Anda di halaman 1dari 5

ESSAY AGENDA III

KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN PUBLIK


DI UPTD PUSKESWAN MENGWI KELAS A
DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN BADUNG

Oleh :
Drh. Gst Ayu Ketut Dewi Latrini
NIP. 197004052007012043
No. Absen : 5

PKP ANGKATAN III TAHUN 2024

BKPSDM PROVINSI BALI


2024
KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN PUBLIK
DI UPTD PUSKESWAN MENGWI KELAS A
DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN BADUNG

PENDAHULUAN

Salah satu kompetensi Pimpinan yang menentukan tingkat kualitas seorang Pimpinan
dalam menjalankan kewenangannya adalah kompetensi komunikasi. Komunikasi yang
dilakukan pada banyak orang yang disebut sebagai Komunikasi Publik

Ketidak sederhanaan kegiatan komunikasi ditunjukkan dengan adanya risiko yang dapat
terjadi ketika komunikasi dilakukan dengan tidak tepat. Risiko dapat berupa ketidakpahaman
dan atau kesalahpahaman sehingga maksud dan tujuan dari apa yang dikomunikasikan tidak
tersampaikan atau tidak diterima sehingga komunikasi yang dilakukan dinilai tidak efektif.
Sehingga, dampaknya adalah apa yang menjadi agenda tidak dapat diwujudkan. Artinya,
semakin efektif komunikasi publik dari seorang Pimpinan, semakin tinggi peluang SDM yang
ada di bawah kepemimpinannya mau bergerak selaras untuk bersama mewujudkan agenda.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.64/Permentan/ OT.140/9/2007T Tentang


Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan),

Puskeswan mempunyai tugas:


a. melakukan kegiatan pelayanan kesehatan hewan di wilayah kerjanya; b
b. melakukan konsultasi veteriner dan penyuluhan di bidang kesehatan hewan; dan
c. memberikan surat keterangan dokter hewan
Dalam melaksanakan tugas, Puskeswan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan penyehatan hewan;
b. pemberian pelayanan kesehatan masyarakat veteriner;
c. pelaksanaan epidemiologik;
d. pelaksanaan informasi veteriner dan kesiagaan darurat wabah; dan
e. pemberian pelayanan jasa veteriner
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskeswan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan di wilayah kerjanya.

UPTD Puskeswan Mengwi Kelas A sebagai ujung tombak pengawalan Kesehatan hewan
yang berada di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dalam pelayanan public memerlukan koordinasi yang kuat baik di intern
unit kerja, dengan atasan, stakeholder terkait, pihak pihak di luar unit kerja dan juga masyarakat
guna mencapai pelayanan public yang optimal.

ANALISA MASALAH
UPTD Puskeswan Mengwi Kelas A sebagai unit kerja pelaksana teknis merupakan ujung
tombak pemberian pelayanan Kesehatan hewan maupun penanganan bentuk, situasi dan
kondisi pelayanan Masyarakat yang berkaitan dengan masalah hewan.
Banyaknya unsur yang terlibat pada pelayanan dan untuk memberikan pelayanan yang
optimal, diperlukan kemampuan komunikasi public yang efektif mendukung terwujudnya
pelayanan publik yang efektif.
Untuk mencapai keefektifan, komunikasi yang efektif dibangunlah koordinasi dalam
bentuk komunikasi dengan atasan, bawahan, stakeholder, pihak pihak luar yang terkait dan
masyarakat.
Dari 6 bentuk hambatan komunikasi yang lebih spesifik antara lain:
1. Sistem di dalam organisasi yang bermasalah
2. Kebisingan Budaya Suatu kondisi
3. Pengalaman yang kurang Berkomunikasi
4. Informasi yang terlalu banyak
5. Informasi yang terlalu banyak, menghambat komunikasi karena terkesan memberi
sesuatu yang besar dan tiba tiba, sehingga berdampak komunikan tidak siap.
Beberapa masalah /hambatan komunikasi dalam pelayanan public :
1. Sistem intern di dalam organisasi sering mengalami fluktuasi, yang amat tergantung
pada situasi intern karena mood bawahan ataupun situasi kerja saat tertentu. Hal
ini terkait pula dengan intens pelayanan yang bersifat accident dengan
keterbatasan SDM. Misalnya, pada saat yang sama terjadi kasus penyakit pada
ternak dibarengi adanya kasus gigitan terindikasi rabies di beberapa tempat.
2. Hal hal di luar intern Unit kerja, tentu berkoordinasi dengan stake holder, kepala
wilayah, unsur-unsur lain dan Masyarakat. Dalam hal ini, permasalahan yang paling
sering adalah dari unsur masyarakat. Apa yang menjadi tujuan dari sebuah tindakan
teknis tidak bisa diterima begitu saja di Masyarakat. Misalnya, pada kasus gigitan
anjing terindikasi rabies, untuk peneguhan diagnose diperlukan pemeriksaan
sampel otak, maka anjing harus dibunuh. Ini memerlukan pendekatan komunikasi
yang intens.

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGATASI MASALAH

Karakteristik komunikasi yang tepat untuk menjalankan tugas tersebut adalah karakter
komunikasi bergaya mengendalikan atau controlling. Informasi atau pesan-pesan yang
dikomunikasikan berefek menggerakkan, mengarahkan, dan mengendalikan orang lain yang
ada dalam ruang lingkupnya, untuk mau dan mampu bergerak sesuai prosedur yang ditetapkan.

Karakteristik komunikasi pimpinan yang lain adalah karakteristik struktural. Komunikasi


berkarakteristik struktural bertujuan menginformasikan atau memberikan pesan tentang
perencanaan, deskripsi pembagian tugas, dan membuka peluang konsultasi yang seluas-
luasnya sehingga berdampak bawahan lebih kuat memegang tujuan dan struktur organisasi.

Baik komunikasi intern maupun di luar unit kerja, karakteristik komunikasi dinamislah
yang paling relevan. Pimpinan Jenjang Pengawas juga melakukan komunikasi dengan atasan.
Tentu saja karakteristik komunikasi tidak lagi menggunakan karakteristik controlling, struktural,
maupun dinamis, namun karakteristik komunikasi antara bawahan kepada atasan yang
cenderung siap menerima arahan, mentaati, dan menindaklanjutinya. Dewasa ini,
penyelenggaraan pemerintahan telah dilaksanakan dengan pendekatan Whole of Government
(WoG). Whole of Government merupakan pendekatan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor. Whole of Government mengkondisikan
adanya ruang lingkup koordinasi yang lebih luas yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan guna mencapai pelayanan publik yang lebih
optimal. Artinya, di saat-saat tertentu, Pimpinan Jenjang Pengawas juga melakukan komunikasi
dalam rangka koordinasi dengan pihak-pihak di luar unit kerja yang berada dalam posisi yang
sama sebagai Pimpinan Jenjang Pengawas atau pihak-pihak di luar organisasi serta masyarakat
sebagai penerima layanan. Dalam situasi ini karakteristik komunikasi yang dapat dipergunakan
adalah karakteristik komunikasi equalitarian. Karakteristik komunikasi equalitarian bertujuan
menjalin hubungan yang saling terbuka, saling memberikan informasi dan gagasan demi
kemajuan bersama yang dilakukan secara formal maupun non formal. Artinya, seorang
Pimpinan Jenjang Pengawas seyogyanya berkompeten melakukan komunikasi dengan orang-
orang yang menjadi bawahannya, atasannya, rekan atau kolega, dan masyarakat dengan
karakteristik komunikasi tertentu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan organisasi
dengan tetap memegang prinsip utama yaitu tujuan berkomunikasi.

Paradigma Lasswell mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan


oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Definisi
ini menunjukkan bahwa terdapat 5 unsur dalam komunikasi, antara lain:
1. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan
atau informasi;
2. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar, dan
sebagainya;
3. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang diperlukan untuk
menyampaikan pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient,) adalah orang yang
menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator;
5. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh pesan.

Mengkaji permasalahan kerja di UPTD Puskeswan Mengwi , untuk pengoptimalan


pelayanan public dalam hal ini pelayanan yang menyangkut Kesehatan hewan dan hal hal
terkait, sebagai Pimpinan Jenjang Pengawas, beberapa hal yang dilaksanakan untu
memperbaiki kinerja dan memberikan pelayanan public yang optimal antara lain :
1. UPTD merupakan unit yang berada dibawah Dinas yang siap menerima arahan, mentaati,
dan menindaklanjutin kebijakan atasan/ Kepala Dinas
2. Memotivasi bawahan/ team dalam pelayanan, selalu mengkomunikasikan tujuan,
metode, struktur dan pembagian tugas yang jelas. Dalam konteks ini, sebagai pimpinan
sebaiknya tidak mengabaikan keunikan, kelebihan masing masing bawahan.
3. Berkoordinasi dengan stake holder maupun dengan pihak pihak di luar unit, serta
Masyarakat sebagai komunikan secara langsung. Dengan penyampaian pesan yang
efektif. Koordinasi ini juga dilakukan akan lebih efektif menggunakan media yang ada
seperti WAG. Sesuai dengan Karakteristik komunikasi equalitarian bertujuan menjalin
hubungan yang saling terbuka, saling memberikan informasi dan gagasan demi kemajuan
bersama yang dilakukan secara formal maupun non formal.

KESIMPULAN

Dengan memaksimalkan kapasitas ke 5 unsur dalam komunikasi dengan


melaksanakan pendekatan Whole of Government maka tujuan/effect dari komunikasi publik
ini akan tercapai. Sehingga pelayanan public terlaksana baik dan optimal sesuai dengan motto
“Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang memiliki arti mengabdi untuk kesejahteraan manusia
melalui dunia hewan.

Anda mungkin juga menyukai