Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERPAJAKAN

“REFORMASI PAJAK DALAM RANGKA MENINGKATKAN


PENDAPATAN NEGARA”

NAMA : LINA EFIANI

NIM : A0C02310042

PENGANTAR PERPAJAKAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah singkat ini adalah “Sistem Perpajakan di Indonesia
dan Hubungannya dengan Penerimaan Negara.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah Pengantar Perpajakan yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan makalah singkat ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
dapat membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi
penulis dan pembaca

Mataram, 24 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I..............................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................
C. TUJUAN...................................................................................................
BAB II.............................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................
I. PAJAK DAN HUKUM PAJAK SECARA UMUM.................................
II. REFORMASI PAJAK..............................................................................
III. REFORMASI PAJAK UNTUK MENINGKATKAN..............................

BAB III............................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................
KESIMPULAN...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah pemungutan pajak telah mengalami perubahan dari masa
ke masa, sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara, baik di
bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Di Indonesia,
sumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi
penerimaan dari beberapa sektor, seperti pajak, kekayaan alam, bea dan
cukai, retribusi, iuran, sumbangan, laba dari badan usaha milik negara,
dan sumber-sumber lainnya.
Salah satu tujuan pendirian negara adalah untuk memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat
untuk menjadi manusia seutuhnya. Negara Republik Indonesia sebagai
negara merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan
pemerintahannya, seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan tersebut
antara lain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dalam melaksanakan pembangunan, suatu negara memerlukan beberapa
unsur pendukung, salah satunya adalah tersedianya sumber penerimaan
yang memadai dan dapat diandalkan. Salah satu sumber penghasilan
negara yang sangat besar adalah dari pajak. Pajak dipungut berdasarkan
undang-undang, tidak mendapatkan jasa timbal
balik (kontraprestasi perseorangan), dan diperuntukkan bagi keperluan
pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan, baik rutin maupun tidak.
Pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi anggaran
(budgeter), fungsi mengatur (regulerend), fungsi stabilitas, dan fungsi
redistribusi pendapatan. Syarat-syarat pemungutan pajak harus
didasarkan pada prinsip keadilan dan tidak mengganggu perekonomian.
Dengan demikian, pajak memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan,
sebagai sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan.
Pemungutan pajak ini masih banyak menimbulkan permasalahan-
permasalahan, antara lain disebabkan oleh kelemahan regulasi di bidang
perpajakan, kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran, pengetahuan, dan
tingkat ekonomi yang rendah, database yang belum lengkap dan akurat,
serta lemahnya penegakan hukum berupa pengawasan dan pemberian
sanksi yang belum konsisten dan tegas. Selain itu, kendala lain dalam
pemungutan pajak adalah adanya paradigma bahwa membayar pajak
percuma karena akan memperkaya petugas pajak, yang merupakan
bentuk perlawanan terhadap pajak.
Untuk mengatasi permasalahan atau kendala tersebut, pemerintah
melakukan reformasi di bidang perpajakan dengan melakukan beberapa
upaya, seperti menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak
harus dilakukan dengan baik dan benar, menyiapkan pengelolaan data
yang lengkap, akurat, terintegrasi, dan terjamin kerahasiannya (database
management system), penyempurnaan perangkat aturan, melaksanakan
penegakan hukum secara konsisten dan tegas, melayani Wajib Pajak
secara profesional, serta melakukan sosialisasi yang bersifat
berkelanjutan.
Dengan adanya reformasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan negara dari sektor perpajakan.

B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari system perpajakan di Indonesia?
b) Bagaimana keterkaitan antara reformasi pajak di Indonesia dan
hasil-hasilnya?
c) Bagaimana upaya pemerintahan untuk meningkatkan pendapatan
negara dari sektor perpajakan?

C. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui dan menjelaskan system perpajakan di
Indonesia.
b) Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana keterkaitan antara
reformasi pajak di Indonesia dan hasil-hasilnya
d) Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana upaya pemerintah
untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor perpajakan
BAB II PEMBAHASAN

I. Pajak Dan Hukum Pajak Secara Umum


 Pengertian Pajak,fungsi,syarat dan system pemungutan pajak

 Pengertian Pajak

Pajak memiliki beragam definisi tergantung dari perspektif yang


digunakan. Namun, inti dari pajak adalah kewajiban yang dipaksakan
kepada individu atau entitas oleh pemerintah tanpa adanya
kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh individu tersebut.
Pajak juga dipungut berdasarkan undang-undang dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah untuk kepentingan umum.

Menurut N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan


sepihak oleh pemerintah dan terutang kepada penguasa, tanpa adanya
kontraprestasi, dan digunakan untuk menutup pengeluaran umum.
Adam Smith menggambarkan pajak sebagai kontribusi dari warga
untuk mendukung negara, sedangkan Sommerfeld mendefinisikannya
sebagai transfer paksa dari sektor swasta ke sektor publik, tanpa
menerima manfaat spesifik yang sepadan, untuk mencapai tujuan
ekonomi dan sosial.Dalam konteks Indonesia, Rochmat Soemitro dan
Djajaningrat menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara
berdasarkan undang-undang, tanpa mendapatkan kontraprestasi
langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Menurut Abdul Asri Harahap, pajak juga merupakan utang anggota
masyarakat kepada masyarakat, yang meskipun berada di bidang
hukum publik, erat hubungannya dengan hukum perdata dan hukum
adat.
Secara umum, pajak memiliki beberapa ciri khas, antara lain
pemungutan berdasarkan undang-undang, sifat yang dapat dipaksakan,
tidak adanya kontraprestasi yang langsung dirasakan oleh pembayar
pajak, pemungutan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah,
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah untuk
kepentingan masyarakat umum.

 Fungsi pajak

Fungsi pajak yang penting dalam perekonomian suatu negara dapat


dibagi menjadi beberapa aspek. Pertama, fungsi finansial atau
budgeter, di mana pajak digunakan sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintahan,
termasuk pengeluaran rutin dan pembangunan. Selain itu, pajak juga
dapat berperan sebagai alat untuk mengatur atau regulerend, di mana
pemerintah menggunakan pajak sebagai alat untuk melaksanakan
kebijakan dalam bidang sosial dan ekonomi. Contohnya, pemerintah
dapat memberlakukan pajak yang tinggi terhadap minuman keras
untuk mengurangi konsumsi minuman keras.Selain itu, fungsi pajak
juga terkait dengan stabilitas ekonomi. Pajak memberikan pemerintah
dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Pemerintah dapat
mengatur peredaran uang di masyarakat dan menggunakan pajak
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan ini.

Fungsi redistribusi pendanaan juga menjadi perhatian dalam


pemungutan pajak. Pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
membiayai kepentingan umum, termasuk pembangunan, sehingga
membuka kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, pajak juga dapat berperan sebagai alat untuk
mengendalikan konsumsi barang tertentu yang dianggap merugikan
masyarakat, seperti rokok atau minuman beralkohol, dengan
memberlakukan tarif pajak yang tinggi.

 Syarat pemungutan pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau


perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat
pemungutan pajak, antara lain :

1. Syarat keadilan.

Pemungutan pajak harus adil sesuai dengan tujuan hukum yakni


mencapai keadilan berdasarkan undang-undang dan peraturan lain
dalam mengenakan pajak secara umum dan merta, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

2. Syarat yuridis.

Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.

3. Syarat ekonomis.

Pemungutan pajak tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan


perekonomian, baik produk maupun perdagangan, sehingga tidak
menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Syarat finansial.

Pemungutan pajak harus efisien sesuai fungsi budgetair.Biaya


pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari
hasil pemungutanya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan


mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam buku "Hukum Pajak" oleh Wirawan B. Ilyas dan Richard
Burton, dijelaskan bahwa terdapat empat macam sistem
pemungutan pajak:

1. Official assessment system: Wajib Pajak bersifat pasif dan


menunggu dikeluarkannya ketetapan pajak oleh Fiskus untuk
mengetahui besarnya utang pajak yang harus dibayar.

2. Semi self-assessment system: Wajib Pajak menentukan sendiri


besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan sebagai
angsuran, kemudian Fiskus menentukan utang pajak sesungguhnya
berdasarkan data yang dilaporkan oleh Wajib Pajak.

3. Self-assessment system: Wajib Pajak memiliki wewenang penuh


untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan
melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

4. Withholding system: Pihak ketiga memiliki wewenang untuk


memotong/memungut besarnya pajak yang terutang, menyetor, dan
melaporkannya kepada Fiskus.

Dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah perubahan


ketiga UUD 1945 Pasal 23A. Lembaga pemerintah yang mengelola
perpajakan di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
yang merupakan bagian dari Departemen Keuangan
Republik Indonesia.

 Tinjauan umu tentang hukum pajak


Hukum pajak adalah seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak. Hukum pajak terbagi menjadi hukum
pajak material, yang mengatur materi pajak seperti siapa yang
terlibat, apa yang dikenakan pajak, dan sebagainya, serta hukum
pajak formal, yang mengatur cara pelaksanaan hukum pajak
material menjadi kenyataan, seperti proses pembayaran pajak, surat
pemberitahuan, ketetapan pajak, dan lain-lain.Berikut adalah
beberapa informasi tambahan mengenai hukum pajak:

Jenis-jenis Hukum Pajak:


1. Hukum Pajak Materiil: Mengatur materi pajak, seperti siapa
yang wajib membayar pajak, apa yang dikenakan pajak, dan
sebagainya.
2. Hukum Pajak Formal: Mengatur prosedur administrasi
pelaksanaan pajak, seperti pembayaran pajak, surat
pemberitahuan, dan lain-lain.
3. Fungsi Hukum Pajak:Memberikan landasan hukum bagi
pemerintah dalam menetapkan dan mengumpulkan
pajak.Menjamin hak dan kewajiban wajib pajak serta
pemerintah.Menjaga agar proses perpajakan berjalan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Publik Lainnya:
5. Hukum Pajak dan Hukum Administrasi Negara: Hukum pajak
mengatur tentang administrasi negara terkait dengan
pemungutan dan pengelolaan pajak.
6. Hukum Pajak dan Hukum Perdata: Hukum perdata mengatur
hubungan hukum antara individu atau badan hukum dalam
kegiatan sehari-hari, sedangkan hukum pajak berkaitan dengan
kewajiban membayar pajak.
7. Hukum Pajak dan Hukum Pidana: Hukum pidana pajak
menetapkan sanksi pidana bagi pelanggaran ketentuan
perpajakan.
8. Pentingnya Hukum Pajak dalam Perekonomian:
Memastikan keadilan dan kesetaraan dalam pembayaran
pajak.Memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak dan
pemerintah.Mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memastikan penerimaan pajak yang
memadai.
9. Perkembangan Hukum Pajak di Indonesia:
Di Indonesia, hukum pajak berkembang seiring dengan
perubahan kebijakan perpajakan yang disesuaikan dengan
perkembangan ekonomi dan kebutuhan negara.

II. Reformasi Pajak

Reformasi pajak saat ini menjadi topik menarik dengan makna


yang luas dan terus berkembang. Menurut Williamson dalam Mas'oed
(1994), reformasi perpajakan meliputi perluasan basis perpajakan,
perbaikan administrasi perpajakan, mengurangi penghindaran dan
manipulasi pajak, serta mengatur pengenaan pada aset yang berada di
luar negeri. Anggito Abimanyu (2003) menyebutkan bahwa reformasi
perpajakan adalah perubahan mendasar di segala aspek perpajakan
yang memiliki tiga tujuan utama, yaitu tingkat kepatuhan sukarela
yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang
tinggi, dan produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
Aviliani (2003) berpendapat bahwa tujuan utama reformasi
perpajakan adalah untuk menegakkan kemandirian ekonomi dalam
membiayai pembangunan nasional dengan lebih mengerahkan
kemampuan sendiri. Dalam hal ini, reformasi perpajakan diharapkan
bisa mengurangi ketergantungan utang luar negeri. Dengan reformasi
perpajakan secara menyeluruh, diharapkan jumlah wajib pajak akan
semakin luas serta beban pajak akan makin adil dan wajar, sehingga
mendorong wajib pajak untuk membayar kewajibannya dan
menghindari praktik manipulasi pajak.

Jit B.S. Gill menyatakan bahwa suatu sistem penerimaan negara yang
mengurusi masalah pajak perlu direformasi dengan alasan utama.
Pertama, hukum dan kebijakan pajak yang baik menciptakan potensi
peningkatan penerimaan pajak, tetapi jumlah aktual pajak yang
mengalir ke kas negara tergantung pada efisiensi dan efektivitas
administrasi penerimaan negara. Kedua, kualitas administrasi
penerimaan pajak mempengaruhi iklim investasi dan pengembangan
sektor swasta. Ketiga, administrasi perpajakan yang buruk kerap
muncul dalam daftar organisasi dengan kasus korupsi tertinggi.
Keempat, reformasi perpajakan diperlukan untuk memungkinkan
sistem perpajakan mengikuti perkembangan terbaru dalam aktivitas
bisnis dan pola penghindaran pajak yang semakin canggih.

Direktur Jenderal Pajak mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki


langkah jangka menengah untuk membangun sistem perpajakan yang
lebih baik. Reformasi administrasi perpajakan diharapkan dapat
mencapai tiga tujuan utama:

tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap


administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas aparat
perpajakan yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, DJP telah
menyusun sejumlah strategi, antara lain meningkatkan kepatuhan,
menangkal ketidakpatuhan, meningkatkan citra, mengembangkan
administrasi modern, dan meningkatkan produktivitas aparat.Upaya
integral Direktorat Jenderal Pajak diharapkan dapat menghantarkan
implementasi misi Direktorat Jenderal Pajak.

III. Reformasi Pajak Sebagai Upaya Pemerintahan Untuk Meningkatkan

Pendapatan Negara Akhir-akhir ini reformasi dibidang perpajakan


sedang giat dilakukan, bahkan menjadi suatu agenda nasional di tahun
2017.Reformasi perpajakan adalah perubahan systemperpajakan
secara signifikan dan komprehensif yang mencakup pembenahan
administrasi perpajakan, perbaikan regulasi perpajakan, dan Latar
Belakang lahirnya reformasi pajak: Karena banyak peraturan dibidang
perpajakan yang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi saat ini;
Reformasi dilakukan untuk menuju sistem perpajakan yang lebih
berkeadilan, serta perluasan data yang lebih valid komprehensif, dan
terintegrasi dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak jangka
pendek maupun jangka panjang yang berkesinambungan; Reformasi
dilakukan karena kebutuhan untuk mewujudkan suatu lembaga
perpajakan yang kuat, kredibel, dan akuntabel, secara struktur,
kewenangan, dan kapasitas yang memadai (SDM, anggaran, proses
bisnis, sistem informasi, dan infrastruktur pendukung serta regulasi)
sehingga mampu mendeteksi potensi pajak yang ada dan
merealisasikannya menjadi penerimaanpajak secara efektif dan
efisien.Adapun maksud dan tujuan dilakukan reformasi dibidang
perpajakan adalah: Mempersiapkan dan mendukung pelaksanaan
dibidang perpajakan yang mencakup aspek: Organisasi dan sumber
daya manusia, teknologi informasi, basis data dan proses bisnis, serta
peraturan perundang-undangan.

Gunanya yaitu untuk meningkatkan kepercayaan wajib pajak


terhadap institusi perpajakan, kepatuhan wajib pajak, kehandalan
pengelolaan basis data/administrasi perpajakan, dan integritas serta
produktivitas aparat perpajakan. Tujuan utama pembaruan perpajakan
nasional ini adalah untuk lebih menegakkan kemandirian kita dalam
membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan
lagi segenap kemampuan kita sendiri. Dengan reformasi pajak
diharapkan beban pajak akan makin adil dan wajar, sehingga di satu
pihak mendorong WP melaksanakan dengan kesadaran kewajibannya
membayar pajak dan di lain pihak menutup peluang-peluang yang
selama ini masih terbuka bagi WP untuk menghindari pajak. Sistem
perpajakan setelah reformasi berintikan kesederhanaan, menunjang
pemerataan dan memberikan kepastian. Sistem yang baru tidak
memungut pajak atas seluruh masyarakat, melainkan hanya
sumbangan dari hasil pemungutan pajak atas perusahaan-perusahaan
besar dan individu yang berpenghasilan. Selain itu, reformasi pajak
dilakukan agar sistem perpajakan dapat lebih efektif dan efisien,
sejalan dengan perkembangan globalisasi yang menuntut daya saing
tinggi dengan negara lain. Tentu saja dengan memperhatikan prinsip –
prinsip perpajakan yang sehat seperti persamaan (equality),
kesederhanaan (simplicity), dan keadilan (fairness), sehingga tidak
hanya berdampak terhadap peningkatan kapasitas fiskal, melainkan
juga terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro.

Melakukan reformasi dibidang pajak untuk meningkatkan


pendapatan negara, maka dalam pembuatan dan pelaksanaannya,
harus memperhatikan beberapa hal penting yang harus diketahui,
antara lain: Reformasi di bidang perpajakan adalah melakukan
perubahan sistem perpajakan yang menyeluruh, termasuk di dalamnya
adalah pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi, dan
peningkatan basis perpajakan. Reformasi dilakukan karena kondisi
penerimaan dan kepatuhan perpajakan yang masih sangat rendah
sehingga mengakibatkan rasio pajak Indonesia terendah di antara
Negara-negara Asean dan G-20 dan terus menurun. Reformasi
bertujuan untuk menjadikan Direktorat Jenderal Pajak sebagai
institusi perpajakan yang kuat, kredibel, dan akuntabel. Reformasi
diwujudkan melalui transformasi terhadap lima pilar perpajakan
Indonesia:

a. Organisasi; Meningkatkan efektivitas organisasi melalui


penajaman dan peningkatan fungsi, penataan dan penyempurnaan
organisasi.
b. Sumber daya manusia; Membentuk SDM yang tangguh,
akuntabel, dan berintegritas.
c. Teknologi Informasi dan Basis Data;Memastikan sistem informasi
teknologi dan basis data yang andal, mendukung proses bisnis
DJP, dan menghasilkan output yang akurat dan reliabel.
d. Proses Bisnis; Menyederhanakan
proses bisnis sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif, efisien,
akuntabel, berbasis teknologi informasi, dan mencakup seluruh
tugas DJP.
e. Peraturan perundang-undangan. Membuat kebijakan perpajakan
yangmemperluas basis perpajakan, memberikan kepastian hukum,
mengurangi biaya kepatuhan, dan meningkatkan penerimaan
pajak.
Reformasi perpajakan dilakukan untuk berbagai pihak seperti
pegawai pajak, wajib pajak, lembaga terkait, dan masyarakat.
Reformasi ini harus memiliki tujuan jangka panjang dan jangka
pendek. Salah satu bentuk reformasi perpajakan yang dilakukan oleh
pemerintah pada tahun 2017 mencakup 13 program dari tiga bidang,
yaitu Teknologi Informasi, Basis Data, dan Proses Bisnis; Organisasi
dan SDM; serta Regulasi. Beberapa hasil dari reformasi tersebut
antara lain integrasi sistem billing dengan sistem penagihan, layanan
tanya-jawab dalam website pajak.go.id yang terhubung dengan call
center Kring Pajak, SPT elektronik untuk menyelesaikan masalah e-
filing, dan lain sebagainya.Program kerja selanjutnya dalam bidang
Teknologi Informasi, Basis Data, dan Proses Bisnis sepanjang tahun
2017 meliputi penyusunan pedoman pengendalian interaksi petugas
pajak dengan pihak eksternal, membenahi prosedur pemeriksaan,
cleansing database perpajakan, dan penataan ulang proses bisnis
utama perpajakan. Bidang Organisasi dan SDM melakukan program
seperti meluncurkan mobile tax unit (MTU), piloting KPP Mikro pada
KP2KP, dan lain sebagainya. Sementara itu, bidang Regulasi
melakukan program seperti harmonisasi dan kodifikasi regulasi,
penyederhanaan registrasi wajib pajak, dan pemotongan pajak di awal
atas belanja APBN/APBD.Reformasi perpajakan diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan negara dengan memperbarui sistem
perpajakan untuk lebih menegakkan kemandirian dalam membiayai
pembangunan nasional, terutama dengan meningkatkan penerimaan
negara melalui perpajakan dari sumber-sumber di luar minyak bumi
dan gas alam. Penyempurnaan undang-undang pajak dilakukan dalam
rangka ekstensifikasi dan intensifikasi pengenaan dan pemungutan
pajak, serta upaya peningkatan keadilan beban pajak dan
penghapusan fasilitas pajak yang tidak memiliki landasan hukum
yang merugikan perekonomian nasional serta menutup peluang
penghindaran pajak. Semua kebijakan ini diharapkan dapat
meningkatkan tax compliance, investasi, dan penerimaan negara
untuk mencapai kemandirian dalam pembiayaan pembangunan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Reformasi perpajakan adalah perubahan sistem perpajakan secara
signifikan dan komprehensif yang mencakup pembenahan administrasi
perpajakan, basis pajak, perbaikan regulasi, dan peningkatan maksud dan
tujuan dilakukan reformasi dibidang perpajakan adalah mempersiapkan
dan mendukung pelaksanaan dibidang perpajakan yang mencakup aspek
organisasi dan sumber daya manusia, teknologi informasi, basis data dan
proses bisnis, serta peraturan perundang-undangan. Tujuan dari reformasi
ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan wajib pajak terhadap institusi
perpajakan, kepatuhan wajib pajak, kehandalan pengelolaan basis
data/administrasi perpajakan, dan integritas serta produktivitas aparat
perpajakan. Tujuan utama pembaruan perpajakan nasional ini adalah
untuk lebih menegakkan kemandirian kita dalam membiayai
pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan lagi segenap
kemampuan kita sendiri. Dengan reformasi pajak diharapkan beban pajak
akan makin adil dan wajar, sehingga di satu pihak mendorong wajib pajak
melaksanakan dengan kesadaran kewajibannya membayar pajak dan di
lain pihak menutup peluang-peluang yang selama ini masih terbuka bagi
wajib pajak untuk menghindari pajak. Dengan pembaruan perpajakan
untuk lebih menegakkan kemandirian kita dalam membiayai
pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi
dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan
penerimaan negara melalui perpajakan dari sumber-sumber di luar
minyak bumi dan gas alam. Semua kebijakan ini dalam jangka panjang
diharapkan dapat meningkatkan tax compliance, meningkatkan investasi,
dan penerimaan negara untuk menuju kemandirian
pembiayaan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai