“KOMPENSASI MANAJEMEN”
Disusun oleh :
EKONOMI – AKUNTANSI
Jakarta
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah S.W.T karena atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen Sistem Pengendalian Manajemen, Ibu
Anik Agustina Z. M., Dra., Ak., M.M yang telah memberikan tugas menyusun makalah, sehingga
saya dapat menambah kecakapan kami dalam membuat makalah dengan baik dan benar. Kami harap
ibu menyukai makalah ini, dan ibu dapat memberikan kami masukan atau kritikan yang dapat
membangun kami untuk memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Setiap organisasi memiliki cita-cita. Suatu peranan penting dari sistem pengendalian
manajemen adalah untuk memotivasi para anggoita organisasi untuk mencapai cita-cita
tersebut. Bab ini fokus pada mekanisme insentif dan sistem kompensasi serta fungsinya
dalam memengaruhi perilaku karyawan, ketika mereka mencari keselarasan cita-cita.
Manajer biasanya melakukan usaha lebih besar untuk aktivitas-aktivitas yang dihargai dan
lebih sedikit untuk aktivitas-aktivitas yang tidak dihargai. Ada banyak contoh mengenai
sistem kompensasi yang tidak menghargai perilaku yang berlawanan dengan cita-cita
tersebut. Dalam bab ini, akan didiskusikan mengenai desain dari rencana koempensasi
insentif untuk manajer umum guna menghindari “ kebodohan karena memberikan
penghargaan untuk A semertara mengharapkan B”.
Dalam makalah ini, akan dipaparkan tentang masalah – masalah yang timbul dalam
Kompensasi. Oleh karena itu, masalah pada makalah ini adalah :
KOMPENSASI MANAJEMEN
Paket kompensasi total dari seorang manajer terdiri dari tiga komponen:
1. Gaji.
2. Tunjangan (terutama tunjangan pensiun dankesehatan, tetapi juga berbagai jenis lainnya).
3. kompensasi insentif. Manajer umumnya menerima kompensasi lebih tinggi di perusahaan
yang besar dibandingkan di perusahaan yang kecil, dan perusahaan di industri yang sama
cenderung untuk bersaing satu sama lain dalam hal kmpensasi.
Jika tidak demikian halnya, maka beberapa generalisasi lainnya dapat dibuat oleh
mengenai tingkat kompensasi manajemen. Tiga komponen tersebut saling bergantung satu
sama lain, tetapi yang ketiga secara khusus berkaitan dengan fungsi pengendalian
manajemen.
Rencana kompensasi insentif dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan jangka
panjang. Rencana insentif jangka pendek didasarkan pada kinerja dalam tahun berjalan.
Rencana jangka panjang mengaitkan kompensasi ke pencapaian jangka panjang yang
dikaitkan dengan harha dari saham suatu perusahaan. Seseorang manajer dapat memperoleh
bonus dalam kedua rencana tersebut. Bonus dalam rencana jangka pendek biasanya
dibayarkan secara tunai, dan bonus dalam rencana jangka panjang biasanya suatu opsi untuk
membeli saham perusahaan.
A. Rencana Insentif Jangka Pendek
Total = $19.500.000*0,06
= $1.170.000
Per saham = $1.170.000:10.000.000
= $0,117
Normalnya, tidak ada pengurangan dalam laba per saham yang diharuskan dilakukan
ketika perusahaan mengalami kerugian, tetapi laba yang diharuskan tidak akan dinaikkan
sampai laba ditahan melampaui tingkat sebelum kerugian.
Carryover
Setiap tahun, komite dari dewan komisaris memutuskan seberapa besar yang akan
ditambahkan ke carryover, atau seberapa besar akumulasi carryover yang digunakan jika
bonus ternyata terlalu rendah.
Metode ini menawarkan dua keuntungan:
Metode tersebut telah fleksibel karena pembayaran tidak ditentukan secara otomatis oleh
suatu rumus dan dewan komisaris dapat menggunakan penilaian mereka.
Metode tersebut dapat mengurangi besarnya fluktuasi yang terjadi ketika pembayaran
bonus hanya didasarkan pada jumlah yang dihasilkan dari rumus yang dihitung setiap
tahunnya. Kerugian dari metode ini adalah bahwa bonus kurang berhubungan dengan
kinerja saat ini.
Kompensasi Ditunda
Dalam metode ini eksekutif hanya menerima seperlima dari bonus mereka ditahun
dimana bonus tersebut diperoleh empat perlima sisanya dibayar merata selama empat tahun
ke depan. Dengan demikian setelah manajer tersebut bekerja selama lima tahun, maka
bonusnya akan terdiri dari seperlima bonus tahun berjalan plus seperlima dari bonus diterima
di masing-masing tahun dari empat tahun sebelumnya. Dibeberapa perusahaan periode
penundaan adalah tiga tahun. Metode penundaan pembayaran ini menawarkan keunggulan –
keunggulan berikut ini :
Manajer dapat mengestimasikan, dengan akurasi yang cukup besar, pendapatan tunai mereka
untuk tahun mendatang.
Pembayaran yang ditunda meratakan penerimaan kas manajer, karena dampak dari
pergeseran musiman dalam laba akan dirata-rata dalam pembayaran tunai.
Seorang manajer yang pensiun akan terus menerima pembayaran untuk sejumlah tahun. ini
tidak hanya meningkatkan penghasilan pensiun tetapi juga memberikan keuntungan pajak,
karena tarif pajak penghasilan setelah pensiun mungkin lebih rendah daripada tarif pajak
selama masa kerja.
Kerangka waktu penundaan mendorong para pengambil keputusan untuk berpikir secara
jangka panjang.
Kerugian dari rencana bonus ditunda adalah bahwa rencana tersebut tidak membuat
jumlah yang ditunda menjadi tersedia bagi eksekutif di tahun bonus tersebut diperoleh.
Ketika pembayaran bonus ditunda, jumlah yang ditunda mungkin tetap atau tidak. Dalam
beberapa kasus, seorang manajer tidak akan menerima bonus yang ditunda jika ia
meninggalkan perusahaan sebelum bonus tersebut dibayarkan. Peraturan ini disebut dengan
borgol emas (golden handcuff) karena hal tersebut berfungsi sebagai disinsentif bagi manajer
untuk meninggalkan suatu organisasi.
Suatu asumsi mendasar dari banyak rencana insentif jangka panjang adalah bahwa
pertumbuhan dalam nilai dari saham perusahaan mencerminkan kinerja jangka panjang
perusahaan tersebut. Ada beberpa rencana semacam itu. Popularitas dari rencana tersebut
dipengaruhi oleh perubahan dalam hukum pajak penghasilan, perubahan dalam perlakuan
akuntansi, kondisi pasar saham dan berbagai faktor lainnya. Konsekuensinya, rencana yang
berbeda populer pada waktu yang berbeda.
- Opsi Saham
Suatu opsi saham adalah hak untuk membeli sejumlah lembar saham pada, atau
setelah, tanggal tertentu di masa depan (tanggal pelaksanaan), pada harga yang telah disetujui
pada tanggal pemberian opsi. Manfaat motivasional utama dari rencana opsi saham adalah
bahwa rencana tersebut mengarahkan energi manajer ke arah kinerja jangka panjang maupun
jangka pendek dari perusahaan tersebut.
- Saham Fantom
Suatu rencana saham fantom memberikan kepada manajer sejumlah saham untuk
tujuan pembukuan saja. Di akhir periode yang telah ditentukan, eksekutif tersebut berhak
untuk menerima penghargaan yang setara dengan apresiasi di nilai pasar dari saham tersebut
sejak tanggal penghargaan. Rencana fantom tidak memiliki biaya transaksi.
- Saham Kinerja.
Suatu rencana saham kinerja memberikan sejumlah tertentu saham ke seorang
manajer ketika cita-cita jangka panjang tertentu telah terpenuhi. Biasanya, cita-citanya adalah
untuk mencapai persentase pertumbuhan tertentu dalam laba per saham selama periode tiga
sampai lima tahun. Oleh karena itu, rencana ini tidak dipengaruhi oleh harga saham.
Keunggulan dari rencana ini dibandingkan dengan opsi saham adalah bahwa eksekutif dapat
mengendalikan, paling tidak sebagian. Selain itu, penghargaan tersebut tidak bergantung pada
peningkatan dalam harga sama, meskipun peningkatan dalam laba kemungkinan besar akan
menyebabkan terjadinya peningkatan dalam harga saham.
- Unit Kinerja.
Dalam suatu rencana unti kinerja, suatu bonus tunai dibayarkan ketika target jangka
panjang tertentu telah tercapai. Rencana ini dengan demikian menggabungkan aspek-aspek
dari hak apresiasi saham dan hak kinerja. Rencana ini terutama berguna di perusahan-
perusahaan yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali saham yang diperdagangkan
secara publik. Target jangka panjang harus ditetapkan secara hati-hati agar rencana ini dapat
berhasil.
2. Insentif Untuk Pejabat Korporat.
Setiap pejabat korporat, kecuali CEO, bertanggung jawab sebagian atas kinerja
keseluruhan perusahaan. Para pejabat korporat ini dimotivasi oleh dan berhak untuk
menerima, suatu bonus kinerja yang baik. Tetapi, sebagian kinerja yang dihasilkan oleh
masing-masing dari mereka tidak dapat diukur. Misalnya, bagaimana seorang dapat
mengukur kontribusi terhadap laba yang dibuat oleh CEO atau wakil presiden sumber daya
manusia atau kepala penasihat perusahaan.
- Kompensasi CEO
Kompensasi CEO biasanya didiskusikan oleh komite kompensasi dewan komisaris setelah
CEO tersebut mempresentasikan rekomendasi untuk kompensasi bawahannya. Dalam kondisi
umum, komite tersebut mungkin hanya menerapkan persentase yang sama untuk kompensasi
CEO tersebut. Namun komite mungkin memberikan tanda-tandaakan penilaian yang berbeda
untuk kinerja CEO dengan memutuskan persentase yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Penilaian itu sebaiknya disertai dengan penjelasan yang jujur mengenai alasan dari keputusan
tersebut.
Beberapa usulan dibuat untuk memastikan bahwa dewan komisaris bertindak untuk
kebaikan pemegang saham dan tidak bekerja di bawah tekanan CEO:
Cegah direktur untuk tidak menjual saham mereka selama masa jabatannya guna mendorong
mereka untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit kepada CEO tanpa rasa takut bahwa
hal itu akan mempengaruhi harga saham jangka pendek.
Tetapkan batasan-batasan tegas mengenai jabatan direktur guna mencegah mereka menjadi
terlalu terlibat dengan manajemen.
Adakan tinjauan kinerja tahunan dari para direktur.
Hindari menjadikan CEO korporat sebagai ketua dewan komisaris.
Argumentasi berikut diberikan untuk mendukung pembebanan opsi saham pada
tahun opsi tersebut diberikan kepada manajemen puncak : Sekitar 75% kompensasi CEO dan
manajemen puncak mencerminkan opsi saham. Memeprlakukan opsi saham sebagai beban
akan menghasilkan gambaran laba yang lebih akurat sehingga mengembalikan kepercayaan
investor. Dengan aturan akuntansi yang sekarang, perusahaan merasa opsi saham adalah
gratis dan dengan demikian mereka terlalu banyak memberikan penghargaan kepada para
CEO dalam bentuk opsi saham, Memperlakukan opsi sebagai beban akan mencegah
manajemen puncak untuk melakukan permainan akuntansi guna memompa harga saham
jangka pendek guna mengkonversi opsi mereka menjaid uang tunai. Ada standar ganda pada
saat ini karena perusahaandiperbolehkan untuk membebankan selisih antara harga penerbitan
dengan harga pelaksanaan dari opsi untuk tujuan pajak penghasilan, akan ettapi tidak ada
keharusan yang sama untuk pelaporan keuangan.
Sedangkan argumen berikut dikemukakan terhadap pembebanan opsi saham: Tidak seperti
gaji, opsi saham tidak melibatkan pengeluaran kas. Dengan demikian, membebankan opsi
saham akan sangat mengurangi laba. Menilai opsi saham jauh lebih mudah. Hal tersebut
melibatkan asumsi dan estimasi. Sehingga angka yang dihasilkan dapat dimanipulasi,
Memperlakukan opsi sebagai beban akan menurunkan laba dan mengurangi harga saham.
Guna mencegah hal ini, perusahaan akan menerbitkan lebih sedikit opsi. Usaha awal yang
membutuhkan banyak uang menggunakan opsi untuk menarik bakat manusia. Apabila
pembebanan opsi menghalangi perusahaan untuk menerbitkan opsi saham, hal tersebut dapat
merusak secara serius semangat inovatif dalam sektor teknologi, Opsi saham diungkapkan
dalam catatan kaki di neraca Insentif untuk Manajer Unit Bisnis.
- Jenis Insentif
Beberapa insentif bersifat keuangan, sementara lainnya bersifat psikologis dan sosial. Insentif
keuangan mencakup kenaikan gaji, bonus, tunjangan, dan fasilitas (mobil, perjalanan wisata,
keanggotaan klub). Insentif psikologis dan sosial meliputi kemungkinan promosi, tambahan
tanggung jawab, otonomi yang lebih besar, lokas geografis yang lebih baik, dan pengakuan
(piala, partisipasi dalam program pengembangan eksekutif).
- Ukuran Bonus Relatif Terhadap Gaji.
Ada dua paham pemikiran mengenai cara untuk membaurkan penghargaan tetap (gaji
dan tunjangan) dengan penghargaan variabel (bonus insentif) dalam total kompensasi
manajer. Paham yang satu menyebutkan bahwa perusahaan merekrut orang-orang yang baik,
membayarnya dengan baik, dan kemudian mengharapkan kinerja yang baik. Perusahaan yang
menganut paham ini menekankan pada gaji, dan bukan bonus insentif. Hal ini disebut dengan
sistem pembayaran tetap. Paham yang lain menyebutkan bahwa perusahaan merekrut orang
yang baik, mengharapkan mereka untuk berkinerja dengan baik, dan membayar mereka
dengan baik jiak kinerja benar-benar aktual. Perusahaan yang menganut filosofi ini
mempraktikan pembayaran berdasarkan kinerja, mereka menekankan pada bonus insentif dan
bukan pada gaji.
Pembayaran Tetap
- Tingkat Batas.
Batas atas adalah tingkat kinerja dimana bonus maksimum dicapai. Batas bawah
adalah tingkat bawah dimana tidak ada penghargaan bonus yang akan diberikan. Kedua batas
tersebut dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Ketika manajer menyadari
bahwa bonus maksimum telah dicapai atau tidak ada bonus sama sekali, maka sistem bonus
dapat bekerja berlawanan dengan cita-cita korporat. Untuk mengurangi terjadinya hal seperti
ini adalah dengan membawa kelebihan atau kekurangan tersebut ke tahun berikutnya, yaitu
bonus yang tersedia untuk distribusi pada suatu tahun adalah jumlah bonus yang diperoleh
selama tahun tersebut plus suatu kelebihan atau minus kekurangan manapun dari tahun
sebelumnya.
- Dasar Bonus.
Bonus insentif seorang manajer unit bisnis didasarkan pada total laba korporat atau
pada laba unit bisnis atau campuran keduanya. Dalam perusahaan industri tunggal yang unit
bisnisnya tergantung satu sama lain, bonus manajer terutama dikaitkan dengan kinerja
korporat. Dalam suatu konglomerasi adalah lebih baik untuk menghargai manajer unit bisnis
terutama berdasarkan kinerja unit bisnis sehingga memelihara semangat kewirausahaan.
Untuk perusahaan diversifikasi lebih baik mendasarkan bonus manajer pada laba unit bisnis
dan sebagian lagi pada laba perusahaan untuk mengoptimalkan hasil unit untuk sementara,
dan pada saat yang sama bekerjasama dengan unit lain untuk mengoptimalkan kinerja
perusahaan.
- Kriteria Kinerja
Masalah yang sulit dalam rencana bonus insentif untuk manajer unit bisnis adalah
untuk memutuskan kriteria mana yang sebaiknya digunakan untuk mementukan bonus.
Kriteria Keuangan
Kriteria keuangan bila unit bisnis tersebut merupakan pusat laba adalah margin
kontribusi, laba langsung unit bisnis, laba unit bisnis yang bisa dikontrol, laba sebelum pajak,
laba bersi. Kriteria keuangan bila unit bisnis merupakan pusat investasi perlu dibuat tiga area
yaitu : definisi laba, definisi investasi, dan pilihan antara tingkat pengembalian atas investasi
dan EVA.definisi laba, definisi investasi, dan pilihan antara tingkat pengembalian atas
investasi dan EVA. Kriteria keuangan bila unit bisnis merupakan pusat pendapatan adalah
volume penjualan atau dolar penjualan.
Manfaatnya adalah mendorong manajer untuk mencari cara-cara baru guna melaksanakan
operasi saat ini dan menciptakan aktivitas baru guna memenuhi target.
Kekurangannya adalah mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan
kepentingan jangka panjang perusahaan, manajer tidak mungkin mengambil investasi jangka
panjang menjanjikan yang merugikan hasil keuangan jangka pendek, manajer mungkin
termotivasi untuk memanipulasi data guna memenuhi target periode sekarang.
- Teori Agensi
Teori agensi mengeksplorasi bagaimana kontak dan insentif dapat ditulis untuk
memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini berusaha untuk
menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang
kontak insentif. Teori agensi berusaha untuk menyatakan hubungan-hubungan ini dalam
model matematis.
- Konsep.
Hubungan agregasi ada ketika salah satu pihak (partisipan) menyewa pihak lain
(agen) untuk melaksanakan suatu jasa, dan dalam melakukan hal itu, mendelegasikan
wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Tantangannya menjadi
bagaimana cara untuk memotivasi agen sedemikian rupa sehingga mereka akan menjadi sama
produktifnya seperti jika mereka adalah pemilik. Salah satu elemen kunci dari teori agensi
adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki potensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif
akan mengurangi perbedaan preferensi ini.
- Mekanisme Pengendalian
Para penganut teori ini menyatakan bahwa ada dua cara utama untuk menangani masalah-
masalah dari perbedaan tujuan dan asimetri informasi: pemantauan dan insentif.
Pemantauan
Prinsipal dapat merancang sistem pengendalian yang memantau tindakan agen,
menghalangi tindakan yang meningkatkan kekayaan agen dengan mengorbankan kepentingan
pinsipal. Suatu contoh dari sistem pemantauan adalah laporan keuangan diaudit. Laporan
keuangan dihasilkan mengenai kinerja perusahaan, diaudit oleh pihak ketiga, dan kemudian
dikirimkan kepada pemilik.
Teori agensi telah mencoba untuk menjelaskan mengapa hubungan agensi yang
berbeda melibatkan tingkat pemantauan yang berbeda. Misalnya saja, pemantauan adalah
lebih efektif jika tugas agen tersebut terdefinisikan dengan baik atau mudah dipantau,
sehingga kontrak insentif menjadi lebih menarik sebagai alat pengendalian. Pemantauan dan
insentif bukanlah merupakan alternatif yang berdiri sendiri. Di kebanyakan perusahaan, CEO
memiliki kontrak insentif beserta laporan keuangan diaudit yang bertindak sebagai alat
pemantauan.
Kontrak Insentif.
Prinsipal mencoba untuk membatasi perbedaan preferensi dengan menetapkan
kontrak insentif yang sesuai. Semakin besar penghargaan agen bergantung pada ukuran
kinerja, semakin banyak insentif yang ada bagi agen tersebut untuk memperbaiki ukuran.
Oleh karena itu, prinsipal sebaiknya mendefinisikan ukuran kinerja sedemikian rupa sehingga
hal tersebut memajukan kepentingannya. Kemampuan untuk mencapai hal ini disebut
keselarasan tujuan.
Suatu skema kompensasi yang tidak memasukkan kontrak insentif merupakan
masalah agensi yang serius. Misalnya saja, jika CEO diberikan gaji yang tetap,mereka
mungkin tidak termotivasi untuk bekerja serajin jika kompensasi terdiri atas gaji plus bonus.
Yang terakhir memotivasi CEO untuk bekerja lebih keras guna meningkatkan laba,
meningkatkan kompensasi mereka, dan pada saat yang bersamaan, memberikan manfaat
kepada principal. Oleh karena itu, kontrak yang menyelaraskan kepentigan antara kedua
belah pihak ditulis dengan memasukkan suatu fitur insentif-yaitu, principal menulis suatu
kontrak yang memperbolehkan bagan dari kekayaan ketika nilai perusahaan meningkat.
Principal menghadapi tantangan untuk mengidentifikasikan sinyal yang berkorelasi
baik dengan usaha agen maupun nilai perusahaan. Usaha agen, bersama-sama dengn factor
luar (misalnya, perekonomian secara umum, bencana alam), menentkan kinerja. Semakin
dekat ukiran hasil mencerminkan usaha menajer, semakin berharga ukuran tersebut, maka
hanya ada sedikit inentif bagi agen itu untuk meningkatkan usahanya.
Tidak ada pengaturan insentif yang dapat memastikan keselarasan tujuan secara
penuh. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam preferensi resiko antara kedua belah pihak,
asimetri informasi, dan biaya pemantauan. Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan tambahan
biaya. Bahkan penyelarasan sistem insentif yang efektif masih menimbulakan perbedaan
preferensi, hal ini disebut dengan kerugian residual. Tambahan biaya kompensasi insentif,
biaya pemantauan dan kerugian residual secara umum disebut dengan biaya agensi.
Ketika kontrak yang diberikan memotivasi agen untuk bekerja bagi kepentingan
perusahaan, maka kontrak tersebut dianggap selaras dengan tujuan. Akan tetapi, tidak ada
pengaturan insentif yang dapat memastikan keselarasan tujuan secara penuh. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan dalam preferensi risiko antara kedua belah pihak, asimetris
informasi, dan biaya pemantauan. Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan tambahan biaya.
Bahkan penyelarasan sistem yang efektif masih menimbulkan perbedaan preferensi, hal ini
disebut dengan kerugian residual. Tambahan biaya kompensasi insentif, biaya pemantauan,
dan kerugian residual secara umum disebut dengan biaya agensi.
- Kritik.
Teori agensi ditemukan pada tahun 1960-an dan sejak saat itu telah ditulis secara
ekstensif dalam jurnal-jurnal akademik. Tetapi teori tersebut tidak memiliki pengaruh praktis
yang terlihat pada proses pengendalian manajemen. Tidak ada pengembalian dalam dunia
nyata. Banyak manajer bahkan tidak mengetahui teori agensi. Teori agensi mengimplikasikan
bahwa manajer di organisasi nirlaba dan pemerintah, yang tidak dapat menerima konpensasi
insentif, kurang memiliki motivasi yang diperlukan untuk keselarasan tujuan; banyak orang
tidak menerima implikasi ini.
Beberapa orang yang telah memperlajari teori agensi menyatakan bahwa model
tersebut tidak lebih dari sekedar pernyataan atas fakta yang terlihat jelas yang dinyatakan
dalam simbol matematis. Yang lainnya menyatakan bahwa elemen-elemen dalam model
tersebut tidak dapat dikuantifikasi dan bahwa model tersebut sangat menyederhanakan
hubungan yang sebenarnya antara atasan dan bawahan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kompensasi memang tidak pernah lepas dari suatu instansi organisasi baik yang besar
maupun yang kecil, tetapi ada pula yang tidak menerapkan sistem kompensasi. Kompensasi
sangat dibutuhkan dalam suatu instansi organisasi karena sistem kompensasi sedikitnya
mengurangi adanya penurunan motivasi individu yang sekaligus mengurangi menurunnya
produktivitas kerja, serta keluarnya karyawan yang kompeten.
Sistem kompensasi memang menjadi permasalahn serius dalam dunia perusahaan
khususnya manajemen sumber daya manusia, karena besar kecilnya dapat mempengaruhi
aktivitas perusahaan, jika sistem kompensasi kurang baik dalam penerapannya maka akan
banyak karyawan-karyawan yang berkompeten pergi meninggalkan perusahaan yang
berdampak terhambatnya produktivitas perusahaan dan hal ini berdampak kerugian besar
bagi perusahaan. Kenyataanya belum ada yang mampu membuat suatu sistem kompensasi
yang benar-benar dapat mempertahankan karyawan-karyawan yang kompeten, hanya saja
yang terjadi adalah mengurangi permasalahan itu saja.
Saran
Kompensasi sangatlah penting bagi perusahaan, maka dari itu kompensasi harus
sangat diperhatikan oleh perusahaan. Karena jikalau masalah kompensasi tidak berjalan
dengan baik perusahaan tidak akan berkembang dengan cepat karena masalah keuangan pasti
keliru. Dan bagi karyawan, apabila masalah kompensasi tidak benar maka akan terjadi
kecemburuan sosial. Jadi, masalah kompensasi harus diperhatikan baik-baik