Anda di halaman 1dari 25

PENERANGAN ALAMI

(Prinsip dan Standar)


Kuliah 3
Dr. Andi Harapan
Pencahayaan
Alami Teknik Penerangan Alami

Definisi
Karakteristik Teknik Pasif Teknik Aktif

Satuan Window Light shelf


Unsur Clerestory window Prismatic Skylight
Faktor Skylight Fiber-optic
Standar Sloped glazing Reflector
Tujuan Sawtooth roof Light tube
Perencanaan Light well Heliostat
Silau
Definisi Penerangan Alami
• Penerangan alami (daylighting)
adalah penggunaan cahaya
yang bersumber dari alam
untuk penerangan. Sebagai
sumber energi cahaya yang
utama adalah matahari.
Sumber lain (dengan intensitas
cahaya yang lemah), yaitu
hewan seperti kunang-kunang
dan pantulan cahaya matahari
dari bulan.

• Kebalikan dari penerangan


alami yaitu pencahayaan
buatan (artificial lighting)
dimana sebagai sumber
cahaya adalah sistem cahaya,
dengan sumber energi listrik,
gas, dan minyak bumi.
Karakteristik Cahaya
SINAR adalah berkas cahaya yang
mengarah ke suatu tujuan, sedangkan
CAHAYA adalah arus gelombang pendek
sempit dari radiasi elektrimagnetik ±360-770
nm (1 nanometer = 10-9 m). Cahaya semua
gelombang akan terlihat sebagai warna
putih. Perbedaan panjang gelombang akan
menentukan jenis warnanya dan mata
manusia peka terhadap perbedaan tersebut.

Panjang gelombang (wavelength) (λ, baca:


Lambda) dari spektrum/rentang warna
cahaya yang terlihat :
1) 360 s/d 420 nanometer = ungu/violet
2) 420 s/d 495 nanometer = biru
3) 495 s/d 566 nanometer = hijau Cahaya semua gelombang akan
4) 566 s/d 589 nanometer = kuning terlihat sebagai warna putih.
5) 589 s/d 627 nanometer = jingga
6) 627 s/d 770 nanometer = merah

Visible Light adalah cahaya yang terlihat


oleh mata manusia. Dari semua spektrum
warna, mata manusia paling peka terhadap
panjang gelombang 566 nanometer, atau
warna kuning-hijau.
Panjang gelombang elektromagnetik
Panjang gelombang yang dapat Rambatan Gelombang
dilihat mata manusia Cahaya
Radiasi energi cahaya
memperlihatkan karakteristik ganda
yaitu sebagai berikut :

1) Partikel-partikel energi seperti


photon
Photon adalah paket energi
yang sangat kecil, yang
dikeluarkan ketika partikel
bermuatan melepas energi.

2) Gelombang osilasi (fluktuasi)


medan listrik dan medan magnet
Kedua gelombang ini berjalan
saling tegak lurus terhadap arah
• Kecepatan rambat gelombang cahaya tergantung kerapatan massa media yang
dilaluinya.
• Pada media homogen, cahaya bergeral lurus dengan kecepatan 3 x 108 m/s
(300.000 km/det).
• Makin rapat massa media yang dilalui cahaya, kecepatan rambat
gelombangnya akan menurun.

Kecepatan rambat gelombang cahaya pada beberapa media :


1) Melalui hampa = 299.792.000 m/det
2) Melalui udara = 299.724.000 m/det
3) Melalui air = 224.915.000 m/det
4) Melalui kaca = 198.223.000 m/det
Satuan Pengukuran Cahaya
Pengukuran cahaya (photometric quantity) adalah pengukuran terhadap
parameter cahaya.
Satuan Pengukuran Cahaya (Photometric Quantity)

Kuantitas Fotometrik Satuan


Nama Simbol Nama Simbol
Luminous energy
Q lumen Second lmsc
(jumlah cahaya)
Luminous flux (arus
ϕ lumen lm
cahaya)
Luminous intensity
I candela cd
(intensitas cahaya)
Illuminance (kuat
E lux lx
penerangan)
Luminance
B stilb Sb
(luminasi)

Time (Waktu) t second sc

Solid angle (sudut


ω steradian st
ruang)

Area (luas) S neter persegi m²


1. Jumlah Cahaya (Luminous Energy)
Jumlah cahaya (Luminous Energy) (Q) adalah energi cahaya yang dipancarkan sumber
cahaya.

2. Arus Cahaya (Luminous Flux)


Arus cahaya (Luminous Flux) (ϕ : theta) adalah
jumlah cahaya (Q) per satuan waktu (t). Arus
cahaya memancar ke segala arah dari sumber
cahaya, seperti dari suatu titik tengah bola ke
seluruh bidang permukaan bola.
Persamaan 1.
Bentuk Pancaran Cahaya

3. Intensitas Cahaya (Luminous Intensity)


Intensitas cahaya (Luminous intensity) (I) adalah arus cahaya (ϕ) yang dipancarkan per
satuan sudut ruang (ω, baca : Omega).
Persamaan 2.

Sudut ruang sebesar satu steradian dapat dianalogikan sebagai sudut yang dibentuk oleh
batas-batas ruang TABCD dan permukaan bola ABCD, dimana ABCD sejarak R = 1 m dari
pusat bola dan seluas 1 m². Visualisasi sebenarnya dari sudut ruang lihat gambar 6 dan 7.
Sudut Ruang (Solid Angle)
cahaya

Pengukuran sudur ruang Visualisasi sudut ruang


(solid angle) sebesar 1 (solid angle) sebesar 1
steradian steradian
4. Kuat Penerangan (Illuminance)
Kuat penerangan (Illuminance) (E) adalah arus cahaya (ϕ) yang diterima bidang permukaan
bola seluas S, sehingga menjadi terang.
Persamaan 3.

Semakin besar Arus Cahaya (Luminous Flux) (ϕ)


maka
semakin besar Kuat Penerangan (Illuminance) (E)

Terjemahan Illuminance ke bahasa indonesia


adalah Iluminan

Kuat Penerangan disebut juga


Tingkat Pencahayaan

Penerangan disebut juga Illumination/Iluminasi


5. Luminasi (Luminance)
Luminasi (Luminance) (B) adalah Intensitas cahaya (I) yang dipancarkan, dipantulkan, atau
diteruskan oleh suatu bidang permukaan seluas S. Kecerlangan cahaya (brightness) adalah
sensasi yang dirasakan pengamat akibat adanya luminasi, dan bersifat subyektif sehingga
tidak dapat diukur.

Jika bidang seluas 1 m² memancarkan cahaya berintensitas 1 cd ke arah garis normal bidang
maka bidang tersebut memiliki luminasi sebesar 1 sb.

Persamaan 4.
Unsur Cahaya Matahari

Berdasarkan arah sinar langsung dan pantulannya, sinar matahari dapat diuraikan menjadi
unsur-unsurnya sebagai berikut :
1) Sinar matahari langsung (sunlight)
2) Sinar matahari pemantulan cahaya di atmosfer/cahaya langit (Skylight)
3) Sinar matahari refleksi luar, yaitu hasil pemantulan cahaya dari benda-benda di luar
ruang/bangunan
4) Sinar matahari refleksi dalam, yaitu hasil pemantulan cahaya dari benda-benda di dalam
ruang/bangunan

Garis sinar unsur cahaya matahari


Kuat penerangan yang terukur di dalam ruang adalah gabungan unsur cahaya langit serta
unsur cahaya refleksi luar dan dalam (termasuk sunlight) jika di titik ukur tersebut langsung
terpapar sinar matahari).

Berdasarkan adanya pemantulan, penerangan di dalam ruang/bangunan dapat dibedakan


menjadi :
1) Penerangan Langsung
Penerangan melalui sumber, terutama dari cahaya langit (Skylight) dan sunlight jika
langsung terpapar sinar matahari
2) Penerangan tak langsung
Penerangan dengan sumber dari refleksi luar dan dalam ruang/bangunan

Perbandingan penerimaan penerangan Langsung dan tak


langsung pada suatu ruang
Pada penerangan alami, makin jauh dari bukaan cahaya maka makin kecil
penerimaan penerangan langsung, dan sebaliknya makin besar peran
penerangan tak langsung hasil pemantulan. Sebagai contoh, dengan tinggi
bukaan cahaya H, tepat di lokasi bukaan, cahaya yang diterima 77% merupakan
penerangan langsung dan hanya 23% yang hasil pantulan.

Tetapi, pada kedalaman ruang 4H, dari cahaya yang diterima, hanya 45% yang
merupakan penerangan langsung (makin menurun), sisanya 55% hasil pantulan.

Kemampuan pantul cahaya oleh benda ditentukan oleh:


1) Warna
Makin cerah warna benda, makin besar kemampuan pantulannya
2) Tekstur
Makin licin tekstur benda, makin besar kemampuan pantulnya
Faktor Penerangan Alami Siang Hari
Penerangan Alami Siang Hari (PASH) adalah pemanfaatan alam sebagai sumber cahaya
untuk kebutuhan penerangan saat siang hari, dengan sumber cahaya utama dari sinar
matahari.

Faktor Penerangan (FP) pada PASH adalah persentase kuat penerangan alami pada suatu
titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan (bidang kerja), dari kuat penerangan
alami pada bidang datar di lapangan terbuka (standar di Indonesia 10.000 lux).

Visualisasi suatu titik ukur pada bidang datar di lapangan


terbuka

Contoh pengukuran Faktor Penerangan (FP) di suatu bidang kerja :


FP = 2%
Kuat penerangan terukur = 2% x 10.000 lux
= 200 lux
Komponen Faktor Penerangan (FP) :

1) Faktor Langit (FP)


Penerangan dari sumber cahaya langsung dari
cahaya langit
2) Faktor Refleksi Luar (FRL)
Penerangan dengan sumber cahaya pantulan
permukaan benda di luar ruang/bangunan
3) Faktor Refleksi Dalam (FRD)
Penerangan dengan sumber cahaya pantulan
permukaan benda di dalam ruang/bangunan
Cahaya pantulan (komponen FRL dan FRD) memberikan penerangan tak langsung.
Keduanya diperlukan jika cahaya langit (komponen FL) yang memberikanpenerangan
langsung tidak lagi optimal dalam memberikan kuat penerangan yang dibutuhkan (lihat
Gambar 10. di atas).

Penentu kuat penerangan yang terukur di suatu titik pada bidang kerja suatu ruang adalah:

1) Hubungan geometris antara titik ukur dan bukaan/lubang cahaya


Terdapat sistem pencarian lubang cahaya efektif (LCE) dari titik ukur ke arah
bukaan/lubang cahaya. Posisi titik ukur adalah 1/3 d dari bidang lubang cahaya (BLC),
dimana d adalah jarak antara bidang lubang cahaya tersebut dengan permukaan dalam
dinding yang berhadapan.
2) Ukuran dan posisi bukaan/lubang cahaya Dimensi/ukuran dan posisi dari bukaan
cahaya akan menentukan besar perolehan kuat penerangan yang terukur di titik
ukur.
3) Distribusi terang langit
Kondisi langit terkait distribusi awan dan cuaca akan menentukan besar perolehan kuat
penerangan yang terukur di titik ukur
4) Bagian langit yang dapat diukut dari titik ukur
Karena penghalang, tidak semua langit terlihat dari titik ukur, berarti tidak semua cahaya
langit diterima oleh titik ukur tersebut
5) Tingkat transparasi bukaan/lubang cahaya
Makin transparan bukaan cahaya maka makin besar perolehan kuar penerangan yang
terukur di titik ukur
Potongan bidang kerja, lubang Denah lubang cahaya dan titik
cahaya , dan titik ukur ukur
Definisi istilah-istilah penting pada PASH :

1) Bidang Kerja
Bidang imajiner setinggi 75 cm pada ruangan dimana terdapat titik ukur
kuat penerangan.
2) Titik Ukur
Titik tertentu pada bidang kerja di dalam ruangan yang kuat
penerangannya dipilih sebagai indikator pemenuhan syarat kuat
penerangan ruangan tersebut sesuai aktivitas/fungsi ruang.
3) Bidang lubang cahaya (BLC)
Bidang vertikal sebelah dalam dari bukaan cahaya, dalam kondisi ideal
tanpa kaca.
4) Bidang lubang cahaya efektif (BLCE) suatu titik ukur
Bagian dari bidang lubang cahaya dimana dari titik ukur tersebut
pengamat dapat melihat langit
5) Terang langit
Sumber cahaya yang diambil sebagai dasar penentuan PASH (cahaya
langit), dengan keadaan langit ditetapkan terang merata (uniform
luminance distribution).
Perbedaan BLC dan BLCE

Titik ukur pada suatu bidang kerja sebagai berikut :

1) Titik ukur utama (TUU)


Titik ukur dengan posisi tepat di tengah antara kedua dinding yang mengapit bidang
lubang cahaya efektif dengan jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif tersebut.
Tinggi titik ukur 75 cm tepat di bidang kerja.
2) Titik ukur samping (TUS)
Titik ukur dengan posisi masing-masing 50 cm dari permukaan dalam diinding ruang
(TUS 1 di kiri dan TUS 2 di kanan), dengan jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif.
Tinggi titik ukur 75 cm tepat di bidang kerja.

Posisi titik ukur pada bidang kerja di


suatu ruang

Ketiga titik ukur ini mewakili seluruh titik pengukuran kuat penerangan di bidang kerja. Jika
pada suatu ruang, besar kuatt penerangan yang terukur di salah satu titik ukur tersebut
belum memenuhi syarat minimal untuk menghasilkan kenyamanan visual maka penerangan
alami di ruang tersebut harus dibantu oleh pencahayaan buatan
Standar Penerangan Alami Siang Hari
Kenyamanan visual (visual comfort) adalah keadaan pikiran manusia yang mengekspresikan
kepuasan terhadap penglihatan sekitar. Terdapat tiga parameter yang menentukan
kenyamanan visual dan yang ketiga khusus untuk pencahayaan buatan.

Agar penerangan alami dapat menghasilkan kenyamanan visual terkait parameter tersebut,
diperlukan standar yang berisi syarat dan ketentuan tertentu. Dengan pemenuhan standar
maka perencanaan PASH memenuhi syarat yang berlaku untuk selubung bangunan, serta
dapat diperoleh kenyamanan visual dan kesehatan mata pengguna bangunan.

Parameter kenyamanan visual sebagai berikut :

1) Kuat penerangan (iluminance) (E)


Besar kuat penerangan yang terukur harus memenuhi syarat minimal sesuai standar. Jika
penerangan alami belum atau tidak memenuhi syarat maka harus dibantu pencahayaan
buatan.
2) Luminasi (luminance) (B)
Kecerlangan cahaya yang terjadi tidak memberi efek silau (glare) pada mata. Agar obyek
terlihat jelas maka setiap penurunan 1% kontras diperlukan penambahan kuat
penerangan 15%.
3) Kualitas warna
Kualitas warna terkait warna cahaya dan warna obyek yang dikenai cahaya buatan.
Standar yang digunakan di Indonesia untuk PASH adalah
sebagai berikut :

1) SNI 03-2396-2001
Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami
pada Bangunan Gedung
2) SNI 03-2396-1991
Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari
untuk Rumah dan Gedung
3) SK SNI T-14-1993-03
Tata Cara Perencahaan Teknis Konservasi Energi pada
Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai