Disusun Oleh :
Dea Layla Afifah NIM. 05221030
Andi Mahdia Ainia NIM. 05221038
Vanessa Keysia Imanuella M. NIM. 05221062
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
DAFTAR NOTASI....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II DASAR TEORI.............................................................................................. 5
2.1 Fourier Transform Infrared (FTIR)....................................................................5
2.2 Prinsip Kerja Spektrofotometri FTIR................................................................ 5
2.3 Kitosan............................................................................................................... 6
2.4 Carboxy Methyl Cellulose (CMC).................................................................... 7
2.5 Gugus Fungsi..................................................................................................... 7
BAB III METODE PENGAMBILAN DATA............................................................8
3.1 Alat dan bahan................................................................................................... 8
3.1.1 Alat................................................................................................................. 8
3.1.2 Bahan.............................................................................................................. 8
3.2 Alat Eksperimen................................................................................................ 9
3.3 Prosedur Kerja Eksperimen............................................................................. 10
3.3.1 Prosedur Kerja Eksperimen.......................................................................... 10
3.3.2 Prosedur Kerja Software OPUS....................................................................11
3.4 Diagram Alir.................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 14
4.1 Hasil Data........................................................................................................ 14
4.2 Pembahasan..................................................................................................... 16
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR NOTASI
T Transmitansi %
λ Panjang Gelombang μm
v Bilangan Gelombang −1
𝑐𝑚
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
kehidupan sehari hari dikaitkan dengan kondisi kesehatan manusia.
Identifikasi protein selama ini dilakukan dengan menggunakan metode
konvensional menggunakan spektroskopi UV-Vis dan metode destilasi
kjehdahl, metode ini membutuhkan persiapan sampel yang lama dan rumit,
karena harus melakukan pemisahan protein dari makromolekul yang tidak
diinginkan dalam analisis, maka diperlukan metode yang lebih sederhana
dalam pengujian protein salah satunya adalah spektroskopi Fourier Transform
Infrared (FT-IR) yang merupakan salah satu metode pengukuran untuk
mendeteksi struktur molekul senyawa melalui identifikasi gugus fungsi
penyusun senyawa. Pengujian dengan spektroskopi FT-IR tidak memerlukan
persiapan sampel yang rumit dan bisa digunakan dalam berbagai fase baik
padat, cair maupun gas. Metode spektroskopi yang digunakan adalah metode
spektroskopi adsorbsi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi
infra merah oleh molekul suatu materi. Adsorbsi inframerah oleh suatu materi
dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat yakni kesesuaian antara frekuensi radiasi
inframerah dengan frekuensi vibrasional molekul sampel dan perubahan
momen dipol selama bervibrasi (Martin Sulistyani, 2017). FT-IR merupakan
salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui spektrum
vibrasi molekul yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa
kimia. Terdapat tiga teknik pengukuran sampel yang umum digunakan dalam
pengukuran spektrum menggunakan FTIR yaitu Photo Acoustic Spectroscopy
(PAS), Attenuated Total Reflectance (ATR), dan Diffuse Reflectance Infrared
Fourier Transform (DRIFT). Setiap teknik memiliki karakteristik spektrum
vibrasi molekul tertentu (Beasley, et al.; 2014). Metode pembacaan spektrum
vibrasi molekul pada FTIR ada dua macam, yaitu metode reflektansi dan
metode transmisi. Metode transmisi memerlukan teknik khusus dalam
preparasi sampel yaitu harus dalam bentuk pellet disk (Martin Sulistyani,
2017).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum modul identifikasi gugus fungsi
senyawa menggunakan spektrometer FTIR yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengoperasikan instrumen Spektrometer FTIR dengan
tepat.
2. Mahasiswa mampu menentukan gugus fungsi senyawa kitosan dan
Carboxymethyl cellulose (CMC) dari data karakterisasi FTIR.
2
BAB II
DASAR TEORI
5
kemudian dikirim ke komputer dan direkam dalam bentuk puncak-puncak
(Nindya Wulan Sari et al, 2018).
Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah
senyawa organik atau anorganik, akan menyerap berbagai frekuensi radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm). Dalam kimia
organik, fungsi utama dari spektrometri inframerah adalah mengenal
(elusidasi) struktur molekul, khususnya gugus fungsional seperti OH, C = O,
C = C. daerah yang paling berguna untuk mengenal struktur suatu senyawa
adalah pada daerah 1-25 μm atau 10.000 – 400 cm-1 . Dalam praktek satuan
yang lebih umum dipakai adalah satuan frekuensi (cm-1 ) dan bukan satuan
panjang gelombang. Serapan setiap tipe ikatan (N - H, C - H , O - H, C - X, C
= O, C - O, C – C, C = C, C = N, dan sebagainya) hanya diperoleh dalam
bagian-bagian kecil tertentu dari daerah vibrasi infra merah. Kisaran serapan
yang kecil dapat digunakan untuk menentukan setiap tipe ikatan.
2.3 Kitosan
Kitosan merupakan polimer yang tersusun dari kopolimer dari
glukosamin dan N-asetilglukosamin. Struktur kitosan diilustrasikan pada
Gambar 2.2. Kitosan disebut juga poli (1,4)-2-amina-2-deoksi-β-Dglukosa.
Kitosan telah banyak diaplikasikan diberbagai bidang industri seperti
kedokteran, farmasi, dan pengolahan pangan. Kitosan pertama kali ditemukan
pada tahun 1859 oleh Rouqet dengan cara mendidihkan kitin dalam larutan
potasium hidroksida. Kitosan [poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-
D-glukopiranosa)] adalah merupakan senyawa poli aminosakarida yang
disintesis melalui penghilangan sebagian gugus 2-asetil dari kitin
[poli(2-asetamido-2-deoksi-β-(1-4)-D gluko piranosa)]. Kitosan
(C6H11NO4)n adalah senyawa yang berbentuk padatan amorf berwarna putih
kekuningan, bersifat polielektrolit. Umumnya larut dalam asam organik, pH
sekitar 4 – 6,5; tidak larut pada pH yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Kelarutan dipengaruhi oleh bobot molekul dan derajat deasetilasi
(Dompeipen, 2017).
Kitosan adalah polisakaridaamino yang diperoleh dari proses
deasetilasi kitin, yang selain selulosa, merupakan polimer alami paling umum
di dunia. Sumber utama kitosan adalah organisme yang hidup di air laut
seperti udang, kepiting, dan cangkang lobster. Keunggulan utama kitosan
adalah tidak beracun, tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, polimer
kationik linier dengan berat molekul tinggi dan kemampuan terurai secara
hayati (Abdullah & Jaeel, 2019).\
6
Gambar 2.2 Struktur Molekul Kitosan
7
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Identifikasi Gugus
Fungsi Senyawa menggunakan spektrometer FTIR adalah sebagai
berikut :
1. Carboxymethyl Cellulose (CMC)
Carboxy Methyl Cellulose atau karboksimetil selulosa
merupakan polimer. Keadaan fisik yaitu solid berupa bubuk padat.
Bahan kimia ini berbahaya bila terjadi kontak kulit (iritan), kontak
mata (iritan), penelan, jika terhirup. CMC merupakan bahan pangan
tambahan berbentuk serbuk putih yang berfungsi untuk menstabilkan
pangan. CMC termasuk senyawa karboksimetil (-CH2- COOH) yang
memiliki rumus kimia yang bervariasi, salah satunya C8H15NaO8
8
dengan massa molekul 262.19 gr/mol. CMC memiliki pH berkisar
antara 6.5– 8 dengan titik leleh pada 300℃.
2. Kitosan
Kitosan adalah produk yang terbentuk dari deasetilasi kitin
melalui proses hidrolisis dalam larutan basa (He, 2016).Transformasi
kitin menjadi kitosan terjadi melalui proses deasetilasi. Proses
deasetilasi merupakan proses penghilangan gugus asetil (-COCH3)
dari kitin dengan menggunakan larutan alkali dan berubah menjadi
gugus amina (-NH2 ) Kitosan merupakan turunan dari kitin dengan
struktur [β-(1-4)-2-amina-2- deoksi-D-glukosa] dan termasuk polimer
yang bersifat polikationik.
3. Etanol
Etil alkohol atau etanol merupakan jenis alkohol yang banyak
diperjualbelikan, khususnya dengan konsentrasi 70% v/v. Etil alkohol
memiliki rumus C2H5OH dengan massa molekul 46.07 gr/mol. Etanol
bersifat mudah menguap dan memiliki titik didih pada 78℃. Pada
praktikum ini, etanol berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa sampel
dan mensterilkan permukaan instrumen FTIR dari mikroorganisme.
9
2. PC Desktop
3. Spatula Besi
10
dilakukan agar tidak ada udara yang masuk ke celah-celah sampel.
6. Profil absorbansi dan transmitansi sampel dalam bentuk spektrum yang
terbaca di layar komputer diamati dan diukur rentang bilangan
gelombang yang akan ditinjau.
7. Puncak-puncak absorbansi dan transmitansi diidentifikasi untuk
menentukan letak puncak dan jenis spektrumnya (landai, curam, dll.).
8. Letak puncak dan jenis spektrum yang telah diidentifikasi oleh
praktikan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui gugus fungsi
senyawa yang terdapat pada sampel yang diuji.
9. Dokumen berisi sampel yang diuji disimpan ke dalam storage
komputer.
10. Instrumen FTIR dimatikan.
11. Penutup kembali dibuka agar sampel dapat diangkat.
12. Sampel yang telah diuji diangkat menggunakan batang pengaduk agar
instrumen dapat dibersihkan.
13. Kristal ATR dan batang pengaduk kembali dibersihkan dan disterilkan
menggunakan etanol dan,
14. Alat dan bahan kembali diletakkan ke tempat semula.
11
Gambar 4.1 Diagram Alir Prosedur Kerja Eksperimen
12
Berikut adalah diagram alir dari prosedur kerja software opus praktikum
modul Identifikasi Gugus Fungsi Senyawa menggunakan spektrometer FTIR:
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Tabel 4. 3 Nilai Number of Peaks Sampel Kitosan
Number of Peaks 20
3970,800027 0,999735
3882,193695 0,999392
3840,981448 0,999092
3799,769201 1,000117
3680,253684 0,999574
3558,677554 1
3402,071014 1,00016
3294,919171 1,000082
3101,221609 0,999753
3064,130587 1,000253
2994,069766 1,000096
2903,402822 1
2886,917923 0,99996
1627,883768 0,9991
1413,580082 0,999333
1347,640487 0,999591
898,426991 0,99856
861,335969 0,998712
840,729845 0,998926
830,426783 0,999225
15
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini menggunakan spektrofotometer FTIR yang
berguna untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada senyawa organik
melalui radiasi menggunakani inframerah. Adapun bahan yang digunakan
sebagai sampel adalah senyawa organik berbentuk serbuk padatan, yaitu
Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan Kitosan. Setalah dilakukan praktikum
untuk mengidentifikasi gugus fungsi senyawa menggunakan spektrofotometer
FTIR dari sampel CMC dan Kitosan diperoleh hasil data, yaitu number of
peaks, sensitivity, wavenumber dan abs. intensity. berikut adalah pembahasan
dari sampel cmc dalam bentuk grafik spektrum IR.
16
Tabel 4.5 Gugus Fungsi Sampel CMC
−1
Bilangan Gelombang Gugus Fungsi (𝑐𝑚 )
No
3614,31-3789,47
1 O-H alkohol
3538,07
2 C-H alkohol
3463,89
3 N-H alkohol
3321,71
4 C-H
3177,46
5 N-H alkohol
2985,83-3076,49
6 O-H: N-H alkohol
2526,31-2897,22
7 C=O
1984,37-2336,73
8 C-H
1320,85-1578,43
9 C=O
791,28-1104,49
10 C-H
Pada gambar 4.1 dan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa pita
serapan utama, diantaranya pita serapan kuat pada wave number 3614,31 cm-1 pada
panjang gelombang 3700-3100 cm-1 merupakan gugus OH yang menunjukan
terbetuknya kelompok ikatan hidrogen antara atom hidrogen dalam satu kelompok
gugus hidroksil lain monomer glukosa pada rantai polimer selulosa. Gugus OH itu
sendiri termasuk ke dalam kelas senyawa alkohol. Pada gugus hidrokarbon (C-H)
pada bilangan gelombang sekitar 2985,83 cm-1 dan gugus CH termasuk ke dalam
kelas senyawa alkena. Pada bilangan gelombang 1411,52 menujukan adanya gugus
-CH2 dan termasuk ke dalam kelas senyawa alkana. Serta pada panjang gelombang
1578,43 menujukan adanya gugus karboksil. Gugus O-H menghasilkan energi yang
semakin tinggi sehingga terjadi peningkatan bilangan gelombang. Daerah serapan
pada bilangan gelombang 1320,85 cm-1 merupakan karakteristik peregangan gugus
C-F. Daerah sidik jari terdapat pada serapan panjang gelombang 1104,49 cm-1 yang
merupakan gugus spektrum regangan C-O dan termasuk ke dalam kelas senyawa eter.
Daerah sidik jari dari spektrum IR ini mengandung sejumlah besar puncak serapan
untuk berbagai macam ikatan tunggal . CMC mempunyai gugus OH yang
17
menghasilkan ikatan polimer-penguat yang menggantikan beberapa ikatan
polimer-polimer dalam bioplastik. Pada panjang gelombang 3700-3100 cm-1
merupakan gugus OH yang menunjukan terbentuknya kelompok ikatan hidrogen
antara atom hidrogen dalam satu kelompok gugus hidroksil lain monomer glukosa
pada rantai polimer selulosa (Dini Safitri et al, 2017).
4 3558,677554-3799,769201 C-H
18
5 3402,071014 N-H alkohol
6 3294,919171 C-H
11 2903,402822 C-H
12 2886,917923 C=O
13 1627,883768 C-H
14 1347,640487-1413,580082 C=O
16 861,335969-898,426991 C-H
840,729845
16 O-H
830,426783
17 C-H
19
simetris ikatan C-H. Pada bilangan gelombang 1347,64 cm-1 pada spektrum
inframerah kitosan hasil penelitian, terjadi vibrasi peregangan ikatan C=O yang
mengindikasikan adanya gugus karbonil. Adanya ikatan antara C-O pada kitosan
hasil ekstraksi ditunjukkan oleh vibrasi ulur pada bilangan gelombang 898,42
cm-1 dan 1347,64 cm-1. Salah satu indikasi bahwa senyawa kitosan adalah adanya
gugus fungsi eter C-O-C dengan vibrasi Peregangan.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum mengidentifikasi
gugus fungsi senyawa menggunakan spektrofotometer FTIR dengan sampel
Carboxymethyl Cellulose (CMC) yang telah dilakukan adalah :
1. Pada praktikum kali ini praktikan mampu mengoperasikan instrumen
spektrometer FTIR dimana spectrometer FTIR terhubung dengan PC desktop
yang didalamnya terdapat software OPUS untuk bisa mendeteksi dan
membuat spektrum yang digunakan sebagai analisis gugus fungsi dari sampel
Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan Kitosan.
2. Mampu menentukan gugus fungsi dari data FTIR pada sampel Carboxymethyl
Cellulose (CMC) dan Kitosan dengan membaca hasil sampel CMC dan
Kitosan spektra yang muncul pada spektrofotometer yang menunjukkan
adanya pergeseran bilangan gelombang pada puncak-puncak gelombang,
terdapat beberapa pita serapan utama, diantaranya pita serapan kuat pada wave
number 3614,31 cm-1 pada panjang gelombang 3700-3100 cm-1 merupakan
gugus OH yang menunjukan terbentuknya kelompok ikatan hidrogen antara
atom hidrogen dalam satu kelompok gugus hidroksil lain monomer glukosa
pada rantai polimer selulosa. Gugus OH itu sendiri termasuk ke dalam kelas
senyawa alkohol. Pada gugus hidrokarbon (C-H) pada bilangan gelombang
sekitar 2985,83 cm-1 dan gugus CH termasuk ke dalam kelas senyawa alkena.
Pada bilangan gelombang 1411,52 menunjukkan adanya gugus -CH2 dan
termasuk ke dalam kelas senyawa alkana.
21
DAFTAR PUSTAKA
Dompeipen, E. J. (2017). Isolasi dan Identifikasi Kitin dan Kitosan dari Kulit Udang
Windu (Penaeus monodon) dengan spektroskopi inframerah. In
Majalah BIAM 13 (pp. 31-41).
Fajri, R., & Amri, Y. (2018). UJI KANDUNGAN KITOSAN DARI LIMBAH
CANGKANG TIRAM (Crassostrea sp.). Jurnal Jeumpa, 5.
Sanjiwani, N. S., & Sudiarsa, I. W. (2021). Analisis Gugus Fungsi Obat Sirup Batuk
dengan Fourier Transform Infrared. Emasains:Jurnal Edukasi
Matematika dan Sains, 11.
Sari, N. W., Fajri, M. Y., & W, A. (2018). Analisis fitokimia dan gugus Fungsi
Ekstrak Etanol Pisang Goroho Merah (Musa Acuminate(L)). IJOBB,
2.
Subamia, I. P., Wdiasih, N. N., Sri Wahyuni, I. A., & Kristiyani, P. P. (2023).
Optimasi Kinerja Alat Fourier Transform Infrared (FTIR) Melalui
Studi Perbandingan Komposisi dan Ketebalan Sampel-KBr. JPLP
Jurnal Pengolahan Laboratorium Pendidikan, 5.
Sulistyani, M., & Huda, N. (2017). Optimasi Pengukuran Spektrum Vibrasi Sampel
Protein Menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared
(FTIR). Indonesian Journal of Chemical Science, 6.
Sulistyani, M., & Huda, N. (2018). Perbandingan Metode Transmisi dan Reflektansi
pada Pengukuran Polistirena Menggunakn Instrumentasi
Spektroskopi Fourier Transform Infrared. Indonesian Journal of
Chemical Science, 7.
22
LAMPIRAN
23
2. REFERENSI
24
25
26