Anda di halaman 1dari 2

Aerobic Hati

Publikasi: 24/03/2005 08:21 WIB

eramuslim - Ada apa dengan dunia? Kabarnya selalu mendung tapi tak kunjung hujan,

namun justru hawa panas kering yang menerpa. Adakah semua ini akibat dari khilaf dan lupa

kita? Pressures, masalah, kekurangan, kesempitan seakan terus menerus menikam dari

segala arah. Setiap hari, dari segala penjuru. Usut punya usut, ternyata memang ulah kita

sendiri yang banyak lalai, taat tak lagi giat bahkan pikiran isinya hanya urusan syahwat dan

nyerempet maksiat, astaghfirullah. Lantas bagaimana mau tenang, jika semuanya

diselesaikan dengan urat syaraf?

Persoalan hidup seharusnya menjadikan kita giat menambah ilmu dan seyogyanya kita

mengerahkan potensi terbaik kita serta meningkatkan kepiawaian menata hati dalam

menghadapinya. Bukan dengan resah, bukan dengan amarah, terlebih lagi menjadi salah

arah, tapi semestinya senantiasa melibatkan jiwa muthmainah dan rahmah.

Lebih sering kita menggunakan logika dan metode matematis mekanis untuk menuntaskan

persoalan sehingga hasilnya jadi terkesan sadis tanpa perasaan dan hitungannya untung rugi

dan kembali lagi soal materi. Memang tidak dilarang memakai logika duniawi dalam

menangani masalah, namun tetap harus ditanamkan dalam sanubari bahwa kelembutan dan

sentuhan pembinaan adalah uswah yang diperagakan oleh manusia paling sempurna,

Rasulullah SAW dalam menghadapi kondisi apapun di dunia ini. Adakah lebih baik segala

sesuatu disampaikan dengan sentuhan hati, membina, membimbing dan mengayomi? Seperti

layaknya seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang terhadap anaknya, penuh kelembutan

dan pengertian. Dengan penuh kelembutan seorang ibu menjadi pelindung bagi sang anak,

menjadi tempat mengadu, bahkan tanpa kata hanya dengan tatapan lembutnya, jiwa ibu

berkomunikasi dengan jiwa anaknya. Hasilnya, keceriaan dan tulusnya tawa sang anak.
Orang bilang ini melow, melankolis, nggak keren, malu-maluin, tapi faktanya inilah yang

hilang dari kita. Budaya husnudzhan, menjunjung tinggi silaturahmin, perkuat ukhuwah,

saling pengertian, dan kasih sayang untuk mengajak orang bersama membangun kebaikan.

Menangis menjadi tertawaan, karena dinilai cengeng, padahal sesungguhnya saat ini kita

seharusnya menangis. Karena kondisi kebersamaan kita telah digerogoti oleh virus-virus

fitnah dan curiga, kekuatan daya juang kita melemah karena ia tidak lagi ditopang oleh misi

hidup tertata sesuai dengan konsep ilahiah yang penuh nuansa kebersamaan dan tausiyah.

Motivasi kita lembek dan kita memilih menjadi pengemis materi. Maaf, tapi ini faktanya.

Mungkin sudah saatnya kita duduk bersama, bercengkerama seperti dulu, berdiskusi tanpa

beban, menasehati tanpa menekan, saling berbagi suka duka. Agar hilang semua resah

sehingga pecahlah semua masalah. Mari kita semua mulai dengan mengintrospeksi diri, nilai

semua celah kesalahan, kalkulasi kekhilafan, catat semua kekurangan. Lalu mohonkan ampun

kehadirat-Nya, sujudkan jiwa kehadapan Sang Maha Agung, basahi bibir dengan zikir istighfar.

Sekali lagi paksa diri untuk senantiasa melantunkan istighfar. Jangan sedikitpun beri

kesempatan diri untuk mengulangi diri terperosok ke lubang kebinasaan yang sama.

Ternyata dengan kesulitan hati menjadi lentur, tarik ke kanan ke kiri, tekan atas dorong dari

bawah. Hati yang terlatih pasti akan menjadi kuat, ia menjadi tahan guncangan, sehat wal

afiat. Bahkan hati yang sudah terlatih mampu mengatasi masalah tanpa amarah.

Masalah apapun yang kita hadapi sesungguh adalah sekolah bagi jiwa dan hati kita. Katakan

pada diri, bahwa setiap episode kehidupan mampu menjadikan diri kita menemukan kita yang

sebenarnya. Walaupun berat tapi ampuh dan mujarab untuk menjadikan kita lebih kuat dan

taat. Maka, berupayalah untuk meningkatkan kedekatan diri kita kepada-Nya, kenali

kelemahan diri, upayakan sekuat hati menegakan semangat renovasi jiwa dan perbanyak

menebar kebaikan dan amal soleh. So, masalah? Siapa takut.

***

MZ Omar

Dedicated to: Teman-teman seperjuangan. Sesungguhnya kesulitan ini kunci jalan keluarnya

ada di kita sendiri, keberkahan sesungguh ada di dekat kita. Tugas kitalah untuk

menemukannya.

Anda mungkin juga menyukai