Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

“Metode Cased Based Learning”

Disusun Oleh :

Nayla Sabrina (1514622044)

Rumaya Sahira Fadillah (1514622051)

Fananda Tadzakia Aliifah (1514622056)

Alifia Az’zahra (1514622061)

Anindya Indriani (1514622064)

Dosen :

Dr. Rina Febriana, M.P

PENDIDIKAN VOKASIONAL SENI KULINER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufik, dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Rina Febriana, M.Pd selaku dosen
pengampu Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan penugasan kepada kami
sehingga tersusunlah makalah yang berjudul “Case Based Learning”.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi yang kami bawa. untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta Timur, 20 September 2023

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian Case Based Learning 5
2.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Case Based Learning 7
2.3 Prinsip Case dan Aturan dasar Case Based Learning 8
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Case Based Learning 9
2.5 Contoh Pembelajaran Case Based Learning 10
2.6 Sintaks Model Pembelajaran Case Based Learning 11
BAB III 12
PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Case Based Learning atau pembelajaran berbasis kasus mulai dikenalkan


di pendidikan tinggi hukum pada akhir tahun 1800-an. Pembelajaran jenis ini
kemudian dikenalkan pula di sekolah tinggi ekonomika pada awal tahun 1900-an.
Latar belakang akademik Case-based learning adalah upaya mendekatkan jarak
antara peserta didik dengan dunia nyata yang kelak akan dijumpainya; dalam hal
ini peserta didik bertindak selaku subyek pembelajaran aktif. Dengan demikian
kepada para peserta didik perlu disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi
mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya.

Beberepa elemen pokok yang perlu diperhatikan dalam struktur kasus


mencakup karakter, situasi, dan dilema yang tercantum di dalam skenario harus
mampu mendorong terjadinya diskusi yang bermakna bagi pembelajaran. Kasus
yang kompleks dan kaya akan informasi menggambarkan kejadian yang
membuka kemungkinan untuk munculnya berbagai macam interpretasi. Hal
seperti ini akan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan daripada
menjawab pertanyaan, merangsang mahasiswa untuk memecahkan masalah,
membentuk kecerdasan bersama dan mengembangkan berbagai macam
perspektif.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa itu Case Based Learning?


b) Apa saja kelemahan dan kekuatan pembelajaran dengan model Case Based
Learning?
c) Apa saja contoh dan dari Case Based Learning?
d) Apa saja karakteristik dari Case Based Learning?
e) Bagaimana langkah Cased Based Learning?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Case Based Learning

Case Based Learning (CBL) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang


digunakan di berbagai disiplin ilmu, di mana peserta didik menerapkan pengetahuan
mereka pada skenario nyata, yang meningkatkan tingkat kognisi yang lebih tinggi.

Dalam kelas CBL, mahasiswa biasanya bekerja dalam kelompok pada studi
kasus, yaitu cerita yang melibatkan satu atau lebih karakter dan/atau situasi. Studi
kasus menyajikan sebuah masalah atau masalah-masalah yang berkaitan dengan
disiplin ilmu tertentu, yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan bimbingan dari
dosen. CBL memiliki sejarah yang kuat dalam implementasinya di sekolah-sekolah
kedokteran, hukum, dan bisnis, dan semakin banyak digunakan dalam pendidikan
tinggi, terutama dalam jurusan-jurusan pra-profesional dan sains (Herreid, 1994).
Metode ini melibatkan penyelidikan terbimbing dan didasarkan pada konstruktivisme, di
mana mahasiswa membentuk makna baru dengan berinteraksi dengan pengetahuan
dan lingkungan mereka (Lee, 2012).

CBL merupakan paradigma pembelajaran yang erat kaitannya dengan Problem


Based Learning (PBL). Perbedaannya yaitu PBL tidak membutuhkan pengalaman atau
pengetahuan sebelumnya terkait materi tersebut, sedangkan CBL membutuhkan
pengetahuan sebelumnya yang dapat mendukung penyelesaian kasus.

Berikut adalah beberapa definisi CBL menurut beberapa ahli:

A. Jonassen dan Hernandez-Serrano (2002) CBL adalah metode negosiasi


dan renegosiasi makna yang memungkinkan kita untuk memasuki ranah
makna orang lain melalui pesan-pesan yang mereka sampaikan dalam
cerita-cerita mereka.
B. Thistlethwaite et al. (2012) CBL adalah suatu bentuk pembelajaran
kolaboratif yang melibatkan penggunaan studi kasus sebagai sumber
utama untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
profesional.
C. Williams (2005) CBL adalah suatu strategi pembelajaran yang
menggunakan studi kasus sebagai konteks untuk memfasilitasi
pembelajaran aktif dan kolaboratif, integrasi pengetahuan, motivasi
intrinsik dan ekstrinsik untuk belajar, refleksi diri dan kritis, penyelidikan
ilmiah, dan pengembangan berbagai keterampilan belajar.

Tujuan Case Based Learning

A. . Melatih mahasiswa belajar secara kontekstual,


B. Mengintegrasikan prior knowledge dengan permasalahan yang ada di
dalam kasus dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara
professional,
C. Mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
yang tepat atau rasional (evidence-based)

2.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Case Based Learning

A. Kasus: adalah instrumen pendidikan yang muncul dalam bentuk narasi.


Narasi membawa situasi kehidupan nyata ke dalam kelas. Kelas dan guru
mengerjakan masalah kehidupan nyata ini secara kolektif. Ciri-ciri kasus
yang baik antara lain: punya ide bagus, berfokus pada sesuatu yang
kontroversial, sesuatu yang baru bagi siswa, menciptakan empati dengan
karakter sentral, berupa kutipan relevan dengan pembaca, memiliki utilitas
pedagogik, keputusan yang memaksa, dan singkat.
B. Pertanyaan Studi: daftar pertanyaan studi yang dipresentasikan pada
akhir setiap kasus. Pertanyaan studi mempromosikan pemahaman karena
mereka mendorong siswa untuk menerapkan apa yang mereka ketahui
dalam menganalisis data dan mengusulkan solusi daripada hanya
mengingat fakta, nama, label, formula, definisi, dll. Dalam metode yang
terputus, setiap bagian / bagian memiliki pertanyaan diskusi sendiri.
C. Kerja Kelompok Kecil: siswa mendiskusikan tanggapan mereka terhadap
pertanyaan studi di kelompok belajar kecil. Siswa memiliki kesempatan
untuk mendiskusikan kasus dan pertanyaan satu sama lain sebelum
diskusi kelas secara keseluruhan. Setiap bagian dipelajari dan
didiskusikan dalam kelompok kecil dengan metode kasus terputus.
Sebagai bagian dipelajari dan solusi yang mungkin dibahas, bagian
selanjutnya dari kasus diberikan kepada siswa.
D. Diskusi Kelompok: memerlukan keterlibatan aktif peserta didik dalam
aktivitas belajar. "Gagasan besar" kasus ini diperiksa dan karya guru
membantu siswa untuk mengekstrak makna. Guru selalu memperlakukan
siswa dan gagasan mereka dengan hormat, oleh karena itu siswa merasa
aman untuk menyuarakan gagasan mereka. Guru mengelola periode
diskusi sedemikian rupa sehingga dia mempromosikan analisis kritis
siswa terhadap masalah kehidupan nyata dengan membiarkan mereka
membuat maknanya sendiri daripada menyuntikkan maknanya sendiri.
Siswa ditemui dalam sesi diskusi kelas penuh setelah memeriksa setiap
bagian dalam metode pembelajaran berbasis kasus yang terputus.
E. Kegiatan Tindak Lanjut: terkadang siswa perlu tahu lebih banyak karena
diskusi kelas merangsang kebutuhan ini. Motivasi tinggi untuk membaca
dan belajar lebih banyak. Kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara
individu atau kelompok dan kegiatan yang digunakan adalah masalah
penilaian guru tentang kebutuhan siswa. Buku teks, artikel dari surat
kabar dan majalah, tabel, grafik data, laporan penelitian, video dan
informasi tertulis dan visual lainnya dapat menjadi sumbernya
F. Berpusat pada siswa
G. Terjadi kolaborasi dan kerjasama diantara siswa
H. Mendiskusikan situasi yang spesifik, contoh di dunia nyata
2.3 Prinsip Case dan Aturan dasar Case Based Learning

Prinsip Case Based Learning adalah student-centered learning dengan


mengutamakan problem-solving approach. Dengan demikian peserta didik perlu
terlebih dahulu diberi materi yang sesuai dan cukup agar pembahasan kasus
dapat berjalan lancar dan mahasiswa mencapai tujuan pembelajarannya.

Aturan dasar untuk Case Based Learning

Menurut Freeman (2016) menjelaskan aturan dasar untuk pembelajaran


berbasis kasus adalah:

A. Menceritakan cerita
B. Fokus pada isu yang muncul dan menarik
C. Diatur kasusnya lima tahun terakhir
D. Menciptakan empati dengan karakter terpusat
E. Memasukkan kutipan. Tidak ada cara yang lebih baik untuk memahami situasi
dan memperoleh empati untuk karakter.
F. Sesuai dengan pembaca
G. Harus memiliki kegunaan pedagogi
H. Memprovokasi konflik
I. Kekuatan keputusan
J. Memiliki generalisasi
K. Pendek.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Case Based Learning

A. Kelebihan model pembelajaran Case Based Learning

Beberapa kelebihan case based learning menurut Diddie dan B.William adalah :

1. Siswa memperoleh pengetahuan substantif dan mengembangkan


keterampilan analitis, kolaboratif, dan komunikasi.
2. Mengambangkan kemampuasn siswa dalam kelompok belajar, berbicara, dan
berpikir kritis.
3. Terbangunnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
4. Kasus ini memperkaya pengalaman siswa dengan memberikan mereka
kesempatan untuk mendalami teori dan praktik secara bersamaan.
5. Mengembangkan keterampilan belajar.
6. Integrasi pengetahuan dan praktek.
7. Dapat mengasah kemampuan analitis siswa dengan mendorong mereka untuk
merenungkan esensi dari suatu konsep atau materi.
8. Kemandirian dalam mencari dan memecahkan tugas melalui pelatihan
pemecahan masalah.
9. Kemampuan mengaplikasikan konteks (teori) dan kenyataan di lapanagan.
10. Meningkatkan tingkat percaya diri, semangat, dan kemampuan kerja sama
dalam kelompok, serta mengembangkan keterampilan berbicara secara lisan,
terutama dalam konteks presentasi.

B. Kekurangan model pembelajaran Case Based Learning.

1. Tidak semua informasi/materi dapat diberikan, bila dibandingkan dengan metode


belajar tradisional lain seperti ceramah (satu arah).
2. CBL tidak efektif untuk metransmisikan bahan/materi dalam jumlah banyak.
3. Penggunaan Case Based Learning tidak dapat memecahkan semua hal (the ills).
4. tidak semua materi pembelajaran dapat menerapkan model ini. Beberapa materi
pembelajaran mungkin tidak cocok dengan pendekatan CBL
5. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama
dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya
2.5 Contoh Pembelajaran Case Based Learning

A. Kasus adalah instrumen pendidikan yang muncul dalam bentuk narasi. Narasi
membawa situasi kehidupan nyata ke dalam kelas. Ciri-ciri kasus yang baik
antara lain : punya ide bagus, berfokus pada sesuatu yang kontroversial, sesuatu
yang baru bagi siswa, menciptakan empati dengan karakter sentral, berupa
kutipan relevan dengan pembca, memiliki utilitas pedagogik, keputusan yang
memaksa, dan singkat.
B. Pertanyaan Studi daftar pertanyaan studi yang dipresentasikan pada akhir setiap
kasus. Pertanyaan studi mempromosikan pemahaman karena mereka
mendorong siswa untk menerapkan apa yang mereka ketahui dalam
menganalisis data dan mengusulkan solusi daripada hanya mengingat fakta,
nama , label, formula, definisi, dll. Dalam metode yang terputus, setiap
bagian/bagian memiliki pertanyaan diskusi sendiri.
C. Kerja Kelompok Kecil siswa mendiskusikan tanggapan mereka terhadap
pertanyaan studi di kelompok belajar kecil. Siswa memiliki kesempatan untuk
mendiskusikan kasus dan pertanyaan satu sama lain sebelum diskusi kelas
secara keseluruhan. Sebagai bagian dipelajari dan solusi yang mungkn dibahas,
bagian selanjutnya dari kasus diberikan kepada siswa.
D. Diskusi Kelompok memerlukan keterlibatan aktif peserta didik dalam aktivitas
belajar. “Gagasan besar” kasus ini diperiksa dan karya guru membantu siswa
untuk mengkstrak makna. Guru selalu memperlakukan siswa dan gagasan
mereka dengan hormat, oleh karena itu siswa merasa aman untuk menyuarakan
gagasan mereka.
E. Kegiatan Tindak Lanjut terkadang siswa perlu tahu lebih banyak karena diskudi
kelas merangsan kebutuhan ini. Motivasu tinggi untuk membaca dan belajar
lebih banyak. Kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara individu atau
kelompok dan kegiatan yang digunakan adalah masalah penilaian guru tentang
kebutuhan siswa.
2.6 Sintaks Model Pembelajaran Case Based Learning

Langkah-langkah model pembelajaran berbasis kasus Case Based


Learnig (CBL) adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan kasus: kasus yang dipilih atau ditetapkan harus sesuai dengan
materi, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan inkuiri dan diskusi
pada siswa.
2. Menganalisa kasus: kasus didiskusikan oleh kelompok. Siswa harus
merumuskan masalah dimana siswa harus mengoptimalkan pengetahuan awal
yang dimiliki dengan cara mengingat kembali konsep-konsep yang terkait. Pada
perumusan masalah siswa juga harus mengidentifikasikan
pertanyaan-pertanyaan pada kasus tersebut, mana informasi yang penting pada
kasus dan mana yang kurang penting. Setelah mengidentifikasi pertanyaan,
langkah selanjutnya dalam menganalisa kasus adalah menganalisa masalah.
Siswa menganalisa apakah masalah yang harus diselesaikan dalam kasus yang
disajikan.
3. Menemukan secara mandiri informasi, data dan literatur. Siswa juga
menyediakan bukti, data atau hasil lab yang mendukung. Siswa memerlukan
banyak informasi dalam memecahkan masalah. Siswa yang kritis tidak mudah
percaya begitu saja terhadap suatu informasi tetapi mereka mempelajarinya
lebih dalam dengan mengumpulkan informasi yang lebih banyak lagi. Setelah
siswa mendapatkan informasi, data dan literatur yang sesuai, siswa pada
akhirnya mengetahui langkah apa yang harus dilakukan.
4. Siswa menentukan langkah penyelesaian dari kasus yang telah disediakan.
5. Membuat kesimpulan dari jawaban yang didiskusikan bersama. Pada penarikan
kesimpulan siswa harus dapat berpikir secara logis atau rasional dalam
membandingkan, mengklarifikasikan, serta menunjukkan interaksi sebab akibat
agar mendapat kesimpulan yang tepat.
6. Presentasi: kelompok mempresentasikan hasil yang mereka sepakati.
7. Perbaikan: memperbaiki jawaban yang kurang tepat. (Azzahra, 2017:20-22)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode Case Based Learning adalah model pembelajaran yang


melibatkan siswa dalam diskusi dan analisis masalah kehidupan nyata. Siswa
bekerja dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan tanggapan mereka terhadap
pertanyaan studi dan mencari solusi. Guru memfasilitasi diskusi dan mengelola
periode diskusi sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman mereka
sendiri. Kegiatan tindak lanjut juga dapat dilakukan untuk memperdalam
pemahaman siswa. Metode ini berpusat pada siswa, mendorong kolaborasi dan
kerjasama, dan menggunakan situasi yang spesifik dan contoh di dunia nyata.
Tidak ada jawaban spesifik dalam metode ini, melainkan siswa diajak untuk
berpikir kritis dan membuat kesimpulan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Azzarah. A (2017). Pengaruh Metode Belajar Cased Based Learning (CBL) terhadap
hasil pembelajaran biologi siswa paada konsep jamur. Skripsi , Universitas Islam
Jakarta.

Manisk.H.F. Merdeka Belajar, Case Based Learning, dan Project Based Learning:
Sebuah Refleksi. Fakultas Bisnis UKDW

Kaddoura M.A(2011). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Keperawatan dalam


Pengajaran Kuliah Berbasisdan Case-Based Learning (CBL).

Dita Nur Syarafina1 , Erlinda Rahma Dewi2 , dan Rofi Amiyani3 (2017). Penerapan
Case Based Learning (CBL) sebagai Pembelajaran Matematika yang Inovatif.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai