Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

Tugas Tutor Ke :1
Nama Mahasiswa : Asep Setiawan
NIM : 857247317
Upbjj : Serang
Pokjar : Gunungkencana

JAWABANNYA

1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Kovenan internasional adalah hak asasi
politik (political rights).
a. Sebutkan 4 contoh dari hak politik tersebut. Jelaskan!
b. Apa yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi

Jawab :
a. 4 contoh hak politik yaitu :
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintah
- Hak membuat dan mendirikan parpol/ partai politik dan organisasi politik lainnya.
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisah.
Berikut hak-hak yang sudah ada dalam perundang-undangan Indonesia, Hak penentuan
Nasib sendiri, yaitu hak memperoleh ganti rugi bagi yang kebebasannya dilanggar, Hak
atas hidup, yaitu ha katas kebebasan dan keamanan pribadi, ha katas kebebasan berfikir,
berkeyakinan dan beragama, Hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk
menikmati haksipil atau hak politik.
b. Yang terjadi ketika hak asasi politik tidak terpenuhi akan terjadi pemberontakan ,
ketidakadilan dan ketidakamanan berbangsa dan bernegara. Contohnya jika suatu negara
adalah negara demokratis tetapi hak asasi politiknya tidak digunakan berarti negara
tersebut tidak bisa menganut negara demokratis.

2. Maghna Charta, adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang pernah ada.
Disahkan pada 15 Juni 1215, Maghna Charta ini dilatarbelakangi oleh tindakan sewenang-
wenang dari Raja John Lackland kepada rakyat dan para bangsawan.
a. Apa sesungguhnya prinsip dasar Magna Charta?
b. Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?

Jawab :
a. Prinsip dasar Magna Charta adalah membuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi
manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Dengan isi sebagai berikut :
- Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan
kebebasan Gereja Inggris.
- Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak.
- Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
- Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
- Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa
perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
- Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji
akan mengoreksi kesalahannya.
b. Relevansi dokumen-dokumen HAM dalam perlindungan HAM untuk saat ini saya rasa
relevansi dikarenakan dokumen-dokumen HAM dijadikan sebagai acuan atau pedoman
baru dalam perlindungan sekarang apabila dikemudian hari ada kasus yang sama dan
terulang kembali.
Seperti dokumen :
- Dokumen Magna Carta menandakan kemenangan telah diraih. Sebab hak-hak tertentu
yang prinsipial telah diakui dan dijamin oleh pemerintah
- Dokumen Petition of Rightas berisi pernyataan-pernyataan mengenai hak-hak rakyat
beserta jaminannya. Petisi tersebut diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan
parlemen pada 1628. Petition of Rights ditandatangani oleh Raja Charles 1. Isi
Dokumen Petition of Rights secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut:
Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan. Warga negara tidak boleh
dipaksakan menerima tentara di rumahnya. Tentara tidak boleh meggunakan hukum
perang dalam keadaan damai.
- Dokumen Hobeas Corpus Act dibuat pada 1679. Dokumen tersebut adalah undang-
undang yang mengatur tentang penahanan seseorang. Isi Hobeas Corpus Act adalah:
Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu dua hari setelah penahanan.
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.
- Dokumen Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan pada 1689 dan
diterima oleh parlemen Inggris. Isi Bill of Rights adalah: Kebebasan dalam pemilihan
anggota parlemen. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat. Pajak, undang-
undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen. Hak warga negara
untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing. Parlemen berhak untuk
mengubah keputusan raja.

3. Negosiasi, penandatanganan, dan pengesahan merupakan 3 tahapan dalam pembuatan


perjanjian internasional.
a. Apa syarat dari tahapan penandatanganan suatu perjanjian internasional?
b. Apa konsekuensi hukum ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak?

Jawab :
a. Syaratnya adalah Setelah perundingan selesai, dilanjutkan dengan pengesahan bunyi
naskah yang merupakan tindakan formal. Bagi perjanjian multilateral (perjanjian yang
dilakukan oleh beberapa negara), penandatanganan naskah perjanjian dapat dilakukan
apabila disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga) suara peserta yang hadir. Kecuali, jika
ada ketentuan lain yang mengaturnya. Adapun dalam perjanjian bilateral (perjanjian
yang dilakukan oleh dua negara), penerimaan secara bulat dan penuh mutlak diperlukan
oleh kedua belah pihak yang melakukan perundingan. Persetujuan dalam bentuk
penandatanganan merupakan suatu tindakan yang sangat penting dalam mengikatkan
diri dalam suatu perjanjian internasional.

b. Konsekuensi hukum ditandatanganu suatu perjanjian oleh pihak-pihak ialah setiap pihak
yang telah menanda tangani suatu perjanjian sudah menaati perjanjian itu memiliki
kesepakatan bersama dan telah disetujui bersama hal ini menandakan mereka akan taat
terhadap perjanjian dan undang-undang. Jika syarat subyektif tidak terpenuhi, maka
perjanjian dapat dibatalkan dengan gugatan ‘dapat dibatalkan’ (voidable) yang
menghasilkan putusan konstitutif. Sedangkan jika syarat obyektif yang tidak terpenuhi,
maka perjanjian batal demi hukum dengan gugatan ‘batal demi hukum’ (void) yang
menghasilkan putusan deklarator.

4. Dalam hukum internasional, dikenal subjek hukum internasional di mana individu menjadi
subjek hukumnya. Coba uraikan lebih lanjut tentang hal tersebut!
Jawab :
Manusia sebagai individu juga termasuk dalam subjek hukum internasional. Masih bersumber
dari buku yang sama, diterangkan Mochtar Kusumaatmadja, Perjanjian Versailles 1919
memuat sejumlah pasal yang memungkinkan individu untuk mengajukan perkara secara
internasional ke Mahkamah Arbitrase Internasional.

5. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan keputusan
Mahkamah Internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana kebiasaan bisa menjadi
sumber hukum internasional?
Pembahasan :
Untuk menjadi sumber hukum kebiasaan internasional harus memenuhi 2 unsur yaitu :
- Kebiasaan yang bersifat umum
- Kebiasaan yang itu harus diterima sebagai hukum.
Hukum internasional yang timbul melalui proses kebiasaan internasional yang dilaksanakan
banyak negara-negara.

Anda mungkin juga menyukai