HR
P1A0H1 NIFAS dg POST PARTUM SPONTAN a/i EKLAMPSIA
OLEH:
KELOMPOK 1
2024
A. PENGKAJIAN DATA
Pasien sampai di ruangan Kebidanan melalui ponek pada tanggal 13 Februari 2024
Pukul 00.00 WIB.
1. Data Subjektif
1. Biodata/ Identitas
Nama istri : Ny. HR Nama suami : Tn. RBH
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Batak Suku bangsa : Batak
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pengawas Tower
Alamat: Medan
2. Keluhan
3. Riwayat Obstetri
12.02.20 Spont
Cuk ekla
24 Tdk an Bida ASI Tdk
1 up RSUD mpsi P 3400 1 hari
ada pervag n Eks ada
bln a
inam
a. Nutrisi :
Tidak menghindari makanan tertentu dan tidak ada
alergi makanan dan obat-obatan,makan 3x
sehari,selama hamil pasien sering makan santan2an
dan tinggi garam
8. Pola Kebiasaan
Tidak ada kebiasaan merokok, minum alkohol, narkotika atau jamu dan
tidak ada kebiasaan lainnya yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin.
2. Data Objektif
a.Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36,9oC
Pernafasan : 19 x/menit
BB sebelum hamil : 55 kg
BB sekarang : 68 kg
TB : 155 cm
IMT : 28,3 kg/m2
b.Pemeriksaan fisik
a. Wajah : Tidak pucat dan tidak oedem
b. Mata : Sklera putih dan konjungtiva merah muda
c. Payudara : Bersih, kedua puting menonjol,ASI tidak ada
d.Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
TFU 1 jari bawah pusat,kontraksi uterus keras
e.Genitalia : PPV ± 5 cc
lochea rubra
luka perineum hecting
f. Ekstremitas atas dan bawah
Tidak ada oedem dan varises.
Pada tangan kanan terpasang infus RL + drip oksitosin 2 amp 20 tpm
Tangan kanan terpasang RL + drip MGSO4 40% 15 cc 28 tpm
c.Pemeriksaan Penunjang
Hb : 13,2 gr%
Leukosit : 31.600
Trombosit : 199.000
Golongan darah : AB
Triple E : negatif
Protein Urine : +++ (positif tiga )
3. Analisis
Diagnosa : P1A0H1 nifas dg post partum spontan a/i eklampsia
4. Penatalaksanaan
Membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga
Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga
Mengobservasi KU, TTV, TFU, Kontraksi uterus, Lochea, PPV,Tanda
Impending
Memberikan support kepada ibu dan keluarga.
Melakukan kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi
a) Penanganan awal di Ponek
1. IVFD 2 line
1) RL + drip oksitosin 2 amp 20 tpm
2) RL + drip MGSO4 40% 15 cc 28 tpm selama 24 jam
2. Pemberian Oxigen 2-4L/i
3. Memasang kateter urin
4. Injeksi bolus mgso4 40% 5ml
5. Cefixime 2x200 mg
6. Na diclofenac 3x50 mg
7. Vit c 2x1
8. SF 2x1
9. Dopamet 3x500 mg
DINAS PAGI
13.02.2024
O : TD : 130/80 R: 18x/i
N : 90x/i S: 36ºC
TFU 2 Jari bawah pusat,Kon ut baik,luka jahitan ada,PPV ±10 cc,DC (+)
DINAS PAGI
15.02.2024
S : Pat sudah duduk dan jalan,darah nifas dari kemaluan tidak banyak keluar,pembalut sudah
diganti,mandi pagi ini sudah,BAK sudah lancar,BAB sudah,Buang angin sudah,pat sudah
makan 1 porsi diet yang diberikan,ASI ada sedikit.
O: O : TD : 130/80 R: 18x/i
N : 88x/i S: 36ºC
TFU 3 Jari bawah pusat,Kon ut baik,luka jahitan ada,PPV ± 15 cc,Lochea rubra,BAK
(+),BAB (+)
A. Definisi
Eklampsia ialah suatu keadaan yang dimana terjadi serangan kejang tiba-tiba dan
diikuti dengan penurunan kesadaran atau koma pada seorang wanita hamil, persalinan atau
masa nifas yang menunjukkan gejala preeclampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat timbul
mendadak pada wanita preeklampsia dan bukanlah diakibatkan oleh kelainan neurologis.
Eklampsia merupakan komplikasi dari preeklampsia.
B. FAKTOR RISIKO
1. Primigravida
2. Hiperplasentosis
3. Umur ekstrem
4. Diabetes melitus
5. Hipertensi esensial kronik
6. Penyakit ginjal
7. Obesitas
8. Riwayat keluarga pernah menderita
preeclampsia atau eklampsia
9. Riwayat pernah menderita
preeclampsia dan eklampsia
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu serangan terjadinya
eklampsia dibagi menjadi:
D. GEJALA KLINIS
» Sebelum terjadi eklampsia biasanya ditandai dengan hipertensi tidak teregulasi dan
tanda impending eklampsia (gangguan penglihatan,nyeri epigastrium,
gangguankepala, dan nyeri kepala)
» Gejala Klinis :
a. Fase awal atau Aura (invasi)
Fase ini terjadi sekitar 30-35 detik. Adapun gejalanya yaitu mata terpaku dan terbuka
(pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar,gelisa(kepala diputar kekanan
dan kekiri).
b. Fase tonik
- Penurunan kesadaran, kadang disertai jeritan »bisa sianotik
- kaki, dada,otot lengan, kaki, dada, dan punggung kaku »berlangsung selama 1menit
.
c. Fase klonik
- Fase ini terjadi sekitar 1-2 menitsetelah fase tonik, otot mulaiberkedut dan
menyentak » terjadikejang
- Hematoma, lidah dapat tergigit,pendarahan lidah
e. Stadium Koma
- Setelah fase kejang klonik berhenti,apabila jatuh dalam keadaan koma penderita
tidak sadar berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam.
- Dapat juga terjadi diantara kesadaran yang timbul serangan baru hingga akhirnya
penderita tetap dalam keadaan koma.
» Gejala neurologis
- Gangguan status mental, persepsivisual, defisit memori
- Peningkatan reflex tendon
- Defisit saraf kranial
» Kondisi janin
- Fetal bradikardi »setelah kejang
- Saat sadar kembali »fetal takikardi,hilangnya variabilitas,ditemukan deselarasi
pada NST.
E. TATALAKSANA
Adapun yang menjadi prinsip dasar dalam managemen eklampsia meliputi
terapisuportif, mengatasi airway, breathing, dancirculation, kontrol kesadaran dan
kualitasdan kuantitas koma dengan “Glasgow-Pittsburg Coma Scale”. Pemilihan pemberian
MgSo4 secara intravena untuk kontrol kejang karena kerjanya di periferdan tidak
menimbulkan depresi system pernapasan yang mana pemberiannya 24jam hingga bebas
kejang. Pemilihan obat antihipertensi diberikan secara intermitten,untuk pilihan utama
obatnya adalah nifedipin. Penderita eklampsia juga
dilakukan koreksi asidosis dan hipoksemia,tidak harus menggunakan diuretik kecuali apabila
terdapat edema paru, oedem anasarka dan congestif heart failure,kurangi pemberian cairan
melalui intravena
kecuali pada kasus kehilangan cairan berat seperti diare yang berkepanjangan ataumuntah
berlebihan, tidak menggunakan hiperosmotik, dan segera dilakukan terminasi kehamilan
F. KOMPLIKASI
Kematian ibu dan janin merupakan komplikasi yang terberat, dan usaha utama yaitu
melahirkan bayi yang hidup dari seorang ibu yang menderita eklampsia. Adapun
komplikasi yang terjadi pada kasus persalinan dengan kematian maternal 1%, gagal ginjal
akut 4%, henti jantung 4%, edema paru 5%, pneumonia aspirasi 7%,
defisit neurologis 7%, solusio plasenta 10% serta sindroma HELLP (hemolysis, elevated
liver enzyme, low platelet). Khususnya pada ibu komplikasi yang terjadi berupa solusio
plasenta, pendarahan, gangguan ginjal, edema paru, sindroma HELLP bahkan
kematian ibu. Khususnya pada bayi komplikasi yang dapat terjadi meliputi prematuritas,
BBLR, gawat janin, dan Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
G. KESIMPULAN
Eklampsia yaitu salah satu penyebab utama dari tingginya angka morbiditas dan
moralitas ibu. Oleh sebab itu semua tenaga kesehatan diharapkan dapat mengetahui hal apa
saja yang bisa menyebabkan terjadinya perdarahan serta bagaimana sistem penanganannya.
Diharapkan dengan adanya deteksi dini, ketepatan diagnosis serta kecepatan dalam
penanganan eklampsia, angka kematian ibu dan bayi akibat hipertensi dalam kehamilan
dapat diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Triana, E & SA, S. Eklampsia Antepartum pada G5P40H3 Gravid Preterm 33-
34Minggu+Sindrom HELLP + AKI + IUFD.Jurnal Kesehatan Andalas. September 2019; 8
(1):79-83.