Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sasmita Aulia Winanda

NIM : 856458436

Kode/nama mata kuliah : PDGK4105/ Strategi Pembelajaran di SD

Prodi : FKIP

1. contoh keterampilan (bertanya dasar dan bertanya lanjut)


1. Keterampilan bertanya dasar terdiri atas beberapa komponen sebagi berikut :

a) Sebagai guru memberikan materi Jelas dan singkat dengan kata-kata yang dipahami siswa sesuai dengan
usia dan tingkat perkembangan siswa. Contoh:Berapa hasil penjumlahan dari 5 + 5?

b) Memberikan acuan, yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa untuk
membantu mengarahkan pikiran siswa kepada pokok bahasan yang sedang dibahas. Contoh: Komponen-
komponen bertanya dibagi menjadi 2 macam yaitu keterampilan bertanya dasar dan lanjutan. Apakah
perbedaan keduanya?

c) Pemusatan Pertanyaan dapat dibagi menjadi pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pertanyaan luas menuntut
jawaban yang umum dan cukup luas, sedangkan pertanyaan sempit menuntut jawaban yang khusus spesifik.
Pertanyaan yang sempit menuntut pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang khusus yang perlu didalami.
Contoh: Di dalam naskah cerita tersebut, siapakah yang menjadi tokoh antagonis?

d) Pemindahan giliran Ada kalanya sebuah pertanyaan lebih-lebih pertanyaan yang cukup kompleks, tidak
dapat dijawab secara tuntas oleh seorang siswa. Dalam hal ini, guru perlu memberikan kesempatan kepada
siswa lain dengan cara pemindahan giliran. Artinya, setelah siswa pertama memberi jawaban, guru meminta
siswa kedua melengkapi jawaban tersebut, kemudian meminta lagi siswa ketiga dan seterusnya. Contoh: Alur
cerita terbagi menjadi beberapa jenis, apa saja macam jenis alur cerita?

e) Penyebaran. Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
guru. Teknik penyebaran perlu diperhatikan guru, lebih-lebih bagi guru yang biasa mengajukan pertanyaan
pada siswa tertentu. Ada kalanya guru melupakan siswa yang duduk di deretan belakang, sehingga aman
untuk dari kejaran guru. Contoh:

 Siswa A, Apa yang dimaksud dengan idgam bigunnah?


 Siswa H, Bagaimana contoh bacaan surah yang menggunakan hukum bacaan idgam bigunnah?
 Siswa Z, Apakah contoh bacaan idgam bigunnah dari siswa H sudah tepat?
f) Pemberian waktu berpikir Untuk menjawab satu pertanyaan, seseorang memerlukan waktu untuk berpikir.
Demikian juga seorang siswa yang harus menjawab pertanyaan guru memerlukan waktu untuk memikirkan
jawaban pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, setelah mengajukan pertanyaan guru hendaknya menunggu
beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawabnya. Contoh: Si Toni berangkat dari
titik A menuju kota B Sejauh 5Km ke arah Timur, Kemudian ia balik dari Kota B menuju desa C sejauh 2
Km. Berapa jauh jarak perpindahan Toni dar titik A ke Desa C?
g) Pemberian tuntunan Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab oleh siswa,
ataupun jika ada yang menjawab, jawaban yang diberikan tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru
tidak boleh hanya diam dan menunggu sampai siswa menjawabnya. Guru harus memberikan tuntunan yang
memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban yang diharapkan. Tuntunan dapat
diberikan antara lain sebagai berikut :
 Memparafrasa, yaitu mengungkapkan kembali pertanyaan dengan cara lain yang lebih
mudah dan sederhana, sehingga lebih dipahami oleh siswa
 Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang dapat menuntun siswa menemukan
jawabannya.
 Mengulangi penjelasan / informasi sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan yang
diajukan.
Contoh pertanyaan awal: Jika Budi memiliki 5 ekor ayam. Keseluruhannya adalah
campuran ayam jantan dan betina. jika 3 diantaranya adalah ayam jantan, berapakah jumlah
ayam bertina Budi?
 Parafrasa: Budi memiliki 5 ekor ayam campuran betina dan jantan. Jika tiga
ekordiantaranya merupakan ayam jantan, Ayam betina milik Budi berjumlah?
 Pertanyaan lain: Hasil dari 5 dikurang 3 adalah?
 Menulangi penjelasan: Jika 5 ekor ayam campuran jantan dan betina di kurangi 3 ekor ayam
jantan, maka berapa jumlah ayam betina?
2. Keterampilan bertanya lanjut terdiri atas beberapa komponen sebagi berikut :
a) Pengubahan tuntunan tingkat kognitif, yaitu kemampuan guru mengubah pertanyaan dari tingkat
kognitif yang hanya sekedar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain, seperti pemahaman,
penerapan, analisis. sintesis dan evaluasi. Contoh : Apakah kesimpulan dan informasi penting dari
penggalan paragraf tersebut?
b) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu dimulai dari yang paling sederhana menuju yang paling kompleks.
Contoh :
 Apa yang dimaksud dengan upaya bela negara?
 Apakah peraturan yang mengatur tentang upaya bela negara?
 Mengapa seseorang harus melakukan upaya bela negara dalam kehidupan sehari-hari?
 Siapa saja yang elemen yang harus melakukan upaya bela negara?
 Bagaimana contoh upaya bela negara dalam setiap elemen masyarakat tersebut?
c) Pertanyaan pelacak jika jawaban yang diberikan oleh peserta didik masih kurang tepat dengan meminta
peserta didik memberikan alasan terhadap jawaban yang diajukannya, meminta kesepakatan bersama,
mengajukan pertanyaan lanjut untuk memperoleh jawaban yang lebih tepat, mengajukan pertanyaan
lanjutan untuk meminta contoh atau ilustrasi atas jawaban yang diajukannya.
d) Mendorong terjadinya interaksi Untuk mendorong terjadinya interaksi, hal yang harus diperhatikan
adalah:
 Pertanyaan hendaknya dijawab oleh peserta didik, tetapi seluruh peserta didik diberi kesempatan
singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman dekatnya. Contoh:
• Bagaimanakah contoh upaya bela negara yang dilakukan oleh TNI? Diskusikanlah dengan teman
sebangku kalian dan berikan satu jawaban contoh upaya bela negara tersebut.
• Diskusikanlah bersama teman kelompokmu, mengapa pemerintah perlu menetapkan kebijakan
luar negeri?
 Guru hendaknya menjadi dinding pemantul, jika ada peserta didik yang bertanya, janganlah dijawab
langsung, tetapi dilontarkan kembali kepada seluruh peserta didik untuk didiskusikan Contoh:
Sungguh pertanyaan yang bagus dari siswa A, Nah bagaimana menurut pendapat kalian semua
terkait pertanyaan A tentang pengaruh globalisasi dialam kehidupan sosial?

2. Penguatan Verbal. Tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian, dukungan, dan pengakuan dapat digunakan
untuk memberikan penguatan atas kinerja peserta didik. Peserta didik yang telah mendapatkan penguatan akan
merasa bangga dan termotivasi untuk meningkatkan kembali prestasi belajarnya. Penguatan verbal dapat dinyatakan
dalam dua bentuk, yaitu melalui kata0kata dan melalui kalimat. Penguatan dalam bentuk kata-kata dapat
berupa: benar, bagus, tepat, bagus sekali, ya, baik, mengagumkan, setuju, cerdas, dan lain sebagainya. Sedangkan
penguatan dalam bentuk kalimat dapat berupa kalimat: 1) “Wah Pekerjaanmu baik sekali”. 2) Saya puas dengan
jawabanmu”. 3) Nilaimu semakin lama makin baik”. 4) “Contoh yang kamu berikan tepat sekali”. 5) “Jawaban
kamu lengkap sekali”.
Penguatan Nonverbal. Penguatan nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah sebagai
berikut: Pertama, Penguatan berupa mimik dan gerakan badan (Gestur). Penguatan berupa gerak tubuh atau mimik
yang memberi kesan baik kepada peserta didik. Penguatan mimik dan gerakan badan dapat berupa: senyuman,
anggukan kepala, acungan jempol, tepuk tangan, dan lain sebagainya. Kedua, Penguatan dengan cara mendekati.
Peserta didik yang didekati guru akan menimbulkan kesan diperhatikan. Contohnya, guru dapat mendekati peserta
didik yang sedang mengerjakan tugas. Cara ini dapat menimbulkan kesan dukungan terhadap aktivitas sedang
dikerjakan oleh peserta didik. Ketiga, Penguatan dengan sentuhan. Sentuhan dapat dilakukan dengan cara berjabat
tangan, menepuk bahu, dan mengangkat tangan peserta didik ketika menang lomba yang semuanya ditujukan untuk
penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
Penguatan verbal kepada siswa baiknya disertai dengan penguatan non-verbal. Alasannya karena penguatan
dari kedua nya saling berhubungan satu sama lain,Yang dapat membangkitkan dan memotivasi anak dalam
keterampilan belajar mengajar, dan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
Contoh dari pengalaman mengajar, saat siswa berprestasi dalam akademik kita memberikan reward
( penghargaan) berupa hadiah dan piagam. Dan memberi reward berupa bintang atau hadiah menarik lainnya ketika
para peserta didk mampu memahami pelajaran dengan baik, memberikan tepuk tangan,pujian ketika siswa mampu
menjawab pertanyaan dengan benar, dan hal lain sebagainya.

3. Cara-Cara yang Dapat Dilakukan oleh Guru untuk Memacu Siswa Berpartisipasi dalam Diskusi
Kelas Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam melakukan
diskusi di kelas. Beberapa efektif dilakukan pada situasi tertentu, beberapa lain mungkin tidak. Jadi silakan dipilih
mana yang kira-kira
cocok untuk diterapkan pada siswa kita. Ingat, setiap kelas memiliki karakternya masing-masing. Berikut beberapa
cara yang mungkin dapat dipilih:
a) Kenali seluruh siswa Ini adalah kewajiban seorang guru. Kita harus dapat mengenali setiap siswa
yang menjadi tanggungjawab di kelas kita. Bagi guru kelas memang tidak akan sulit, tetapi untuk guru
bidang studi (mata pelajaran) yang harus mengajar di banyak kelas mungkin cukup merepotkan.
Walaupun demikian, seorang guru mata pelajaranpun tetap harus berusaha menghafal nama dan
mengenali sifat setiap siswa. Dengan mengenali setiap siswa maka saat diskusi kelas dilaksanakan
pada pembelajaran, akan sangat memudahkan guru untuk memanggil siswa tertentu dengan langsung
menyebut nama panggilannya secara akrab. Hal ini secara psikologis akan membangun iklim kondusif
di kelas untuk melakukan diskusi.
b) Buat mereka bekerja sama Kerjasama adalah salah satu kunci penting agar siswa saling bicara
satu sama lain tentang topik atau materi yang sedang dipelajari. Berikan mereka tugas yang mau tidak
mau harus dikerjakan secara bersama-sama. Adanya ketergantungan antara siswa yang satu dengan
siswa lainnya akan membuat mereka berusaha mengerjakan tugas dengan berdiskusi secara intensif.
Tugas yang menuntut kerjasama itu harus dirancang sedemikian rupa sehingga apabila siswa
mengerjakannya secara sendiri-sendiri maka mereka tidak akan dapat menyelesaikannya. Kerjasama
mutlak diperlukan untuk penyelesaian tugas itu.
c) Pengaturan siapa duduk di mana sering juga berpengaruh Bila guru telah mengenali setiap
karakter siswa, maka ia dapat menempatkan atau mengatur tempat duduk sehingga “para pembicara”
akan berada di posisi yang menyebar. Siswa yang cenderung pendiam jangan ditempatkan bersama
siswaa yang pendiam. Buatlah susunan yang membantu berlangsungnya diskusi agar dapat
memudahkan tugas guru. Bangku dan meja juga harus disusun sedemikian rupa supaya guru dapat
memutari dan berjalan di setiao bagian kelas atau kelompok diskusi.

d) Berikan pemodelan Pada awal melaksanakan diskusi untuk siswa yang mungkin belum terbiasa
melakukannya, guru dapat memberikan pemodelan atau contoh. Guru dapat memodelkan bagaimana
cara mengajukan pertanyaan, bagaimana memberikan jawaban, hingga bagaimana menyanggah atau
memberikan saran dan kritik dengan baik.
e) Jangan panik bila semua siswa diam Semua orang perlu waktu untuk berpikir dan menyusun
kata-kata. Begitu juga dengan siswa. Bahkan mungkin mereka memerlukan waktu yang lebih banyak
untuk itu apabila mereka belum terbiasa mengutarakan pendapat secara lisan. Jadi bila guru
melontarkan pertanyaan untuk dijawab kelas dalam sebuah diskusi, lalu semua siswa diam, janganlah
panik. Biarkan saja ada kesenyapan di dalam kelas beberapa waktu. Siswa tertentu akan merasa tidak
nyaman dengan kondisi ini akan mulai berbicara dan berpendapat. Mereka akan selalu berusaha
menjaga supaya diskusi kelas yang guru falisitasi berjalan dengan baik. Percayalah.
f) Berikan kartu ukuran 5 cm x 10 cm Kelas yang belum terbiasa berdiskusi dan mengutarakan
pendapat secara lisan kadang-kadang malu dan takut untuk bersuara. Mereka perlu dibantu. Salah satu
caranya adalah dengan memberikan potongan kertas kecil misalnya karton berukuran 5 cm x 10 cm
untuk tempat menulis jawaban pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Selanjutnya mereka dapat
membaca apa yang telah mereka tulis pada kartu itu secara bergilir atau ditunjuk beberapa orang.
Kartu juga dapat digunakan untuk menulis saran, kritik, tanggapan, hingga pertanyaan. Bagilah 3 atau
4 buah kartu kepada setiap siswa, dan mereka harus menuliskan sesuatu di atasnya untuk kemudian
dipajang dengan ditempel di dinding kelas pada akhir diskusi
g) Yakinkan siswa bahwa memberikan jawaban yang kurang tepat atau bahkan salah itu bukan
aib Banyak siswa yang takut melakukan kesalahan. Gurupun juga demikian bukan? Jadi itu adalah
lumrah dan manusiawi. Jadi yang harus diyakinkan kepada siswa agar mereka berani mengemukakan
pendapat, menjawab pertanyaan dan melontarkan pertanyaan adalah bahwa mereka tidak akan
ditertawakan atau dipermalukan apabila mengutarakan sesuatu yang mungkin tidak pas, salah, atau
melenceng dari apa yang sedang didiskusikan.
h) Jangan terlalu banyak mengoreksi jawaban salah Belajar seringklai dilakukan karena kita
menyadari adanya kesalahan. Bukankah ada kata-kata bijak: belajarlah dari kesalahan? Nah begitu
juga siswa kita. Mereka juga belajar dari kesalahan mereka. Jadi ketika siswa mengutakan jawaban
yang salah, yakinkan mereka bahwa kesalahan itu tidaklah masalah buat guru. Kita hanya perlu
mengoreksi kesalahan fatal yang mungkin ada dengan mengatakan bahwa jawaban atau tanggapan
mereka lontarkan belum tepat. Ingat, BELUM TEPAT, bukannya SALAH. Terlalu memberikan
penekanan bahwa mereka salah akan membuat ciut nyali mereka untuk berdiskusi. Yang terpenting,
apabila jawaban siswa salah, mereka sadar bahwa itu salah. Itu sudah cukup.
i) Jangan tunjuk siswa yang belum siap Siapapun tidak ingin dipandangi semua orang dalam
keadaan kikuk dan tidak siap. Jadi bila guru melontarkan pertanyaan dan meminta siswa menjawab,
berikan waktu untuk berpikir yang cukup bagi semua sehingga mereka tidak akan terekspos ke semua
siswa lain dalam keadaan tidak siap. Beberapa siswa yang memiliki kemampuan belajar cepat
mungkin sesekali dapat diberikan kesempatan di awal untuk menghargai mereka dan memancing
siswa lain untuk menanggapi.

4. Masalah pokok yang sering dihadapi oleh guru, baik guru pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
masalah pengelolaan kelas / manajemen kelas. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Pengelolaan kelas/ manajemen kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan
guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan
pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah pengelolaan kelas penting
untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.

Permasalahan dalam manajemen kelas


Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang bersifat
kelompok.
1) Masalah Individual :Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu memiliki kebutuhan
dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku
menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian
orang lain,mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan.Keempat
tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik
perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
2) Masalah Kelompok
Ada tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
1) Kurangnya kekompakan
2) Kesulitan mengikuti peraturan kelompok
3) Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
4) nerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang
5) Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan,
berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
6) Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
7) Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Solusi Permasalahan dalam manajemen kelas tersebut sebagai berikut:


a) Mengenal secara tepat berbagai masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun
kelompok.
b) Memahami pendekatan yang cocok dan yang kurang cocok untuk jenis masalah tertentu.
c) Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah dimaksud.
Menangani masalah-masalah pengelolaan kelas, guru dapat menggunakan beberapa pendekatan :
a. Pendekatan anjuran dan larangan (untuk guru sendiri) :
1). Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya

2). Jangan menggunakan nada suara yang tinggi dalam memberi peringatan.

3). Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa.

4). Jangan pilih kasih.

5). Buktikan terlebih dahulu siswa itu bersalah sebelum memberikan hukuman.

6). Patuhilah aturan-aturan yang telah kita tetapkan.

b. Pendekatan penguatan tingkah laku. Jika tingkah laku tertentu diberi ganjaran maka tingkah
laku itu cenderung diteruskan. Tingkah Laku yang diperkuat adalah "yang positif dengan
ganjaran agar perbuatan itu diteruskan, sedang "yang negatif" dengan ganjaran yang bersifat
mengurangi atau meniadakan perangsang kenegatifan itu.
c. Pendekatan iklim sosio-emosional; Pendekatan ini dibangun atas dasar pandangan bahwa
pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi hubungan baik antara guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa. Hubungan guru-siswa terutama sekali dipengaruhi oleh (1)
Keterbukaan/sikap tidak pura-pura, (2) Penerimaan dan kepercayaan guru terhadap siswa, dan
(3) Simpati guru terhadap siswa-siswanya.
d. Pendekatan proses kelompok Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan
dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan berorientasi
pada tujuan kelompok. Bila guru menangani tingkah laku yang menyimpang melalui
pendekatan ini tujuannya adalah untuk membantu kelompok itu bertanggung jawab atas
perbuatan anggota-anggotanya.

5. keterampilan prevent bisa di katakan lebih baik dibandingkan represif. Karena sifat keterampilan ini mencakup
kemampuan guru untuk mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar yang optimal dapat diciptakan dan
dipelihara. Untuk mewujudkan keterampilan ini, guru harus mampu mengambil prakarsa dalam mengendalikan
pembelajaran sehingga gangguan-gangguan yang dapat menurunkan atau merusak kondisi belajar tidak sempat
muncul. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan
kemampuannya dengan cara : a) Menunjukan sikap tanggap. Dalam tugasnya mengajarnya, guru harus terlibat
secara fisik maupun mental dalam arti guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta
didik yang menunjukan perilaku positif maupun perilaku negatif. Sikap tanggap itu dapat dilakukan dengan cara
memandang secara saksama, gerak mendekati, memberi pernyataan, misalnya pernyataan yang mengandung
ancaman ” Saya tunggu sampai kalian diam. ” ” saya atau kalian yang keluar ” b) Membagi perhatian. Guru harus
mampu membagi perhatian ke semua peserta didik, Perhatian itu dapat bersifat visual maupun bersifat verbal.
Perhatian bersifat visula misalnya guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kigiatan pertama,
sehingga dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandang ini
dilakukan terhadap kelompok anak didik atau individu anak didik.Perhatian bersifat verbal misalnya memberi
komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama, sementara ia memimpin
dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain. c) Memusatkan perhatian kelompok. Mempertahankan
dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu
ke waktu. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan selalu menyiagakan peserta didik dan menuntut tanggung jawab
peserta didik akan tugas-tugasnya. d) Memberi petunjuk petunjuk yang jelas. Petunjuk ini dapat dilakukan untuk
materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan baik
langsung maupun tidak langsung pada pelajaran. e) Menegur. Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukan
perilaku yang mengganggu atau menyimpang. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas tertuju pada perilaku
yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar dan menyakitkan. f) Memberi penguatan.
Perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif perlu memperoleh penguatan. Perilaku positif diberikan
penguatan agar perilaku tersebut muncul kembali. Prilaku negatif diberikan penguatan dengan cara memberi
teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi kembali.
Contoh pengadilan preventif
 melakukan penyuluhan tentang bahayanya penggunan narkoba dan obat terlarang lainnya. Dalam
hal ini selain tindakan penyuluhan juga dapat di lakukan pengecekan urine secara rutin.
 Melakukan sikat gigi secara teratur untuk mencegah terjadinya gigi berlubang .

Anda mungkin juga menyukai