Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

RETORIKA MONOLOGIKA DAN DIALOGIKA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Retrorika
Dosen Pengampu:
Chandri Febri Santi, M.Pd

Oleh:
Kelompok 4
Tiara Ramadani Sapitri 602230037
Muhamad Alfizi 602230036
Marsal Wiraguna 602230042

KELAS KPI II B
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Chandri Febri Santi, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Retorika yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, 26 April 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. Retorika Monologika..........................................................................................2
B. Retorika Dialogika..............................................................................................4
BAB III PENUTUP.....................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retorika monologika adalah seni berbicara di mana seseorang
menyampaikan pidato atau monolog tanpa adanya interaksi langsung dengan
pendengar. Dalam retorika ini, pembicara berfokus pada kekuatan kata-kata dan
cara penyampaian untuk mempengaruhi pendengar secara persuasif. Retorika
monologika sering digunakan dalam situasi seperti pidato politik, ceramah, atau
presentasi umum di mana tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan secara
efektif kepada audiens.
Sementara itu, retorika dialogika adalah seni berkomunikasi di mana
interaksi antara dua pihak atau lebih terjadi secara langsung. Dalam retorika
dialogika, orang saling berbicara, mendengarkan, dan merespons satu sama lain
dengan tujuan untuk mencapai pemahaman bersama atau mencapai kesepakatan.
Retorika dialogika sering digunakan dalam debat, diskusi, atau negosiasi di mana
pertukaran ide dan pandangan menjadi penting untuk mencapai solusi yang baik
bagi semua pihak yang terlibat.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud retorika monologika?
2) Apa yang dimaksud retrorika dialogika?
3) Kapan saat yang tepat retrorika monologika digunakan?
4) Kapan saat yang tepat retorika dialogika digunakan?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk memahami tentang retorika monologika.
2) Untuk memahami tentang retorika dialogika.
3) Untuk mengetaahui saat yang tepat retrorika monologika digunakan.
4) Untuk mengetaahu saat yang tepat retorika dialogika digunakan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Retorika Monologika
1. Prinsip Retorika Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog. Dalam
monologika hanya satu orang yang berbicara kepada seorang lain atau kepada
sekelompok orang. Bentuk utama monologika adalah pidato. Komunikasi dalam
proses berpidato lebih bersifat satu arah. (Sua, 2023)
Menurut Aristoteles1, retorika adalah seni atau keterampilan untuk
mempengaruhi, memikat, atau meyakinkan orang lain melalui kata-kata. Dalam
karyanya yang terkenal "Retorika", Aristoteles menguraikan bahwa retorika
melibatkan tiga elemen kunci:
a. Logos merujuk pada kekuatan logika atau argumentasi dalam sebuah
pidato. Ini melibatkan penggunaan bukti, fakta, dan logika untuk
mendukung klaim yang dibuat oleh pembicara.
b. Pathos adalah upaya untuk mempengaruhi audiens melalui emosi.
Pembicara menggunakan cerita, analogi, atau bahasa yang
menggerakkan emosi untuk menarik perhatian dan simpati pendengar.
c. Ethos adalah pembangunan karakter atau kredibilitas pembicara. Ini
melibatkan pembentukan persepsi bahwa pembicara adalah orang yang
dapat dipercaya, kompeten, dan memiliki otoritas untuk berbicara
tentang topik yang dibahas.
Para ahli retorika menyatakan bahwa retorika monologika cocok
digunakan dalam situasi di mana seorang pembicara perlu memiliki kendali penuh
atas pesan yang disampaikan tanpa interupsi dari audiens. Situasi-situasi ini
mungkin meliputi pidato politik, presentasi bisnis, ceramah, atau situasi di mana
seorang pembicara ingin menyampaikan informasi atau argumen dengan jelas dan
efektif kepada audiens yang lebih besar.

1
Pembuat buku "Retorika" (Rhetoric)

2
2. Model Retorika Monologika
Model retorika monologika adalah kerangka kerja yang digunakan oleh
pembicara untuk menyusun dan menyampaikan pidato atau monolog secara
persuasif. Berikut adalah model umum yang digunakan dalam retorika
monologika:
a. Pendahuluan
 Pengenalan topik: Pembicara memperkenalkan topik yang akan
dibahas.
 Penarikan perhatian: Pembicara menggunakan pernyataan
menarik atau pertanyaan retoris untuk menarik perhatian audiens.
 Pernyataan tujuan: Pembicara menjelaskan tujuan dari pidato atau
monolog yang akan disampaikan.
b. Pembangunan Argumen
 Pemaparan informasi: Pembicara menyajikan fakta, data, atau
argumen yang mendukung posisi atau pandangannya.
 Penggunaan logika: Pembicara menggunakan logika atau
penalaran yang kuat untuk mendukung klaimnya.
 Penggunaan bukti: Pembicara menyajikan bukti atau contoh yang
relevan untuk mendukung argumennya.
c. Penggunaan Emosi
 Penggunaan cerita atau analogi: Pembicara menggunakan cerita
atau analogi yang kuat untuk menggerakkan emosi pendengar.
 Bahasa yang menggugah emosi: Pembicara menggunakan bahasa
yang kaya secara emosional untuk membangkitkan perasaan
audiens.
 Menggambarkan dampak: Pembicara menunjukkan dampak dari
topik yang dibahas untuk memperkuat pesannya.
d. Kesimpulan
 Meringkas pokok-pokok utama: Pembicara menyimpulkan
argumen-argumen yang telah disajikan.

3
 Mengulangi tujuan: Pembicara mengulangi tujuan dari pidato atau
monolognya.
 Panggilan untuk tindakan: Pembicara memberikan panggilan
untuk tindakan atau memotivasi audiens untuk bertindak
berdasarkan pesannya.

B. Retorika Dialogika
1. Prinsip torika dialogika
Retorika dialogika adalah berbicara langsung antara pembicara dan
pendengar atau antara pihak-pihak yang terlibat dalam berbicara. Para ahli
retorika mengatakan bahwa ini sangatlah berarti di saat mereka bisa bertukar ide,
argumen, dan pikiran dengan lebih baik. Jadi, dalam retorika dialogika, yang
dibicarakan adalah bagaimana berkomunikasi secara langsung memungkinkan
orang untuk saling memahami lebih baik, dan mencapai tujuan komunikasi
dengan lebih efektif.
Salah satu ahli yang terkenal dengan teori mengenai retorika dialogika
adalah Kenneth Burke2. Dalam karyanya, Burke menyoroti pentingnya dialog dan
interaksi antara individu dalam membentuk pemahaman, makna, dan persepsi.
Menurut Burke, retorika dialogika memungkinkan pembentukan identitas,
konflik, dan konsensus melalui proses komunikasi yang interaktif. Kontribusi
Burke dalam teori retorika dialogika memberikan pemahaman yang mendalam
tentang bagaimana interaksi langsung memengaruhi proses komunikasi dan
pembentukan makna dalam masyarakat.
Retorika dialogika cocok digunakan dalam berbagai situasi komunikasi di mana
interaksi langsung antara pembicara dan pendengar atau antara pihak-pihak yang
terlibat dapat meningkatkan pemahaman bersama dan mencapai tujuan
komunikatif. Beberapa contoh situasi yang tepat untuk menggunakan retorika
dialogika meliputi:

2
"A Rhetoric of Motives" (1950): Burke mengeksplorasi konsep-konsep retorika dan motivasi
lebih lanjut dalam karyanya ini, dengan fokus pada cara-cara di mana pembicara menggunakan
bahasa untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku orang lain.

4
1) Diskusi atau debat: Ketika dua pihak memiliki pandangan yang
berbeda tentang suatu masalah, retorika dialogika memungkinkan
mereka untuk bertukar argumen, mendengarkan perspektif satu sama
lain, dan mencapai kesepakatan atau pemahaman yang lebih baik.
2) Pendidikan: Dalam konteks pendidikan, retorika dialogika
memungkinkan guru dan siswa untuk berinteraksi langsung, bertukar
ide, dan membangun pemahaman bersama tentang materi pelajaran
yang diajarkan.
3) Negosiasi: Dalam situasi negosiasi bisnis atau politik, retorika
dialogika memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk
berkomunikasi secara langsung, membahas perbedaan, dan mencapai
kesepakatan yang saling menguntungkan.
4) Konseling atau mediasi: Retorika dialogika dapat digunakan dalam
konteks konseling atau mediasi di mana interaksi langsung antara
konselor/mediator dan klien/peserta membantu dalam pemecahan
masalah dan pencapaian solusi yang memuaskan.
Dalam semua situasi ini, retorika dialogika memungkinkan terjadinya
pertukaran aktif antara pihak-pihak yang terlibat, memfasilitasi pemahaman
bersama, penyelesaian konflik, dan pencapaian tujuan komunikatif yang lebih
baik.

2. Model Retorika Dialogika


Model retorika dialogika adalah sebuah pendekatan retorika yang
menekankan pada dialog sebagai cara utama untuk menyampaikan argumen
dan mempengaruhi pendapat orang lain. Dalam model ini, proses dialog
menjadi lebih penting daripada sekadar menyampaikan argumen secara
unilateral. Beberapa prinsip yang mendasari model retorika dialogika antara
lain:

5
1. Keterbukaan: Dialog harus dibangun di atas keterbukaan untuk ide-ide baru
dan perspektif yang berbeda. Ini memungkinkan terjadinya pertukaran ide
yang produktif dan beragam.

2. Keterlibatan: Semua pihak yang terlibat dalam dialog harus merasa terlibat
secara aktif. Ini memastikan bahwa semua suara didengar dan
dipertimbangkan dengan serius.

3. Empati: Penting untuk memahami sudut pandang dan perasaan orang lain
dalam dialog. Empati membantu membangun hubungan yang lebih kuat dan
memungkinkan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.

4. Kerjasama: Dialog bukanlah persaingan, melainkan kolaborasi. Para


peserta bekerja sama untuk mencapai pemahaman bersama dan mencari
solusi yang memuaskan semua pihak.

5. Refleksi: Selama dan setelah dialog, penting untuk merefleksikan proses


dan hasilnya. Ini memungkinkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
komunikasi di masa depan.

Model retorika dialogika mempromosikan komunikasi yang lebih efektif


dan inklusif, di mana ide-ide dipertukarkan secara terbuka dan saling
memperkaya.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah yang membahas retorika monologika dan dialogika menguraikan
dua pendekatan utama dalam komunikasi persuasif: retorika monologika, yang
menekankan pada penyampaian pesan oleh satu pihak tanpa interaksi langsung
dengan audiens, dan retorika dialogika, yang menyoroti pentingnya interaksi
langsung antara pembicara dan audiens atau antara pihak-pihak yang terlibat.
Dalam retorika monologika, pembicara berfokus pada penggunaan kata-kata, gaya
bicara, dan struktur pesan untuk mempengaruhi pendengar secara persuasif. Ini
cocok digunakan dalam situasi seperti pidato politik, presentasi bisnis, atau
ceramah keagamaan di mana pembicara ingin memiliki kendali penuh atas
komunikasi.
Di sisi lain, retorika dialogika menekankan pentingnya pertukaran ide,
argumen, dan pandangan antara pembicara dan audiens atau antara pihak-pihak
yang terlibat dalam komunikasi. Dalam retorika dialogika, interaksi langsung
memungkinkan pembicara dan audiens untuk berpartisipasi aktif dalam proses
komunikasi, memungkinkan pemahaman bersama, penyelesaian konflik, dan
pencapaian tujuan komunikatif yang lebih baik. Model retorika dialogika meliputi
tahapan-tahapan seperti persiapan, inisiasi, pertukaran, pemahaman bersama, dan
penutup.
Secara keseluruhan, retorika monologika dan dialogika keduanya memiliki
peran dan relevansi yang penting dalam berbagai konteks komunikasi. Pemilihan
antara kedua pendekatan ini tergantung pada tujuan komunikatif, konteks, dan
audiens yang dituju. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip retorika
monologika dan dialogika, pembicara dapat meningkatkan efektivitas
komunikasinya dan mencapai hasil yang diinginkan dalam berbagai situasi
komunikatif.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aristoteles. (2018). Retorika : Seni Berbicara. Yogysakarta: Basabasi.

Sua, A. T. (2023). RETORIKA. 1.

Anda mungkin juga menyukai