Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fatia Mumtaz

Nim : 224110405018
Kelas : 4 PGMI A
Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Tugas : Resume Tema

”Stratifikasi Sosial (Implikasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran)”


Ada beberapa definisi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
mendefinikasi stratifikasi social (Social Stratificatin), yaitu: a) Menurut Mosaca:
Stratifikasi social adalah pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang
dimilikinya; b) Menurut Max Weber: Stratifikasi social merupakan penggolongan
orang-orang yang termasuk dalm suatu system social tertentu atas lapisan-lapisan
hirarki menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. (Fritz Hotman S.
Damanik, 2009:6)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat kami simpulkan bahwa
stratifikasib social adalah sebuah konsep yang menunjukan social (komunitas
) secara bertingkat. Misalnya dalam komunitas tersebut terdapat strata tinggi,
strata sedang, dan strata rendah.
Masyarakat menggolongkan masing-masing orang dalam berbagai
kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah, saat itulah
stratifikasi social terjadi. Namun, ada masyarakat yang melakukan penggolongan
social dengan cukup ketat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nasution bahwa:
“Ada masyarakat yang mempunyai pola stratifikasi yang sangat ketat seperti,
seseorang yang lahir dalam golongan bawah tidak mungkin meningkat
kegolongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya dalam suatu kategori tersebutlah
yang menentukan tinggi Pendidikan yang ditempuhnya, jabatan yang dapat
didudukinya, orang yang dapat dinikahinya, dan sebagainya. Golongan yang
seperti ini biasa disebut istilah kasta” (S. Nasution, 2011: 26)
Beberapa masyarakat juga melakukan penggolongan social dengan cara
yang tidak seketat seperti yang disebutkan di atas, tetapi bersifat fleksibel dengan
batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat mengalami perubahan. Dalam
masyarakat yang demikian anak seorang presiden sekalipun dapat menikahi putri
dari keturunan golongan social rendah.
Penggolongan social yang dimaksud terjadi karena adanya sifat sstem
pelapisan di masyarakat. Menurut Sarjono Soekarto, pelapisan di masyarakat
dapat bersifat tertutup (closed social certification) dan terbuka (open social
stratification), hal ini dapat dijelaskan bahwa: a) system tertutup, dimana
membatasi kemungkinan berpindah seseorang dari suatu lapisan kelapisan lain,
baik berupa gerak keatas maupun gerak kebawah. Di dalam system yang
demikian, satu-satunya jalan menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat
adalah kelahiran. Contohnya, masyarakat dengan system stratifikasi social
tertutup ini adalah masyarakat berkasta, sebagaian masyarakat foedal atau
masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial, b) system
terbuka yang mana masyarakat didalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha
dengan kecakapan sendiri untuk jauh dari lapisan atas kelapisan bawah,
kemungkinan terjadinya mobilitas social sangat besar.”
Suatu masyarakat dinamakan tertutup manakala setiap anggota masyarakat
tetap pada status yang sama dengan orang tuanya. Sedangkan dinamakan terbuka,
karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya,
dimana bisalebih tinggi atau lebih rendah. Mobilitas social yang disebut tadi,
berarti berpindah status dalam stratifikasi social. Berbagai faktor yang
menyebabkan perpindahan status, antara lain Pendidikan dan pekerjaan.
Peran Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial
Dalam berbagai studi tingkat Pendidikan tertinggi yang diperoleh
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Berdasarkan beberapa
penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan social
seseorang dengan tingkat Pendidikan yang telah ditempuhnya. Korelasi antara
Pendidikan dan golongan social antara lain terjadi oleh sebab anak golongan
rendah kebanyakan tidak melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi.
Orang yang termasuk golongan social atas berpartisipasi agar anaknya
menyelesaikan Pendidikan tinggi. Perbedaan sumber pendapatan juga
mempengaruhi harapan orang tua tentang Pendidikan anaknya. Sudah selayaknya
orang tua yang berada, mengharapkan agar anaknya kelak memasuki perguruan
tinggi. Karena bukan hanya universitas mana dan jurusan apa, disamping itu
tentunya kemampuan dan kemauan anak. Sebaliknya, orang tua yang tidak
mampu tidak akan mengharapkan Pendidikan yang demikian tinggi. Cukuplah
bila anak itu menyelesaikan SD paling tidak SMP.
Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah memasuki
peerguruan tinggi adalah kurangnya perhatian akan Pendidikan di kalangan orang
tua. Banyak anak-anak golonga ini yang berhasrat untuk memperoleh Pendidikan
yang lebih tinggi akan tetapi dihalangi oleh ketiadaan biaya. Banyak pula anak-
anak yang putus sekolah karena alasan finansial. Pendidikan memerlukan uang,
tidak hanya untuk uang sekolah akan tetapi juga untuk keperluan seperti pakaian,
buku,dll.
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih
baik didalam masyarakat. Makin tinggi Pendidikan yang diperoleh makin besar
harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk
meningkatkan kegolongan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan bahwa Pendidikan
merupakan suatu jalan untuk menuju mobilitas social.
Mobilitas social adalah sebuh Gerakan masyarakat dalam kegiatan perubahan
yang lebih baik. Horton dan Chester dalam Idi mengatakan bahwa: “Mobilitas
social adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas social ke kelas social
lainnya”. (Abdullah Idi, 2013:195)
Jadi yang dikatakan mobilitas social adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Proses keberhasilan
ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak social seperti inilah yang
dikatakan mobilitas social. Disisi lain, mobilitas social juga akan terpengaruhi
oleh jenis Pendidikan yang dialami.
Implikasi Stratifikasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran:
Kelas atas memiliki akses yang lebih mudah dan berkualias, kelas
menengah memiliki akses yang cukup baik, dan kelas bawah memiliki akses yang
terbatas. Selain itu kelas atas memiliki peluang yang lebih besar untuk mencapai
prestasi tinggi, kelas menengah memiliki peluang yang cukup baik, dan kelas
bawah memiliki peluang yang lebih kecil.
Sekolah di kelas atas memiliki fasilitas yang lebih lengkap, guru yang
lebih berkualitas, dan kurikulum yang lebih maju. Sekolah dikelas menengah
memiliki fasilitas yang cukup memadai, guru yang cukup berkualitas, dan
kurikulum yang standar. Sekolah di kelas bawah memiliki fasilitas yang terbatas,
guru yang kurang berkualitas, dan kurikulum yang kurang memadai.
Dalam implikasi ini, dapat menyebabkan terjadinya kesenjanngan antara
kelompok social atas dan kelompok social bawah dalam hal akses, prestasi, dan
kualitas pembelajaran. Selain itu, anak anak dari kelas social yang rendah lebih
sulit untuk menccapai mobilitas social dan mningkatkan kelas social mereka.
Adapun upaya dalam mengatasi implikasi stratifikasi social dalam Pendidikan dan
pembelajaran yaitu, pemerintah memberikan akses Pendidikan yang berkualitas
dan merata kepada semua kelompok social, termasuk kelompok miskin dan
marginal. Dari sisi sekolah, yaitu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran
dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa.
Kesimpulan
Stratifikasi social memiliki implikasi yang signifikan dalam Pendidikan dan
pembelajaran. Upaya untuk mengatasi implikasi tersebut memerlukan kerjasama
dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan system Pendidikan
yang lebih adil dan berkualitas.
Referensi
Abdullah Idi 2013, sosiologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada. Jakarta
Damanik. S. Fritz Hotman 2009, Sosiologi Klaten: Inttan Pariwara
Nasution, S 2011, Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta
Abd. Muhyi Batubara 2004, Sosiologi Pendidikan, Ciputat Press. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai