Anda di halaman 1dari 2

Nama kelompok:

Luqman hakim habibulloh/230203110009


Faizin

BUDAYA PERUNDUNGAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MENURUT


PANDANGAN HUKUM

Budaya perundungan atau bullying merupakan masalah sosial yang sering terjadi di lingkungan
sekolah. Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti fisik, verbal, ataupun psikologis.
Menurut pandangan hukum, tindakan perundungan ini dapat dianggap sebagai tindakan kekerasan
yang melanggar hak asasi manusia, terutama hak untuk tidak disiksa atau disiksa secara mental
maupun fisik. Hukum mengatur tentang tindakan bullying dalam berbagai peraturan dan undang-
undang yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan juga Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 82 Tahun
2015 tentang Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Pendidikan. Sebagai sebuah budaya,
perundungan dapat terus berlanjut apabila tidak ada upaya dari pihak sekolah dan masyarakat untuk
mengatasinya. Oleh karena itu, pihak sekolah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memberikan
pendidikan dan sosialisasi tentang bahaya dari budaya perundungan dan bagaimana cara
mencegahnya. Dengan demikian, dapat tercipta lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi
semua siswa.

A. Sanksi pidana bagi pelaku perundungan atau pembullyan.

Menurut hukum Indonesia, ada beberapa sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku bullying.
Pasal-pasal khusus di bawah hukum pidana Indonesia yang dapat digunakan untuk meminta
pertanggungjawaban pengganggu meliputi:

 Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penyerangan1. Artikel ini
dapat diterapkan ketika intimidasi melibatkan kekerasan fisik atau membahayakan korban.
Hukuman maksimum untuk pelanggaran ini adalah 2 tahun dan 8 bulan penjara.
 Pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penyerangan kelompok1.
Artikel ini dapat digunakan ketika intimidasi melibatkan sekelompok individu yang
menyerang atau melukai korban secara fisik. Hukuman untuk pelanggaran ini dapat bervariasi
tergantung pada tingkat keparahan serangan.
 Pasal 310 dan Pasal 311 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pencemaran
nama baik dan fitnah2. Pasal-pasal ini dapat diterapkan ketika intimidasi melibatkan
penyebaran tuduhan palsu atau desas-desus yang merusak reputasi korban. Hukuman
maksimum untuk pelanggaran ini adalah 4 tahun penjara.

Penting untuk dicatat bahwa penerapan sanksi pidana ini mungkin tergantung pada keadaan khusus
dari setiap kasus bullying, seperti usia pelaku dan tingkat keparahan kerugian yang ditimbulkan pada
korban.
B. Faktor-faktor pelaku pembullyan melakukan aksinya

Penyebab perilaku bullying bisa bermacam-macam dan tidak diketahui secara pasti. Namun, ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan mengapa individu terlibat dalam bullying. Beberapa faktor
ini termasuk:

 Merasa tidak berdaya. Pengganggu mungkin merasakan kekuatan dan kontrol ketika mereka
melakukan dominasi atas orang lain.
 Kurang percaya diri. Pengganggu mungkin memiliki harga diri yang rendah dan menggunakan
intimidasi sebagai cara untuk merasa superior atau mendapatkan validasi.
 Keinginan untuk mengendalikan orang lain. Beberapa pengganggu memiliki keinginan kuat
untuk memanipulasi dan mengendalikan orang lain, yang menyebabkan mereka terlibat dalam
perilaku intimidasi.
 Kurangnya empati. Pengganggu mungkin mengalami kesulitan memahami dan berhubungan
dengan perasaan orang lain.
 Mencari perhatian. Perilaku bullying juga dapat berasal dari keinginan untuk mendapatkan
perhatian atau membangun dominasi sosial.

Adapun beberapa faktor eksternal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
pembullyan:

 Kecemasan dan perasaan rendah diri: Seorang pelaku pembullyan mungkin mengalami
kecemasan dan perasaan rendah diri, yang mengarahkan mereka untuk menekan orang lain
demi merasa lebih kuat
 Persaingan yang tidak realistis: Pelaku pembullyan sering memiliki persepsi yang tidak
realistis mengenai persaingan sosial dan ingin memenangkan pertempuran kekuasaan
 Perasaan dendam: Pelaku pembullyan dapat merasa marah atau dendam terhadap korban
mereka, baik karena permusuhan atau karena mereka sendiri pernah menjadi korban
pembullyan sebelumnya
 Influenza media: Terkadang, pelaku pembullyan meniru tindakan kekerasan yang mereka lihat
di media atau meniru perilaku agresif seseorang terhadap orang yang lebih lemah
 Pendidikan yang buruk: Lingkungan yang didominasi oleh kekerasan di sekolah atau keluarga
dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan pembullyan

Anda mungkin juga menyukai