M. Agussalim Nur 80700223001
M. Agussalim Nur 80700223001
AGUSSALIM NUR
80700223001
1. Definisi hadis hasan menurut beberapa tokoh dapat dilihat dari uraian berikut:
a. At-Tirmidzi
ویروى من غیر وجھ نحو ذلك, الیكون في إسناده من یتّھم بالكرب وال یكون الحدیث شاذا,ك ّل حدیث یروى
“Setiap hadits yang diriwayatkan dalam sanadnya tidak terdapat rawi yang tidak tertuduh suka
berbuat dusta, bukan hadits syadz dan ada hadis lain yang diriwayatkan oleh rawi lain yang
semakna denganya.”
b. Ibnu Hajar al-Asqalani
ىٌ ما اتصل سنده بنقل العدل الري خف ضبطو عن مثلو إلي منتياه من غير شرًذ ً ال علة
“Yaitu hadis yang bersambung sanadnya, dinukil secara adil, ringan (kurang kedhabitannya),
dari perawi yang sama (kualitasnya) hingga akhir sanad, serta terhindar dari syadz dan illah.”
c. Al-Khattabi
ویستعمله عا مة,وىو الذى یقبله أكثر العلماء, وعلیه مدار أكثراحلدیث, واشتهر رجاله,ما عرف خمرجه
الفقهاء
“Hadis yang diketahui orang yang meriwayatkannya serta terkenal, banyak beredar dikalangan
ahli hadis, diterima oleh mayoritas ulama dan disepakati oleh seluruh fuqaha.”
2. Syarat-syarat yang ditetapkan oleh ulama klasik seperti Ibnu Salah dalam menilai
keadilan sahabat ditinjau dari beberapa aspek yaitu:
a) beragama Islam,
b) baligh,
c) berakal,
d) memelihara muruah,
e) tidak berbuat fasik,
Syarat di atas juga sama-sama diterapkan oleh Syuhudi Ismail dalam penetapan
kaedah keadilan sahabat. Mungkin hanya saja yang membedakan dari kedua tokoh ini
adalah pada pemetaannya. Syuhudi Ismail dikenal sebagai pakar hadis yang memberi
kriteria keshahihan hadis dengan memberikan kaedah mayor dan kaedah minor. Syarat
syarat diatas tergolong kedalam kaedah minur ala syuhudi ismail.
3. Hadis yang mengandung syadz merupakan hadis yang dalam sanadnya terhadap hal-hal
yangt ganjal, seperti adanya tadlis dalam sanad hadis. Sedangkan dalam matannya adalah
adanya pertentangan satu hadis dengan hadis yang lain yang statusnya lebih tsiqah.
Sedangkan hadis yangt mengandung unsur mukhtalif adalah dua hadis yang kedua sama
dalam segi status keshahihannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hadis yang
mengandung syadz itu keluar dari kategori hadis shahih. Akan tetapui, dalam mencari
syadz dalam hadis ini bukanlah hal yangt mudah. Dibutuhkan Ilmu yang memadai dalam
mengkajinya. Langkah yang dapat ditempuh dalam hal ini sebagaimana dijelaskan oleh
Syuhudi Ismail dengan cara membandingkan sanad-sanad hadis dengan tema yang sama.
Adapun dalam kajian mukhtalif hadis, kedua hadisnya sama dalam segi
keshahihan. Cara penyelesaiannya dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu, al-
jam’u wa at-taufiq, al-nasikh wa al-mansukh, tajrih, dan tawaqquf.