Islam
Ulfa Kharisma
04020322086
KATA PENGANTAR
2
bagaimana kepribadian memengaruhi cara kita berpikir,
merasa, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Tidak lupa, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan buku ini. Saya juga berterima kasih kepada
para pembaca yang memberikan kesempatan bagi kami
untuk berbagi pemikiran dan pengetahuan melalui
halaman-halaman buku ini. Akhir kata, semoga buku ini
dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang
berharga bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
BAB 2 METODE PENELITIAN............................................................
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................
A. Muttaqin.......................................................10
B. Mukmin........................................................20
C. Muslim.........................................................23
D. Muhsin.........................................................34
E. Kafir.............................................................37
F. Musyrik........................................................41
G. Munafik........................................................44
H. Dholim.........................................................47
I. Fasik.............................................................48
J. Murtad .........................................................52
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
apa ia diciptakan. la diciptakan dari air yang terpancar,
yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
(Q.S. at-Tariq [86]: 5-7).1
Manusia merupakan makhluk hasil karya maha
dahsyat dari Allah SWT pencipta yang begitu sempurna
telah ditunjukkan oleh-Nya dan telah terbukti secara
ilmiah. Tak seorangoun manusia di muka buki ini
mampu menyamai, apalagi menandingi ilmu, dan
kekuasaan yang Allah miliki. Allah juga telah
memberikan fasilitas yang begitu lengkap kepada
manusia.
Manusia diberi amanat yang begitu besar, yakni
untuk merawat salah satu ciptaan-Nya, yang tak lain
manfaatnya jugaakan kembali pada manusia. Allah
hanya meminta manusia agar mereka tidak melioakan
dari siapa semua kenikmatan hidup itu. Allah
menciptakan sekua makhluk di dunia ini untuk selalu
patuh dan mengabdi kepada-Nya. Namun pada
kenyataannya, manusia kadang lupa terhadap Allah,
bahkan mereka bahkan tidak mempercayai-Nya.
1
Aat Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA: Perspektif
Al-Qur'an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2,
Agustus (2017) ,hal. 479-480
6
Fenomena seperti ini telah terjadi sejak masa
kenabian. Banyak manusia yang tidak mempercayai
bahwa Allah-lah satu-satunya dzat yang patut disembah.
Ada manusia yang menyembah berhala, api, matahari,
dan kain sebagainya. Perbuatan seperti ini merupakan
disa besar dan kemusyrikan yang tidak akan diampuni
oleh Allah SWT.
Seorang mukmin dapat memiliki perilaku
kehidupan/amal yang beragam. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sikap seseorang mukmin memiliki dinamika dan
paradigma.Seorang mukmin selalu dipengaruhi atas
kondisi sosial, politik, budaya yang melatarbelakanginya
menjadi insän kämil (manusia sempurna) dalam versinya
masing-masing. Keberagaman dan keimanan seharusnya
membawa warna kerukunan bukan perpecahan.2
Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah asar
yang menyebutkan bahwa "Barang siapa mengenal
dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya."Di samping itu,
Al-Qur'an juga memuat petunjuk mengenai manusia,
2
Andi Nur Shabaa, Zhahiirah Dian Revalina, Muhammad Arsyam,
“KONSEP DASAR TENTANG MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”
7
sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan
dengan pembentukan gambaran yang benar tentang
kepribadian manusia, motivasi utama yang
menggerakkan perilaku manusia, serta faktor-faktor yang
mendasari keselarasan dan kesempurnaan kepribadian
manusia dan terwujudnya kesehatan jiwa manusia. Oleh
karena itu, Dalam Jurnal ini, penulis akan memaparkan
materi yang berjudul “pola kepribadian Menurut
Perspektif Islam”.
8
BAB 2
METODE PENELITIAN
9
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
menjauhi sesuatu dan takut azab3.Sedangkan term
Muttaqīn ( ) المتقينterdapat di 43 ayat. Ayat-ayat
tersebut menjelaskan tentang makna, karakter,
dan pahala bagi orang yang bertakwa. Pada
penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada
term Muttaqīn yang menjelaskan makna dan
karakter dari Muttaqīn saja. Setelah dianalisis,
ayat yang berkaitan dengan makna dan karakter
Muttaqīn, jumlahnya sebanyak 19 ayat.
Sebarannya adalah sebagai berikut:
alBaqarah (2:2-4), al-Baqarah (2:66), Ali `Imrān
(3:76), Ali `Imrān (3:133-135), alMā’idah (5:46),
al-`Arāf (7:128), al-Taubah (9:4), al-Taubah
(9:7), al-Taubah (9:44), Hūd (11:49), al-Anbiyā
(21:48), al-Nūr (24:34), al-Qashash (28:83), Shād
(38:28), al-Zukhruf (43:35). Sedangkan untuk
term Muttaqūn ()المتقونterdiri atas 6 ayat. Untuk
term ini, hanya ada dua ayat yang menunjukkan
keterkaitan dengan makna dan karakter orang
yang bertakwa, yaitu al-Baqarah (2:177) dan al-
3
M. A. Shaleh, “Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Quran)”,
Jakarta: Erlangga, 2008, hal.1
11
Zumar (39:33).Ditemukan ayat yang memiliki
hubungan dan secara keseluruhan mewakili
untuk menjawab makna dan karakter orang yang
bertakwa (Muttaqīn ), yaitu al-Baqarah (2:66),
alBaqarah (2:177), Ali `Imrān (3:133-135), al-
Araf (7:128), al-Taubah (9:44), alQashash
(28:83).
Berdasarkan analisis terhadap ayat ayat
yang terdapat term ( المتقينal-Muttaqīn) dan
ونVV )المتقal-Muttaqūn) dalam al-Qur’an, takwa
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Takut untuk melakukan maksiat kepada
Allah SWT.
2. Taat kepada Allah SWT. dengan
melaksanakan setiap perintah dan
menjauhi larangannya
3. Tidak melampaui batas.
4. Merasa diawasi oleh Allah SWT.
Orang yang bertakwa adalah mukmin
yang takut jika melakukan maksiat kepada Allah
SWT., hal ini berdasarkan pendapat Imam al-
Ṭabari bahwa makna takwa ini sesuai dengan QS.
12
al-A`raf ayat 128.Hal ini serupa dengan
penjelasan al-Thabari terhadap QS. al-Taubah
ayat 44 yang berbunyi: “Dan Allah mengetahui
orangorang yang bertakwa”, yaitu Allah SWT.
Maha mengetahui siapa yang benar-benar takut
dan bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban serta menjauhi perbuatan
maksiat kepada-Nya.
Terkait definisi kedua, taat kepada Allah
SWT. dengan melaksanakan setiap perintah dan
menjauhi larangannya. Melihat penafsiran al-
Ṭabari yang memaknai QS al-Baqarah ayat 66, di
mana orang yang bertakwa adalah orangorang
yang menunaikan kewajiban-kewajibannya dan
meninggalkan laranganlarangan-Nya. Begitu juga
merujuk pada pendapat Ibn Kaśīr yang
menyatakan “Orang yang benar imanya adalah
yang memiliki sifat-sifat tersebut (yaitu sifat
terpuji). Orang yang bertakwa adalah mereka
yang telah menjauhi perkara-perkara haram dan
mengerjakan ketaatan-ketaatan”
13
Kemudian, ketiga, orang yang bertaqwa
adalah orang yang tidak melampaui batas. Orang
yang melampaui batas adalah yang tidak beriman
kepada risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Mendustakannya, dan mereka
berbuat semena-mena. Allah tidak mencintai
orang yang melampaui batas, sebagaimana
firmann-Nya dalam QS. al-Mā’idah [5] :87.
Imam al-Maragi memaknai QS. al-Baqarah ayat
66, mengenai makna orang yang bertakwa, yaitu
orang-orang yang amat takut melanggar batasan-
batasan yang telah ditetapkan oleh Allah.
Keempat, peneliti memahami bahwa
muttaqīn (orang yang bertakwa) adalah mukmin
yang senantiasa merasa dirinya berada dalam
pengawasan Allah SWT. Hal ini sebagaimana
pendapat para mufassir, di antaranya al-Ṭabari
ketika menafsirkan “Dan Kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”
maksudnya adalah, Nabi Musa berkata,
“Kesudahan yang terpuji itu bagi orang-orang
yang bertakwa dan senantiasa merasa diawasi
14
oleh Allah. Takut kepada Allah dengan menjauhi
segala perbuatan maksiat dan melaksanakan
semua kewajiban”
Memperhatikan penjelasan makna
Muttaqīn berdasarkan pendapat para mufassir,
maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Muttaqīn (orang yang bertakwa) adalah mukmin
yang merasakan bahwa dirinya senantiasa berada
dalam pengawasan Allah, sehingga ia takut untuk
berbuat maksiat. Seorang Muttaqīn itu memiliki
benteng atau ketahanan diri dari hal-hal yang
tidak Allah ridai, sehingga ia senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangannya.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS.
alBaqarah [2]:177, bahwa orang yang bertakwa
adalah yang melakukan kebajikan, “dan di antara
kebajikan itu adalah orang yang beriman kepada
Allah”. Orang yang berbakti adalah yang
beriman kepada Allah.Beriman kepada Allah,
yaitu bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia, mempercayai keberadaan
15
Malaikat mereka sebagai penghubung Allah dan
Rasul-Nya .4
Karakter lain orang yang bertakwa adalah
beriman kepada Malaikat, KitabKitab, Nabi-Nabi
Utusan Allah SWT., Hari Akhir, mendirikan
salat, menunaikan zakat, dan menafkahkan
sebagian harta (sedekah), seperti yang tertera
salah satunya dalam QS. al-Baqarah [2]:177.
Kemudian, karakter lain orang yang bertakwa
adalah suka memer-dekakan budak. Menghapus
kepemilikan terhadap seseorang dan
membebaskannya dari perbudakan sebagai
bentuk ibadah atau pendekatan diri (taqarrub)
kepada Allah SWT. Anjuran dan dorongan untuk
memerdekakan budak telah tercantum dalam QS.
al-Baqarah [2]:177 dan menjadi salah satu
karakter orang yang bertakwa.
Selain itu, karakter orang yang bertakwa
adalah menahan amarah, bersabar, dan
memaafkan kesalahan orang lain, seperti
4
Syakir, S. A. (2015). Tafsir Ibnu Katsir (Vol. 1). (A. Ma'mun, &
dkk, Penerj.) Jakarta: Darus Sunnah.Hal.470-476
16
dijelaskan dalam QS. Ali `Imrān [3]:134. Orang
yang bertakwa juga memiliki karakter mampu
mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap kejadian.
Salah satu ayat al-Qur’an yang menjelaskan
karaker orang bertakwa ini, tertera dalam QS.
alBaqarah [2]: 66, “Serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” Orangorang yang
bertakwa diperingatkan untuk berhati-hati
terhadap perbuatan mereka (melanggar
keharaman-keharaman Allah dan tipu muslihat
yang mereka lakukan) supaya tidak mendapatkan
sesuatu sebagaimana yang mereka dapatkan
(kesengsaraan dan adzab).5
Seorang yang bertakwa juga harus
menepati janji dan tidak menyombongkan diri.
Perintah menunaikan janji salah satunya tertera
dalam QS. al-An`am [6]: 152. Sementara
larangan menyom-bongkan diri terdapat dalam
QS. al-Nisa [4]: 36. Tobat, senantiasa memohon
pertolongan Allah, berjihad di jalan Allah SWT.
merupakan karakter orang yang bertakwa,
5
Ibid,225
17
sebagaimana firman Allah secara berturut-turut
dalam QS. Ali `Imrān [3]: 135, QS. al-A`raf [7]:
128, dan QS. alTaubah [9]: 44.
Terakhir, karakter orang yang bertakwa
adalah tidak berbuat kerusakan/bermaksiat
kepada Allah di muka bumi. Mukmin yang
bertakwa tidak akan terjerumus pada maksiat
atau berbuat kerusakan lainnya di muka bumi,
karena tahu akan ilmu berbuat manfaat dan
berhatihati terhadap siksa Allah. Firman Allah
tentang karakter orang bertakwa ini adalah
terdapat dalam QS. al-Qashash [28]: 83.
Karakteristik takwa yang disebutkan di
atas, setelah dianalisis, dapat digolongkan
menjadi lima aspek sikap, yaitu aspek keimanan,
sosial, ritual, emosional, dan lingkungan. Aspek
keimanan merupakan aspek yang berkaitan
dengan kepercayaan dan agama. Aspek sosial
berkenaan dengan interaksi terhadap masyarakat,
aspek ritual berkenaan dengan tata cara
beribadah, emosional berhubungan dengan
18
perasaan dan aspek lingkungan berkaitan dengan
tingkah laku seseorang terhadap alam.
Kemudian, kelima aspek tersebut
membentuk empat ketaatan atau kesadaran yang
menggambarkan ketakwaan seseorang, yaitu:
19
b. Mu’min
Kepribadian seorang mukmin adalah
tingkah laku atau akhlak yang mencerminkan
rukun iman dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan agama Islam dilaksanakan di upaya
pengendalian perilaku yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan aturan agama, serta memberikan
pencerahan dalam hidup sehingga dapat
mencapai kedamaian dan ketenangan dalam
hidup berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Kepribadian Mukmin diambil dari dua
kata yaitu kepribadian dan mukmin. Dalam
kehidupan sehari-hari kata kepribadian sering
dikaitkan dengan watak, sifat, karakter, tingkah
laku maupun bentuk fisik seseorang. Kepribadian
(personality) diambil dari Bahasa latin persona
yang berarti topeng atau kedok yang dipakai oleh
aktor drama atau sandiwara dengan maksud
untuk menggambarkan perilaku, watak atau
pribadi seseorang. Secara istilah, kepribadian
adalah ciri, karakter, gaya atau sifat khas dari
Islam”,2019.
20
seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungannya
seperti keluarga dan bawaan seseorang sejak
lahir7.
Ciri-ciri orang mukmin adalah:
1. Berkaitan dengan keimanan: keimanan
kepada Allah SWT, Rasul, Kitab, Malaikat,
hari kiamat, hari kiamat, hisab, surga,
neraka, alam gaib dan takdir
2. Berkaitan dengan ibadah: beribadah kepada
Allah, menunaikan berbagai kewajiban,
bertaqwa kepada Allah, selalu berdzikir,
istighfar, bertawakal, dan membaca Al-
Quran
3. Berkaitan dengan hubungan sosial: rukun
dengan orang lain, dermawan dan berbuat
baik, bekerja sama, setia dan mau bekerja
sama, mendorong perbuatan baik dan
menjauhi keburukan, pemaaf,
memperhatikan kepentingan orang lain dan
7
Sjarkawi, “Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral,
Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas
Membangun”, (Jati Diri. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008), hlm, 11
21
menjauhi perbuatan sia-sia.
4. Mengenai hubungan keluarga: selalu
bersikap baik kepada orang tua dan kerabat
dekat, rukun antara suami dan istri, menjaga
keluarga dan menafkahinya.
5. Berkaitan dengan Akhlak: sabar, santun,
jujur, adil, amanah, menepati janji, menjaga
harga diri. tawadlu, teguh pada kebenaran
dan jalan Allah, mempunyai harga diri,
kemauan yang kuat, mengendalikan syahwat
dan syahwat
6. Berkaitan dengan emosi dan perasaan:
mencintai Allah, takut akan azab Allah,
mengharap rahmat Allah, mencintai orang
lain, menahan amarah, mengendalikan emosi
marah, tidak berbuat zalim, tidak tergesa-
gesa, tidak gegabah, rasa kasihan dan
penyesalan jika berbuat dosa.
7. Berkaitan dengan pemikiran: memikirkan
alam semesta dan ciptaan Tuhan, mencari
ilmu, tidak mengikuti prasangka dan
mengabaikan kebenaran, mempelajari
22
kebenaran, kebebasan berpikir dan
berkeyakinan
8. Berkaitan dengan profesi: ikhlas dalam
bekerja dan menyelesaikan pekerjaan,
berusaha tekun dan bersungguh-sungguh
dalam mencari rezeki; dan Terkait secara
fisik: kuat, sehat, bersih dan higienis.8
c. Muslim
Kepribadian secara utuh hanya mungkin
dibentuk melalui pengaruh lingkungan,
khususnya pendidikan.9Adapun sasaran yang
dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah
kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia.
Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan
tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang mukmin yang paling baik
akhlaknya”.
8
Abdullah dan onik z, “Psikologi kepribadian”, (Surabaya:JDS
digital print.2022), hlm.67-68
9
Zuhairini et,al. “Filsafat Pendiidkan Islam”, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), hal. 186
23
Seseorang yang islam disebut muslim.
Muslim adalah orang atau seseorang yang
menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh
kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
“wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang
mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan
patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya,
karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang
beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan
yang diperintahkan adalah membentuk
keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman,
islam dan ikhsan.
Orang yang dapat dengan benar
melaksanakan aktivitas hidupnya seperti
mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang –
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang – orang yang sabar dalam kesempitan
penderitaan dan peperangan maka mereka disebut
sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan
sebagai orang yang benar. Hal ini merupakan
pola takwa sebagai gambaran dari kepribadian
yang hendak diwujudkan pada manusia islam.
24
Apakah pola ini dapat “mewujud” atau
“mempribadi” dalam diri seseorang, sehingga
Nampak perbedaannya dengan orang lain, karena
takwanya, maka; orang itu adalah orang yang
dikatakan sebagain seseorang yang mempunyai
“Kepribadian Muslim”.
25
fitrah untuk mengabdi kepada penciptannya. Latar
belakang penciptaan manusia menunjukkan bahwa
secara fitrah manusia memiliki roh sebagai bahan
baku yang sama.
26
bayi sudah dapat menerimarangsangan bunyi semasa
masih dalam kandungan. Atas dasar kepentingan itu,
maka menggemakan azan ketelingan bayi, pada
hakikatnya bertujuan memperdengarkan kalimat
tauhid diawak kehidupannya didalam dunia.
27
merupakan hal yang berat. Dengan demikian
pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik
dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-karimah.
Untuk itu setiap Muslim diajurkan untuk belajar
seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang
baik) hingga diakhir hayat. Pembentukan
kepribadian Muslim secara menyeluruh adalah
pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:
28
5. Aspek teologis (tujuan), pembentukan
kepribadian Muslim mempunyai tujuan yang jelas.
6. Aspek duratife (waktu), pembentukan
kepribadian Muslim dilakukan sejak lahir hingga
meninggal dunia.
7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian
Muslim yang didasarkan atas penghargaan terhadap
factor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan
individu).
8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan
kepribadian Muslim meliputi bimbingan terhadap
peningkatan dan pengembangan kemampuan
jasmani, rohani dan ruh.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan
pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh,
terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung
dijadikan alasan untuk memberi peluang bagi
tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islambersifat
apologis (memihak dan membenarkan diri).
Penyebabnya antara lain adalah ruang lingkupnya
terlalu luas, tujuan yang akan dicapai terlampau
29
jauh, hingga dinilai sulit untuk diterapakn dalam
suatu sistem pendidikan.
30
menempatkan rasa cinta kepada-Nya dan
kepada Rasul-Nya. Dengan menerapkan
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas
segalanya, diharapkan kepribadian Muslim
sebagai individu maupun sebagai ummah akan
membuahkan sikap untuk lebih mendahulukan
kepentingan melaksanakan perintah khalikNya
dari kepentingan lain. Pembentukan kepibadian
Muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat,
maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring
dan menuju ketujuan yang sama.
31
sebagai pencipta memberi pernyataan,
bahawa ia mampu untuk menadikan manusia umat
yang sama. Dalam hal ini ternyata Al-Qur’an telah
memeberi jalan keluar untuk menggalang persatuan
dan kesatuan manusia, yang memilikilatar belakang
perbedaan suku, bangsa dan ras. Mengacu pada
pengertian tersebut, setidak-tidaknya dijumpai
empat aspek yang tercakup dalam pengertian
ukhuwah, yaitu:
32
persamaan keyakinan (agama) yang dianut, yaitu
Islam.
Dasar ini menempatkan kaum muslimin
sebagai saudara, karena memiliki akidah yang
sama.Mengacu pada pokok permasalahan diatas,
terlihat bahwa kekhalifahan manusia bukan sekedar
jabatan yang biasa. Dengan jabatan tersebut manusia
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
kehidupan dan pemeliharaan ciptaan Tuhan di muka
bumi. Untuk itu manusia manusia dapat mengemban
amanat Allah baerupa kreasi yang didasarkan atas
norma-norma ilahiyat. Sebagai khalifah manusia
dituntut untuk memiliki rasa kasih sayang, yang
sekaligus menjadi identitasnya.
33
terhadap keberadaannya dan lingkungan hidupnya.
Kepribadian khalifah tergabung dalam empat sisi
yang saling berkaitan, keempat sisi itu adalah:
D.Muhsin
10
R. N. Khulaisie, “Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman
Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil”, Reflektika, 11(1), 2016, hal
39-57.
34
Muhsin berarti orang yang berbuat ihsan. Kata
“ihsan” berasal dari “hasunaa” yang berarti baik atau
bagus. Jadi, yang di maksud dengan Kepribadian
muhsin adalah kepribadian dapat memperbaiki dan
mempercantik individu, baik berhubungan dengan diri
sendiri, sesamanya, alam semesta dan Tuhan yang
diniatkan hanya untuk mencari ridha-Nya. Dan juga,
Muhsin Artinya kegemaran pada amal shaleh,
Rausanfikr (muslim tercerah kan) harus tercipta dalam
diri kita masing masing. 11Kita tidak boleh masa bodoh
atau tidak peduli (cuek) dengan persoalan di sekitar
kita. Kepedulian pada persoalan ummat akan
mendorong kita menuju sebuah keshalehan sosial yang
sangat diteka nkan oleh Islam. Islam tidak saja
mengajarkan keshalehan individu (taat pada per intah
ibadah mahdhah). Kepribadian muhsin dapat dibentuk
dengan dua pola:12
35
antara peri laku syukur, sabar, tawakal, pemaaf, iffah,
dan sebagainya. Perilaku syukur misa lnya dapat
ditujukan kepada Tuhan dengan memuji karunia-Nya.
Syukur juga dapat dialamatkan kepada sesama manusia
dengan ucapan terimakasih dan menerima pemberian
itu dengan senang.
13
I. Chasanah , M. Mubarak, & Y. Hairina, “ Kepribadian Muhsin
dan Tingkat Stres Mahasiswa Psikologi Islam UIN Antasari dalam
Menghadapi Covid-19”, Jurnal Al-Husna,Vol. 2 NO.1 ,2016, Hal.
1-13.
36
E.Kafir
37
Secara istilah (terminologi Islam), kafir berarti
lawan dari iman. Para ulama tidak sepakat dalam
menetapkan batasan kafir sebagaimana mereka berbeda
pendapat dalam hal menetapkan batasan iman. Kalau
iman diartikan dengan pembenaran (at-tasdīq) terhadap
ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW,
maka kafir diartikan dengan pendustaan (at-takhdzīb)
terhadap Rasulullah Muhammad SAW beserta ajaran-
ajaran yang dibawa oleh beliau. Inilah batasan yang
paling umum dan yang paling sering dipakai dalam
buku-buku akidah, khususnya yang beraliran
Ahlussunnah wal Jama’ah, dan yang lebih khusus lagi
mereka yang beraliran Asy’ariyyah.16
38
kehidupannya
3. tidak percaya pada rukun iman yang selama ini
menjadi pedoman keyakinan umat Islam
4. mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang
kebenaran yang diyakini kaum Muslim (e) mereka
sering tidak setia pada janji, bersikap sombong, suka
dengki, cenderung memusuhi orang-orang beriman
5. mereka suka kehidupan hedonis, kehidupan yang
serba berlandaskan halhal yang bersifat material;
tujuan hidup mereka hanya kesuksesan duniawi,
sehingga sering kali berakibat ketidakseimbangan
pada kepribadian
6. mereka pun tertutup pada pengetahuan ketauhidan,
dan lain-lain.18
Ciri-ciri orang kafir sebagaimana yang tergambar
dalam AlQur’an tersebut menyebabkan mereka
kehilangan keseimbangan kepribadian, yang akibatnya
mereka mengalami penyimpangan ke arah pemuasan
syahwat serta kesenangan lahiriah dan duniawi. Hal ini
membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu dalam
18
Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian (Psikologi Al-Qur’an)”,
www.p - sakahati.com, diakses pada 28 Juni 2017.
39
kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan
mengharap ridaNya untuk mengharap magfirah serta
pahala-Nya di dunia dan akhirat.19
19
Muhammad Utsman Najati, “Psikologi dalam Al-Qur’an”, Hal.
387-389
40
kepada orang-orang mukmin, dan hasud atas segala
yang dikaruniakan Allah kepada orang mukmin dan
Berkaitan dengan pemikiran: berpikir jumud, lemah
dalam pemahaman dan pemikiran, hati mereka
tertutup dan terkunci, taklid buta atas keyakinan-
keyakinan dan tradisi-tradisi leluhur dan
menipu diri sendiri.20
F. Musyrik
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan
Allah, mengaku adanya Tuhan selain Allah atau
menyamakan sesuatu dengan Allah. Dengan demikian
orang musyrik disamping menyembah Allah
mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya
kepada yang selainAllah. Jadi orang musyrik itu ialah
mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk
I’tikad (kepercayaan), ucapan maupun dalam bentuk
amal perbuatan. Karena itu, barang siapa menyembah
selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikan kepada yang tidak berhak,
dan itu adalah kezaliman yang paling besar.
20
Abdullah dan onik z, “Psikologi kepribadian” (Surabaya:JDS
digital print.2022), hal.68-69
41
Adapun Jenis- jenis musyrik yaitu :
1. Musyrik Murni.
Musyrik murni ialah orang yang perbuatan dan
cara-cara ibadahnya dilakukan tidak sesuai dengan
akidah agama Islam. Mereka menafikan agama, dan
lebih suka mengikuti perbuatan tidak sesuai akidah
yang dilakukan oleh nenek moyangnya. “Dari kalangan
mereka biasanya terdapat orang yang dituakan, sebagai
pemimpin spiritual untuk seluruh rakyat di suatu
kampung atau desa,” katanya.
2. Musyrik Perbuatan.
Musyrik Perbuatan ialah orang-orang yang
mengaku Islam, namun dalam amal ibadah tidak
mencerminkan seorang mukmin. Ia bersyahadat, puasa,
sholat, zakat dan naik haji. Namun meski demikian ia
juga masih mempercayai hal-hal lain seperti masih
percaya kepada benda-benda bertuah, keris, tombak,
tosan aji, atau benda-benda lainnya yang dianggap
memiliki kekuatan gaib. Ia juga suka pergi kepada
dukun atau orang-orang pintar.
3. Musyrik Pemujaan.
42
Musyrik pemujaan ialah orang-orang Islam
awam, yang masih pergi ke tempat-tempat keramat,
seperti diantaranya kuburan para wali, bukan untuk
melakukan ziarah melainkan hanya ingin mendapatkan
berkah. Mereka juga kebanyakan kurang paham
mengenai akidah Islam sehingga di samping percaya
kepada Tuhan, mereka juga percaya kepada gua-gua,
pohon, atau tempat-tempat lain yang dianggap keramat.
Mereka juga membuat perjanjian denga n penunggu
tempat keramat, tersebut seperti gunung yang mereka
anggap dapat memberikan kekayaan.21
G. Munafik
Munafik secara bahasa berasal dari kata nafiqa
yaitu salah satu lobang tempat keluarnya yarbu (hewan
jenis tikus) dari sarangnya, dimanajika ia dicari dari
lobang yang satu maka akan keluar dari lobang yang
lain.Dikatakan pula, ia berasal dari kata nafaq yaitu
lobang tempat tersembunyi. Nifak menurut syara’ yaitu
menampakkan islam dan kebaikan tetapi
21
Andi Nur Shabaa, Zhahiirah Dian Revalina, Muhammad Arsyam,
“KONSEP DASAR TENTANG MUKMIN, KAFIR, MUNAFIK, DAN
MUSYRIK”
43
menyembunyikan kefukuran dan kejahatan. Munafik
adalah segolongan orang yang berkepribadian sangat
lemah dan bimbang. Adapun di antara sifat atau watak
orang munafik yang tergambar dalam Al-Qur'an antara
lain:
44
beruntung mendapatkan rujukan yang paling benar
tentang kepribadian dibanding teori-teori lainnya,
terutama diyakini rujukan tersebut adalah wahyu dari
Allah swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw, manusia teladan kekasih Allah.
22
Aat Hidayat, “PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIA: Perspektif
Al-Qur'an Dan Pendidikan Islam”, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2,
Agustus (2017) ,hal. 479-480
45
1. Nifak asghar adalah nifak pada amal perbuatan
yaitu seseorang yang menampakkan amal shalih
dihadapan banyak orang tapi menyalahi hal itu
secara diam-diam. Ibnu Rajab berkata,
“kesimpulannya, kemunafikan asghar adalah
semuanya kembali kepada berbedanya seseorang
ketika ia sedang sendiri denganketika ia sedang
bersama orang lain sebagaimana dikatakan oleh
Imam Hasan al-Bishri dalam kitab Jami’ul ulum
wal ahkam.
2. Munafik akbar atau biasa disebut nifak I’tiqad
yaitu jika seseorang menampakkan iman kepada
Allah, Malaikat, kitab-kitab, para Rasul,dan hari
akhir, tetapi menyembunyikan perkara yang
menyalahi hal itu baik secara keseluruhan atau
sebagianya.
H. Dholim
Secara etimologi al-zhulm berasal dari kata ظلم يظلم
ظلما- yang terdiri dari huruf dza, lam, dan mim( م- ) ظل
mempunyai dua arti, yang pertama, yaitu lawan kata
dari pelita atau cahaya dengan kata lain gelap.kedua,
46
menempatkan sesuatu yang bukan pada
tempatnya.Secara terminologi al-zhulm diartikan
sebagai tindakan melampaui batas. kebenaran dan
cenderung kepada kebatilan. wujud al-Zhulm dalam al-
Qur'an pada hakikatnya ada tiga yaitu:
23
Irfan , "konsep Dholim" , JURNAL ilmu Al-Qur'an dan tafsir , Vol. 2
No. 1 (2019), hal 303-304
47
I. Fasik
Fasiq ( )الفسقberasal dari akar kata فسقSecara - َيْفُس ُق
َفُس ْو ًقا- ِفْس ًقاatau - َيْفِس يُقetimologis (bahasa) dalam
ungkapan orang Arab fasig (قVV )الفسmaknanya adalah
keluar dari sesuatu ( يءVVروج عن الشVV) الخatau keluar.
Menyimpang dari perintah ( )الخروج عن األمر. Dikatakan
pula misalnya( هVVق فالن "مالVV) فسsi fulan mengeluarkan
hartanya jika ia menghabiskan atau
membelanjakannya". Sehingga secara etimologis
(bahasa), fasiq ()الفسقmaknanya adalah keluar الخروج.
48
dari jalan yang benar. Fasik juga berarti menyimpang
dari agama dan cendrungpada kemaksiatan.
49
sehingga mudah. untuk dipahami. Namun orang-orang
jahil, jika mendengar ayat Allah Swt selalu bersikap
angkuh, keras kepala dan bereaksi menentangnya.
Inilah yang membuatnya menjadi sesat.
50
Perjanjian yang mereka rusak adalah perjanjian
fitrah, yaitu hukum alam. Selain perjanjian fitrah, ada
satu perjanjian lagi yaitu perjanjian yang bersifat
agama. Allah Swt mengukuhkan perjanjian pertama
dengan menjadikan akal sanggup memahami sunnah-
sunnah Allah Swt yang berlaku dalam kehidupan alam.
J. Murtad
24
Hafizzullah, Tri Yuliana Wijayanti, Rosiska Juliarti , “RESPON AL-
QURAN TERHADAP KARAKTER ORANG FASIK”
51
Secara etimologis, murtad dimaknai para ahli fikih
sebagai abrujú an al-klim (berbalik dari Islam).
Sedangkan secara terminologi, murtad diartikan 'Abd
al-Rahman al-Juzayri dalam al-Figh alà al-Madbähib
al-Arba'ah sebagai orang Islam yang memilih menjadi
kafir setelah sebelumnya mengucapkan dua kalimat
syahadat dan menjalankan syariat Islam. Kemurtadan
itu diungkapkan secara jelas Garih), misalnya, usbrikú
bi Allah (saya menyekutukan Allah).
52
disepakati hukumnya dan telah diketahui publik secara
luas seperti salat lima waktu."
53
merespon azan dan tidak mendengarkan ketika Alquran
dibacakan; mencaci para Sahabat Nabi."
25
Abd. Moqsith, ”TAFSIR ATAS HUKUM MURTAD DALAM ISLAM”,
Ahkam: Vol. XIII, No. 2( 2013), hal 290-291
54
BAB 4
PENUTUP
55
Kepribadain mu'min,Kepribadian seorang mukmin
adalah tingkah laku atau akhlak yang mencerminkan
rukun iman dalam kehidupan sehari-hari yang Berkaitan
dengan keimanan, ibadah, sosial, keluarga, akhlak, emosi
dan perasaan , pemikiran, profesi
56
perilaku baik, yang dapat mempercantik diri manusia
yang objeknya ditujukan pada subjek tertentu.
57
kepada yang selain Allah. Jadi orang musyrik itu ialah
mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk
I’tikad (kepercayaan), ucapan maupun dalam bentuk
amal perbuatan. Karena itu, barang siapa menyembah
selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada
tempatnya dan memberikan kepada yang tidak berhak,
dan itu adalah kezaliman yang paling besar.
58
penganiayaan atas kehormatan, fisik, dan hartanya.
Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. al-Baqarah (2):
188 ;Ketiga, Zhulm terhadap diri sendiri, hal ini
dilakukan dengan cara mengotori dirinya dengan
berbagai macam dosa, kejahatan, dan keburukan, berupa
perbuatan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-'Araf (7): 160.
59
Kepribadian murtad, secara terminologi, murtad
diartikan 'Abd al-Rahman al-Juzayri dalam al-Figh alà
al-Madbähib al-Arba'ah sebagai orang Islam yang
memilih menjadi kafir setelah sebelumnya mengucapkan
dua kalimat syahadat dan menjalankan syariat Islam.
Kemurtadan itu diungkapkan secara jelas Garih),
misalnya, usbrikú bi Allah (saya menyekutukan Allah).
ulama fikih mengategorisasikan riddah ke dalam empat
kategori." Pertama, murtad sebab keyakinan (itiqadi)
yang bertentangan dengan pokok akidah Islam. Kedua,
murtad sebab perbuatan. Shata al- Dimyati menyebut,
termasuk murtad bi al-fi'l adalah bersujud pada pating,
matahari, atau yang lain (al- sujüd li sanam aw li shams
aw makbling åkhar). Ketiga, murtad sebab perkataan
(gasel). Keempat, murtad karena meninggalkan ajaran
(zark Bıraq) dengan maksud menentang dan
mengingkari syariat Islam (al-tark yadull ala al-'inad wa
al- mu'aradab li al-shar'i istikbarın aw juhidan.
60
DAFTAR PUSTAKA
61
Mahasiswa Psikologi Islam UIN Antasari dalam
Menghadapi Covid-19. Jurnal Al-Husna, 2(1).
62
Nada, I. Z. Z. A. T. U. N. (2020). Karakteristik Kafir
menurut Harifuddin Cawidu dalam Buku
“Konsep Kufr dalam al-Qur’an.”. UIN
Walisongo Semarang.
63
Warson Munawir, Ahmad. (2002). Kamus al-Munawwir,
(Jakarta: Pustaka progresif).
64