Makalah SBM Kel. 12
Makalah SBM Kel. 12
Disusun oleh:
KELOMPOK 12
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dari berbagai sumber baik dari media cetak maupun dari media
masa dengan judul “Variasi dan Gaya Mengajar” yang kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
pembacanya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami mohon maaf apabila ada yang salah. Akhirnya kami sebagai penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Variasi dan gaya mengajar penting dikaji karena variasi dan gaya mengajar merupakan
elemen penting bagi seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran. Elemen
yang membantu guru dalam melakukan pengajaran kepada peserta didik dan mendukung
keberhasilan proses pembelajaran bagi seorang pendidik. Oleh kaena itu, variasi dan gaya
mengajar penting diaplikasikan dikarenakan mampu menarik perhatian peserta didik dalam
proses pembelajaran sehingga mampu membangkitkan antusiasme belajar peserta didik
dan dapat menghindarkan kebosanan atau sifat monoton dalam proses pembelajaran.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar
masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih
baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendi-dikan,
disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat ini terutama masalah
yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan. Adanya kebijakan sertifikasi guru
adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru agar
guru sebagai aktor utama dalam pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat
meningkatkan kompetensinya.
Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik
terbaik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, ketika terjadi perubahan kurikulum
dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar
kerja, maka gurulah yang harus berperan mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu
mengembangkan diri, baik yang berkaitan dengan kompe-tensi bidang studi maupun
pedagogik, termasuk penggunaan internet dalam mencari informasi terkini.
1
penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran
atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan
penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya
perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan
dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat
proses daripada produk.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang Makna dan Fungsi Variasi Mengajar.
2. Mengetahui Tujuan Variasi Mengajar.
3. Mengetahui Prinsip Variasi Mengajar.
4. Mengetahui Pengertian Gaya Mengajar.
5. Mengetahui Macam-Macam Gaya Mengajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Variasi Mengajar adalah salah satu cara membuat siswa tetap konsentrasi dan
termotivasi, sehingga kegiatan pembelajaran senantiasa berjalan dengan dinamis. 1 Menurut
JJ .Hasibuan dan Moedjiono variasi mengajar adalah perbuatan guru dalam kelas proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses
belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan penting
secara aktif.2 Menurut Moh.Uzer Usman variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan antusiasme serta penuh partisipasi.3 Menurut Soetomo, mengadakan variasi
dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan cara/ gaya penyampaian
yang satu kepada cara/ gaya penyampaian yang lain, dengan tujuan menghilangkan
kebosanan/ kejenuhan siswa saat belajar, sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam
belajarnya.4
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek,
yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Apabila ketiga
komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 261
2
JJ.Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
1995,hal.64.
3
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,PT, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal. 84
4
Abdul Majid, Ibid,hlm.262
5
Mulyana. E, Menjadi Guru Profesional,PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2013, Hlm 78.
3
akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar.6
Menggunakan variasi dalam mengajar diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks
proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses
belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara
aktif.7
6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta, Jakarta,
2013, hlm 160.
7
J.J Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h.
64
8
Moh. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009,
hlm. 84.
4
penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran situasi di luar kelas yang dirasakan
siswa lebih menarik dan pada materi pelajaran guru.
5
e. Mendorong anak didik untuk belajar9
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru, kewajiban belajar adalah tugas
anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang
disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan
yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan
belajar mengajar.
Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi
intrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Gejala adanya
anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena
hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah diperlukan peran guru,
bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik
untuk bergairah belajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, mampu dalam
interaksi guru dengan anak didik.10
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan
merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran atau satuan pelajaran.11
4. Penggunaan variasi mengajar harus luwes ( tidak kaku ), sehingga kehadiran variasi
itu semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.
9
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi), Op.Cit., hh. 161-
165
10
Sariah, "Pengembangan Variasi Mengajar Bagi Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Madrasah
Darussalam Bengkalis", (Bengkalis : Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8, No. 02, Desember, 2011), hlm. 281-282.
11
Moh. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009,
hlm. 85
6
5. Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur, terencana, dan sistematik.12
6. Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif.
7. Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.13
1. Dalam menggunakan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga
harus ada variasi penggunaan komponen untuk setiap jenis variasi. Semua itu untuk
mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment
proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses
belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh
guru. Karena memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan
balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
4. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
Didalam pengajaran akan melibatkan peran guru, karena gurulah yang bertanggung
jawab atas proses pembelajaran. Sedangkan pembelajaran itu sendiri selain melibatkan
guru juga melibatkan siswa. Sehingga dengan adanya pengajaran atau mengajar itu
bermaksud untuk menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dengan perantara seoarang guru. Ketika guru menyapaikan ilmu pengetahuan
12
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 265
13
J.J. Hasibuan, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
hlm. 66
14
S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 43
7
kepada siswa guru juga diharuskan memiliki “kompetensi-kompetensi keguruan dan
setiap guru harus menguasai serta trampil dalam melaksanakan mengajar”.15 Dengan
demikian maka guru diharapkan bisa mengemas pembelajaran yang menarik dan tidak
mebosankan agar pada saat proses pembelajaran siswa bisa nyaman, siswa aktif dalam
pelajaran dan guru menjadi senang dalam menyampaikan materi di dalam kelas.
Terdapat beberapa pengertian gaya mengajar menurut para ahli sebagai berikut:
1) Menurut Uzer Usman Gaya Mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga
dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta
penuh partisipasi.16
2) Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan
guru dalam melaksanakan proses pengajaran.17
3) Menurut Syahminan Zaini, dalam buku Abu Ahmadi mengatakan, gaya mengajar
adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam
menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.
4) Menurut Thoifuri, gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar baik
bersifat kulikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kulikuler adalah guru
mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Gaya
mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar disesuaikan dengan motivasi
siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.
Dari definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa gaya mengajar adalah suatu
cara atau bentuk penampilan seorang guru dalam menanamkan pengetahuan, membimbing,
mengubah atau mengembangkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan proses belajar.
Dengan demikian gaya mengajar guru nerupakan faktor yang penting dalam menentukan
15
Daryono, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), hlm. 159
16
Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar cet pertama,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 1993), hlm. 278
17
Abu Ahmadi dan Trijoko, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pusaka Setia, 2005), hlm.125
8
keberhasilan proses belajar siswa. Oleh karena itu, apabila seorang guru memiliki gaya
mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar siswa juga menjadi lebih baik.
Dari keempat macam gaya mengajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
berikutnya”.13 Isi pelajaran berupa “sejumlah informasi dan ide yang paling popular
dan dipilih dari dunia yang diketahui anak”. Oleh karenanya isi pelajaran bersifat
objektif, jelas dan di organisi secara sistematis-logis. Proses penyampaian bahan ajar tidak
di dasarkan pada minat anak, melainkan pada urutan tertentu. Gaya mengajar klasik ini
guru memiliki peran “sangat dominanan”, karena dia harus menyampaikan bahan. Oleh
karena itu guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya. dengan demikian
proses pembelajaran bersifat pasif, yakni siswa diberi pelajaran.
Sedangkan menurut Hermawan dkk dalam buku Abdul Majid guru dengan gaya
mengajar klasik “masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya cara belajar dengan
berbagai konsekuensi yang diterimanya”. Gaya mengajar klasik ini “guru masih
mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif,” sehingga
akan menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar
klasik tidak sepenuhnya disalahkan saat kondisi kelas mengharuskan seorang guru berbuat
demikian, yaitu kondisi kelas yang mayoritas siswanya pasif. Dalam pembelajaran klasik,
peran guru sangat dominan, karena dia harus menyampaikan materi pelajaran. Oleh
9
karena itu, guru harus ahli (expert) pada bidang pelajaran yang diampunya. Dalam
model pembelajaran seperti ini, siswa cenderung bersikap pasif (hanya menerima
materi pelajaran).
Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa gaya mengajar klasik
adalah gaya mengajar guru dimana guru mendominasi kelas dengan tanpa memberi
kesempatan pada siswa untuk aktif, pembalajarannya bersifat pasif. Dalam penyampaian
materi tidak didasarkan pada minat anak, melainkan pada urutan tertentu. Oleh karena itu
guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya.
a) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah popular dan
diketahui siswa, bersifat objektif, jelas, sistematis, dan logis.
c) Peran Siswa
d) Peran Guru
Menurut Muhammad Ali, fokus gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara
individual. Dalam gaya mengajar tekonologis bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat
kesiapan anak. “Peranan isi pelajaran adalah dominan”. Oleh karena itu bahan disusun
oleh ahlinya masing-masing. Bahan itu bertalian dengan data objektif dan keterampilan
10
yang dapat menuntun kompetensi vokasional siswa. “Peranan siswa disini adalah belajar
dengan menggunkan perangkat atau media”.
Sedangkan menurut Hermawan dkk dalam buku Abdul Majid, guru yang
menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi bahan perbincangan yang tidak
pernah selesai. “Argumentasinya bahwa setiap guru dengan gaya mengajar tersebut
mempunyai watak yang berbeda-beda; kaku, keras, moderat, dan fleksibel”. Gaya
mengajar teknologis ini mensyaratkan seorang guru untuk berpegang pada berbagai sumber
media yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesipan siswa dan selalu
memberikan stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi. Guru
“memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlajari pengetahuan yang sesuai
dengan minat maasing-masing”, sehingga memberikan banyak manfaat pada diri siswa.
a) Bahan Pelajaran
Penyampaian materi sesuai dengan tingkat kesiapan siswa, memberi stimulan pada
siswa untuk dijawab.
c) Peran Siswa
11
Mempelajari apa yang dapat memberi manfaat pada dirinya, dan belajar dengan
menggunakan media secukupnya merespon apa yang diajukan kepadanya dengan
bantuan media.
d) Peran Guru
a) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran disusun secara situasional sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa secara individual.
c) Peran siswa
d) Peran guru
Menurut Muhammad Ali, peranan guru dan siswa disini sama-sama dominan.
Guru dan siswa berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang
dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal. Guru dalam
hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar siswa.
Siswa belajar melalui hubungan dialogis. Dia mengemukakan pandangan tentang realita,
juga mendengarkan pandangan siswa lain. Dengan demikian dapat ditemukan pandangan
baru hasil pertukaran pikiran tentang apa yang dipelajari. Adapun “isi pelajaran
difokuskan pada masalah-masalah yang berkenaan dengan sosio-kultural terutama yang
bersifat kontemporer”.
13
memodifikasi berbagai ide atau ilmu yang dipelajari untuk mencari bentuk baru
berdasarkan kajian yang dipelajari. guru dengan gaya mengajar interaksional lebih
mengedepankan dialog dengan siswa sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan
siswa atau siswa dengan siswa “saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi
subjek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap paling baik atau paling jelek”.
a) Bahan pelajaran
Menyampaikan materi dengan dua arah, dialogis, tanya jawab guru dengan siswa,
siswa dengan siswa.
c) Peran siswa
d) Peran guru
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang sempurna, kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran maupun
kritik konstruktif dari berbagai pihak agar lebih baik lagi. Kami berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat kepada para
pembacanya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Uzer, Moh.. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Bahri, Syaiful. Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
J.J Hasibuan, Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sariah. 2011. Pengembangan Variasi Mengajar Bagi Guru Bidang Studi Aqidah
Akhlak Madrasah Darussalam Bengkalis". (Bengkalis : Jurnal Sosial Budaya, Vol.
8, No. 02, Desember, 2011).
16
Daryono. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Yrama Widya.
Uzer, Moh. dan Setiawati, Lilis . 1993. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar
cet pertama. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.
Ahmadi, Abu. dan Trijoko. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pusaka
Setia.
16