Lapsus PKM ISK
Lapsus PKM ISK
Oleh :
dr. Rohimatul jannah
Pembimbing :
dr. Triani
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
URINARY TRACT INFECTION
Oleh
Laporan Kasus urinary tract infection telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka memenuhi persyaratan program internship
dokter Indonesia wahana puskesmas Tambakboyo di kabupaten Tuban
provinsi Jawa Timur
Dokter Pembimbing
dr. Triani
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala nikmat , rahmat
dan karunia -nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tuga laporan kasus ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
dalam rangkaian kegiatan Program Internship Dokter Indonesia.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis telah mendapat banyak bantuan, bimbingan
dan kerjasama dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada :
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan ..................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar Isi ...................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................... 7
2.1 Identitas Pasien ...................................................................................... 7
2.2 Anamnesis ............................................................................................. 7
2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 8
2.4 Pemeriksaan Penunjang......................................................................... 10
2.5 Diagnosis Kerja ..................................................................................... 11
2.6 Tatalaksana ........................................................................................... 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12
3.1 Definisi ISK........................................................................................... 12
3.2 Klasifikasi.............................................................................................. 12
3.3 Etiologi ................................................................................................. 13
3.4 Manifestasi Klinis ................................................................................. 13
3.5 Patofisiologi ......................................................................................... 14
3.6 Diagnosis ............................................................................................... 14
3.7 Tatalaksana ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19
4
BAB I
PENDAHULUAN
Data statistik menyebutkan 20-30% perempuan akan mengalami infeksi saluran kemih
berulang pada suatu waktu dalam hidup mereka, sedangkan pada laki-laki hal tersebut sering
terjadi terjadi setelah usia 50 tahun keatas. Pada masa neonatus, infeksi saluran kemih lebih
banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi dari pada bayi
perempuan (0,7%), sedangkan pada masa anak-anak hal tersebut terbalik dengan
ditemukannya angka kejadian sebesar 3% pada anak perempuan dan 1% pada anak laki-laki.
Insiden infeksi saluran kemih ini pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3% sampai
5,8%.
Proses berkemih merupakan proses pembersihan bakteri dari kandung kemih, sehingga
kebiasaan menahan kencing atau berkemih yang tidak sempurna akan meningkatkan risiko
5
untuk terjadinya infeksi. Refluks vesikoureter (RVU) dan kelainan anatomi adalah gangguan
pada vesikaurinaria yang paling sering menyebabkan sulitnya pengeluaran urin dari kantung
kemih. Ketika urin sulit keluar dari kantung kemih, terjadi kolonisasi mikroorganisme dan
memasuki saluran kemih bagian atas secara ascending dan merusak epitel saluran kemih
sebagai host. Hal ini disebabkan karena pertahanan tubuh dari host yang menurun dan virulensi
agen meningkat.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Nyeri perut sebelah kiri tembus ke pinggang.
5. Riwayat Pengobatan:
Pasien tidak pernah berobat sebelumnya
2.3 Pemeriksaan Fisik
7
1. KeadaanUmum :cukup
2. Kesadaran :Composmentis
3. GCS :4 5 6
4. Vital Sign :
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menitregular
RR :20x/menit
Suhu : 36,6C axilla
SpO2 : 98%
BB : 57 kg
TB : 160cm
5. Status generalis
Pemeriksaan Kepala:
Bentuk : oval, simetris (+)
Warna rambut : hitam
Turgor : normal
Telinga
Pendengaran : dalam batas normal
Hidung
Epistaksis(-), pernafasan cuping hidung(-)
Mata
Pupil : Isokor; 3mm/3mm
Reflekcahaya : (+) /( +)
Anemia : (-) / (-)
Ikterik : (-) / (-)
Mulut
Bibir cianosis(-), gusi berdarah(-),lidah kotor(-)
Pemeriksaan Leher:
Deviasi trakea : (-)
JVP :n+2
Pembesaran KGB : (-)
Pemeriksaan Thorax:
8
Bentuk : simetris
Pembesaran KGB aksilla : (-)
Paru-paru
Depan Belakang
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi
Bentuk simetris simetris simetris simetris
Gerak nafas simetris simetris simetris simetris
Penonjolan - - - -
Otot nafas - - - -
bantuan
Penyempitan ICS - - - -
Palpasi
Gerak nafas simetris simetris simetris simetris
Stem fremitus simetris simetris simetris simetris
Perkusi
Suara perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Batas paru – hati ICS V MCL D
Auskultasi
Suara nafas vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
Suara tambahan - - - -
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidakterlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kiri : ICS V MCL Sinistra
Batas kanan : PSL Dextra
Auskultasi :Suara jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi : Bentuk simetris,ascites (-),distended (-),
Auskultasi : BU (+) 7x/menit, bruit (-)
Palpasi : dinding perut supel (+),nyeri tekan (+) lumbal kiri dan regio
hipogastric
hepar dalam batas normal,
lien dalam batas normal
Perkusi : Tympanieteorismus (-), shifting dullness (-) nyeri ketok CVA (-)
Pemeriksaan extremitas
9
Atas Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Edema (-) (-) (-) (-)
Dingin (-) (-) (-) (-)
10
Eritrosit +1 0 – 1 / LBP L
Epitel 0 – 2/ LPB N
Silinder - Negatif N
Kristal - Negatif N
Bakteri + Negatif L
2.5 Diagnosis
Urinary Tract Infection
2.6 Penatalaksanaan
Terapi farmakologi :
− Ciprofloxacin 3 x 500 mg
− Paracetamol 3 x 500 mg
− Vitamin B-complek 1 x 1 tab
BAB III
11
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi yang palimg sering terjadi
baik pada rawat jalan maupun rawat inap. Infeksi ini disebabkan oleh berbagai bakteri
apiogenetik, diluar rumah sakit terutama oleh escherichia coli, sedangkan idalam rumah
sakit biasanya oleh bakteri dari kelompok pseodomonas, proteus dan klebsiela (gomila
et al. 2018)
3.2 Klasifikasi
3.3 Etiologi
12
Menurut (anthony et al. 2020) Escherichia coli adalah penyebab tersering.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia coli
b. Pseudomonas, proteus, Klebsiella
c. Enterobakter, staphylococcus epideminis, enteroccoci
1. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, lantara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang seringkurang baik.
d. Sistem imunitaas yang menurun, baik selulur maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah.
f. Hilangnya efek bakterisit dari sekresi prostat berbagai jenis organisme
dapat menyebabkan ISK.
Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya
merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK: kuman ini
biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang
menyebabkan ISK antara lain proteus, pseodomonas, Klebsiella,
staphylococcus aureus, hemopillus dan staphylococcus koagulse-negatif.
Menurut (mingmei et al 2021) gejala yang biasa terjadi pada ISK yaitu:
1. Rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk berkemih namum tidak ada
air yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kenicngnya bisa berwarna putih, coklat
atau kemerahan dan baunya saat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada arah.
4. Nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (di
iringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
3.5 Patofisiologi
13
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal.
Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke
kandung kemih dan dapat 8 bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut
pielonefritis. Infeksi saluran kemih terjadi karena gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai
host. Mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit, perinium, dan sekitar
anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut
dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu ascending, hematogen seperti penularan
M.tuberculosis atau S.aureus, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya
telah mengalami infeksi.
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh infeksi asending berupa
kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina yang disebabkan oleh Eschearichia coli.
Mikroorganisme juga dapat menginvasi ke kandung kemih. Bakteri yang menyerang saluran
kemih disebut dengan bakteri uropatogen dan dapat berkolonisasi dan atau pada uroepitel untuk
melakukan pengerusakan terhadap epitel saluran kemih.
Infeksi hematogen biasanya terjadi pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena
menderita penyakit kronik atau pada pasien yang mendapatkan imunosupresif. Penyebaran
hematogen juga bisa timbul akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Misalnya
Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari infeksi
tulang, kulit, endotel, atau di tempat lain. Salmonell, Pseudomonas, dan Proteus merupakan
bakteri yang menginfeksi secara hematogen. Limfogen, yaitu kuman masuk melalui kelenjar
getah bening. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi.
3.6 Diagnosis
1. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala gangguan saluran kemih bagian
bawah iritatif seperti disuria, frekuensi dan urgensi; dan tidak adanya discharge atau
iritasi vagina, pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko. Pada wanita tua gejala
gangguan berkemih tidak selalu berhubungan dengan ISK. Sedangkan pada pasien
dengan diabetes yang terkontrol, episode sistitis yang sporadik atau sistitis berulang.
Namun pada pasien dengan diabetes yang lama tidak terkontrol kemungkinan akan
berkembang menjadi neuropati kandung kemih.
14
2. Pemeriksaan laboratorium pengujian urin dengan dipstik adalah sebuah alternatif dari
pemeriksaan urinalisis dengan mikroskop untuk diagnosis sistitis akut non komplikata.
Kultur urine direkomendasikan hanya untuk mereka yang:
• Diduga menderita pielonefritis akut,
• Gejala yang tidak hilang atau terjadi kembali dalam 4 minggu setelah penyelesaian
terapi,
• Wanita yang menunjukkan gejala tidak khas,
• Wanita hamil, atau
• Pria yang diduga ISK.
Jumlah koloni bakteri uropatogen ≥103 /mL adalah diagnostik secara mikrobiologis
pada wanita yang menunjukkan gejala sistitis akut non komplikata.Wanita yang
menunjukkan gejala yang tidak spesifik dan gagal dalam terapi perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Pada pria dengan ISK harus dilakukan evaluasi urologis termasuk pemeriksaan colok
dubur untuk menentukan antara lain apakah terdapat kelainan pada prostatitis. (Kurnia
et al. 2021)
3.7 Penatalaksanaan
Lama pemberian antibiotik tergantung dari obat yang digunakan dan berkisar
dari 1-7 hari. Dapat dipertimbangkan penggunaan Fosfomycin trometamol 3 gram dosis
tunggal, pivmecillinam atau nitrofurantoin sebagai terapi lini pertama untuk sistitis non
komplikata pada wanita. Tidak direkomendasikan menggunakan aminopenicillin atau
sefalosporin untuk terapi sistitis non-komplikata dikarenakan resistensi E coli yang
tinggi di seluruh dunia.
15
Terapi antibiotik jangka pendek dapat dipikirkan untuk terapi sistitis non
komplikata pada kehamilan, Secara umum terapi sistitis pada kehamilan dapat
diberikan penisilin, sefalosporin, fosfomisin, nitrofurantoin (tidak boleh pada kasus
defisiensi G6PD dan pada masa akhir kehamilan), trimethoprim (tidak boleh pada masa
awal kehamilan), dan sulfonamide (tidak boleh pada masa akhir kehamilan).
Dilengkapi sub bab tersendiri Terapi sistitis pada pria direkomendasikan paling sedikit
selama 7 hari, dengan pilihan antibiotik TMP-SMX atau fluoroquinolone, dengan
catatan ada uji sensitivitas, karena sistitis pada pria jarang tanpa melibatkan prostat,
yang masuk golongan komplikata.
Pada pasien dengan insufisiensi ginjal tidak perlu dosis penyesuaian sampai dengan
GFR < 20 ml/menit, kecuali antibiotik dengan potensi nefrotoksik seperti,
aminoglikosida.
Terapi antimikroba jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk penanganan
sistitis pada wanita hamil, tetapi tidak semua antimikroba sesuai untuk kehamilan.
Secara umum, penisilin, cefalosporin, fosfomisin, nitrofurantoin,(tidak pada kasus
dengan defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase) dan dalam keadaan akhir dari
kehamilan), trimetoprim(jangan pada trimester pertama) dan sulfonamid(jangan pada
trimester akhir) dapat dipertimbangkan.
Pada pasien dengan insufisiensi renal, pilihan antimikroba dipengaruhi olehpenurunan
eksresi ginjal, akan tetapi kebanyakan antimickroba memiliki indeks teurapeutik yang
luas. Tidak perlu penyesuaian dosis sampai nilai rata-rata filtrasi glomerulus (GFR) <20
ml/menit, kecuali antimikroba yang potensial nefrotoksik seperti aminoglikosid.
Kombinasi loop diuretik (misal Furosemide) dan cefalosporin adalah nefrotoksik.
Nitrofurantoin dikontraindikasikan pada pasien dengan eGFR kurang dari
30ml/menit/1,73m2, dimna akumulasi obat, mendorong meningkatnya efek samping
obat, yang menyebabkan penurunan perbaikan fungsi ginjal, dengan risiko kegagalan
terapi. (Kurnia et al. 2021)
16
Terapi pada Wanita Lini Pertama
Fosfomisin trometamon 3 g dosis tunggal 1 hari Direkomendasikan
Nitrofurantoin 50-100 mg 4x 5 hari hanya untuk wanita
makrokristal sehari tanpan cistitis
Nitrofurontoin 100 mg 2 x sehari 5 hari komplikata
monohidrat/makrokristal
Nitrofurantoin 100 mg 2x sehari 5 hari
makrokristal dengan
prolong releasen
privmicillinam 400 mg 3 x sehari 3-5 hari
Alternatif
Cefalosporin (cefadroxil 500 mg 2x sehari 3-5 hari
, coprofloxacin :
17
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam
waktu 3-6 bulan atau lebih ini merupakan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
2. Analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri oleh yang dirasakan oleh
penderita
3. Obat golongan venozopyridin: pyridium. Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran
kemih.
DAFTAR PUSTAKA
18
Alfiyah M,S,N 2020 Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Dirumah Sakit Umum
Lasinrang Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2019. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Anthony, Bai, Michael, Bonares, Samuel Thrall, Chaim, Andrew M. 2020. “Presence of
urinary symptoms in bacteremic urinary tract infection: a retrospective cohort study of
Escherichia coli bacteremia.” BMC Infectius Diasease 2:2-10.
Gomilo, Aina C, Eliakim, Shaw, dan Wiegand. 2018. “Risk factors and prognosis of
complicated urinary tract infections by pseudomonas aerugenosa in hospitalized patients:
a retrospective multicenter cohort study.” Infection and Drug Resistance 11:257-81
Kurnia P,S. Tarmono, Bambang S. Noegroho C,A. et al. 2021 Panduan Tatalaksana Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Edisi ke 3 Penerbit: Ikatan Ahli Urulogi Indonesia
2020. ISBN 978-602-18283-8-0
Mingmei, Du, linjian S, Yan W, Jiijiang S, Yanling B, Yubin X, Lijun X, Bowei L, Lu L,
Yanping L, dan Yunxi Liu. 2021. “Infestigation and control of an outbreak of urinary
tract infection caused by Burkholderia cepacian-contaminated anesthetic gel,”
Antimikrobial Resistance and Infection Control 1:2-7
Purnomo. 2014. Buku Kuliah Dasar - Dasar Urologi. 3 ed. Jakarta: CV Infomedika.
Rani P,S. Muhartono. 2018 Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih dan Faktor Resiko Yang
Memperngaruhi Pada Kariawan Wanita di Universitas Lampung. Bagian Patologi
Anatomi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Vol 7│Nomer 3
Toker, Ibrahin, Turgay K. Et al. 2016.”Urinary Tract Infections in the Emergency Department:
Which Antibiotics Are Most Appropriate.” Eurosian Jurnal Of Emergency Medicine
1:126-30.
19