aspek-
aspek ekonomi dari masa silam. Hanya berbeda dengan mazhab Sejarah
Ekonomi Baru, para pengikut Annales dalam melakukan pendekatan
kuantitatif terhaap masa silam itu, mereka tidak ketat menggunakan data-
data kuantitatif dengan bantuan teori dan model-model ekonomis. Sesuai
dengan nama jurnalnya, aliran Annales tidak hanya mengkaji sejarah
ekonomi, tetapi juga sejarah sosial. Bahkan dalam perkembangan
kemudian tema sejarah menjadi semakin luas karena menggunakan
berbagai metode seperti antropologi, sosiologi, demografi, geografi,
psikologi, dan linguistik.8
Dalam abad ke-20 aliran Annales di bawah pimpinan Marc Bloch
menulis sejarah soal feodalisme yang mengungkapkan sistem agraris
sebagai landasan sistem politik feodal serta susunan masyarakatnya.
Berkembanglah sejarah agraris dan sejarah sosial-ekonom karena
pengaruh aliran ini. Burckhardt menulis karya soal kultur Renaissance
yang menggambarkan kait-mengaitnya proses politik dengan proses
ekonomi, sosial, dan militer. Sejarah kesenian pun mulai mendapat tempat.
Sebagai pengaruh perkembangan ilmu-ilmu sosial perhatian kepada
pelbagai aspek kehidupan sosial-budaya mulai bergairah. Dan sehabis
Perang Dunia II muncullah pelbagai jenis sejarah yang bertemakan sejarah
politik, sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah intelektual, sejarah
kultural, dan lain sebagainya.9
Di Perancis aliran penulisan sejarah Annales yang dipelopori oleh
Lucien Febvre dan March Bloch menjadi modal bagi generasi baru penulis
sejarah sosial yang semakin kuat kedudukannya dalam dunia penulisan
sejarah.10 Historiografi Perancis pada tahun 1920-an memunculkan minat
terhadap “new kind of history” dengan berdirinya Annales d’historie
ѐconomique et sociale (1929) yang dirintis oleh Marc Bloch dan Lucien
Febvre.10
Mereka menerbitkan majalah Annales (1929) yang kemudian
dijadikan sebagai nama “mazhab” penulisan sejarah yang mereka pelopori.
8
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 314-315.
9
Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 46.
10
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2008), hlm.9.
Dengan majalah Annales, mereka ingin membongkar dinding-dinding
yang membatasi sejarah dari kajian sosial dan ekonomi, buka dengan teori
yang serba meninggi, tetapi dengan fakta dan contoh.11
Penulisan sejarah tidak lagi dilakukan secara konvensional
menurut mazhab L. Von Ranke pada akhir abad ke-19 yaitu sejarah yang
empiris positif dalam bentuk deskriptif-naratif. Seperti diutarakan di atas
perlu lebih banyak diterapkan penulisan sejarah deskriptif analitis dengan
pendekatan ilmu-ilmu sosial atau multidimensional.
Sejarah konvensional seperti yang dominan dalam penulisan
sejarah dalam abad ke-19 dan awal abad ke-20 terutama berupa sejarah
yang deskriptif-naratif dan pada umumnya termasuk sepenuhnya dalam
humaniora dengan segala ciri-cirinya. Tambahan pula sejarah itu lazimnya
memikirkan mazhab Ranke yang perlu ditonjolkan adalah fakta-fakta
sejarah, yang tersusun dalam kerangka yang menjawab pernyataan wie est
eigentlich gewesen ist (bagaimana sesuatu sesungguhnya terjadi).12
Struktur dipakai sejarawan dari mazhab Annales di Perancis untuk
menjelaskan perubahan sosial dan sejarah. Adapun mazhab Annales
dipengaruhi oleh konsep struktur dari strukturalisme tidak dari Marxisme.
Dengan sengaja mereka membuat jarak dengan Marxisme. Menurut
Chistopher Lloyd dalam Explanation in Social History, penjelasan sejarah
dengan konsep struktur mempunyai tiga aliran. Pertama, aliran budaya,
aliran ini melihat pada struktur budaya dengan meniliti produk-produk
mental manusia dalam semua bentuknya. Penelitian-penilitian antropologi,
sejarah pemikiran, sejarah mentalitas, psikologi, analisis sastra sering
termasuk dalam aliran ini. Kedua, aliran geografi, ekonomi, dan sosial.
Aliran ini melihat pada proses dan kontinuitas yang ada dibawah
permukaan gejala-gejala sejarah. Ketiga, aliran yang memfokuskan diri
pada epistemologi dan metodologi dalam hubungan antara strukturalisme
dan cara penjelasan lainnya. Sebagai sejarawan, aliran pertama dan
kedualah yang menjadi perhatian kita.13
Bagi mazhab Annales yang dipengaruhi oleh Strukturalisme,
struktur itu jangka panjang, berkelanjutan, dan berskala luas. Struktur itu
bersifat geografis, ekonomis, sosial, dan budaya yang terletak di bawah
gejala permukaan, seperti institusi politik, perang, dan perilaku
perorangan. Fernand Braudel dari mazhab Annales adalah eksponen utama
penganjur struktur
setelah Febvre dan Bloch, mereka adalah pendiri mazhab Annales.
Menurut Braudel, waktu dalam sejarah dapat dibagi menjadi tiga tingkat
11
Cambert-Loir, Henri & Hasan Muarif Ambary (ed)., Panggung Sejarah: Persembahan
Kepada Prof. Dr. Dennys Lombard, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm. 56.
12
Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 117.
13
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2008), hlm.9.
kecepatan, yaitu longue durѐe (jangka panjang, struktur), konjunktur
(conjungture, conjungture siklus), dan peristiwa (l’histoire
14
ѐvѐnementielle).
Kesimpulan
Kemunculan mazhab Annales merupakan reaksi terhadap ortodoksi
historiografi Prancis yang berfokus pada peristiwa-peristiwa besar dan bentuk
naratif dari penjelasan sejarah. Tidak diragukan lagi bahwa mazhab sejarah
Annales mencapai kesuksesannya dalam memperluas bidang sejarah. Sebagai
sebuah gerakan kolektif, mazhab ini tidak hanya membuka berbagai studi sejarah
yang sebelumnya diabaikan oleh sejarawan tradisional, tetapi juga menunjukkan
cara-cara baru untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan baru tentang masa lalu.
Tumbuhnya minat terhadap sejarah pedesaan, sejarah sosial, sejarah ekonomi,
sejarah komparatif, sejarah mentalitas, sejarah total, dan sejarah kuantitatif.
Perkembangan ini sejalan dengan promosi Annales untuk menjalin hubungan
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang akan melengkapi sejarawan dengan alat dan
kerangka teori yang lebih baik untuk menganalisa masalah-masalah mereka.
Sayangnya, belum ada upaya serius di antara para ilmuwan Annales untuk
menerapkan teori sosial secara sistematis dalam pekerjaan mereka.
Di samping itu Annales juga sangat berhasil dalam membongkar isu-isu
politik dari fokus sejarah. Hal ini disertai dengan pencapaian substitusi bentuk
narasi deskriptif historis dengan bentuk yang lebih analitis. Historiografi Annales
sangat berhasil dalam menjelaskan perubahan jangka panjang dan menengah yang
terjadi di lingkungan fisik dan ekonomi. Namun, keberhasilan ini tidak dicapai
tanpa biaya. Reaksi berlebihan terhadap dimensi politik menyebabkan kurangnya
wawasan politik dalam historiografi sejarah Annales. Biaya ini cukup mahal
karena pada kenyataannya, memisahkan aspek politik dari kompleksitas aktivitas
manusia hampir tidak mungkin dilakukan. Pada titik ini, dapat dinilai bahwa
Annales belum sepenuhnya berhasil mewujudkan sejarah yang lebih manusiawi.
Dalam mencapai tujuannya untuk mewujudkan sejarah yang lebih manusiawi,
Annales telah jatuh ke dalam kelemahan lain. Beberapa karya kelompok Annales
bahkan menunjukkan kecenderungan tren sejarah tanpa manusia.
Meskipun pengaruh dan inovasi Sekolah Annales tidak dapat disangkal,
mereka bukannya tanpa kritik selama bertahun-tahun. Salah satu kritik yang
paling umum adalah kurangnya meta-narasi untuk perubahan sejarah. Dasar dari
kritik ini adalah bahwa meskipun Annales telah diadaptasi dengan baik untuk
20
Popkin, Jeremy D. 2016. Dari Herodotus hingga H-Net: Kisah Historiografi . New
York; Pers Universitas Oxford.
menjelaskan dan mempelajari masyarakat pra-industri, Annales kurang cocok
untuk perubahan yang lebih cepat seperti yang kita lihat dalam masyarakat
modern.
DAFTAR PUSTAKA
Cambert-Loir, Henri & Hasan Muarif Ambary (ed)., Panggung Sejarah:
Persembahan Kepada Prof. Dr.Dennys Lombard, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1999).
Faizal hamzah & dkk, “The History of Muhammadiyah” Journal of Indonesian
History, 11.
Harsgor, Michael. 1978. “Sejarah Total: Sekolah Annales.” Jurnal Sejarah
Kontemporer 13.
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007)., diakses
pada 10 Desember 2014.
Kelompok Green, Anna, dan Kathleen. 1999. Rumah Sejarah: Pembaca Kritis
dalam Sejarah dan Teori Abad Kedua Puluh . New York: Pers Universitas
New York, 1999.
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003).
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008).
Nawiyanto & dkk, “Annales School of History: Its Origins, Develovment and
Contribution”, Journal Of Humanities And Social Science, Vol. 27, No.8,
(May 2022).
Ousselin, Edward. 2016. “La France En Chiffres: De 1870 à Nos Jours.” Studi
Perancis 70.
Popkin, Jeremy D. 2016. Dari Herodotus hingga H-Net: Kisah
Historiografi . New York; Pers Universitas Oxford.
Revolusi Sejarah Perancis: Sekolah Annales, 1929–2014. Oleh PETER
BURKE. Cambridge: Politik, 2015.
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,1993).
Wesseling, HL 1978. “Sekolah Annales dan Penulisan Sejarah
Kontemporer.” Ulasan (Fernand Braudel Center).