Anda di halaman 1dari 64

Pola Kepribadian Menurut Perspektif

Islam

Ulfa Kharisma
04020322086
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kami


persembahkan hanya kepada Allah Swt. Tuhan semesta
alam. Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kepada
Nabi besar Muhammad Saw., kepada keluarganya,
kepada sahabatnya, dan semua pengikutnya yang setia
mengikuti ajaran dan sunnahnya hingga akhir zaman.
Aamiin.
Saya dengan sukacita dan penuh rendah hati
mempersembahkan buku ini, yang berjudul “Psikologi
Kepribadian”. Buku ini merupakan hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam dalam upaya memperkaya
pemahaman kita tentang kepribadian individu.
Buku ini didedikasikan untuk menggali dan
memahami kompleksitas yang tersembunyi di dalam diri
manusia. Kepribadian adalah puzzle yang tiada habisnya,
dan buku ini akan membantu Anda mengupasnya.
Psikologi kepribadian adalah cabang ilmu yang
telah berkembang pesat seiring berjalannya waktu. Buku
ini akan membantu Anda memahami berbagai teori
kepribadian, konsep-konsep yang mendasarinya, serta

2
bagaimana kepribadian memengaruhi cara kita berpikir,
merasa, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Tidak lupa, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan buku ini. Saya juga berterima kasih kepada
para pembaca yang memberikan kesempatan bagi kami
untuk berbagi pemikiran dan pengetahuan melalui
halaman-halaman buku ini. Akhir kata, semoga buku ini
dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang
berharga bagi kita semua.

Surabaya, 10 Desember 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
BAB 2 METODE PENELITIAN............................................................
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................
A. Muttaqin.......................................................10
B. Mukmin........................................................20
C. Muslim.........................................................23
D. Muhsin.........................................................34
E. Kafir.............................................................37
F. Musyrik........................................................41
G. Munafik........................................................44
H. Dholim.........................................................47
I. Fasik.............................................................48
J. Murtad .........................................................52
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

4
BAB 1
PENDAHULUAN

Al-Qur'an adalah kitabullah yang diturunkan


kepada Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia.
Di dalamnya Allah swt. menyapa akal dan perasaan
manusia, mengajarkan tauhid kepada manusia,
menyucikan manusia dengan berbagai ibadah,
menunjukkan manusia kepada hal-hal yang dapat
membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan
individual dan sosial manusia, membimbing manusia
kepada agama yang luhur agar mewujudkan diri,
mengembangkan kepribadian manusia, serta
meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan
insani. Dengannya, manusia dapat mewujudkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.'
Al-Qur'an juga mendorong manusia untuk
merenungkan perihal dirinya, keajaiban penciptaannya,
serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan
manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada
ma'rifatullah, sebagaimana tersirat dalam Q.S. at-Tariq
[86]: 5-7. Maka, bendaklah manusia merenungkan, dari

5
apa ia diciptakan. la diciptakan dari air yang terpancar,
yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
(Q.S. at-Tariq [86]: 5-7).1
Manusia merupakan makhluk hasil karya maha
dahsyat dari Allah SWT pencipta yang begitu sempurna
telah ditunjukkan oleh-Nya dan telah terbukti secara
ilmiah. Tak seorangoun manusia di muka buki ini
mampu menyamai, apalagi menandingi ilmu, dan
kekuasaan yang Allah miliki. Allah juga telah
memberikan fasilitas yang begitu lengkap kepada
manusia.
Manusia diberi amanat yang begitu besar, yakni
untuk merawat salah satu ciptaan-Nya, yang tak lain
manfaatnya jugaakan kembali pada manusia. Allah
hanya meminta manusia agar mereka tidak melioakan
dari siapa semua kenikmatan hidup itu. Allah
menciptakan sekua makhluk di dunia ini untuk selalu
patuh dan mengabdi kepada-Nya. Namun pada
kenyataannya, manusia kadang lupa terhadap Allah,
bahkan mereka bahkan tidak mempercayai-Nya.
1
Aat Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA: Perspektif
Al-Qur'an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2,
Agustus (2017) ,hal. 479-480

6
Fenomena seperti ini telah terjadi sejak masa
kenabian. Banyak manusia yang tidak mempercayai
bahwa Allah-lah satu-satunya dzat yang patut disembah.
Ada manusia yang menyembah berhala, api, matahari,
dan kain sebagainya. Perbuatan seperti ini merupakan
disa besar dan kemusyrikan yang tidak akan diampuni
oleh Allah SWT.
Seorang mukmin dapat memiliki perilaku
kehidupan/amal yang beragam. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sikap seseorang mukmin memiliki dinamika dan
paradigma.Seorang mukmin selalu dipengaruhi atas
kondisi sosial, politik, budaya yang melatarbelakanginya
menjadi insän kämil (manusia sempurna) dalam versinya
masing-masing. Keberagaman dan keimanan seharusnya
membawa warna kerukunan bukan perpecahan.2
Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah asar
yang menyebutkan bahwa "Barang siapa mengenal
dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya."Di samping itu,
Al-Qur'an juga memuat petunjuk mengenai manusia,
2
Andi Nur Shabaa, Zhahiirah Dian Revalina, Muhammad Arsyam,
“KONSEP DASAR TENTANG MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”

7
sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan
dengan pembentukan gambaran yang benar tentang
kepribadian manusia, motivasi utama yang
menggerakkan perilaku manusia, serta faktor-faktor yang
mendasari keselarasan dan kesempurnaan kepribadian
manusia dan terwujudnya kesehatan jiwa manusia. Oleh
karena itu, Dalam Jurnal ini, penulis akan memaparkan
materi yang berjudul “pola kepribadian Menurut
Perspektif Islam”.

8
BAB 2
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dibuat dalam metode penelitian


literatur review yang mana memberikan output terhadap
data yang ada, serta penjabaran dari suatu penemuan
sehingga dapat dijadikan suatu contoh untuk kajian
penelitian dalam menyusun atau membuat pembahasan
yang jelas dari isi masalah yang akan diteliti. Penulis
mencari data atau bahan literatur dari jurnal atau artikel
dan juga referensi dari buku online sehingga dapat
dijadikan suatu landasan yang kuat dalam isi atau
pembahasan. Dari penelitian ini adapun isi terkait
dengan penggunaan metode penelitian systematic
literature review Dalam penggunaan penelitian di ilmu
psikologi mencari dan mengumpulkan beberapa jurnal-
jurnal serta diambil beberapa kesimpulan lalu ditelaah
secara mendalam melalui cara yang rinci agar terdapat
suatu hasil akhir yang baik dan sesuai dengan apa
yang diharapkan.

9
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kepribadian Menurut Perpektif Islam


Kepribadian merupakan keniscayaan, suatu
bagian dalam diri manusia yang masih perlu digali
dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan
siapakah diri manusia yang sesungguhnya. Dalam
Al-Qur'an Allah telah menerangkan pola kepribadian
manusia yang memiliki keistimewaan dibandingka
dengan pola kepribadian makhluk lainnya. Al-
Qur'an menggambarkan pola kepribadian manusia,
yakni kepribadian Muttaqin, mu'min, muslim,
Muhsin, kafir, musyrik, munafiq ,dholim, fasik dan
murtad.
a. Muttaqin
Secara etimologis, takwa dan yang
seakarnya terdapat dan terulang sebanyak 258
kali dalam al-Qur’an. Kata takwa berasal dari
akar kata waqā- yaqī - wiqāyah yang berarti
memelihara, menjaga, melindungi, hati-hati,

10
menjauhi sesuatu dan takut azab3.Sedangkan term
Muttaqīn (‫ ) المتقين‬terdapat di 43 ayat. Ayat-ayat
tersebut menjelaskan tentang makna, karakter,
dan pahala bagi orang yang bertakwa. Pada
penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada
term Muttaqīn yang menjelaskan makna dan
karakter dari Muttaqīn saja. Setelah dianalisis,
ayat yang berkaitan dengan makna dan karakter
Muttaqīn, jumlahnya sebanyak 19 ayat.
Sebarannya adalah sebagai berikut:
alBaqarah (2:2-4), al-Baqarah (2:66), Ali `Imrān
(3:76), Ali `Imrān (3:133-135), alMā’idah (5:46),
al-`Arāf (7:128), al-Taubah (9:4), al-Taubah
(9:7), al-Taubah (9:44), Hūd (11:49), al-Anbiyā
(21:48), al-Nūr (24:34), al-Qashash (28:83), Shād
(38:28), al-Zukhruf (43:35). Sedangkan untuk
term Muttaqūn (‫)المتقون‬terdiri atas 6 ayat. Untuk
term ini, hanya ada dua ayat yang menunjukkan
keterkaitan dengan makna dan karakter orang
yang bertakwa, yaitu al-Baqarah (2:177) dan al-

3
M. A. Shaleh, “Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Quran)”,
Jakarta: Erlangga, 2008, hal.1

11
Zumar (39:33).Ditemukan ayat yang memiliki
hubungan dan secara keseluruhan mewakili
untuk menjawab makna dan karakter orang yang
bertakwa (Muttaqīn ), yaitu al-Baqarah (2:66),
alBaqarah (2:177), Ali `Imrān (3:133-135), al-
Araf (7:128), al-Taubah (9:44), alQashash
(28:83).
Berdasarkan analisis terhadap ayat ayat
yang terdapat term (‫ المتقين‬al-Muttaqīn) dan
‫ون‬VV‫ )المتق‬al-Muttaqūn) dalam al-Qur’an, takwa
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Takut untuk melakukan maksiat kepada
Allah SWT.
2. Taat kepada Allah SWT. dengan
melaksanakan setiap perintah dan
menjauhi larangannya
3. Tidak melampaui batas.
4. Merasa diawasi oleh Allah SWT.
Orang yang bertakwa adalah mukmin
yang takut jika melakukan maksiat kepada Allah
SWT., hal ini berdasarkan pendapat Imam al-
Ṭabari bahwa makna takwa ini sesuai dengan QS.

12
al-A`raf ayat 128.Hal ini serupa dengan
penjelasan al-Thabari terhadap QS. al-Taubah
ayat 44 yang berbunyi: “Dan Allah mengetahui
orangorang yang bertakwa”, yaitu Allah SWT.
Maha mengetahui siapa yang benar-benar takut
dan bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban serta menjauhi perbuatan
maksiat kepada-Nya.
Terkait definisi kedua, taat kepada Allah
SWT. dengan melaksanakan setiap perintah dan
menjauhi larangannya. Melihat penafsiran al-
Ṭabari yang memaknai QS al-Baqarah ayat 66, di
mana orang yang bertakwa adalah orangorang
yang menunaikan kewajiban-kewajibannya dan
meninggalkan laranganlarangan-Nya. Begitu juga
merujuk pada pendapat Ibn Kaśīr yang
menyatakan “Orang yang benar imanya adalah
yang memiliki sifat-sifat tersebut (yaitu sifat
terpuji). Orang yang bertakwa adalah mereka
yang telah menjauhi perkara-perkara haram dan
mengerjakan ketaatan-ketaatan”

13
Kemudian, ketiga, orang yang bertaqwa
adalah orang yang tidak melampaui batas. Orang
yang melampaui batas adalah yang tidak beriman
kepada risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Mendustakannya, dan mereka
berbuat semena-mena. Allah tidak mencintai
orang yang melampaui batas, sebagaimana
firmann-Nya dalam QS. al-Mā’idah [5] :87.
Imam al-Maragi memaknai QS. al-Baqarah ayat
66, mengenai makna orang yang bertakwa, yaitu
orang-orang yang amat takut melanggar batasan-
batasan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Keempat, peneliti memahami bahwa
muttaqīn (orang yang bertakwa) adalah mukmin
yang senantiasa merasa dirinya berada dalam
pengawasan Allah SWT. Hal ini sebagaimana
pendapat para mufassir, di antaranya al-Ṭabari
ketika menafsirkan “Dan Kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”
maksudnya adalah, Nabi Musa berkata,
“Kesudahan yang terpuji itu bagi orang-orang
yang bertakwa dan senantiasa merasa diawasi

14
oleh Allah. Takut kepada Allah dengan menjauhi
segala perbuatan maksiat dan melaksanakan
semua kewajiban”
Memperhatikan penjelasan makna
Muttaqīn berdasarkan pendapat para mufassir,
maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Muttaqīn (orang yang bertakwa) adalah mukmin
yang merasakan bahwa dirinya senantiasa berada
dalam pengawasan Allah, sehingga ia takut untuk
berbuat maksiat. Seorang Muttaqīn itu memiliki
benteng atau ketahanan diri dari hal-hal yang
tidak Allah ridai, sehingga ia senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangannya.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS.
alBaqarah [2]:177, bahwa orang yang bertakwa
adalah yang melakukan kebajikan, “dan di antara
kebajikan itu adalah orang yang beriman kepada
Allah”. Orang yang berbakti adalah yang
beriman kepada Allah.Beriman kepada Allah,
yaitu bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia, mempercayai keberadaan

15
Malaikat mereka sebagai penghubung Allah dan
Rasul-Nya .4
Karakter lain orang yang bertakwa adalah
beriman kepada Malaikat, KitabKitab, Nabi-Nabi
Utusan Allah SWT., Hari Akhir, mendirikan
salat, menunaikan zakat, dan menafkahkan
sebagian harta (sedekah), seperti yang tertera
salah satunya dalam QS. al-Baqarah [2]:177.
Kemudian, karakter lain orang yang bertakwa
adalah suka memer-dekakan budak. Menghapus
kepemilikan terhadap seseorang dan
membebaskannya dari perbudakan sebagai
bentuk ibadah atau pendekatan diri (taqarrub)
kepada Allah SWT. Anjuran dan dorongan untuk
memerdekakan budak telah tercantum dalam QS.
al-Baqarah [2]:177 dan menjadi salah satu
karakter orang yang bertakwa.
Selain itu, karakter orang yang bertakwa
adalah menahan amarah, bersabar, dan
memaafkan kesalahan orang lain, seperti

4
Syakir, S. A. (2015). Tafsir Ibnu Katsir (Vol. 1). (A. Ma'mun, &
dkk, Penerj.) Jakarta: Darus Sunnah.Hal.470-476

16
dijelaskan dalam QS. Ali `Imrān [3]:134. Orang
yang bertakwa juga memiliki karakter mampu
mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap kejadian.
Salah satu ayat al-Qur’an yang menjelaskan
karaker orang bertakwa ini, tertera dalam QS.
alBaqarah [2]: 66, “Serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” Orangorang yang
bertakwa diperingatkan untuk berhati-hati
terhadap perbuatan mereka (melanggar
keharaman-keharaman Allah dan tipu muslihat
yang mereka lakukan) supaya tidak mendapatkan
sesuatu sebagaimana yang mereka dapatkan
(kesengsaraan dan adzab).5
Seorang yang bertakwa juga harus
menepati janji dan tidak menyombongkan diri.
Perintah menunaikan janji salah satunya tertera
dalam QS. al-An`am [6]: 152. Sementara
larangan menyom-bongkan diri terdapat dalam
QS. al-Nisa [4]: 36. Tobat, senantiasa memohon
pertolongan Allah, berjihad di jalan Allah SWT.
merupakan karakter orang yang bertakwa,
5
Ibid,225

17
sebagaimana firman Allah secara berturut-turut
dalam QS. Ali `Imrān [3]: 135, QS. al-A`raf [7]:
128, dan QS. alTaubah [9]: 44.
Terakhir, karakter orang yang bertakwa
adalah tidak berbuat kerusakan/bermaksiat
kepada Allah di muka bumi. Mukmin yang
bertakwa tidak akan terjerumus pada maksiat
atau berbuat kerusakan lainnya di muka bumi,
karena tahu akan ilmu berbuat manfaat dan
berhatihati terhadap siksa Allah. Firman Allah
tentang karakter orang bertakwa ini adalah
terdapat dalam QS. al-Qashash [28]: 83.
Karakteristik takwa yang disebutkan di
atas, setelah dianalisis, dapat digolongkan
menjadi lima aspek sikap, yaitu aspek keimanan,
sosial, ritual, emosional, dan lingkungan. Aspek
keimanan merupakan aspek yang berkaitan
dengan kepercayaan dan agama. Aspek sosial
berkenaan dengan interaksi terhadap masyarakat,
aspek ritual berkenaan dengan tata cara
beribadah, emosional berhubungan dengan

18
perasaan dan aspek lingkungan berkaitan dengan
tingkah laku seseorang terhadap alam.
Kemudian, kelima aspek tersebut
membentuk empat ketaatan atau kesadaran yang
menggambarkan ketakwaan seseorang, yaitu:

1. Ketaatan /Kesadaran Ibadah, di antaranya


beriman kepada Allah SWT, beriman
kepada Malaikat, melaksanakan salat dan
lain-lain.

2. Ketaatan /Kesadaran sosial, di antaranya


menahan amarah, bersabar, dan memaafkan
kesalahan orang lain.

3. Ketaatan /Kesadaran berkepribadian baik,


di antaranya menepati janji, dan berjihad di
jalan Allah SWT.;

4. Ketaatan/Kesadaran terhadap lingkungan,


yaitu menjaga kelestarian lingkungan, tidak
berbuat kerusakan.6
6
T. Asmarani , A. Abdussalam & C. Surahman , “Konsep Muttaqīn
dalam al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan

19
b. Mu’min
Kepribadian seorang mukmin adalah
tingkah laku atau akhlak yang mencerminkan
rukun iman dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan agama Islam dilaksanakan di upaya
pengendalian perilaku yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan aturan agama, serta memberikan
pencerahan dalam hidup sehingga dapat
mencapai kedamaian dan ketenangan dalam
hidup berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Kepribadian Mukmin diambil dari dua
kata yaitu kepribadian dan mukmin. Dalam
kehidupan sehari-hari kata kepribadian sering
dikaitkan dengan watak, sifat, karakter, tingkah
laku maupun bentuk fisik seseorang. Kepribadian
(personality) diambil dari Bahasa latin persona
yang berarti topeng atau kedok yang dipakai oleh
aktor drama atau sandiwara dengan maksud
untuk menggambarkan perilaku, watak atau
pribadi seseorang. Secara istilah, kepribadian
adalah ciri, karakter, gaya atau sifat khas dari
Islam”,2019.

20
seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungannya
seperti keluarga dan bawaan seseorang sejak
lahir7.
Ciri-ciri orang mukmin adalah:
1. Berkaitan dengan keimanan: keimanan
kepada Allah SWT, Rasul, Kitab, Malaikat,
hari kiamat, hari kiamat, hisab, surga,
neraka, alam gaib dan takdir
2. Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada
Allah, menunaikan berbagai kewajiban,
bertaqwa kepada Allah, selalu berdzikir,
istighfar, bertawakal, dan membaca Al-
Quran
3. Berkaitan dengan hubungan sosial: rukun
dengan orang lain, dermawan dan berbuat
baik, bekerja sama, setia dan mau bekerja
sama, mendorong perbuatan baik dan
menjauhi keburukan, pemaaf,
memperhatikan kepentingan orang lain dan
7
Sjarkawi, “Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral,
Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas
Membangun”, (Jati Diri. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008), hlm, 11

21
menjauhi perbuatan sia-sia.
4. Mengenai hubungan keluarga: selalu
bersikap baik kepada orang tua dan kerabat
dekat, rukun antara suami dan istri, menjaga
keluarga dan menafkahinya.
5. Berkaitan dengan Akhlak: sabar, santun,
jujur, adil, amanah, menepati janji, menjaga
harga diri. tawadlu, teguh pada kebenaran
dan jalan Allah, mempunyai harga diri,
kemauan yang kuat, mengendalikan syahwat
dan syahwat
6. Berkaitan dengan emosi dan perasaan:
mencintai Allah, takut akan azab Allah,
mengharap rahmat Allah, mencintai orang
lain, menahan amarah, mengendalikan emosi
marah, tidak berbuat zalim, tidak tergesa-
gesa, tidak gegabah, rasa kasihan dan
penyesalan jika berbuat dosa.
7. Berkaitan dengan pemikiran: memikirkan
alam semesta dan ciptaan Tuhan, mencari
ilmu, tidak mengikuti prasangka dan
mengabaikan kebenaran, mempelajari

22
kebenaran, kebebasan berpikir dan
berkeyakinan
8. Berkaitan dengan profesi: ikhlas dalam
bekerja dan menyelesaikan pekerjaan,
berusaha tekun dan bersungguh-sungguh
dalam mencari rezeki; dan Terkait secara
fisik: kuat, sehat, bersih dan higienis.8
c. Muslim
Kepribadian secara utuh hanya mungkin
dibentuk melalui pengaruh lingkungan,
khususnya pendidikan.9Adapun sasaran yang
dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah
kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia.
Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan
tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang mukmin yang paling baik
akhlaknya”.

8
Abdullah dan onik z, “Psikologi kepribadian”, (Surabaya:JDS
digital print.2022), hlm.67-68
9
Zuhairini et,al. “Filsafat Pendiidkan Islam”, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), hal. 186

23
Seseorang yang islam disebut muslim.
Muslim adalah orang atau seseorang yang
menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh
kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
“wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang
mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan
patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya,
karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang
beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan
yang diperintahkan adalah membentuk
keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman,
islam dan ikhsan.
Orang yang dapat dengan benar
melaksanakan aktivitas hidupnya seperti
mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang –
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang – orang yang sabar dalam kesempitan
penderitaan dan peperangan maka mereka disebut
sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan
sebagai orang yang benar. Hal ini merupakan
pola takwa sebagai gambaran dari kepribadian
yang hendak diwujudkan pada manusia islam.

24
Apakah pola ini dapat “mewujud” atau
“mempribadi” dalam diri seseorang, sehingga
Nampak perbedaannya dengan orang lain, karena
takwanya, maka; orang itu adalah orang yang
dikatakan sebagain seseorang yang mempunyai
“Kepribadian Muslim”.

1. Kepribadian Muslim Sebagai Individu

Secara individu kepribadian Muslim


mencerminkan cirri khas yang berbeda. Ciri khas
tersebut diperolah berdasarkan potensi bawaan.
Dengan demikian secara potensi (pembawaan) akan
dijumpai adnya perbedaan kepribadian antara
seorang muslim dengan muslim lainnya. Namun
perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang
mereka miliki, berdasarkan factor pembawaan
masingmasing meliputi aspek jasmani dan rohani.
Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik,
warna kulit, dan cirri-ciri fisik lainnya. Sedangkan
pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat,
tingkat kecerdasan, maupun sikap emosi. Sebaliknya
dari aspek roh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan

25
fitrah untuk mengabdi kepada penciptannya. Latar
belakang penciptaan manusia menunjukkan bahwa
secara fitrah manusia memiliki roh sebagai bahan
baku yang sama.

Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa


factor genetika (keturunan) ikut berfungsi dalam
pembentukan kepribadian Muslim. Oleh karena itu,
filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman
dalam pendidikan Prenatal (sebelum lahir),
Pembuahan suami atau istri sebaiknya
memperhatikan latarbelakang keturunan masing-
masing pilihan (tempat yang sesuai) karena
keturunan akan membekas (akhlak bapak akan
menurun pada anak).

Kemudian dalam proses berikutnya, secara


bertahap sejalan dengan tahapperkembangan
usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga
telah digariskan oleh filsafat pendidikan Islam.
Kalimat tauhid mulai diperdengarkan azan
ketelingan anak yang baru lahir. Kenyataan
menunjukkan dari hasil penelitian ilmu jiwa bahwa

26
bayi sudah dapat menerimarangsangan bunyi semasa
masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan itu,
maka menggemakan azan ketelingan bayi, pada
hakikatnya bertujuan memperdengarkan kalimat
tauhid diawak kehidupannya didalam dunia.

Pada usia selanjutnya, yaitu usia tujuh tahun


anak-anak dibiasakan mengerjakan shalat, dan
perintah itu mulai diintensifkan menjelang usia
sepuluh tahun. Pendidikan akhlak dalam
pembentukan pembiasaan kepada hal-hal yang baik
dan terpuji dimulai sejak dini. Pendidikan usia dini
akan cepat tertanam pada diri anak. Tuntunan yang
telah diberikan berdasarkan nilai-nilai
keislamanditujukkan untuk membina kepribadian
akan menjadi muslim. Dengan adanya latihan dan
pembiasaan sejak masa bayi, diharapkan agar anak
dapat menyesuaikan sikap hidup dengan kondisi
yang bakal mereka hadapi kelak.

Kemampuan untuk menyesuikan diri dengan


lingkungan tanpa harus mengorbankan diri yang
memiliki ciri khas sebagai Muslim, setidaknya

27
merupakan hal yang berat. Dengan demikian
pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik
dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah.
Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar
seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang
baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan
kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah
pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:

1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang


bersumber dari ajaran wahyu.
2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan
materi ajaran yang terangkum dalam materi bagi
pembentukan akhlak al-karimah.
3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan
yang baik antara sesama makhluk, khususnya
sesama manusia.
4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim
ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid
sebagai upaya untuk menjadikan kemam puan diri
sebagai pengabdi Allah yang setia.

28
5. Aspek teologis (tujuan), pembentukan
kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
6. Aspek duratife (waktu), pembentukan
kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga
meninggal dunia.
7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian
Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap
factor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan
individu).
8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan
kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap
peningkatan dan pengembangan kemampuan
jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan
pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh,
terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung
dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi
tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islambersifat
apologis (memihak dan membenarkan diri).
Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya
terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau

29
jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam
suatu sistem pendidikan.

2. Kepribadian Muslim Sebagai Ummah.

Pembentukan kepribadian Muslim sebagai


individu, adalah pembentukan kepribadian yang
diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan
factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan),
dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
factor dasar pengembangan dan ditingkatkan
kemampuannya melalui bimbingan dan pembiasaan
berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut
norma-norma Islam. Sedangkan factor ajar
dilakukan dengan cara mempengaruhi individu
melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang
mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan
norma-norma Islam seperti contoh, teladan, nasihat,
anjuran, ganjaran, pembiasaan, hukuman, dan
pembentukan lingkungan serasi. Komunitas Muslim
(kelompok seakidah) ini disebut ummah.

30
menempatkan rasa cinta kepada-Nya dan
kepada Rasul-Nya. Dengan menerapkan
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas
segalanya, diharapkan kepribadian Muslim
sebagai individu maupun sebagai ummah akan
membuahkan sikap untuk lebih mendahulukan
kepentingan melaksanakan perintah khalikNya
dari kepentingan lain. Pembentukan kepibadian
Muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat,
maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring
dan menuju ketujuan yang sama.

Tujuan utamanya adalah guna


merealisasikan diri, baik secara pribadi (individu)
maupun secara komunitas (ummah) untuk
menjadi pengabdi Allah yang setia. Pada tingkat
ini terlihat bahwa filsafat pendidikan Islam
memiliki sifat yang mendasar (sejalan dengan
fitrah), universal (umum) dan terarah pada tujuan
yang didasarkan atas konsep yang jelas dan benar
adanya.

3. Kepribadian Muslim Sebagai Khalifah Allah

31
sebagai pencipta memberi pernyataan,
bahawa ia mampu untuk menadikan manusia umat
yang sama. Dalam hal ini ternyata Al-Qur’an telah
memeberi jalan keluar untuk menggalang persatuan
dan kesatuan manusia, yang memilikilatar belakang
perbedaan suku, bangsa dan ras. Mengacu pada
pengertian tersebut, setidak-tidaknya dijumpai
empat aspek yang tercakup dalam pengertian
ukhuwah, yaitu:

a. Ukhuwah fi al-ubudiyyat, yang mengadung arti


persamaan dalam ciptaan dan ketundukan kepada
Allah sebagai pencipta. Pesamaan seperti ini
mencakup persamaan antara sesama makhluk
ciptaan Allah.(QS. 6;38).
b. Ukhuwah fi al-insaniyyat, merujuk kepada
pengertian bahwa manusia memiliki persamaan
dalam asal keturunan (QS. 49:13).
c. Ukhuwah fi al-wathaniyyat wa al nasab, yang
meletakkan dasar persamaan pada unsur bangsa
dan hubungan pertalian darah.(QS. 4:22-23).
d. Ukhuwah fi din al-Islam, yang mengacu pada

32
persamaan keyakinan (agama) yang dianut, yaitu
Islam.
Dasar ini menempatkan kaum muslimin
sebagai saudara, karena memiliki akidah yang
sama.Mengacu pada pokok permasalahan diatas,
terlihat bahwa kekhalifahan manusia bukan sekedar
jabatan yang biasa. Dengan jabatan tersebut manusia
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
kehidupan dan pemeliharaan ciptaan Tuhan di muka
bumi. Untuk itu manusia manusia dapat mengemban
amanat Allah baerupa kreasi yang didasarkan atas
norma-norma ilahiyat. Sebagai khalifah manusia
dituntut untuk memiliki rasa kasih sayang, yang
sekaligus menjadi identitasnya.

Sifat kasih sayang adalah cerminan dari


kecenderungan manusia untuk meneladani sifat
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sebagai khalifaeh juaga manusia diserahkan amanta
untuk mengatur kehidupan di bumi, manusia tak
terlepas dari keterikatannya dengan sang Pencipta.
Dalam hal ini manusia dituntut untuk bersyukur

33
terhadap keberadaannya dan lingkungan hidupnya.
Kepribadian khalifah tergabung dalam empat sisi
yang saling berkaitan, keempat sisi itu adalah:

1) mematuhi tugas yang diberikan Allah,


2) menerima tugas tersebut dan meleksanakannya
dalam kehidupan perorangan maupun kelompok,
3) memelihara serta mengelola lingkungan hidup
untuk kemanfaatan bersama, Menjadikan tugas-
tugas khalifah sebagai pedoman pelaksanaannya.
Gambaran dari kepribadian Muslim
terangkum dalam sosokindividu yang segala
aktivitasnya senantiasa didasarkan kepeda atas
Nama Allah, sekaligus dalam ridho Allah.
Kesadaran dan keterikatan dengan nilai-nilai ilahiyat
ini merupakan acuan dasar bagi setiap aktivitas yang
dilakukannya.10

D.Muhsin

10
R. N. Khulaisie, “Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman
Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil”, Reflektika, 11(1), 2016, hal
39-57.

34
Muhsin berarti orang yang berbuat ihsan. Kata
“ihsan” berasal dari “hasunaa” yang berarti baik atau
bagus. Jadi, yang di maksud dengan Kepribadian
muhsin adalah kepribadian dapat memperbaiki dan
mempercantik individu, baik berhubungan dengan diri
sendiri, sesamanya, alam semesta dan Tuhan yang
diniatkan hanya untuk mencari ridha-Nya. Dan juga,
Muhsin Artinya kegemaran pada amal shaleh,
Rausanfikr (muslim tercerah kan) harus tercipta dalam
diri kita masing masing. 11Kita tidak boleh masa bodoh
atau tidak peduli (cuek) dengan persoalan di sekitar
kita. Kepedulian pada persoalan ummat akan
mendorong kita menuju sebuah keshalehan sosial yang
sangat diteka nkan oleh Islam. Islam tidak saja
mengajarkan keshalehan individu (taat pada per intah
ibadah mahdhah). Kepribadian muhsin dapat dibentuk
dengan dua pola:12

Pertama, Pola umum, yaitu segala perilaku baik,


yang dapat mempercantik diri manu sia yang objeknya
tidak terbatas pada subjek tertentu. Pola umum ini
11
Abdul Mujib, “Kepribadian dalam Psikologi Islam”, hal. 305
12
Jalaludin, “Teologi Pendidikan”, hal. 140

35
antara peri laku syukur, sabar, tawakal, pemaaf, iffah,
dan sebagainya. Perilaku syukur misa lnya dapat
ditujukan kepada Tuhan dengan memuji karunia-Nya.
Syukur juga dapat dialamatkan kepada sesama manusia
dengan ucapan terimakasih dan menerima pemberian
itu dengan senang.

Kedua, Pola khusus, yaitu segala perilaku baik,


yang dapat mempercantik diri manusia yang objeknya
ditujukan pada subjek tertentu. Misalnya, perilaku baik
khusus kepada Allah SWT; perilaku hormat anak
kepada orang tua; perilaku sayang orang tua kepada
yang lebih muda; perilaku taat istri kepada suami dan
sebaliknya; perilaku santun guru kepada muridnya;
perilaku baik majikan kepada pembantu; ber buat baik
kepada tetangga; berbuat baik kepada sesama manusia,
sesama agama, sesama hamba Allah (flora dan fauna),
dan seterusnya.13

13
I. Chasanah , M. Mubarak, & Y. Hairina, “ Kepribadian Muhsin
dan Tingkat Stres Mahasiswa Psikologi Islam UIN Antasari dalam
Menghadapi Covid-19”, Jurnal Al-Husna,Vol. 2 NO.1 ,2016, Hal.
1-13.

36
E.Kafir

Kafir secara bahasa (epistimologi) kafir berarti


menutupi, tidak mensyukuri, cuci tangan atau bersih
juga bisa berarti menghapus dosanya. Selain itu kafir
juga bisa diartikan tanah lapang, kampung, dan
desa14.Malam bisa disebut kafir karena malam
menutupi sinar matahari (untuk menjadi siang) atau ia
menutupi bendabenda dengan kegelapannya. Awan
juga disebut kafir karena ia menutupi sinar matahari.
Demikian pula petani yang terkadang disebut kafir
karena ia menutupi benih dengan tanah. Seorang yang
berbohong dianggap kafir karena ia menutupi sebuah
kebenaran. Serta orang yang melakukan pengakuan
dosa (menurut orang kristen katolik) disebut kafir
karena telah melakukan penebusan atau bersih dari
dosanya. Menurut istilah (umat kristiani) kafir adalah
orang yang tidak memeluk agama apapun, penilaian
mereka tanpa melihat agama apa yang dipeluk serta
tidak memandang keshalehan dalam beribadah. 15
14
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka
progresif, 2002), hal. 1217
15
I. Z. Z. A. T. U. N. Nada, “Karakteristik Kafir menurut Harifuddin
Cawidu dalam Buku “Konsep Kufr dalam al-Qur’an”. UIN

37
Secara istilah (terminologi Islam), kafir berarti
lawan dari iman. Para ulama tidak sepakat dalam
menetapkan batasan kafir sebagaimana mereka berbeda
pendapat dalam hal menetapkan batasan iman. Kalau
iman diartikan dengan pembenaran (at-tasdīq) terhadap
ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW,
maka kafir diartikan dengan pendustaan (at-takhdzīb)
terhadap Rasulullah Muhammad SAW beserta ajaran-
ajaran yang dibawa oleh beliau. Inilah batasan yang
paling umum dan yang paling sering dipakai dalam
buku-buku akidah, khususnya yang beraliran
Ahlussunnah wal Jama’ah, dan yang lebih khusus lagi
mereka yang beraliran Asy’ariyyah.16

Sementara itu, ciri-ciri orang kafir yang diungkapkan


dalam Al-Qur’an antara lain17:

1. suka putus asa


2. tidak menikmati kedamaian dan ketenteraman dalam

Walisongo Semarang, 2020


16
Harifuddin Cawidu, “Konsep Kufr dalam Al-Qur’an”, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1991), hal. 7
17
A. Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA:
Perspektif Al-Qur’an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal
Penelitian, Volume 11 No. 2, 2018

38
kehidupannya
3. tidak percaya pada rukun iman yang selama ini
menjadi pedoman keyakinan umat Islam
4. mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang
kebenaran yang diyakini kaum Muslim (e) mereka
sering tidak setia pada janji, bersikap sombong, suka
dengki, cenderung memusuhi orang-orang beriman
5. mereka suka kehidupan hedonis, kehidupan yang
serba berlandaskan halhal yang bersifat material;
tujuan hidup mereka hanya kesuksesan duniawi,
sehingga sering kali berakibat ketidakseimbangan
pada kepribadian
6. mereka pun tertutup pada pengetahuan ketauhidan,
dan lain-lain.18
Ciri-ciri orang kafir sebagaimana yang tergambar
dalam AlQur’an tersebut menyebabkan mereka
kehilangan keseimbangan kepribadian, yang akibatnya
mereka mengalami penyimpangan ke arah pemuasan
syahwat serta kesenangan lahiriah dan duniawi. Hal ini
membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu dalam

18
Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian (Psikologi Al-Qur’an)”,
www.p - sakahati.com, diakses pada 28 Juni 2017.

39
kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan
mengharap ridaNya untuk mengharap magfirah serta
pahala-Nya di dunia dan akhirat.19

Ciri-ciri dari orang kafir yang diterangkan dalam al-


Quran adalah:

1. Berkaitan dengan akidah: tidak beriman kepada


Allah, Rasul-rasulNya, serta kebangkitan dan hisab.
2. Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada selain
Allah
3. Berkaitan dengan hubungan sosial: zalim tak
bersahabat terhadap orang mukmin, mencemoohkan
orang-orang mukmin, selalu menyuruh
kemungkarandan menghalangi-halangi kebaikan.
4. Berkaitan dengan keluarga: senang memutuskan tali
silaturrahmi
5. Berkaitan dengan akhlak: suka melanggar janji,
durhaka, memperturutkan hawa nafsu dan syahwat,
menipu,dan takabur.
6. Berkaitan dengan emosi dan perasaan: tidak senang

19
Muhammad Utsman Najati, “Psikologi dalam Al-Qur’an”, Hal.
387-389

40
kepada orang-orang mukmin, dan hasud atas segala
yang dikaruniakan Allah kepada orang mukmin dan
Berkaitan dengan pemikiran: berpikir jumud, lemah
dalam pemahaman dan pemikiran, hati mereka
tertutup dan terkunci, taklid buta atas keyakinan-
keyakinan dan tradisi-tradisi leluhur dan
menipu diri sendiri.20

F. Musyrik
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan
Allah, mengaku adanya Tuhan selain Allah atau
menyamakan sesuatu dengan Allah. Dengan demikian
orang musyrik disamping menyembah Allah
mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya
kepada yang selainAllah. Jadi orang musyrik itu ialah
mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk
I’tikad (kepercayaan), ucapan maupun dalam bentuk
amal perbuatan. Karena itu, barang siapa menyembah
selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikan kepada yang tidak berhak,
dan itu adalah kezaliman yang paling besar.
20
Abdullah dan onik z, “Psikologi kepribadian” (Surabaya:JDS
digital print.2022), hal.68-69

41
Adapun Jenis- jenis musyrik yaitu :

1. Musyrik Murni.
Musyrik murni ialah orang yang perbuatan dan
cara-cara ibadahnya dilakukan tidak sesuai dengan
akidah agama Islam. Mereka menafikan agama, dan
lebih suka mengikuti perbuatan tidak sesuai akidah
yang dilakukan oleh nenek moyangnya. “Dari kalangan
mereka biasanya terdapat orang yang dituakan, sebagai
pemimpin spiritual untuk seluruh rakyat di suatu
kampung atau desa,” katanya.
2. Musyrik Perbuatan.
Musyrik Perbuatan ialah orang-orang yang
mengaku Islam, namun dalam amal ibadah tidak
mencerminkan seorang mukmin. Ia bersyahadat, puasa,
sholat, zakat dan naik haji. Namun meski demikian ia
juga masih mempercayai hal-hal lain seperti masih
percaya kepada benda-benda bertuah, keris, tombak,
tosan aji, atau benda-benda lainnya yang dianggap
memiliki kekuatan gaib. Ia juga suka pergi kepada
dukun atau orang-orang pintar.
3. Musyrik Pemujaan.

42
Musyrik pemujaan ialah orang-orang Islam
awam, yang masih pergi ke tempat-tempat keramat,
seperti diantaranya kuburan para wali, bukan untuk
melakukan ziarah melainkan hanya ingin mendapatkan
berkah. Mereka juga kebanyakan kurang paham
mengenai akidah Islam sehingga di samping percaya
kepada Tuhan, mereka juga percaya kepada gua-gua,
pohon, atau tempat-tempat lain yang dianggap keramat.
Mereka juga membuat perjanjian denga n penunggu
tempat keramat, tersebut seperti gunung yang mereka
anggap dapat memberikan kekayaan.21

G. Munafik
Munafik secara bahasa berasal dari kata nafiqa
yaitu salah satu lobang tempat keluarnya yarbu (hewan
jenis tikus) dari sarangnya, dimanajika ia dicari dari
lobang yang satu maka akan keluar dari lobang yang
lain.Dikatakan pula, ia berasal dari kata nafaq yaitu
lobang tempat tersembunyi. Nifak menurut syara’ yaitu
menampakkan islam dan kebaikan tetapi
21
Andi Nur Shabaa, Zhahiirah Dian Revalina, Muhammad Arsyam,
“KONSEP DASAR TENTANG MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”

43
menyembunyikan kefukuran dan kejahatan. Munafik
adalah segolongan orang yang berkepribadian sangat
lemah dan bimbang. Adapun di antara sifat atau watak
orang munafik yang tergambar dalam Al-Qur'an antara
lain:

1. mereka "lupa" dan menuhankan sesuatu atau


seseorang selain Allah swt.
2. dalam berbicara mereka suka berdusta.
3. mereka menutup pendengaran, penglihatan, dan
perasaannya dari kebenaran
4. orang-orang munafik ialah kelompok manusia
dengan kepribadian yang lemah, peragu, dan tidak
mempunyai sikap yang tegas dalam masalah
keimanan
5. mereka bersifat hipokrit, yakni sombong, angkuh,
dan cepat berputus asa.
Ciri kepribadian orang munafik yang paling
mendasar adalah kebimbangannya antara keimanan dan
kekafiran serta ketidakmampuannya membuat sikap
yang tegas dan jelas berkaitan dengan keyakinan
bertauhid. Dengan demikian, umat Islam sangat

44
beruntung mendapatkan rujukan yang paling benar
tentang kepribadian dibanding teori-teori lainnya,
terutama diyakini rujukan tersebut adalah wahyu dari
Allah swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw, manusia teladan kekasih Allah.

Oleh karena itu pula, Nabi Muhammad saw.


diutus oleh Allah swt. ke muka bumi untuk memainkan
peran sebagai model insan kamil bagi umat manusia.
Kepribadian dalam kehidupan sehari-hari mengandung
sifat-sifat manusiawi kita, alam pikiran, emosi, bagian
interior kita yang berkembang melalui interaksi indra-
indra fisik dengan lingkungan. Namun lebih dalam lagi,
kepribadian sesungguhnya merupakan produk kondisi
jiwa (nafs) kita yang saling berhubungan. Atau, dapat
dikatakan pula bahwa kepribadian seseorang
berbanding lurus dengan kondisi jiwanya (nafs).22

Macam-macam munafik yakni:

22
Aat Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA: Perspektif
Al-Qur'an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2,
Agustus (2017) ,hal. 479-480

45
1. Nifak asghar adalah nifak pada amal perbuatan
yaitu seseorang yang menampakkan amal shalih
dihadapan banyak orang tapi menyalahi hal itu
secara diam-diam. Ibnu Rajab berkata,
“kesimpulannya, kemunafikan asghar adalah
semuanya kembali kepada berbedanya seseorang
ketika ia sedang sendiri denganketika ia sedang
bersama orang lain sebagaimana dikatakan oleh
Imam Hasan al-Bishri dalam kitab Jami’ul ulum
wal ahkam.
2. Munafik akbar atau biasa disebut nifak I’tiqad
yaitu jika seseorang menampakkan iman kepada
Allah, Malaikat, kitab-kitab, para Rasul,dan hari
akhir, tetapi menyembunyikan perkara yang
menyalahi hal itu baik secara keseluruhan atau
sebagianya.

H. Dholim
Secara etimologi al-zhulm berasal dari kata ‫ظلم يظلم‬
‫ ظلما‬- yang terdiri dari huruf dza, lam, dan mim(‫ م‬- ‫) ظل‬
mempunyai dua arti, yang pertama, yaitu lawan kata
dari pelita atau cahaya dengan kata lain gelap.kedua,

46
menempatkan sesuatu yang bukan pada
tempatnya.Secara terminologi al-zhulm diartikan
sebagai tindakan melampaui batas. kebenaran dan
cenderung kepada kebatilan. wujud al-Zhulm dalam al-
Qur'an pada hakikatnya ada tiga yaitu:

pertama, zhulm kepada Allah, dalam artian kufur


dan juga dalam bentuk Syirik sebagaimana firman
Allah swt Q.S. al- An'am (6): 21.

Kedua, Zhulm terhadap sesama manusia, Zhulm


yang dimaksud disini adalah bentuk penganiayaan atas
kehormatan, fisik, dan hartanya. Sebagaimana firman
Allah SWT Q.S. al-Baqarah(2): 188.

Ketiga, Zhulm terhadap diri sendiri, hal ini


dilakukan dengan cara mengotori dirinya dengan
berbagai macam dosa, kejahatan, dan keburukan,
berupa perbuatan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-'Araf (7): 160.23

23
Irfan , "konsep Dholim" , JURNAL ilmu Al-Qur'an dan tafsir , Vol. 2
No. 1 (2019), hal 303-304

47
I. Fasik
Fasiq (‫ )الفسق‬berasal dari akar kata ‫ فسق‬Secara - ‫َيْفُس ُق‬
‫ َفُس ْو ًقا‬- ‫ ِفْس ًقا‬atau - ‫ َيْفِس يُق‬etimologis (bahasa) dalam
ungkapan orang Arab fasig (‫ق‬VV‫ )الفس‬maknanya adalah
keluar dari sesuatu ( ‫يء‬VV‫روج عن الش‬VV‫) الخ‬atau keluar.
Menyimpang dari perintah ( ‫)الخروج عن األمر‬. Dikatakan
pula misalnya( ‫ه‬VV‫ق فالن "مال‬VV‫) فس‬si fulan mengeluarkan
hartanya jika ia menghabiskan atau
membelanjakannya". Sehingga secara etimologis
(bahasa), fasiq (‫)الفسق‬maknanya adalah keluar ‫ الخروج‬.

Fasik didefinisikan sebagai orang yung banyak


berbuat maksiat, meninggalkan perintah Allah Swt,
keluar dari jalan benar dan agama. Fasik juga
didefinisikan dengan orang yang melakukan dosa besar
atau sering melakukan dosa kecil. Sementara itu, secara
terminologis (istilah), menurut al- Jurjani, orang fasik
adalah orang yang menyaksikan, tetapi tidak meyakini
dan melaksanakan. Sedangkan Al-Manzhur lebih lanjut
menjelaskan bahwa fasik (‫ق‬VV‫)الفس‬bermakna maksiat,
meninggalkan perintah Allah Swt, dan menyimpang

48
dari jalan yang benar. Fasik juga berarti menyimpang
dari agama dan cendrungpada kemaksiatan.

Seseorang yang berbuat fasik adalah orang-orang


yang terus menerus melakukan dosa besar,
menganggap dosa besar adalah hal yang biasa, dan
menolak untuk meninggalkan dosa besar, maka mereka
dapat tertutup serta mati hatinya sehingga bisa menjadi
munafik dan kafir.

Kefasikan terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Pertama, kefasikan yang membuat seseorang


keluar dari agamanya, yakni kufur, kerena itu orang
kafir juga disebut orang fasik.

Kedua, kefasikan yang tidak membuat seseorang


keluar dari agamanya sehingga oang-orang fasik dari
kaum muslimin disebut al-'ashi (pelaku maksiat).

Karakter orang munafik dalam perpspekfif Al Qur'an


bahwa Sebenarnya perumpamaan itu dibuat untuk
menyatakan sesuatu yang tersembunyi dengan
menggambarkannya dalam bentuk yang nyata,

49
sehingga mudah. untuk dipahami. Namun orang-orang
jahil, jika mendengar ayat Allah Swt selalu bersikap
angkuh, keras kepala dan bereaksi menentangnya.
Inilah yang membuatnya menjadi sesat.

Sebaliknya, orang-orang yang mengambil ayat-ayat


Allah sebagai petunjuk, akan menjadi insaf. Apabila
mendengar pembacaan ayat-ayat Allah Swt, selalu
diperhatikan dan dipikirkan maknanya dengan pikiran
yang jernih. Perumpamaan ini hanyalah menyesatkan
orang-orang yang tidak memahami sunnah Allah Swt
(hukum alam dan hukum objektif) yang telah
diciptakan sebagai pelajaran.

Maksud "menyesatkan" di sini adalah membiarkan


sesat. Orang yang dibiarkan. sesat adalah mereka yang
merusak janji Allah Swt yang sudah dikukuhkan
(ditetapkan) yaitu, orang yang tidak menggunakan
karunia Allah seperti akal dan pancaindera untuk
berpikir dan meneliti. Dengan demikian mereka.
sepertinya tidak memiliki akal dan indera .

50
Perjanjian yang mereka rusak adalah perjanjian
fitrah, yaitu hukum alam. Selain perjanjian fitrah, ada
satu perjanjian lagi yaitu perjanjian yang bersifat
agama. Allah Swt mengukuhkan perjanjian pertama
dengan menjadikan akal sanggup memahami sunnah-
sunnah Allah Swt yang berlaku dalam kehidupan alam.

Perjanjian kedua dikukuhkan dengan mukjizat yang


diberikan kepada para nabi. Karena itu, siapa pun yang
mengingkari kebangkitan Rasul dan tidak mengikuti
petunjuk-petunjuknya, berarti telah merusak janji, dan
dinyatakan telah keluar dari ketentuan Allah dan
penciptaan kekuatan manusia ke batas kesempurnaan.
yang memungkinkan baginya. Orang- orang yang
dibiarkan sesat adalah mereka yang memutuskan
hubungan persaudaraan. (silaturrahim) dan tidak mau
memberikan. bantuan. Padahal Allah
Swtmemerintahkan supaya tali hubungan persaudaraan
diperkukuh dengan saling membantu.24

J. Murtad

24
Hafizzullah, Tri Yuliana Wijayanti, Rosiska Juliarti , “RESPON AL-
QURAN TERHADAP KARAKTER ORANG FASIK”

51
Secara etimologis, murtad dimaknai para ahli fikih
sebagai abrujú an al-klim (berbalik dari Islam).
Sedangkan secara terminologi, murtad diartikan 'Abd
al-Rahman al-Juzayri dalam al-Figh alà al-Madbähib
al-Arba'ah sebagai orang Islam yang memilih menjadi
kafir setelah sebelumnya mengucapkan dua kalimat
syahadat dan menjalankan syariat Islam. Kemurtadan
itu diungkapkan secara jelas Garih), misalnya, usbrikú
bi Allah (saya menyekutukan Allah).

Untuk memudahkan,ulama fikih


mengategorisasikan riddah ke dalam empat kategori."

Pertama, murtad sebab keyakinan (itiqadi) yang


bertentangan dengan pokok akidah Islam. Shata al-
Dimyati memerinci beberapa hal yang termasuk murtad
irigādi ini, yaitu: meragukan Allah (al-shakk fi Allah),
meragukan ke- rasulan seorang rasul, meragukan satu
bagian dari Alquran, tidak memercayai hari akhir, tidak
memercayai surga dan neraka, tidak memercayai
konsep pahala dan dosa, tidak memercayai satu sifat
dari sifat-sifat Allah, meyakini kehalalan sesuatu yang
diharamkan," mengingkari hal-hal yang telah

52
disepakati hukumnya dan telah diketahui publik secara
luas seperti salat lima waktu."

Kedua, murtad sebab perbuatan . Shata al- Dimyati


menyebut, termasuk murtad bi al-fi'l adalah bersujud
pada pating, matahari, atau yang lain (al- sujüd li
sanam aw li shams aw makbling åkhar).

Ketiga, murtad sebab perkataan (gasel). Shata al-


Dimyati mencontohkan beberapa perkataan yang me-
nyebabkan kemurtadan seseorang: memanggil orang
Islam lain dengan panggilan "wahaikafir"; perkataan
"jikaAllah menyiksaku karena tidak mengerjakan salat
padahal aku sakit, maka Allah zalim kepadaku";
perkataan, "salat tidak cocok buat aku", "saya tidak
menemukan kebaikan sepanjang aku salat"; mencaci
seseorang yang bemama sama dengan nama Nabi
Muhammad dengan maksud mencaci Nabi,
meremehkan farwa ulama dengan maksud meremehkan
syariat; menyerupakan wajah orang saleh dengan babi,
perkataan seseorang, "saya menginginkan sejumlah
harta, baik yang halal maupun yang haram: tidak

53
merespon azan dan tidak mendengarkan ketika Alquran
dibacakan; mencaci para Sahabat Nabi."

Keempat, murtad karena meninggalkan ajaran (zark


Bıraq) dengan maksud menentang dan mengingkari
syariat Islam (al-tark yadull ala al-'inad wa al-
mu'aradab li al-shar'i istikbarın aw juhidan), seperti
meninggalkan salat, puasa, dan zakat dengan maksud
menentang wajibnya ibadah-ibadah tersebut.25

25
Abd. Moqsith, ”TAFSIR ATAS HUKUM MURTAD DALAM ISLAM”,
Ahkam: Vol. XIII, No. 2( 2013), hal 290-291

54
BAB 4
PENUTUP

Dalam Al-Qur'an Allah telah menerangkan pola


kepribadian manusia yang memiliki keistimewaan
dibandingkan dengan pola kepribadian makhluk lainnya.
Al- Qur'an menggambarkan pola kepribadian manusia,
yakni

kepribadian Muttaqin, Muttaqīn (orang yang


bertakwa) adalah mukmin yang merasakan bahwa
dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah,
sehingga ia takut untuk berbuat maksiat. Seorang
Muttaqīn itu memiliki benteng atau ketahanan diri dari
hal-hal yang tidak Allah ridai, sehingga ia senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

55
Kepribadain mu'min,Kepribadian seorang mukmin
adalah tingkah laku atau akhlak yang mencerminkan
rukun iman dalam kehidupan sehari-hari yang Berkaitan
dengan keimanan, ibadah, sosial, keluarga, akhlak, emosi
dan perasaan , pemikiran, profesi

Kepribadian muslim, sasaran yang dituju dalam


pembentukan kepribadian Muslim adalah kepribadian
yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan
akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan yaitu
Kepribadian Muslim Sebagai Individu, Kepribadian
Muslim Sebagai Ummah., Kepribadian Muslim Sebagai
Khalifah Allah

Kepribadian Muhsin, Kepribadian muhsin adalah


kepribadian dapat memperbaiki dan mempercantik
individu, baik berhubungan dengan diri sendiri,
sesamanya, alam semesta dan Tuhan yang diniatkan
hanya untuk mencari ridha-Nya. Kepribadian muhsin
dapat dibentuk dengan dua pola yaitu Pertama, Pola
umum, yaitu segala perilaku baik, yang dapat
mempercantik diri manu sia yang objeknya tidak terbatas
pada subjek tertentu. Kedua, Pola khusus, yaitu segala

56
perilaku baik, yang dapat mempercantik diri manusia
yang objeknya ditujukan pada subjek tertentu.

Kepribadian kafir, Para ulama tidak sepakat dalam


menetapkan batasan kafir sebagaimana mereka berbeda
pendapat dalam hal menetapkan batasan iman. Ciri-ciri
dari orang kafir yang diterangkan dalam al- Quran
adalah Berkaitan dengan akidah: tidak beriman kepada
Allah, Rasul-rasulNya, serta kebangkitan dan
hisab ;Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada selain
Allah; Berkaitan dengan hubungan sosial: zalim tak
bersahabat terhadap orang mukmin, mencemoohkan
orang-orang mukmin, selalu menyuruh kemungkarandan
menghalangi-halangi kebaikan. Berkaitan dengan
keluarga: senang memutuskan tali silaturrahmi ;
Berkaitan dengan akhlak: suka melanggar janji, durhaka,
memperturutkan hawa nafsu dan

Kepribadian musyrik, Musyrik adalah orang yang


mempersekutukan Allah, mengaku adanya Tuhan selain
Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Dengan
demikian orang musyrik disamping menyembah Allah
mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya

57
kepada yang selain Allah. Jadi orang musyrik itu ialah
mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk
I’tikad (kepercayaan), ucapan maupun dalam bentuk
amal perbuatan. Karena itu, barang siapa menyembah
selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikan kepada yang tidak berhak,
dan itu adalah kezaliman yang paling besar.

Kepribadian munafiq, Munafik adalah segolongan


orang yang berkepribadian sangat lemah dan bimbang.
Ciri kepribadian orang munafik adalah kebimbangannya
antara keimanan dan kekafiran serta
ketidakmampuannya membuat sikap yang tegas dan jelas
berkaitan dengan keyakinan bertauhid.

Kepribadian dholim, Secara terminologi al-zhulm


diartikan sebagai tindakan melampaui batas. Kebenaran
dan cenderung kepada kebatilan. Wujud al-Zhulm dalam
al- Qur'an pada hakikatnya ada tiga yaitu: pertama,
zhulm kepada Allah, dalam artian kufur dan juga dalam
bentuk Syirik sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-
An'am (6): 21.;Kedua, Zhulm terhadap sesama manusia,
Zhulm yang dimaksud disini adalah bentuk

58
penganiayaan atas kehormatan, fisik, dan hartanya.
Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. al-Baqarah (2):
188 ;Ketiga, Zhulm terhadap diri sendiri, hal ini
dilakukan dengan cara mengotori dirinya dengan
berbagai macam dosa, kejahatan, dan keburukan, berupa
perbuatan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-'Araf (7): 160.

Kepribadian fasik, Seseorang yang berbuat fasik


adalah orang-orang yang terus menerus melakukan dosa
besar, menganggap dosa besar adalah hal yang biasa, dan
menolak untuk meninggalkan dosa besar, maka mereka
dapat tertutup serta mati hatinya sehingga bisa menjadi
munafik dan kafir. Karakter orang munafik dalam
perpspekfif Al Qur'an Sebenarnya adalah bahwa
perumpamaan itu dibuat untuk menyatakan sesuatu yang
tersembunyi dengan menggambarkannya dalam bentuk
yang nyata, sehingga mudah. untuk dipahami. Namun
orang-orang jahil, jika mendengar ayat Allah Swt selalu
bersikap angkuh, keras kepala dan bereaksi
menentangnya. Inilah yang membuatnya menjadi sesat.
dan murtad.

59
Kepribadian murtad, secara terminologi, murtad
diartikan 'Abd al-Rahman al-Juzayri dalam al-Figh alà
al-Madbähib al-Arba'ah sebagai orang Islam yang
memilih menjadi kafir setelah sebelumnya mengucapkan
dua kalimat syahadat dan menjalankan syariat Islam.
Kemurtadan itu diungkapkan secara jelas Garih),
misalnya, usbrikú bi Allah (saya menyekutukan Allah).
ulama fikih mengategorisasikan riddah ke dalam empat
kategori." Pertama, murtad sebab keyakinan (itiqadi)
yang bertentangan dengan pokok akidah Islam. Kedua,
murtad sebab perbuatan. Shata al- Dimyati menyebut,
termasuk murtad bi al-fi'l adalah bersujud pada pating,
matahari, atau yang lain (al- sujüd li sanam aw li shams
aw makbling åkhar). Ketiga, murtad sebab perkataan
(gasel). Keempat, murtad karena meninggalkan ajaran
(zark Bıraq) dengan maksud menentang dan
mengingkari syariat Islam (al-tark yadull ala al-'inad wa
al- mu'aradab li al-shar'i istikbarın aw juhidan.

60
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Onik. Z. Psikologi kepribadian. (2022).


psikologi kepribadian. (Surabaya: DJS Digital
Print).

Anggraeni Dewi, Rani. “Kepribadian (Psikologi Al-


Qur’an)”. www.p - sakahati.com, diakses pada 28
Juni 2017.

Asmarani, T., Abdussalam, A., & Surahman, C. (2019).


Konsep Muttaqīn dalam al-Qur’an dan
Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam.

Cawidu, Harifuddin. (1991). “Konsep Kufr dalam Al-


Qur’an”, (Jakarta: Bulan Bintang).

Chasanah, I., Mubarak, M., & Hairina, Y. (2022).


Kepribadian Muhsin dan Tingkat Stres

61
Mahasiswa Psikologi Islam UIN Antasari dalam
Menghadapi Covid-19. Jurnal Al-Husna, 2(1).

Hafizzullah, Yuliana Wijayanti, Tri. Juliarti ., Rosiska.


“RESPON AL-QURAN TERHADAP
KARAKTER ORANG FASIK”.

Hidayat, A. (2018). PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN


MANUSIA: Perspektif Al-Qur’an Dan
Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian, 11(2).

Irfan. (2019). "konsep Dholim". JURNAL ilmu Al-


Qur'an dan tafsir . 2( 1 ).

Jalaludin. “Teologi Pendidikan”.

Khulaisie, R. N. (2016). Hakikat Kepribadian Muslim,


Seri Pemahaman Jiwa Terhadap Konsep Insan
Kamil. Reflektika, 11(1).

Moqsith, Abd. (2013).”TAFSIR ATAS HUKUM


MURTAD DALAM ISLAM”, Ahkam: 13(2).

Mujib, Abdul. “Kepribadian dalam Psikologi Islam”.

62
Nada, I. Z. Z. A. T. U. N. (2020). Karakteristik Kafir
menurut Harifuddin Cawidu dalam Buku
“Konsep Kufr dalam al-Qur’an.”. UIN
Walisongo Semarang.

Nur Shabaa, Andi, Dian Revalina, Zhahiirah, Arsyam.


Muhammad. “KONSEP DASAR TENTANG
MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”.

Shaleh, M. A. (2008). Takwa (Makna dan Hikmahnya


dalam Al-Quran). Jakarta: Erlangga.

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral,


Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud
Integritas Membangun (Jati Diri. Jakarta: PT.
Bumi Aksara).

Syakir, S. A. (2015). Tafsir Ibnu Katsir (Vol. 1). (A.


Ma'mun, & dkk, Penerj.) Jakarta: Darus Sunnah.

Utsman Najati, Muhammad. “Psikologi dalam Al-


Qur’an”.

63
Warson Munawir, Ahmad. (2002). Kamus al-Munawwir,
(Jakarta: Pustaka progresif).

Zuhairini et,al. (1992). “Filsafat Pendiidkan Islam”,


(Jakarta: Bumi Aksara).

64

Anda mungkin juga menyukai