Oleh :
Drh. Gst Ayu Ketut Dewi Latrini
NIP. 197004052007012043
No. Absen : 5
PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi Pimpinan yang menentukan tingkat kualitas seorang Pimpinan
dalam menjalankan kewenangannya adalah kompetensi komunikasi. Komunikasi yang
dilakukan pada banyak orang yang disebut sebagai Komunikasi Publik
Ketidak sederhanaan kegiatan komunikasi ditunjukkan dengan adanya risiko yang dapat
terjadi ketika komunikasi dilakukan dengan tidak tepat. Risiko dapat berupa ketidakpahaman
dan atau kesalahpahaman sehingga maksud dan tujuan dari apa yang dikomunikasikan tidak
tersampaikan atau tidak diterima sehingga komunikasi yang dilakukan dinilai tidak efektif.
Sehingga, dampaknya adalah apa yang menjadi agenda tidak dapat diwujudkan. Artinya,
semakin efektif komunikasi publik dari seorang Pimpinan, semakin tinggi peluang SDM yang
ada di bawah kepemimpinannya mau bergerak selaras untuk bersama mewujudkan agenda.
UPTD Puskeswan Mengwi Kelas A sebagai ujung tombak pengawalan Kesehatan hewan
yang berada di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dalam pelayanan public memerlukan koordinasi yang kuat baik di intern
unit kerja, dengan atasan, stakeholder terkait, pihak pihak di luar unit kerja dan juga masyarakat
guna mencapai pelayanan public yang optimal.
ANALISA MASALAH
UPTD Puskeswan Mengwi Kelas A sebagai unit kerja pelaksana teknis merupakan ujung
tombak pemberian pelayanan Kesehatan hewan maupun penanganan bentuk, situasi dan
kondisi pelayanan Masyarakat yang berkaitan dengan masalah hewan.
Banyaknya unsur yang terlibat pada pelayanan dan untuk memberikan pelayanan yang
optimal, diperlukan kemampuan komunikasi public yang efektif mendukung terwujudnya
pelayanan publik yang efektif.
Untuk mencapai keefektifan, komunikasi yang efektif dibangunlah koordinasi dalam
bentuk komunikasi dengan atasan, bawahan, stakeholder, pihak pihak luar yang terkait dan
masyarakat.
Dari 6 bentuk hambatan komunikasi yang lebih spesifik antara lain:
1. Sistem di dalam organisasi yang bermasalah
2. Kebisingan Budaya Suatu kondisi
3. Pengalaman yang kurang Berkomunikasi
4. Informasi yang terlalu banyak
5. Informasi yang terlalu banyak, menghambat komunikasi karena terkesan memberi
sesuatu yang besar dan tiba tiba, sehingga berdampak komunikan tidak siap.
Beberapa masalah /hambatan komunikasi dalam pelayanan public :
1. Sistem intern di dalam organisasi sering mengalami fluktuasi, yang amat tergantung
pada situasi intern karena mood bawahan ataupun situasi kerja saat tertentu. Hal
ini terkait pula dengan intens pelayanan yang bersifat accident dengan
keterbatasan SDM. Misalnya, pada saat yang sama terjadi kasus penyakit pada
ternak dibarengi adanya kasus gigitan terindikasi rabies di beberapa tempat.
2. Hal hal di luar intern Unit kerja, tentu berkoordinasi dengan stake holder, kepala
wilayah, unsur-unsur lain dan Masyarakat. Dalam hal ini, permasalahan yang paling
sering adalah dari unsur masyarakat. Apa yang menjadi tujuan dari sebuah tindakan
teknis tidak bisa diterima begitu saja di Masyarakat. Misalnya, pada kasus gigitan
anjing terindikasi rabies, untuk peneguhan diagnose diperlukan pemeriksaan
sampel otak, maka anjing harus dibunuh. Ini memerlukan pendekatan komunikasi
yang intens.
Karakteristik komunikasi yang tepat untuk menjalankan tugas tersebut adalah karakter
komunikasi bergaya mengendalikan atau controlling. Informasi atau pesan-pesan yang
dikomunikasikan berefek menggerakkan, mengarahkan, dan mengendalikan orang lain yang
ada dalam ruang lingkupnya, untuk mau dan mampu bergerak sesuai prosedur yang ditetapkan.
Baik komunikasi intern maupun di luar unit kerja, karakteristik komunikasi dinamislah
yang paling relevan. Pimpinan Jenjang Pengawas juga melakukan komunikasi dengan atasan.
Tentu saja karakteristik komunikasi tidak lagi menggunakan karakteristik controlling, struktural,
maupun dinamis, namun karakteristik komunikasi antara bawahan kepada atasan yang
cenderung siap menerima arahan, mentaati, dan menindaklanjutinya. Dewasa ini,
penyelenggaraan pemerintahan telah dilaksanakan dengan pendekatan Whole of Government
(WoG). Whole of Government merupakan pendekatan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor. Whole of Government mengkondisikan
adanya ruang lingkup koordinasi yang lebih luas yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan guna mencapai pelayanan publik yang lebih
optimal. Artinya, di saat-saat tertentu, Pimpinan Jenjang Pengawas juga melakukan komunikasi
dalam rangka koordinasi dengan pihak-pihak di luar unit kerja yang berada dalam posisi yang
sama sebagai Pimpinan Jenjang Pengawas atau pihak-pihak di luar organisasi serta masyarakat
sebagai penerima layanan. Dalam situasi ini karakteristik komunikasi yang dapat dipergunakan
adalah karakteristik komunikasi equalitarian. Karakteristik komunikasi equalitarian bertujuan
menjalin hubungan yang saling terbuka, saling memberikan informasi dan gagasan demi
kemajuan bersama yang dilakukan secara formal maupun non formal. Artinya, seorang
Pimpinan Jenjang Pengawas seyogyanya berkompeten melakukan komunikasi dengan orang-
orang yang menjadi bawahannya, atasannya, rekan atau kolega, dan masyarakat dengan
karakteristik komunikasi tertentu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan organisasi
dengan tetap memegang prinsip utama yaitu tujuan berkomunikasi.
KESIMPULAN