Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

VARIASI DAN GAYA MENGAJAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar

Dosen pengampu : Heni Lilia Dewi, M.Pd.

Disusun oleh:

KELOMPOK 12

Vesti Alna Faura (2619001)


Listin Weniarni (2619002)
Nanda Atika (2619003)

Strategi Belajar Mengajar A


Tadris Matematika

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dari berbagai sumber baik dari media cetak maupun dari media
masa dengan judul “Variasi dan Gaya Mengajar” yang kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
pembacanya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami mohon maaf apabila ada yang salah. Akhirnya kami sebagai penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Pekalongan, 16 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1-2

Rumusan Masalah 2

Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

Makna dan Fungsi Variasi Mengajar 3-4

Tujuan Variasi Mengajar 4-6

Prinsip Variasi Mengajar 6-7

Pengertian Gaya Mengajar 7-9

Macam-Macam Gaya Mengajar 9-14

BAB III PENUTUP 16

Kesimpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Variasi dan gaya mengajar penting dikaji karena variasi dan gaya mengajar merupakan
elemen penting bagi seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran. Elemen
yang membantu guru dalam melakukan pengajaran kepada peserta didik dan mendukung
keberhasilan proses pembelajaran bagi seorang pendidik. Oleh kaena itu, variasi dan gaya
mengajar penting diaplikasikan dikarenakan mampu menarik perhatian peserta didik dalam
proses pembelajaran sehingga mampu membangkitkan antusiasme belajar peserta didik
dan dapat menghindarkan kebosanan atau sifat monoton dalam proses pembelajaran.

Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar
masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih
baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendi-dikan,
disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.

Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat ini terutama masalah
yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan. Adanya kebijakan sertifikasi guru
adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru agar
guru sebagai aktor utama dalam pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat
meningkatkan kompetensinya.

Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik
terbaik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, ketika terjadi perubahan kurikulum
dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar
kerja, maka gurulah yang harus berperan mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu
mengembangkan diri, baik yang berkaitan dengan kompe-tensi bidang studi maupun
pedagogik, termasuk penggunaan internet dalam mencari informasi terkini.

Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara


integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan
kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas

1
penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran
atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan
penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.

Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya
perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan
dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat
proses daripada produk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Makna dan Fungsi Variasi Mengajar?
2. Apa saja Tujuan Variasi Mengajar ?
3. Apa Prinsip Variasi Mengajar?
4. Apa Pengertian Gaya Mengajar?
5. Apa saja Macam-Macam Gaya Mengajar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang Makna dan Fungsi Variasi Mengajar.
2. Mengetahui Tujuan Variasi Mengajar.
3. Mengetahui Prinsip Variasi Mengajar.
4. Mengetahui Pengertian Gaya Mengajar.
5. Mengetahui Macam-Macam Gaya Mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna dan Fungsi Variasi Mengajar

Variasi Mengajar adalah salah satu cara membuat siswa tetap konsentrasi dan
termotivasi, sehingga kegiatan pembelajaran senantiasa berjalan dengan dinamis. 1 Menurut
JJ .Hasibuan dan Moedjiono variasi mengajar adalah perbuatan guru dalam kelas proses
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses
belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan penting
secara aktif.2 Menurut Moh.Uzer Usman variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan antusiasme serta penuh partisipasi.3 Menurut Soetomo, mengadakan variasi
dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan cara/ gaya penyampaian
yang satu kepada cara/ gaya penyampaian yang lain, dengan tujuan menghilangkan
kebosanan/ kejenuhan siswa saat belajar, sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam
belajarnya.4

Jadi dapat disimpulkan dari definisi-definisi diatas bahwa mengadakan variasi


mengajar merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk
mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi.
Variasi dalam pembelajaran adalah meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan.5

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek,
yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Apabila ketiga
komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka

1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 261
2
JJ.Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
1995,hal.64.
3
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,PT, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal. 84
4
Abdul Majid, Ibid,hlm.262
5
Mulyana. E, Menjadi Guru Profesional,PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2013, Hlm 78.

3
akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar.6
Menggunakan variasi dalam mengajar diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks
proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses
belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara
aktif.7

Penggunaan variasi mengajar dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa fungsi


atau manfaat diantaranya :

a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa aspek-aspek belajar mengajar.


b. Memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai
cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
yang disenanginya.8

2.2 Tujuan Variasi Mengajar


Penggunaan variasi mengajar ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar
siswa. Adapun tujuan mengadakan variasi ini antara lain untuk :
a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar
mengajar
Dalam proses belajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan
sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang
memperhatikan penjelasan guru. Karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak
mengerti akan bahan yang diberikan guru. Dalam jumlah siswa yang banyak biasanya
ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai fakta memang mempengaruhi misalnya fakta

6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta, Jakarta,
2013, hlm 160.
7
J.J Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h.
64
8
Moh. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009,

hlm. 84.

4
penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran situasi di luar kelas yang dirasakan
siswa lebih menarik dan pada materi pelajaran guru.

b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi


Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat
belajar dengan baik dan tentram jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi seorang siswa tidak akan melalui kegiatan belajar. Maka dari itu guru selalu
memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap bergejolak di dalam diri
setiap siswa selama pelajaran berlangsung. Dalam proses belajar di kelas, tidak semua
siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan, untuk bahan tertentu boleh
jadi siswa menyenangkan, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak
menyenangkan. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap mengadakan
pertemuan.

c. Membentuk sikap positif terhadap guru dalam sekolah


Kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang
kurang senang terhadap seorang guru, konsekuensinya bidang studi yang di pegang
tidak disenangi acuh tak acuh ditujukan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut
sedang memberikan materi pelajaran kurang disukai siswa terhadap guru bisa jadi
disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi, gaya mengajar guru yang tidak
sejalan dengan gaya belajar siswa metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja.
Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melakukan tugas
mengajar di kelas. Misalnya metode diskusi resitasi, tanya jawab, problem solving atau
cerita.

d. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual


Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang
mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar kepada guru tidak
hanya satu atau dua metode, tetapi banyak dari itu karena diakui, penguasaan metode
mengajar akan jumlah yang banyak lebih menyenangkan guru untuk melakukan
penilaian metode mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar
di kelas. Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsinya
berguna sebagai alat bantu pengajaran sekolah. Fungsinya sebagai alat peraga. Sebagai
sumber belajar sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru
lupakan.

5
e. Mendorong anak didik untuk belajar9
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru, kewajiban belajar adalah tugas
anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang
disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan
yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan
belajar mengajar.

Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi
intrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Gejala adanya
anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena
hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah diperlukan peran guru,
bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik
untuk bergairah belajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, mampu dalam
interaksi guru dengan anak didik.10

2.3 Prinsip Variasi Mengajar

Menurut Hasibuan, adapun prinsip-prinsip dalam variasi mengajar meliputi :

1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan
merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran atau satuan pelajaran.11
4. Penggunaan variasi mengajar harus luwes ( tidak kaku ), sehingga kehadiran variasi
itu semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.

9
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi), Op.Cit., hh. 161-
165
10
Sariah, "Pengembangan Variasi Mengajar Bagi Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Madrasah
Darussalam Bengkalis", (Bengkalis : Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8, No. 02, Desember, 2011), hlm. 281-282.
11
Moh. Uzer Usman, menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009,

hlm. 85

6
5. Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur, terencana, dan sistematik.12
6. Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif.
7. Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.13

Sedangkan, menurut Djamarah variasi mengajar memiliki beberapa variasi yaitu :

1. Dalam menggunakan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga
harus ada variasi penggunaan komponen untuk setiap jenis variasi. Semua itu untuk
mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment
proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses
belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh
guru. Karena memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan
balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
4. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.

2.4 Pengertian Gaya Mengajar

Mengajar adalah suatu cara seorang guru bagaimana untuk mempersiapkan


pengalaman belajar bagi peserta didiknya. Dengan kata lain bahwa mengajar merupakan
suatu proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam membimbing, membantu, dan
mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.14

Didalam pengajaran akan melibatkan peran guru, karena gurulah yang bertanggung
jawab atas proses pembelajaran. Sedangkan pembelajaran itu sendiri selain melibatkan
guru juga melibatkan siswa. Sehingga dengan adanya pengajaran atau mengajar itu
bermaksud untuk menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dengan perantara seoarang guru. Ketika guru menyapaikan ilmu pengetahuan

12
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 265
13
J.J. Hasibuan, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
hlm. 66
14
S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 43

7
kepada siswa guru juga diharuskan memiliki “kompetensi-kompetensi keguruan dan
setiap guru harus menguasai serta trampil dalam melaksanakan mengajar”.15 Dengan
demikian maka guru diharapkan bisa mengemas pembelajaran yang menarik dan tidak
mebosankan agar pada saat proses pembelajaran siswa bisa nyaman, siswa aktif dalam
pelajaran dan guru menjadi senang dalam menyampaikan materi di dalam kelas.

Terdapat beberapa pengertian gaya mengajar menurut para ahli sebagai berikut:

1) Menurut Uzer Usman Gaya Mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga
dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta
penuh partisipasi.16

2) Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan
guru dalam melaksanakan proses pengajaran.17

3) Menurut Syahminan Zaini, dalam buku Abu Ahmadi mengatakan, gaya mengajar
adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam
menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.

4) Menurut Thoifuri, gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar baik
bersifat kulikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kulikuler adalah guru
mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Gaya
mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar disesuaikan dengan motivasi
siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.

Dari definisi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa gaya mengajar adalah suatu
cara atau bentuk penampilan seorang guru dalam menanamkan pengetahuan, membimbing,
mengubah atau mengembangkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan proses belajar.
Dengan demikian gaya mengajar guru nerupakan faktor yang penting dalam menentukan

15
Daryono, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), hlm. 159
16
Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar cet pertama,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 1993), hlm. 278

17
Abu Ahmadi dan Trijoko, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pusaka Setia, 2005), hlm.125

8
keberhasilan proses belajar siswa. Oleh karena itu, apabila seorang guru memiliki gaya
mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar siswa juga menjadi lebih baik.

2.5 Macam-Macam Gaya Mengajar

Gaya-gaya mengajar dapat dibedakan ke dalam empat macam yaitu:

1) Gaya mengajar Klasik

2) Gaya mengajar Teknologis

3) Gaya mengajar Personalisasi

4) Gaya mengajar Interaksional

Dari keempat macam gaya mengajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Gaya Mengajar Klasik

Menurut Muhammad Ali, proses pengajaran dengan gaya klasik “berupaya


untuk memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama pada generasi terdahulu ke generasi

berikutnya”.13 Isi pelajaran berupa “sejumlah informasi dan ide yang paling popular
dan dipilih dari dunia yang diketahui anak”. Oleh karenanya isi pelajaran bersifat
objektif, jelas dan di organisi secara sistematis-logis. Proses penyampaian bahan ajar tidak
di dasarkan pada minat anak, melainkan pada urutan tertentu. Gaya mengajar klasik ini
guru memiliki peran “sangat dominanan”, karena dia harus menyampaikan bahan. Oleh
karena itu guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya. dengan demikian
proses pembelajaran bersifat pasif, yakni siswa diberi pelajaran.

Sedangkan menurut Hermawan dkk dalam buku Abdul Majid guru dengan gaya
mengajar klasik “masih menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya cara belajar dengan
berbagai konsekuensi yang diterimanya”. Gaya mengajar klasik ini “guru masih
mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk aktif,” sehingga
akan menghambat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar
klasik tidak sepenuhnya disalahkan saat kondisi kelas mengharuskan seorang guru berbuat
demikian, yaitu kondisi kelas yang mayoritas siswanya pasif. Dalam pembelajaran klasik,
peran guru sangat dominan, karena dia harus menyampaikan materi pelajaran. Oleh

9
karena itu, guru harus ahli (expert) pada bidang pelajaran yang diampunya. Dalam
model pembelajaran seperti ini, siswa cenderung bersikap pasif (hanya menerima
materi pelajaran).

Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa gaya mengajar klasik
adalah gaya mengajar guru dimana guru mendominasi kelas dengan tanpa memberi
kesempatan pada siswa untuk aktif, pembalajarannya bersifat pasif. Dalam penyampaian
materi tidak didasarkan pada minat anak, melainkan pada urutan tertentu. Oleh karena itu
guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya.

Ciri-ciri gaya mengajar klasik sebagai berikut:

a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang sudah popular dan
diketahui siswa, bersifat objektif, jelas, sistematis, dan logis.

b) Proses Penyampaian Materi

Menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahuku ke generasi berikutnya


bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat siswa, hanya didasarkan urutan tertentu.

c) Peran Siswa

Peran siswa pasif, hanya diberikan pelajaran untuk di dengarkan.

d) Peran Guru

Peran guru dominan, hanya menyampaikan bahan ajar, otoriter, namun ia


benar-benar ahli.

2) Gaya Mengajar Teknologis

Menurut Muhammad Ali, fokus gaya mengajar ini pada kompetensi siswa secara
individual. Dalam gaya mengajar tekonologis bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat
kesiapan anak. “Peranan isi pelajaran adalah dominan”. Oleh karena itu bahan disusun
oleh ahlinya masing-masing. Bahan itu bertalian dengan data objektif dan keterampilan

10
yang dapat menuntun kompetensi vokasional siswa. “Peranan siswa disini adalah belajar
dengan menggunkan perangkat atau media”.

Sedangkan menurut Hermawan dkk dalam buku Abdul Majid, guru yang
menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi bahan perbincangan yang tidak
pernah selesai. “Argumentasinya bahwa setiap guru dengan gaya mengajar tersebut
mempunyai watak yang berbeda-beda; kaku, keras, moderat, dan fleksibel”. Gaya
mengajar teknologis ini mensyaratkan seorang guru untuk berpegang pada berbagai sumber
media yang tersedia. Guru mengajar dengan memperhatikan kesipan siswa dan selalu
memberikan stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi. Guru
“memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlajari pengetahuan yang sesuai
dengan minat maasing-masing”, sehingga memberikan banyak manfaat pada diri siswa.

Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa gaya mengajar


teknologis merupakan gaya mengajar guru yang mensyaratkan seorang guru untuk
berpegang pada berbagai sumber media yang tersedia. Dimana bahan pelajaran
disesuaikan dengan tingkat kesiapan anak. Peranan isi pelajaran adalah dominan.
Oleh karena itu bahan disusun oleh ahlinya masing-masing. Bahan itu bertalian
dengan data objektif dan keterampilan yang dapat menuntun kompetensi vokasional
siswa. Dan guru haya berperan sebagai pemandu (guide), pengarah (director), atau
pemberi kemudahan (facilitator) dalam belajar.

Ciri-ciri gaya mengajar teknologis sebgai berikut:

a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak (software)


dan keras (hardware) yang ditekankan pada kompetensi siswa secara individual, disusun
oleh ahlinya masing-masing, materi ajar terkait dengan data objektif dan ketrampilan
siswa untuk menunjang kompetensinya.

b) Proses Penyampaian Materi

Penyampaian materi sesuai dengan tingkat kesiapan siswa, memberi stimulan pada
siswa untuk dijawab.

c) Peran Siswa

11
Mempelajari apa yang dapat memberi manfaat pada dirinya, dan belajar dengan
menggunakan media secukupnya merespon apa yang diajukan kepadanya dengan
bantuan media.

d) Peran Guru

Pemandu (membimbing siswa dalam belajar), pengarah (memberikan petunjuk


pada siswa saat dalam belajar), fasilitator (memberikan kemudahan pada siswa dalam
belajar).

3) Gaya Mengajar Personalisasi

Menurut Muhammad Ali, pengajaran personalisasi dilakukan berdasarkan atas


minat, pengalaman dan pola perkembangan mental siswa. Gaya mengajar personalisai ini
proses pembelajaran didominasi oleh siswa. Dalam hal ini, siswa dipandang sebagai
suatu pribadi. Perkembangan emosional dan penyesuaian diri dalam lingkungan sosial
merupakan suatu yang vital, sebagaimana perkembangan kecerdasannya. “Peranan guru
adalah menuntun dan membantu perkembangan itu melaui pengalaman belajar”. Oleh
karena itu guru harus mempunyai kemampuan dalam mengasuh, ahli dalam
psikologi dan metodologi, serta bertindak sebagai narasumber (resource person).
Adapun “bahan pelajaran disusun dan muncul berdasarkan atas minat dan kebutuhan siswa
secara individual”.

Sedangkan menurut Hermawan dkk dalam buku Abdul Majid, pembelajaran


personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman, dan pola perkembangan
mental siswa. Dominasi pembelajaran ada ditangan siswa, dimana siswa dipandang
sebagai suatu pribadi. Guru yang menerapkan gaya mengajar personalisasi menjadi
salah satu kunci keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru tidak hanya
memberi materi pelajaran untuk membuat siswa lebih pandai, melainkan agar siswa
menjadikan dirinya lebih pandai. Guru dengan gaya mengajar personalisasi ini akan selalu
meningkatkan belajar sisiwa dan senantiasa memandang siswa seperti dirinya sendiri. Guru
tidak dapat memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan gurunya, karena siswa
tersebut mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.

Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa gaya mengajar


personalisasi merupakan gaya mengajar guru dimana siswa dominan saat pembelajaran.
Pembelajaran dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman dan pola perkembangan
12
mental siswa. Guru tidak hanya memberi materi pelajaran untuk membuat siswa lebih
pandai, melainkan agar siswa menjadikan dirinya lebih pandai.

Ciri-ciri gaya mengajar personalisasi sebagai berikut:

a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran disusun secara situasional sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa secara individual.

b) Proses penyampaian materi

Menyampaikan materi sesuai dengan perkembangan mental, emosional, dan


kecerdasan siswa.

c) Peran siswa

Siswa dominan dan dipandang sebagai pribadi.

d) Peran guru

Guru membantu menuntun perkembangan siswa melalui pengalaman belajar,


menjadi psikolog, menguasai metode pengajaran dan sebagai narasumber.

4) Gaya Mengajar Interaksional

Menurut Muhammad Ali, peranan guru dan siswa disini sama-sama dominan.
Guru dan siswa berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang
dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang bersifat radikal. Guru dalam
hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan dan timbulnya dialog antar siswa.
Siswa belajar melalui hubungan dialogis. Dia mengemukakan pandangan tentang realita,
juga mendengarkan pandangan siswa lain. Dengan demikian dapat ditemukan pandangan
baru hasil pertukaran pikiran tentang apa yang dipelajari. Adapun “isi pelajaran
difokuskan pada masalah-masalah yang berkenaan dengan sosio-kultural terutama yang
bersifat kontemporer”.

Sedangkan menurut Hermawan dkk dalam buku Abdul Majid dalam


pembelajaran interaksional, peran guru sangat dominan. Guru dan siswa berupaya

13
memodifikasi berbagai ide atau ilmu yang dipelajari untuk mencari bentuk baru
berdasarkan kajian yang dipelajari. guru dengan gaya mengajar interaksional lebih
mengedepankan dialog dengan siswa sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan
siswa atau siswa dengan siswa “saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi
subjek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap paling baik atau paling jelek”.

Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa gaya mengajar


interaksional merupakan gaya mengajar guru dimana saat pembelajaran guru dan siswa
sama-sama dominan. Gaya mengajar ini guru dan siswa berupaya untuk memodifikasi
berbagai ide atau ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan
kajian yang bersifat radikal. Guru dalam gaya mengajar ini menciptakan iklim saling
ketergantungan sehingga memicu timbulnya dialog anatr guru dan siswa mauoun antar
siswa dengan siswa sehingga sisiwa dapat belajar melalui hubungan dialogis tersebut.

Ciri-ciri gaya mengajar interaksional sebgai berikut:

a) Bahan pelajaran

Bahan pelajaran berupa masalah-masalah situasional yang terkait dengan sosio-kultural


dan kontemporer.

b) Proses penyampaian materi:

Menyampaikan materi dengan dua arah, dialogis, tanya jawab guru dengan siswa,
siswa dengan siswa.

c) Peran siswa

Siswa dominan, mengemukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan


pendapat temannya, memodifikasi berbagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih
tajam dan valid.

d) Peran guru

Peran guru dominan, menciptakan iklim belajar saling ketergantungan, dan


bersama siswa memodifikasi berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari bentuk
baru yang lebih tajam dan valid.

14
15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Variasi mengajar merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam


pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun,
dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan

Tujuan variasi mengajar :

f. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses


belajar mengajar
g. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
h. Membentuk sikap positif terhadap guru dalam sekolah
i. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
j. Mendorong anak didik untuk belajar
Gaya mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru dalam
menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan proses belajar. Dengan demikian gaya
mengajar guru nerupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan
proses belajar siswa. Oleh karena itu, apabila seorang guru memiliki gaya
mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar siswa juga menjadi lebih baik.

3.2 Saran

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang sempurna, kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran maupun
kritik konstruktif dari berbagai pihak agar lebih baik lagi. Kami berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat kepada para
pembacanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


Bandung.

JJ.Hasibun dan Moedjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Uzer, Moh.. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana. E, 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Bahri, Syaiful. Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta.

J.J Hasibuan, Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Bahri, Syaiful. Zain, Aswan.Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi).

Sariah. 2011. Pengembangan Variasi Mengajar Bagi Guru Bidang Studi Aqidah
Akhlak Madrasah Darussalam Bengkalis". (Bengkalis : Jurnal Sosial Budaya, Vol.
8, No. 02, Desember, 2011).

Nasution,S. 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

16
Daryono. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Yrama Widya.

Uzer, Moh. dan Setiawati, Lilis . 1993. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar
cet pertama. Bandung: PT Remaja Rosdakarta.

Ahmadi, Abu. dan Trijoko. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pusaka
Setia.

16

Anda mungkin juga menyukai