Anda di halaman 1dari 16

NAMA : RIKA LISNAWATI

NIK : 2123016

PRODI : S1 KEPERAWATAN NONREGULER

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN PADA REMAJA DAN


BAGAIMANA PENGALAMAN REMAJA MENJADI ORANG TUA DI USIANYA

BERITA ONLINE
CURHAT REMAJA HAMIL DI USIA 13 TAHUN, DIHUJAT SAAT PUTUSKAN
INGIN JADI IBU

Sumber: https://www.suara.com/lifestyle/2021/03/31/203338/curhat-remaja-hamil-di-usia-
13-tahun-dihujat-saat-putuskan-ingin-jadi-ibu

Rauhanda RiyantamaAmertiya Saraswati


Rabu, 31 Maret 2021 | 20:33 WIB

Suara.com - Seorang remaja yang hamil membagikan kisah perjalanannya menjadi ibu.
Lantaran hamil di usia 13 tahun, remaja tersebut mengungkap bahwa dirinya sempat dihujat.
Melansir The Sun, remaja bernama Maddie Lambert itu kini sudah berusia 17 tahun. Namun,
ia dulu hamil ketika masih berusia 13 tahun.

Saat tahu dirinya hamil dulu, Maddie sempat berpikir untuk melakukan aborsi hingga
membiarkan orang lain mengadopsi bayinya. Namun, pikiran Maddie berubah saat ia melihat
foto USG.
"Detik aku melihat foto USG, aku berpikir aku tidak bisa menyerahkan bayi ini," ungkap
Maddie Lambert lewat kanal Truly.

"Aku selalu meremehkan remaja yang menjadi ibu jika mau jujur, tapi kurasa itu karena aku
tidak tahu rasanya."
Di usia muda, Maddie memutuskan untuk bertanggung jawab dan membesarkan bayinya.
Namun, keputusan itu malah membuat Maddie panen hujatan hingga didoakan meninggal.

"Orang-orang berkata aku menghancurkan hidupku, seseorang bahkan mengirimiku pesan


berkata, 'aku harap kalian meninggal saat persalinan'. Orang-orang mengirimiku alamat klinik
aborsi," jelas Maddie.

Tak hanya Maddie yang masih muda, ayah dari sang bayi yang bernama Isaac juga masih
berumur 15 tahun. Namun, Maddie memutuskan untuk tidak peduli pada komentar orang dan
ingin menjadi ibu.

"Kebencian itu membuatku ingin melakukan yang terbaik, ini membuatku ingin
menunjukkan bahwa aku akan menjadi ibu terbaik, meski aku masih muda."

Maddie lantas melahirkan bayi yang bernama Everly. Setelah punya anak, Maddie
membuktikan bahwa kehidupannya tidak hancur seperti kata orang lain.

"Everly tidak hanya mengubah hidupku, dia menyelamatkanku. Aku mengalami depresi, aku
mencoba bunuh diri sebelum aku hamil."

"Banyak yang bilang aku ibu yang buruk karena masih remaja, tapi aku juga punya kapasitas
menjadi orang tua seperti yang lain."

"Ibu yang baik adalah seseorang yang memberikan segalanya untuk anaknya, aku
memberikan seluruh masa mudaku. Aku akan melakukan apa saja untuk putriku, ia adalah
duniaku," tegas Maddie.

KISAH PILU MAWAR, 2 KALI HAMIL SAAT SMP LALU CERAI DARI SUAMI,
NGAKU MENYESAL KARENA NIKAH USIA MUDA
Sumber : https://newsmaker.tribunnews.com/2023/05/15/kisah-pilu-mawar-2-kali-hamil-saat-
smp-lalu-cerai-dari-suami-ngaku-menyesal-karena-nikah-usia-muda.
Editor: Eri Ariyanto
Senin, 15 Mei 2023 17:08
TRIBUNNEWSMAKER - Pengalaman kurang baik menimpa perempuan yang disebutkan
bernama Mawar (32). Pasalnya dirinya menceritakan perjuangan hidup yang cukup berat.
Bahkan, saat dirinya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di tahun 2005,
Mawar diketahui sudah dua kali hamil.

Hal itu yang membuat Mawar menyesal dengan kejadian yang telah dilakukannya pada masa
lalu. Akibat pergaulan bebas dan pacaran terlalu belebihan ia hamil di luar nikah oleh lelaki
berinisial A. Mawar terpaksa harus berhenti sekolah di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara
saat usia kandungannya empat bulan.

Mawar mengaku sempat terpikir untuk menggugurkan kandungannya. Tapi ia tak tega dan
pernah merasakan sakit luar biasa ketika menghilangkan janin di tahun sebelumnya. Tak
pernah ada rasa kapok, Mawar dan A masih menjalani hubungan layaknya suami istri.
Padahal saat itu usianya masih belasan tahun tapi ia sudah dua kali hamil di luar nikah.

Pada kehamilan keduanya, ia memutuskan untuk merawat anak yang ada di dalam perutnya
dan tak mau menggugurkan meski A telah menyuruhnya. Mawar membuat keluarganya
geram karena telah mencoreng nama baik kedua orangtuanya di mata tetangga dan keluarga
besar. Namun, nasi sudah menjadi bubur keluarga Mawar hanya bisa menerima kenyataaan
dan memutuskan sekolah anak sulungnya.

Akhirnya A mau tak mau harus bertanggungjawab atas kehamilan Mawar dan keduanya
melangsungkan pernikahan secara sederhana. A pada saat itu masih SMA, Mawar tidak
mendapatkan nafkah secara lahir, meski nafkah batinnya terpenuhi. SMP saja tak lulus,
Mawar ingin sekali bekerja demi membeli kebutuhan si jabang bayi. Beruntung kedua
orangtuanya begitu sayang dengannya, sehingga mau memberikan nafkah dan menyiapkan
segala keperluan untuk persalinan.

"Kalau dibilang nyesal ya nyesal tapi kan itu kejadian sudah lama, baru berasa sekarang,"
ucapnya.

Ketika anaknya lahir, sang suami baru lulus sekolah dan bukannya mencari pekerjaan justru
malah hidup dalam keblangsakan.Suaminya setiap malam hanya mabuk-mabukan, siang hari
digunakan untuk tidur. Geram melihat tingkah suaminya dan Mawar lelah memgurus
anaknya sendiri, hingga sering cekcok dengan A. Mawar ingin sekali memukul suaminya
menggunakan benda tumpul agar bisa berfikir kalau anaknya butuh susu dan harusnya
sebagai kepala keluarga sigap mencari uang.

"Tadinya saya tinggal di Pasar Ikan, terus digusur, orangtua saya tinggal ke kampung dan
saya ke rumah susun Marunda dapat tempat tinggal pengganti penggusuran," terangnya.

Hidup berdua dengan suaminya, adu mulut sering terjadi bahkan suaminya sesekali main
tangan seperti menggampar. Pernikahan dini tidak selalu indah, Mawar terus mendapatkan
peelakuan yang tak enak. Ia pernah mendapat ancaman akan dibunuh ketika sedang
bertengkar.

Beberapa tahun kemudian, hidup suaminya tak ada perubahan memberikan uang hanya
sekedarnya saja.Terkadang, suaminya juga tak pulang ke rumah dengan alasan menginap di
rumah orangtuanya di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara.

"Jadi karena suami saya hidup Madesu (masa depan suram), anak saya dititipkan ke orangtua
di kampung," tegasnya.

Merasa curiga suaminya seperti bang Toyib, Mawar kemudian mencari tahu dengan
mendatangi tempat tongkrongan suaminya dan tempat kerjannya sebagai juru
parkir.Ternyata, suaminya bukan pulang ke rumah orangtuanya melainkan ke rumah
perempuan lain.Sakit hati begitu mendalam karena Mawar selama ini sudah menerima
suaminya secara ikhlas tapi diselingkuhi. Mawar menggugat cerai suaminya, tapi A menolak
dan masih ingin membiduk rumah tangga dengannya.

"Sekali selingkuh enggak bakalan bisa ada obatnya, dia berulang kali begitu akhirnya saya
cerai, karena dai pernah bawa selingkuhannya di rumah hingga mesum," terangnya.

Tak ada maaf, A diusir oleh Mawar dari rumah susun yang telah di tempati selama beberapa
tahun. Namun, keduanya justru mempertahankan rumah susun itu karena merasa yang
memiliki. Mawar akhirnya mengalah dan memilih untuk mengontrak rumah di kawasan
Penjaringan, Jakarta Utara.
Ia menangis dan menyesal karena telah menikah dengan lelaki Madesu dan ia harus mencari
pekerjaan untuk bertahan hidup. "Akhirnya saya nembak bikin Ijazah SMA buat kerja jadi
OB di salah satu mall Jakarta," terangnya.

KISAH PILU REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH DAN HARUS MENJADI
IBU DI USIA 16 TAHUN

Sumber : https://bangka.tribunnews.com/2018/05/13/kisah-pilu-remaja-yang-hamil-di-luar-
nikah-dan-harus-menjadi-ibu-di-usia-16-tahun

Editor: Iwan Satriawan

Minggu, 13 Mei 2018 23:12 WIB

BANGKAPOS.COM--Masa-masa remaja yang seharusnya dilalui dengan indah rupanya


enggak dialami oleh B. Dibesarkan di keluarga broken home membuatnya mencari pelarian
lain. Ia menggantungkan dirinya pada cowok yang kala itu memberikan perhatian yang
enggak pernah ia dapatkan dari keluarganya.

Namun, B melakukan kesalahan hingga akhirnya hamil di usia 16 tahun dan terpaksa putus
sekolah. Kepada cewekbanget.id, B menceritakan kisahnya.

“Aku hamil di usiaku yang masih 16 tahun. Bukan, bukan karena diperkosa. Tapi, karena aku
salah langkah.

Tahun 2010 merupakan tahun yang enggak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku. Di
tahun itu orang tuaku bercerai. Setelah beribu pertengkaran yang enggak pernah ada
solusinya, mereka memutuskan untuk berpisah.

Aku hancur. Bukan berarti aku memiliki hidup yang indah sebelumnya, tapi perceraian papa
dan mama merupakan pukulan besar dalam hidupku.

Tahun itu pula aku harus berpisah dengan mama dan adikku. Tanpa diberi kesempatan untuk
memilih, aku harus ikut papaku ke Kalimantan. Sedangkan mama dan adikku tetap tinggal di
Jakarta.
Masa-masa adaptasi di lingkungan baru bukan hal yang mudah. Aku masuk ke salah satu
sekolah ternama di Kalimantan tanpa ada perasaan bahagia sedikit pun. Hampa.

Ditambah lagi dengan perbedaan budaya yang semakin membentangkan jarak antara aku dan
teman-teman baruku. Sampai akhirnya aku kenalan dengan seorang cowok ketika di pelajaran
olahraga.

Berbeda dari teman sekelasku yang lain, ia baik banget. Ia menanyakan alamat rumahku,
bahkan menawariku tumpangan sepulang sekolah. Singkatnya kami menjadi dekat dan
akhirnya berpacaran. Dan kelewatan melakukan seks bebas.

Masalah yang lebih besar pun datang. Beberapa minggu setelah kejadian itu, aku harus
menelan kenyataan bahwa aku hamil, dan aku masih 16 tahun. Aku dan dia sama-sama takut.

Berita kehamilanku pun segera menyebar. Dalam waktu singkat satu sekolah tahu kalau aku
hamil, bahkan kakak-kakak kelasku pun tahu. Berbagai makian dan julukkan kasar pun
dilontarkan kepadaku. Cewek bispak, murahan, lonte, dan masih banyak lagi predikat yang
mereka berikan untukku.

Namun fokus terbesarku saat itu adalah masalah kehamilanku. Aku enggak siap hamil.
Enggak siap menjadi seorang ibu. Dengan sejarah keluargaku yang kelam itu, bagimana aku
bisa jadi ibu yang baik? Aku juga enggak siap untuk menikah.

Dengan segala alasan, aku memutuskan kembali ke Jakarta dan tinggal bersama mama.
Hidupku kembali berubah. Setelah mama membujukku terus menerus, akhirnya aku mau
menikah dengan pacarku itu. Tentunya tanpa dihadiri ayah.

Saat itu aku enggak lagi sanggup berharap untuk masa depan. Masa depan apanya, ijazah
SMA saja kami enggak punya. Karena suamiku belum mempunyai pekerjaan, kami terpaksa
tinggal di rumah orangtua suamiku. Ketika itu aku menjalani hidupku dengan pasrah. Tanpa
tujuan dan tanpa arah. Sama sekali enggak terbayang bagaimana rumah tangga ini nantinya.

Pasca kelahiran anak kami, pasanganku sepertinya mulai menyadari kalau sebagai kepala
rumah tangga setidaknya harus berusaha mencari nafkah. Tapi tanpa adanya gelar dan
keahlian, pekerjaan yang ia dapatkan hanyalah sebagai tukang parkir di sebuah swalayan
dekat komplek rumah kami.

Penghasilannya yang enggak seberapa hanya cukup untuk memberi makan kami sehari demi
sehari. Sedangkan kebutuhan kami yang lainnya masih ditanggung oleh orangtua. Di masa-
masa sulit itulah aku sadar bahwa tindakan bodohku untuk balas dendam pada kenyataan
pahit yang aku alami betul-betul salah.

Alasanku untuk berhubungan seks di usia dini juga merupakan sebuah kekeliruan besar. Itu
bukan cinta, tapi pelampiasan. Yang aku dapatkan setelahnya hanya rasa penyesalan yang
mendalam.

Saat ini kami tinggal di sebuah kontrakan kecil di Tangerang. Suamiku bekerja serabutan,
kadang menjadi kuli bangunan, kadang kala juga menjadi tukang ojek, dan berbagai
pekerjaan lainnya. Aku hanya di rumah, mengurus rumah sekaligus menjaga anakku yang
kini sudah duduk di bangku TK.

VIRAL WANITA UNGKAP PENGALAMAN MIRIS MENIKAH MUDA DI UMUR


17: AKU MENYESALINYA!

Sumber : https://www.suara.com/lifestyle/2021/08/08/070000/viral-wanita-ungkap-
pengalaman-miris-menikah-muda-di-umur-17-aku-menyesalinya?page=all

Editor : Arendya Nariswari

Minggu, 08 Agustus 2021 | 07:00 WIB

Suara.com - Kisah tentang pasangan yang menikah muda kerap menjadi perhatian. Belum
lama ini, seorang wanita viral setelah membagikan penyesalannya menikah muda. Melansir
World of Buzz, wanita tersebut membagikan pengalamannya di akun @miladyliaa_ lewat
media sosial Twitter. Di sana, wanita ini mengaku menyesal.
Pada unggahannya yang lantas viral, wanita ini mengungkap bahwa ia juga merasa malu
dengan keputusannya dulu. Meski pernikahan dini tersebut legal, kehidupannya setelah
menikah jauh dari harapan.

"Aku menikah pada umur 17 tahun, dengan pria 15 tahun lebih tua diriku, dan ya aku
menikah secara legal."

"Apakah aku menyesalinya? Ya, aku menyesal," cuit akun @miladyliaa_ melanjutkan.

Lebih lanjut, wanita ini menulis bahwa ia mengira dirinya sudah cukup dewasa di umur 17. Ia
juga mengaku tak ada yang bisa menghentikannya, karena secara legal ia sudah boleh
menikah.

Wanita ini melanjutkan bahwa dirinya menikah karena ingin punya pasangan yang mau
mencintai dan memedulikan dirinya. Namun, sang suami ternyata hanya memikirkan soal
uang.

"Aku pikir pernikahan akan menjadi akhir bahagia untukku, tapi ini hanyalah jalan pintas
untuknya mendapatkan uang dan merawat diri sendiri. Sementara aku? Aku menderita."

Menurut wanita ini, ia langsung hamil setelah menikah. Namun, suaminya malah
mengabaikan kebutuhannya secara fisik dan emosional.

Akibatnya, semua kebutuhan wanita ini saat hamil ditanggung oleh orangtua. Tidak hanya
itu, ia harus berhenti sekolah setelah melahirkan dan fokus membesarkan anak

"Aku berhenti sekolah, menjadi ibu rumah tangga, dan tidak pernah mengeluh. Bahkan sejak
bayiku lahir, dia tidak pernah berkontribusi satu sen pun karena dia pengangguran,"
lanjutnya.

Di sisi lain, wanita ini merasa cukup beruntung karena ayahnya masih mau membantu dirinya
dan sang cucu. Ia juga tidak menyesal punya anak di usia muda.

Pernikahan wanita ini akhirnya berakhir pada perceraian. Namun, ia juga menerima hujatan
karena dianggap terburu-buru menikah hingga berakhir pada perceraian.
Di sisi lain, wanita ini merasa tidak adil karena mantan suaminya tidak pernah dihujat.
Sebaliknya, pria tersebut malah dipuji karena punya mantan istri masih muda.

"Aku berhenti sekolah, menjadi ibu rumah tangga, dan tidak pernah mengeluh. Bahkan sejak
bayiku lahir, dia tidak pernah berkontribusi satu sen pun karena dia pengangguran,"
lanjutnya.

Di sisi lain, wanita ini merasa cukup beruntung karena ayahnya masih mau membantu dirinya
dan sang cucu. Ia juga tidak menyesal punya anak di usia muda. Pernikahan wanita ini
akhirnya berakhir pada perceraian. Namun, ia juga menerima hujatan karena dianggap
terburu-buru menikah hingga berakhir pada perceraian.

Di sisi lain, wanita ini merasa tidak adil karena mantan suaminya tidak pernah dihujat.
Sebaliknya, pria tersebut malah dipuji karena punya mantan istri masih muda.

"Jika pernikahan dini legal, lalu kenapa aku masih dihakimi ketika aku bilang aku sudah
bercerai dan punya anak?" lanjut wanita ini.

Kini, wanita ini pun mengungkap bahwa ia trauma dengan pernikahan dini. Ia juga merasa
pernikahan dini hanya berdampak buruk pada kondisi mental seseorang.

"Secara mental, ini menyakitiku. (Aku) dimanipulasi, disalahkan, diabaikan, mengalami


kekerasan emosional dan semua efeknya."
"Menikah muda legal secara hukum, tapi ini bisa menarik para pedofil," tambahnya
menyesal.
JURNAL ONLINE
PENGALAMAN PSIKOLOGIS KEHAMILAN PRANIKAH PADA USIA REMAJA
DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN MIJEN

Oleh :Priharyanti Wulandari, Piji Fihastutik, Arifianto


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang

JOURNAL OF HOLISTIC NURSING SCIENCE


Vol.6 No. 2 (2019) pp.64-73
Available online at http://journal.ummgl.ac.id

Perubahan psikologis pada partisipan yaitu kaget, takut, dan menerima kehamilan,
berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan, mereka mengaku bahwa mereka kaget
dengan kehamilannya hal ini sesuai dengan penelitian Monica & Sutarsa (2014)
mengenai pengalaman remaja putri selama kehamilan di wilayah kerja puskesmas
Klungkung 1, dalam penelitian tersebut tiga dari enam responden mengatakan kaget
dengan kehamilannya setelah mengetahui bahwa mereka terlambat haid selama lebih
dari 3 bulan, selain dari penelitian tersebut hasil penelitian ini juga sesuai dengan
teori menurut Herawati (2014) yang mengungkapkan bahwa banyak ibu hamil
yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan da kesedihan, sering kali pada
awal kehamilan ibu akan mengungkapkan bahwa mereka berharap untuk tidak hamil,
hamper 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung. Sementara itu kejadian
gangguan jiwa sebesar 15% pada ibu hamil terjadi pada trimester 1 yang kebanyakan
pada kehamilan pertama (primipara).
Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan, mereka mengaku kaget dengan
kehamilannya, baik dari keluarga maupun pasangan. Partisipan mengaku belum siap
dengan kehamilannya dan tidak siap untuk menjadi ibu selain itu mereka juga
merasakan masalah
psikologis berupa takut,marah, kecewa, khawatir, serta stress dan depresi.Kehamilan
pranikah diusia muda pastinya akan menimbulkan masalah psikologis bagi seorang
remaja ataupun keluarga remaja tersebut, sehingga akan menimbulkan berbagai respon
dalam penerimaannya, dari hasil wawancara mendalam diperoleh respon lingkungan
(pasangan, dan keluarga) partisipan hampir sama dimana ketiga respon lingkungan
partisian mengungkapkan “kaget” setelah mengetahui kehamilan patisipan hal ini sejalan
dengan penelitian Devi (2013) tentang pengalaman hidup remaja yang hamil diluar
nikah yang mengungkapkan bahwa lingkungan dengan kondisi remaja hamil diluar
nikah baik keluarga, teman atau tentangga akan kaget dan menjadi bahan pembicaraan
masyarakat sehingga menimbulkan perasaan malu, namun hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Monica (2014) tentang pengalaman remaja putri seama kehamilan
di wilayah keja puskesmas klungkung 1 yang mngungkapkan reson lingkungan seperti
keluarga tentangga adalah biasa saja artinya tidak terjadi tekanan sosial dilingkungan sekitar.
Selain menimbulkan berbagai respon dari lingkungan, masalah lainnya juga dialami
partisipan yaitu dalam kesiapannya menjadi seorang ibu, berdasarkan hasil
wawancarapartisipan pertama mulai menyadari statusnya sebagai “seorang ibu” dan mulai
terbiasa namun dalam kesiapan menjadi ibu partisipan pertama belum siap dikarenaka
merasa terganggunggu “kemanamana bawa anak”, berbeda dengan partisipan kedua dan
ketiga dimana mereka belum siap menjadi ibu dan tidak ingin menjadi ibu dibuktikan
dengan setelah melairkan mereka lebih memilih bayinya dirawat atau diadopsi orang lain
dari pada dirawat sendiri hal ini sejalan dengan penelitian Devi (2013) tentang
pengalaman hidup remaja yang hamil diluar nikah mengungkapkan bahwa peran
seorang ibu dilimpahkan oleh orangtua partisipan kedua, dan partisipan pertama
menjalankan perannya sebagai ibu meskipun kesulitan dalam merawat bayinya.Stress
merupakan respon psikologis yang dialami oleh remaja yang hamil diluar nikah, dalam
penelitian ini ketiga partisipan mengalami stress dan tertekan mulai dari awal kehamilannya,
hal ini sesui dengan penelitian Nofi (2012) tentang stress dan koping kehamilan pada usia
remaja di wilayah kerja puskesmas klambu kecamatan klambu kabupaten grobgan jawa
tengah mengungkapkan bahwa sumber stress selama kehamilan yang didapatkan remaja
berasal dari perubahan perubahan selama kehamilan, kecemasan selama kehamilan, dan
factor ekonomi.
Perubahan perubahan selama kehamilan meliputi perubahan fisik yang terjadi selama
kehamilan, perubahan psikologis, kecemasan tentang persalinan, dan kehidupan yang
akan dating,dan factor ekonomi meliputi kemampuan finansial keluarga.
HUBUNGAN KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DENGAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
Oleh : Rizka Firdausi Nuzula, Djaswadi Dasuki, Herlin Fitriana Kurniawati
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 11 No. 02 Juli 2020 hal 122-131

Data penelitian ini menyebutkan bahwa 40 (55,6%) responden dengan usia kurang dari
20 tahun melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Guimaraes 2013, bahwa kehamilan pada usia remaja (<20 tahun)
berhubungan dengan berat bayi lahir rendah dengan OR 1,8 (95%CI 1,003-
3,118) sehingga kehamilan pada usia remaja tersebut meningkatkan 1,8 kali lipat
melahirkan dengan berat bayi lahir rendah. Hal serupa
juga dikemukakan oleh Imir 2008, bahwa BBLR merupakan faktor risiko dari kehamilan
pada wanita berusia kurang dari 19 tahun. Hasil penelitian di Rumah Sakit Rajavithi
Thailand (2010), yang menyatakan bahwa gadis remaja hamil memiliki signifikan yang
lebih besar pada ibu dan bayi yang dilahirkan dan memiliki signifikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu dewasa. Hasil serupa juga dilakukan oleh Medhi 2016,
menyatakan bahwa ibu yang berusia remaja kemungkinan mengalami kelahiran
dengan berat bayi lahirrendah , prematur, dan komplikasi kehamilan lainnya.

HUBUNGAN KEHAMILAN PADA USIA REMAJA DENGAN KEJADIAN


PREMATURITAS, BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN ASFIKSIA
Lutfatul Latifah dan Mekar Dwi Anggraeni Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
Terdapat hubungan antara kehamilan remaja dengan prematuritas dimana nilai p=0,012
dengan OR 3,58. 3. Terdapat hubungan antara kehamilan remaja dengan kejadian BBLR
dimana nilai p=0,001 dengan OR 7. 4. Tidak ada hubungan antara kehemilan remaja dengan
asfixia dimana nilai p>0,05.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA PADA KEHAMILAN
USIA REMAJA PRATIWI
Hariyani Putri1 , Agus Sulistyono2 , Mahmudah1 1Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya 2Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 23 No. 1 Januari - April 2015 : 33-36
Pemberian tablet besi dengan dosis satu tablet sehari dapat meningkatkan kadar Hb sebesar
53,65 % serta menunjukkan keluhan efek samping yang ringan. Menurut WHO (1990),
konsumsi tablet besi yang mengandung 30 mg Fe selama 100 hari terakhir kehamilan sejak
minggu ke-24 kehamilan dianggap mencukupi untuk menjaga kadar Hb diatas 10 gr/dl, juga
dapat meningkatkan kadar Hb pada wanita hamil.
Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
variabel jumlah kunjungan ANC berpengaruh terhadap kejadian anemia pada usia remaja di
Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.7 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Darmawan
(2003) juga menyatakan bahwa Frekuensi Antenatal Care berhubungan dengan anemia pada
ibu hamil.8 Sedangkan Amiruddin dkk (2004) pada pe- nelitiannya menyatakan bahwa
frekuensi ANC tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.9 Pemeriksaan
kehamilan dianjurkan minimal 4 kali dalam kondisi kehamilan normal. Standar ANC dikenal
dengan 7T yaitu Timbang berat badan dan ukur tinggi badan,ukur Tekanan darah, periksa
Tinggi fundus uteri, berikan Tetanus toxoid, Tablet tambah darah, Tes penyakit kelamin dan
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Pemeriksaan kehamilan secara teratur
merupakan upaya untuk mendeteksi lebih dini bahaya atau komplikasi yang bisa terjadi
dalam kehamilan seperti anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
Setelah dilakukan wawancara, diketahui sebagian besar ibu hamil yang anemia pola
makannya tidak teratur. Mereka mengatakan tidak rutin sarapan pagi karena berbagai alasan
termasuk tidak mempunyai cukup waktu karena ibu bekerja. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Nina Herlina di wilayah kerja Puskesmas Bogor tahun 2008 (Herlina,
2008) yang mendapati adanya kecenderungan bahwa semakin kurang baik pola konsumsi
maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia gizi pada ibu hamil.
DAMPAK PSIKOLOGIS PADA KEHAMILAN REMAJA (STUDI EKPLORASI DI
DESA WATUTULIS PRAMBON SIDOARJO)
Sri Mukhodim Faridah Hanum
Prodi DIII Kebidanan FIK
ESUMSIDA, Jl. Raya Rame Pilang No 4 Wonoayu Sidoarjo, 61261

Jumlah subjek yang diteliti sebanyak 3 orang.Masing-masing berumur 17, 16, dan 18
tahun.Pendidikan terakhir 2 orang lulusan SMP dan 1 orang putus sekolah pada saat
duduk di bangku SMA kelas 2. Ketiga ibu hamil remaja tidak bekerja
hanya sebagai ibu rumah tangga. Semua menikah untuk yang pertama kali, usia saat
menikah 17, 15, dan 18 tahun.Dari 3
responden, 2 orang yang dipaksa menikah oleh orang tuanya dan 1 orang menikah
karena diberi saran oleh orang tuanya kemudian ia menyetujuinya. Akibat dari
ketidaksiapansecara mental dan psikologis para ibu remaja dalam menerima
kehamilannya maka keluhan mual-muntah yang semula normal di hadapi ibu hamil
menjadi keluhan yang abnormal sehingga kebanyakan dari ibu remaja mengalami stress
akibat kehamilan merekaDari 3 responden, ketiga-tiganya merasa belum siap untuk
menerima kehamilannya
responden 1 : (malu mbak,.. sudah terlanjur...saya sudah berusaha menggugurkan, saya
minum obat..jamu-jamu peluntur tetapi tetap saja tidak gugur)

responden 2 : mau gimana lagi, siap tidak siap... saya masih ingin seperti teman-teman,
bermain-main gitu mbak...saya tidak mengerti ternyata hamil itu sampai seperti
itu...terkadang saya menyesal, ingin saya keluarkan saja anak ini mbak

responden 3: rasanya itu saya tidak mau hamil...ingin saya gugurkan saja kehamilan saya
ini...saya memakan makanan yang merangsang agar bisa keguguran, pijet-pijet ke
dukun juga

sudah pernah saya lakukan..nangis sendiri di kamar, sampat saya kepikiran untuk mengakhiri
hidup saya saja, tetapi saya pikir-pikir lagi)

Menurut bidan bahwa bumil 18 tahun, usia kehamilan 4 bulan mengatakan bahwa bumil
ini sangat ngotot sekali ingin
menggugurkan kandungannya.Kebanyakan dari para ibu remaja bahwa kehamilannya
tidak di rencanakan secara matang dan kesiapan spikis mereka juga belum siap
untuk menerima kenyataan bahwa mereka hamil. Akibat dari tingkatan stress yang
dialameh ibu hamil remaja yang berlanjut menjadi depresi maka kebanyakan dari
mereka tidak menginginkan kehamilannya sehingga berbagai cara yang dilakukan.
untuk mengeluarkan janin yang ada di
kandungan mereka dengan cara minum obat=obatan, jamu-jamuan, di pijit ke
dukun beranak dan sampai di konsultasikan ke bidan berharap bahwa bu bidan mampu
membentu mereka dalam usaha mengeluarkan janin mereka.Dari 3 ibu hamil, ketiganya
tidak ingin merawat bayinya jika sudah lahir.Seperti yang diungkapkan oleh ibu hamil
padatabel empat. Orang tua yang masih belum siap menjadi orang tua bisa berbuat
apa saja untuk menghilangkan anaknya. Seperti tidak memperdulikan tumbuh
kembang janin yang di kandungnya dan berniat apabila bayi sudah dilahirkan
maka mereka akan memberikan anak mereka pada orang lain karena mereka
masih belum mau terbebani oleh kehadiran seorang anak.

KEHAMILAN USIA REMAJA DAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI


KABUPATEN GUNUNGKIDUL TEENAGE PREGNANCY AND LOW BIRTH
WEIGHT INFANTS IN GUNUNGKIDUL
Edy Marjuang Purba , Theodola Baning Rahayujati , Mohammad Hakimi
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Community Medicine and Public Health)
Volume 32 Nomor 1 Halaman 13-20

Kehamilan usia remaja berhubungan dengan kejadian BBLR di kabupaten


Gunungkidul tanpa atau dengan disertai variabel lain. Beberapa variabel luar
yang juga berhubungan dengan kejadian BBLR adalah status KEK, status anemia,
dan kunjungan ANC sedangkan tingkat pendidikan ibu dan hipertensi tidak
berhubungan dengan kejadian BBLR. KEK dan anemia meningkatkan risiko untuk
melahirkan bayi BBLR, terutama pada ibu berusia remaja. Perawatan
kehamilan yang lebih intensif kepada ibu usia remaja (khususnya pengukuran
lingkar lengan atas dan Hb secara teratur untuk mengontrol dan mencegah ibu
dari KEK dan anemia) perlu dilakukan. Dinas Kesehatan kabupaten Gunungkidul
perlu bekerja sama dengan puskesmas, Kantor Urusan Agama (KUA) dan
pemerintah kecamatan untuk menurunkan kehamilan remaja dengan melakukan
penyuluhan kesehatan reproduksi dan risiko kehamilan usia muda.

GAMBARAN RESIKO DEPRESI POSTPARTUM ADA IBU USIA REMAJA DI


PUSKESMAS WILAYAH GARUT
Noer Endah Filaili , Restuning Widiasih , Hendrawati
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan
Farmasi Volume 20 Nomor 2 Agustus 2020 269
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa resiko depresi
postpartum pada ibu usia remaja akhir berada pada resiko depresi sedang. Sedangkan pada
usia remaja menengah resiko depresi sebagian kecil resiko depresi ringan dan sebagian besar
resiko depresi sedang. Penelitian ini di laksanakan pada bulan juli 2018, dengan penelitian ini
diharapkan asuhan keperawatan diberikan secara maksimal pada ibu postpartum untuk
mencegah terjadinya resiko depresi postpartum. Saran

Anda mungkin juga menyukai