Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQH IBADAH

Tentang

WUDHU

Disusun oleh:

Annisa Aulia Rahma

2214010241

Dosen Pengampu:

Rudi Hartono, S.H.I., MA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (F)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2024 M
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji hanya bagi-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang setia.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang
melimpah, termasuk nikmat kesempatan dan kemampuan untuk menyusun
makalah ini. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Fiqh Ibadah di bawah
bimbingan dan arahan dari Bapak Rudi Hartono, SHI, MA, yang dengan sabar
dan penuh ilmu telah membimbing kami dalam memahami dan mengaplikasikan
ajaran-ajaran Islam.

Dalam makalah ini, kami mengupas secara mendalam mengenai tata cara
berwudhu atau bersuci dalam Islam, yang merupakan bagian integral dari ibadah
shalat. Melalui penjelasan yang kami sajikan, kami berharap pembaca dapat
memahami betapa pentingnya wudhu dalam kehidupan seorang Muslim.
Pengetahuan tentang wudhu tidak hanya membawa manfaat fisik, tetapi juga
memperdalam makna spiritualitas dan ketaatan kepada Allah SWT. Semoga
makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua dalam
menjalankan ibadah sehari-hari.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari


keterbatasan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, kami berharap makalah
ini dapat menjadi amal shaleh yang bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta
seluruh umat Islam. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan melindungi
kita semua dalam setiap langkah kehidupan ini. Amin.

Padang, 4 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I : PENDAULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian Wudhu........................................................................................3
B. Dasar Hukum Wudhu...................................................................................4
C. Syarat-syarat dan Rukun Wudhu..................................................................5
D. Hal-hal yang Membatalkan
Wudhu..............................................................9
BAB III :
PENUTUP.............................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wudhu merupakan praktik ritual penting dalam agama Islam yang
dilakukan sebagai persiapan sebelum melakukan ibadah shalat. Pengertian
wudhu adalah membersihkan sebagian tubuh dengan air yang diwajibkan
dalam Islam. Dasar hukum wudhu dapat ditemukan dalam Al-Qur'an dan
hadis, yang menggarisbawahi pentingnya kesucian tubuh sebelum
beribadah. Syarat rukun wudhu meliputi niat, mencuci muka, kedua tangan
hingga siku, menyapu sebagian kepala, mencuci kedua kaki hingga mata
kaki, serta dilakukan secara berurutan dan tanpa jeda yang lama antara
setiap bagian.
Beberapa hal yang dapat membatalkan wudhu adalah keluarnya
sesuatu dari dua pintu tubuh, hilangnya akal karena tidur, mabuk, atau
pingsan, serta menyentuh kemaluan tanpa memakai penghalang. Penting
bagi umat Islam untuk memahami secara mendalam tentang wudhu karena
merupakan syarat sahnya ibadah shalat. Dengan memperhatikan aturan
dan tata cara yang benar dalam melakukan wudhu, diharapkan setiap
Muslim dapat melaksanakan ibadah dengan penuh kesadaran dan
ketundukan kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wudhu jika ditinjau secara bahasa maupun istilah?
2. Apa dasar hukum wudhu dalam Al-Qur'an dan hadis, serta bagaimana
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa saja syarat-syarat dan rukun wudhu yang harus dipenuhi untuk
sahnya ibadah?
4. Hal-hal apa yang dapat membatalkan wudhu menurut ajaran Islam?

C. Tujuan Penulisan

1
1. Mengetahui pengertian wudhu jika ditinjau secara bahasa maupun
istilah.
2. Mengetahui dasar hukum wudhu dalam Al-Qur'an dan hadis, serta
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui syarat-syarat dan rukun wudhu yang harus dipenuhi untuk
sahnya ibadah.
4. Mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan wudhu menurut ajaran
Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wudhu
Secara bahasa, kata "wudhu'" ( ‫ )الُو ضوء‬dalam bahasa Arab berasal
dari kata "al-wadha'ah" (‫)الَو َض اَء ة‬. Kata ini memiliki makna "an-
Nadhzafah" (‫)النظافة‬, yang berarti kebersihan. Imam an-Nawawi (w. 676
H) menyatakan dalam kitabnya al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab:1
‫وأما الوضوء فهو من الوضاءة بالمد وهي النظافة‬

Adapun kata Wudhu berasal dari wadha’ah yang maknanya adalah


kebersihan.
Adapun secara istilah syar’i menurut Imam Asy-Syirbini (w. 977
H) dalam kitab Mughnil Muhtaj Ilaa Ma’rifati Ma’aani Alfadzi al-Minhaj
mengatakan:2
‫وأما في الشرع فهو أفعال مخصوصة مفتتحة بالنية أو استعمال‬
‫الماء في أعضاء مخصوصة مفتتحا بالنية‬.
Adapun wudhu menurut istilah syar’i adalah aktifitas khusus yang diawali
dengan niat. Atau aktifitas menggunakan air pada anggota badan khusus
yang diawali dengan niat.
Secara praktis, wudhu merupakan rangkaian gerakan membasuh
dan/atau mengusap anggota tubuh. Wudhu adalah praktik yang melibatkan
melemaskan otot-otot tertentu dari kontraksi atau ketegangan. Gerakan-
gerakan wudhu mengajarkan harmonisasi dan kelenturan, dua hal yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh fisik kita.3

1
Muhammad Ajib. 2019. Fiqih Wudhu Versi Madzhab Syafi’iy. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing,
hal. 6.
2
Ibid.
3
M. Muhyidin. 2007. Misteri Energi Wudhu. Keajaiban Fadhilah Energi Wudhu terhadap
Kekuatan Fisik, Emosi dan Hati Manusia. Yogyakarta: Diva Press, hal. 15.

3
Dalam Islam, perintah melaksanakan wudhu ini bersamaan. Oleh
karena itu, ulama sepakat bahwa wudhu merupakan syarat sahnya shalat.
Wudhu merupakan salah satu amalan ibadah yang agung dalam Islam.
Menurut Sayyid Sabiq, wudhu adalah menggunakan air untuk
membersihkan anggota-anggota tubuh tertentu, yaitu wajah, kedua tangan,
kepala, dan dua kaki, guna menghilangkan hal-hal yang dapat
menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat atau ibadah yang lain.4

A. Dasar Hukum Wudhu


Sebenarnya banyak sekali dalil-dalil yang berkaitan dengan
masalah wudhu. Allah SWT telah memerintahkan berwudhu sesuai dengan
firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 6, yang berbunyi:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ُقْم ُتْم ِاَلى الَّص ٰل وِة َفاْغ ِس ُلْو ا ُوُجْو َهُك ْم َو َاْيِدَيُك ْم ِاَلى اْلَم َر اِف ِق‬
‫َو اْمَس ُحْو ا ِبُرُءْو ِس ُك ْم َو َاْر ُج َلُك ْم ِاَلى اْلَكْع َبْيِۗن َو ِاْن ُكْنُتْم ُج ُنًب ا َف اَّطَّهُرْو ۗا َو ِاْن ُكْنُتْم َّم ْر ٰٓض ى‬
‫َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َاْو َج ۤا َء َاَح ٌد ِّم ْنُك ْم ِّم َن اْلَغ ۤا ِٕى ِط َاْو ٰل َم ْس ُتُم الِّنَس ۤا َء َفَلْم َتِج ُد ْو ا َم ۤا ًء َفَتَيَّمُم ْو ا‬
‫َص ِع ْيًدا َطِّيًبا َفاْمَس ُحْو ا ِبُوُجْو ِهُك ْم َو َاْيِد ْيُك ْم ِّم ْنُۗه َم ا ُيِر ْيُد ُهّٰللا ِلَيْج َعَل َع َلْيُك ْم ِّم ْن َحَر ٍج َّو ٰل ِكْن‬
‫ُّيِر ْيُد ِلُيَطِّهَر ُك ْم َو ِلُيِتَّم ِنْع َم َتٗه َع َلْيُك ْم َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah
itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.

4
Sayyid Sabiq. 2009. Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta; PT. Pena Pundi Aksara, hal. 9.

4
Selain di dalam Al-Qur’an, perintah berwudhu juga ditegaskan
dalam Hadis:

‫ال ُيسِبُغ عبٌد الوضوَء ؛ إاّل غَفر ُهللا لُه ما تقدَم من ذنِبه وما تأَّخ َر‬

Tidaklah seorang hamba melaksanakan wudhu dengan sempurna,


melainkan Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang
akan datang. (H.R. Al-Bazzar).

Juga ada hadis lain yang menyebutkan:

‫ال تتُّم صالٌة ألحٍد حّتى ُيْس ِبَغ الوضوَء كما أمَر ُه ُهَّللا بغسِل وجِهِه ويديِه إلى المرَفقيِن‬
‫ويمسُح رأَس ُه ورجليِه إلى الكعبيِن‬
Tidaklah sempurna (tidak sah) shalat seseorang hingga ia berwudhu
dengan sempurna sebagaimana yang Allah perintahkan kepadanya,
dengan membasuh wajah, kedua tangan hingga kedua siku, mengusap
rambut kepala, dan membasuh kedua kaki hingga mata kaki.

Dan juga ada hadits lain yang menyebutkan:

‫ فَمِن استطاَع منكم أْن ُيطيَل ُغ َّرَته‬، ‫إَّن ُأَّم تي ُيْد َعوَن ُغًّر ا ُم حَّج ليَن ِم ن أَثِر الُو ضوِء‬
‫فْليفَع ْل‬.

Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan


wajah, tangan dan kakinya tampak bercahaya karena adanya bekas
wudhu. Barangsiapa di antara kalian dapat memperpanjang cahaya
tersebut, hendaklah ia melakukannya.

B. Syarat-syarat dan Rukun Wudhu


1. Syarat-syarat Wudhu
Yang dimaksud dengan syarat-syarat wudhu adalah persyaratan
yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak melakukan wudhu.
Beberapa syarat wudhu antara lain:5

5
M. Wahid Nur Tualeka. 2022. Manfaat Air Wudhu dalam Perspektif Islam dan Kesehatan. Jurnal
Mas Mansyur 1 (1), hal. 50-52.

5
a. Islam
b. Berakal.
c. Tamyiz (dewasa).
d. Niat. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Sesungguhnya amal itu
tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa
yang diniatkannya.” Oleh karena itu, niat harus ada dalam hati dan
tidak perlu dilafalkan.
e. Tasmiyah, yaitu membaca "bismillah". Hal ini merupakan syarat
sah wudhu berdasarkan hadis Nabi SAW, "Tidak ada shalat bagi
orang yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi orang yang
tidak menyebut nama Allah (bertasmiyah)."
f. Menggunakan air yang suci, yang tidak tercampur dengan
zat/barang yang najis sehingga mengubah salah satu dari tiga
sifatnya: bau, rasa, dan warna. Apabila air telah terkena najis dan
mengalami perubahan salah satu dari tiga sifat tersebut, maka air
tersebut dianggap tidak suci lagi menurut ijma’.
g. Menggunakan air yang halal sangat penting dalam wudhu.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha
Baik. Dia tidak menerima sesuatu kecuali yang baik." Oleh karena
itu, jika air diperoleh dengan cara mencuri, maka tidak sah
berwudhu dengan air tersebut karena mencuri merupakan
perbuatan yang tidak baik dan diharamkan. Air hasil curian
dianggap tidak layak digunakan untuk berwudhu.
h. Menghilangkan sesuatu yang menghalangi air untuk mencapai
kulit merupakan bagian penting dari wudhu. Contohnya, memakai
kuteks atau bahan lain yang bisa menghalangi air meresap ke kulit
dapat membuat wudhu tidak sah. Sebelum berwudhu, pastikan
tidak ada penghalang yang menghambat air mencapai kulit agar
wudhunya sah dan diterima oleh Allah SWT.

2. Rukun-rukun Wudhu

6
Pentingnya mempelajari masalah rukun wudhu adalah untuk
menentukan apakah wudhu yang dilakukan dianggap sah atau tidak.
Ketika ada pertanyaan tentang keabsahan wudhu, jawabannya dapat
dilihat dari terpenuhinya rukun wudhu. Jika semua rukun wudhu
dilaksanakan dengan benar, maka wudhu dianggap sah. Dengan
demikian, rukun wudhu adalah hal yang harus dilakukan atau wajib
saat berwudhu. Keabsahan wudhu bergantung pada terpenuhinya
rukun wudhu tersebut.6
Di dalam Taqrib karya Imam Abu Syuja’, disebutkan bahwa rukun
wudhu ada 6, yaitu:7
‫ وغسل‬،‫ وغسل الوجه‬،‫ النية عند غسل الوجه‬:‫وفروض الوضوء ستة أشياء‬
‫ وغسل الرجلين إلى الكعبين والترتيب‬،‫اليدين إلى المرفقين ومسح بعض الرأس‬
‫على ما ذكرناه‬
Rukun/fardhu wudhu ada enam, yaitu: niat ketika membasuh muka,
membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai sebatas siku,
mengusap sebagian kepala, membasuh kedua kaki sampai sebatas
mata kaki, tertib (berurutan) sesuai dengan yang telah kami sebutkan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, berikut adalah rukun-rukun
wudhu:8
a. Niat
Rukun wudhu yang pertama adalah niat ketika membasuh wajah.
Dalam Madzhab Syafi’i, niat ada yang hukumnya wajib dan ada
yang hukumnya sunnah. Niat yang hukumnya wajib adalah niat
yang kita hadirkan dalam hati saat membasuh wajah. Sedangkan
niat yang kita lafadzkan sebelum berwudhu hukumnya hanya
sunnah. Oleh karena itu, sah atau tidak sahnya wudhu kita
tergantung pada niat yang terlintas dalam hati saat membasuh
wajah.
b. Membasuh Wajah

6
Muhammad Ajib, Op.cit hal. 9.
7
Mustafa Dib Al-Bugha. 2010. Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-hukum Islam Madzhab
Syafi’i. Solo: Media Zikir, hal. 32.
8
Muhammad Ajib, Op.cit hal. 10-15

7
Rukun wudhu yang kedua adalah membasuh wajah. Batasan wajah
adalah dari bagian atas kening tempat tumbuhnya rambut hingga
bagian bawah dagu. Bagi yang memiliki jenggot tipis, penting
untuk meratakan air ke bagian luar dan dalam jenggot. Namun,
bagi yang memiliki jenggot lebat, cukup bagian luarnya saja yang
harus terkena air. Selanjutnya, basuh dari telinga kanan hingga
telinga kiri. Semua bagian yang disebutkan ini harus terkena
basuhan air untuk melaksanakan rukun wudhu dengan benar.
c. Membasuh Kedua Tangan
Rukun wudhu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga
siku. Tidak ada aturan khusus mengenai cara membasuhnya. Anda
bisa mulai dari ujung jari kemudian ke arah siku, atau sebaliknya,
dari siku menuju ujung jari tangan. Yang penting adalah
memastikan air merata pada kedua tangan.
d. Mengusap Sebagian Kepala
Rukun wudhu yang keempat adalah mengusap sebagian kepala.
Menurut ulama Syafi’iyah, boleh melakukan usapan pada sebagian
kepala, bahkan hanya beberapa helai rambut saja yang terkena
usapan. Tidak diwajibkan untuk mengusap seluruh kepala secara
menyeluruh.
e. Membasuh Kedua Kaki
Rukun wudhu yang kelima adalah membasuh kedua kaki sampai
mata kaki.
f. Tertib
Rukun wudhu yang keenam adalah tertib, yang berarti 4 anggota
tubuh yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu wajah, kedua
tangan, kepala, dan kaki, harus dibasuh secara berurutan. Artinya,
tidak boleh dilakukan secara acak. Misalnya, seseorang yang
berwudhu membasuh kaki terlebih dahulu baru kemudian
membasuh tangan, wudhunya tidak sah karena tidak tertib atau
tidak berurutan.

8
C. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
Di dalam Taqrib karya Imam Abu Syuja’, ada beberapa hal yang
menyebabkan wudhu menjadi batal:9
‫ والنوم على غير هيئة‬،‫ ما خرج من السيلين‬:‫والذي ينقض الوضوء ستة أشياء‬
‫ ولمس الرجل المرأة األجنبية من غير‬،‫ وزوال العقل بسكر أو مرض‬،‫المتمكن‬
‫ ومس حلقة دبره على الجديد‬،‫ ومس فرج اآلدمي بباطن الكف‬،‫حائل‬.
Ada enam perkara yang membatalkan wudhu, yaitu: Keluar sesuatu dari
qubul (saluran untuk buang air kecil) atau dubur (saluran untuk buang air
besar), tidur berat dengan tidak meletakkan pantat di atas tanah, hilang
kesadaran karena mabuk atau sakit, bersentuhan kulit tanpa ada
penghalang antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya,
menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan, menyentuh
lingkaran dubur.
Sebagaimana di atas, berikut adalah beberapa hal yang membatalkan
wudhu:10
1. Keluar Sesuatu dari Qubul dan Dubur
Di dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H) disebutkan
bahwa yang termasuk membatalkan wudhu adalah segala sesuatu yang
keluar dari dua kemaluan (Qubul & Dubur). Ini mencakup cairan
seperti air kencing, air mani, wadi, madzi, darah, nanah, atau cairan
lainnya, serta benda padat seperti kotoran manusia, batu ginjal, cacing,
dan sebagainya. Bahkan, najis yang berwujud gas seperti kentut juga
dianggap membatalkan wudhu jika keluar melalui dua lubang tersebut.
2. Tidur dalam Keadaan Tidak Duduk
Di dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H), disebutkan
bahwa tidur dalam keadaan tidak menempatkan bokong atau pantat ke
lantai dapat membatalkan wudhu. Artinya, jika seseorang tidur dalam
posisi duduk atau berbaring tanpa bokong menyentuh lantai, maka hal
tersebut dianggap membatalkan wudhu.
3. Hilang Akal

9
Mustafa Dib Al-Bugha, Op.cit hal. 44.
10
Muhammad Ajib, Op.cit hal. 29-38.

9
Di dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H), disebutkan
bahwa kehilangan akal karena mabuk, gila, pingsan, dan sejenisnya
dapat membatalkan wudhu. Dalil yang melandasi hal ini adalah qiyas
(analogi) dengan masalah tidur. Ketika seseorang tidur, ia tidak sadar,
apalagi jika kehilangan akal karena mabuk. Kondisi yang sama-sama
tidak sadar tersebut menyebabkan batalnya wudhu.
4. Sentuhan Kulit dengan yang Bukan Mahram
Di dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H), disebutkan
bahwa salah satu yang membatalkan wudhu adalah sentuhan kulit
antara pria dan wanita yang bukan mahram. Namun, perlu diketahui
bahwa jika sentuhan tersebut hanya menyentuh kuku, gigi, atau rambut
wanita, maka wudhunya tidak batal. Begitu pula jika terdapat kain
yang menghalangi sentuhan kulit dengan kulit, wudhunya juga tidak
batal. Sentuhan dengan sesama mahram juga tidak membatalkan
wudhu.
5. Menyentuh Qubul
Di dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H), disebutkan
bahwa menyentuh kemaluan depan dengan telapak tangan tanpa
penghalang dapat membatalkan wudhu. Namun, jika terdapat kain atau
penghalang lainnya antara tangan dan kemaluan depan, maka
wudhunya tidak batal.
6. Menyentuh Dubur
Di dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H), disebutkan
bahwa menyentuh kemaluan belakang (dubur) dengan telapak tangan
tanpa penghalang dapat membatalkan wudhu. Namun, jika terdapat
kain atau penghalang lainnya antara tangan dan kemaluan belakang,
maka wudhunya tidak batal. Dalil yang melandasi hal ini adalah qiyas
(analogi) dengan menyentuh kemaluan depan (qubul).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wudhu, atau tata cara bersuci dalam Islam, memiliki signifikansi
penting dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim. Dasar hukumnya
tertuang dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 6, yang menegaskan
perlunya berwudhu sebelum melaksanakan shalat. Wudhu bukan hanya
sekadar membersihkan tubuh, tetapi juga merupakan upaya membersihkan
jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Untuk sahnya wudhu, sejumlah syarat harus dipenuhi, seperti
berakal, baligh, niat, dan menggunakan air suci. Ada juga rukun wudhu
yang harus dilakukan dengan benar, seperti membasuh wajah, kedua
tangan hingga siku, mengusap sebagian kepala, dan membasuh kedua kaki
hingga mata kaki. Tertibnya pelaksanaan rukun wudhu juga penting,
dimana urutan tersebut tidak boleh terbalik.
Beberapa hal dapat membatalkan wudhu, seperti keluarnya najis
dari dua kemaluan, kehilangan akal, tidur dalam keadaan tidak
menempatkan bokong/pantat ke lantai, sentuhan kulit antara pria dan
wanita yang bukan mahram, serta menyentuh kemaluan depan dan
belakang dengan telapak tangan tanpa penghalang. Dengan memahami dan
melaksanakan wudhu sesuai dengan tuntunan agama, umat Islam dapat
menjaga kesucian diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam
ibadah sehari-hari.

B. Saran
Untuk menjaga kesucian wudhu, pertama, pastikan selalu
melakukan niat dengan tulus saat akan berwudhu. Kedua, perhatikan
dengan seksama urutan dan teknik dalam melaksanakan setiap rukun
wudhu. Ketiga, hindari segala hal yang dapat membatalkan wudhu, seperti
sentuhan kulit antara pria dan wanita yang bukan mahram. Keempat, jaga
kebersihan

11
tubuh dan lingkungan sekitar agar wudhu tetap suci. Terakhir,
selalu perbaharui niat untuk menjaga kesucian wudhu sepanjang hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ajib, Muhammad. 2019. Fiqih Wudhu Versi Madzhab Syafi’iy. Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing.

Al-Bugha, Mustafa Dib. 2010. Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-hukum


Islam Madzhab Syafi’i. Solo: Media Zikir.

Muhyidin, M. 2007. Misteri Energi Wudhu. Keajaiban Fadhilah Energi Wudhu


terhadap Kekuatan Fisik, Emosi dan Hati Manusia. Yogyakarta: Diva
Press.

Sabiq, Sayyid. 2009. Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara.

Tualeka, M. Wahid Nur. 2022. Manfaat Air Wudhu dalam Perspektif Islam dan
Kesehatan. Jurnal Mas Mansyur 1 (1).

13

Anda mungkin juga menyukai