Anda di halaman 1dari 9

Amtsalil Qur’an

Presentasi kelompok 9
Pengertian Amtsalil Qur’an

Amtsal adalah bentuk jamak dari Ibnu Qayyim mendefinisikan Amtsal


masal, misl dan masil adalah sama Al-Qur'an dengan menyerupakan
dengan syabah, syibh dan syabih, baik sesuatu dengan sesuatu yang lain
lafaz maupun maknanya. Penyerupaan dalam hukumnya dan mendekatkan
merupakan kerangka yang dapat sesuatu yang abstrak dengan yang
menimbulkan makna- makna dalam indrawi atau mendekatkan salah satu
bentuk yang hidup di dalam pikiran dari dua mahsus dengan yang lain dan
dengan cara menyerupakan sesuatu menganggap salah satunya itu sebagai
yang ghaib dan yang hadir. yang lain.
Unsur- Unsur Amtsalil Qur’an
Adapun unsur-unsur yang menurut balaghah adalah sebagai berikut:

Harus ada musyabbah (yang diserupakan) yaitu, sesuatu yang akan diserupakan
atau diumpamakan
Harus ada musyabbah bih (asal penyerupaan) yaitu, sesuatu yang dijadikan sebagai
tempat untuk menyerupakan.
Harus ada wajhu asy-Syabah (segi persamaan) yaitu, satu arah persamaan antara
kedua hal yang diserupakan tersebut.
Harus ada adat at-tasybih (kata yang digunakan untuk menyerupakan) missal huruf
kaf.
Macam- macam Amtsalil Qur’an
Syekh Manna' Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur'an menjadi tiga macam, yaitu Amtsal Musharrahah, Amtsal
Kaminah dan Amtsal Mursalah.
1. Amtsal Musharrahah adalah amtsal yang jelas, yakni yang jelas menggunakan kata kata perumpamaan atau kata
yang menunjukkan penyerupaan (tasybih). Contoh dalam surah Ar- Ra’d ayat 17
2. Amtsal Kaminah adalah amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas kata kata yang menujukkan perumpamaan,
tetapi kalimat yang menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam pendapatan reaksinya yang
mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. contoh Firman Alla mengenai
infaq: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan (pula) terlalu mengulurkannya.”
(QS. Al -Isra’:29)
3. Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi
kalimat- kalimatnya berlaku sebagai masal. contohnya dalam firman Allah
“Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS. Yusuf:51)
Sighat Amtsalil Qur’an
Dapat diketahui bahwa sighat amtsalil Qur’an itu ada bentuknya, sebagai berikut:
1. Sighat Tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih) Yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang
jelas, didalamnya terungkap kata kata matsal. Contohnya seperti pada (QS. Yunus: 24):

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di
antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik
hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir.”
2. Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni) Yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang
terselubung atau tersembunyi, di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kaa al-amtsal, tetapi perumpamaan
itu diketahui dari segi artinya. Contoh QS. Al Hujarat ayat 12:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat, Maha Penyayang.”

Dalam terjemahan ayat tersebut tidak terdapat kata kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti itu jelas
menerangkan perumpamaan menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai teman
sendiri.
3. Sighat majaz mursal Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal
ceritanya. Contohnya seperti dalam ayat 73 Surat Al-hajj:

Artinya: “Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang
kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.”

4. Sighat Majaz Murakkab Yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaannya diambil
dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitannya adalah perserupaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan
sehari- hari yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contoh pada ayat 5 surah Al- Jumu’ah:

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak
membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat
buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.”
5. Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah Dengan bentuk perumpamaan sampiran atau, lirik bentuk ini hampir
sama dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya sebelum memanah harus
dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an seperti dalam ayat 24 QS. Yunus:

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya
ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan
berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah
kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman
yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-
tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir.”
Kegunaan Amtsalil Qur’an
Adanya berbagai bentuk amtsal didalam Al-Qur’an membawa kegunaan yang banyak,
antara lain sebagai berikut:

1) Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap
dengan indera manusia.
2) Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkongkritkan hal yang abstrak.
3) Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik, dalam ungkapan yang singkat dan padat.
4) Mendorong giat beramal, melakukan hal hal yang menarik dalam Al- Qur ’an
5) Menghindarkan dari perbuatan yang tercela.

Anda mungkin juga menyukai