Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIKUM

EVAPORASI

Disusun oleh:
NAMA : Osama bin Mirza
NIM : 195100607111019
KELOMPOK : H8
ASISTEN : 1. Ananda Firly Andriani
2. Umi Mianadhiroh
3. Siti Sonia Nur Indarwati
4. Surya Huda

LABORATORIUM REKAYASA BIOPROSES

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Jelaskan pengertian dan fungsi proses evaporasi bahan pangan

Evaporasi adalah suatu operasi dimana sebagian fluida berubah dari fasa
cairan menjadi fasa uap. Teknologi evaporasi vakum banyak digunakan pada
industri pangan terutama pada pengolahan bahan pangan pasta atau cairan kental
seperti pembuatan saos tomat, kecap, pengolahan susu, juga ekstrak sari jahe.
Penguapan pada evaporator dapat dihitung dengan mengetahui tekanan absolut
yang terjadi di ruang penguapan. Dimana suhu penguapan merupakan suhu uap
jenuh pada tekanan absolut di dalam ruang penguapan tersebut. Larutan yang
dipekatkan akan menunjukkan kenaikan titik didihnya, sesuai dengan konsentrasi
larutan yang diinginkan. (Ismiyati, 2020)

Saat ini, teknologi evaporasi vakum banyak digunakan pada industri


pangan terutama pada pengolahan bahan pangan pasta atau cairan kental seperti
pembuatan pasta tomat, produksi kecap, pengolahan jamu cina, pengolahan susu,
juga ekstrak sari jahe. Evaporasi atau penguapan adalah suatu operasi dimana
suatu fluida berubah dari keadaan cairan menjadi keadaan uap. Operasi evaporasi
telah banyak digunakan secara luas dalam industry pangan. Salah satu
penggunaanya adalah dalam pengolahan buah menjadi jus buah pekat (pasta)
untuk memperoleh produk yang stabil (jam dan jeli) dan untuk memperkecil
volume penyimpanan dan pengangkutan. Selain itu, operasi evaporasi juga sering
digunakan dalam pengolahan produk sayuran untuk memperoleh tekstur yang
lebih baik seperti pure dan pasta. (Sari, 2020)

2. Jelaskan prinsip dan mekanisme proses evaporasi

Evaporasi atau penguapan adalah suatu operasi dimana suatu fluida


berubah dari keadaan cairan menjadi keadaan uap. Penguapan dapat dipakai untuk
tujuan pemisahan pelarut (solven) dari larutan yang lebih pekat. Selanjutnya
larutan yang pekat ini biasanya dikerjakan untuk kristalisasi. Perpindahan panas
dan perpindahan massa adalah dua proses dasar yang terjadi dalam penguapan
atau evaporasi. Selama penguapan pada campuran (larutan) harus diberikan panas
untuk menyediakan tenaga yang diperlukan. Cairan volatile berubah menjadi uap
dan uap ini harus dipisahkan. Panas dapat juga diberikan secara tidak langsung
dengan menghantarkannya melewati suatu media penahan yang sesuai. Seperti
evaporasi dengan media steam sebagai sumber panas, dimana steam dialirkan
melewati sisi dalam pipa-pipa yang tercelup dalam campuran atau larutan yang
diuapkan. (Sari, 2020)
Proses evaporasi merupakan proses yang melibatkan pindah panas dan
pindah masa secara simultan. Artinya, dalam proses ini sebagian air atau pelarut
akan diuapkan sehingga akan diperoleh suatu produk yang kental (konsestrat).
Proses pindah panas dan pindah masa yang efektif akan meningkatkan kecepatan
penguapan. Evaporasi akan terjadi apabila suhu suatu bahan sama atau lebih
tinggi dari titik didih cairan. Proses evaporasi yang paling sederhana adalah
evaporasi pada tekanan atmosfer. Dimana pada evaporasi ini cairan di dalam suatu
wadah terbuka dipanaskan dan uap air dikeluarkan ke udara atmosfer. (Ismiyati,
2020)

3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penguapan


saat proses evaporasi

Proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan energi bahang dan


gradient/ defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu
udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk
serta sifat dari permukaan yang berevaporasi [5]. Faktor-faktor tersebut
dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor lokasi geografis, musim, interval
waktu dan lain-lain sehingga proses evaporasi merupakan proses yang cukup
rumit untuk dilakukan pengukuran dan perhitungannya. Pengaruh relatif dari
faktor-faktor cuaca terhadap evaporasi sulit untuk dievaluasi dan beberapa
simpulan harus dilihat berdasarkan interval waktu seperti jam-jaman, harian, 10-
harian (dasarian), dan bulanan. (Wati, 2015)

Evaporasi merupakan proses penguapan yang terjadi melalui permukaan


air, tanah, dan vegetasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan
memberikan laju evaporasi lebih tinggi daripada bidang permukaan yang rata.
Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang penguapan, makin gampang
terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas. Proses evaporasi tergantung
pada saturation defisit di udara atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara
sebelum udara tersebut menjadi jenuh. Dengan demikian, evaporasi lebih banyak
terjadi pada daerah di mana kondisi udara cenderung lebih kering dari pada daerah
dengan kondisi yang lembab. (Binsasi, 2016)

4. Jelaskan tujuan utama bahan pangan melalui proses evaporasi

Evaporasi pada prinsipnya mempunyai dua fungsi yaitu merubah panas


dan memisahkan uap yang terbentuk dari bahan cair. Pengeringan merupakan
proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan
terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan hasil
ekstraksi, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan
demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih
lama dan kandungan nutrisinya masih ada dibandingkan dengan bahan hasil
ekstraksi tanpa dikeringkan. Selain dari pada itu faktor ukuran bahan juga
berpengaruh pada waktu pengeringan. Semakin kecil ukuran bahan semakin cepat
bahan itu kering dan semakin sedikit air yang dikandung dalam bahan semakin
cepat juga bahan itu kering, baik menggunakan metode pengeringan alami
maupun buatan. (Meriatna, 2013)

Proses evaporasi telah banyak digunakan secara luas dalam industry


pangan. Adapun fungsi lain evaporasi selain untuk mengawetkan bahan pangan
juga terdapat pada pengolahan buah menjadi jus buah pekat yang berbentuk pasta.
Atau dalam kata lain, proses evaporasi juga bisa digunakan untuk mengubah
bentuk bahan pangan dari bentuk satu ke bentuk lainya. Hal tersebut dilakukan
untuk memperoleh produk yang stabil dan untuk memperkecil volume
penyimpanan dan pengangkutan. Selain itu, operasi evaporasi juga bisa digunakan
dalam pengolahan produk sayuran untuk memperoleh tekstur yang lebih baik
seperti pure dan pasta. Sehingga dapat memperlama usia bahan pangan terutama
untuk yang sensitif terhadap panas pada temperatur tinggi yang menyebabkan
hilangnya rasa dan menurunnya kualitas produk. (Ismiyati, 2020).

5. Sebutkan dan jelaskan macam – macam evaporator dan prinsipnya

Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip


kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Prinsip
kerjanya dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan
yang terdiri dari 23 zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut
yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih
pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi. 1. Pemekatan larutan didasarkan
pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zatnya. Titik didih cairan
murni dipengaruhi oleh tekanan. 2. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari
titik didih normal. 3. Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah
menguap (misalnya: gula) akan tergantung tekanan dan kadar zat tersebut. 4. Beda
titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut Kenaikan titik didih
(boiling). (Nuramalia, 2019)

Evaporator adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan dua fasa
antara liquid gas dan liquid cair dengan menggunakan media pemanas. Cara kerja
nya adalah dengan melakukan pemanasan hingga salah satu komponen menguap
pada trayek didihnya, sehingga dapat terpisah dari komponen lainnya. Jenis –
jenis Evaporator antara lain adalah Horizontal Tube yang merupakan jenis
evaporator yang memiliki tube secara horizontal. harga evaporator ini relative
murah dengan konstruksi design yang memudahkan penggantian tube – tubenya.
Kemudian jenis selanjutnya adalah Calandria Vertical Tube yang memiliki prinsip
kerja sama seperti Horizontal Tube, hanya saja memiliki letak tube yg berbeda.
Pada Calandria Vertical Tube memiliki letak tube pada posisi vertikal, dimana
proses Feed dilakukan melalui shell Evaporator kemudian steam akan masuk
kedalam tube melalui bagian bawah sehingga tinggi cairan hampir sama dengan
tinggi tube. Jenis berikutnya yaitu Long Tube Vertical. Jenis ini sama seperti
Vertical Tube Evaporator, yang membedakan hanya panjang tube yang berkisar
antara 12 sampai 24 ft dan terdiri dari tube vertikal yang panjang dilalui oleh
bahan baku (cairan) sedangkan steam di sisi shell. (Faisal, 2016).

6. Jelaskan Perbedaan Antara Evaporasi, Destilasi Dan Pengeringan

Evaporasi adalah suatu operasi dimana sebagian fluida berubah dari fasa
cairan menjadi fasa uap. Teknologi evaporasi vakum banyak digunakan pada
industri pangan terutama pada pengolahan bahan pangan pasta atau cairan kental
seperti pembuatan saos tomat, kecap, pengolahan susu, juga ekstrak sari jahe.
Penguapan pada evaporator dapat dihitung dengan mengetahui tekanan absolut
yang terjadi di ruang penguapan. Dimana suhu penguapan merupakan suhu uap
jenuh pada tekanan absolut di dalam ruang penguapan tersebut. Larutan yang
dipekatkan akan menunjukkan kenaikan titik didihnya, sesuai dengan konsentrasi
larutan yang diinginkan. (Ismiyati, 2020)

Distilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh bahan


berwujud cair yang terkotori oleh zat padat lain atau bahan yang memiliki titik
didih berbeda. Bahan yang dipisahkan dapat dalam bentuk larutan atau cair, tahan
terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat.Contoh
metode ini adalah dalam penyulingan minyak bumi menjadi fraksi-fraksi seperti
bensin, avtur.Selain itu juga dalam pembuatan minyak kayu putih, pemurnian
parfum dari ekstrak tanaman, serta dalam pemurnian air minum juga destilasi air
laut untuk memperoleh air murni. Metode selanjutnya adalah dengan ekstraksi
merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dengan pelarut
yang sesuai. Dasarnya adalah dengan prinsip kelarutan bahan dalam pelarut
tertentu. (Faisal, 2016)

Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas


dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air
dalam suatu bahan hasil ekstraksi, maka semakin cepat pembusukannya oleh
mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai
waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada dibandingkan
dengan bahan hasil ekstraksi tanpa dikeringkan. Selain dari pada itu faktor ukuran
bahan juga berpengaruh pada waktu pengeringan. Semakin kecil ukuran bahan
semakin cepat bahan itu kering dan semakin sedikit air yang dikandung dalam
bahan semakin cepat juga bahan itu kering, baik menggunakan metode
pengeringan alami maupun buatan. (Meriatna, 2013)

7. Jelaskan karakteristik bahan yang digunakan dalam praktikum

Akuades merupakan salah satu jenis pelarut yang jauh lebih baik
dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang
terkandung di dalam akuades merupakan senyawa baik yang mencakup berbagai
senyawa organik netral serta memiliki gugus fungsional polar seperti gula,
alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutan akuades disebabkan oleh kecenderungan
oleh molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil
gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton. Akuades umumnya
diperoleh dari proses penyulingan, sehingga air yang didapat bebas dari zat-zat
pengotor dan bersifat murni dalam laboratorium. Akuades memiliki ciri – ciri
berupa larutan berwarna bening, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades
biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat pengotor,
pelarut, dan penetral zat – zat kimia. (Setianingsih, 2017)

Melon (Cucumis melo L.) merupakan buah yang memiliki beberapa


kandungan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Melon
jenis cantaloupe merupakan salah satu sumber vitamin C, vitamin A, kalium,
vitamin B6, asam folat, dan niasin. Kandungan vitamin A dan vitamin C pada
buah melon jenis cantaloupe masingmasing adalah 54% dan 49% dari angka
kecukupan gizi harian. Kandungan mineral pada buah melon antara lain kalium,
kalsium, besi, magnesium, fosfor, natrium, dan zink. Warna daging buah oranye
pada melon mengindikasikan adanya kandungan karotenoid yang bermanfaat
untuk kesehatan jantung dan sistem imun tubuh, sedangkan melon yang daging
buahnya berwarna hijau ada yang mengandung vitamin B6 yang bermanfaat untuk
menjaga kekuatan tulang dan gigi. (Huda, 2018)

8. Penjelasan mengenai oven vacuum

Pengering vakum merupakan salah satu jenis pengering yang dapat


bekerja pada suhu dan tekanan yang sangat rendah. Contoh alat pengering vakum
yang paling sering digunakan secara umum adalah oven vakum. Prinsip dari
pengering vakum adalah dengan cara mengkondisikan tekanan vakum pada suatu
ruang pengeringan sehingga bahan yang ingin dikeringkan dapat dilakukan pada
suhu rendah. Pengeringan digunakan untuk mendapatkan produk dengan kualitas
tinggi, meminimalisir terbuangnya aroma pada zat aktif dan volatil (mudah
menguap), serta berfungsi untuk memperkecil kerusakan nutrisi pada bahan,
seperti denaturasi protein, browning (pencoklatan bahan), dan reaksi enzimatis.
(Sukmana, 2019)

Vacuum drying oven (VDO) merupakan suatu alat yang menggabungkan 2


metode sekaligus yaitu metode pemanasan dan tekanan dalam prosesnya. Metode
ini memanfaatkan tingkat pemanasan yang rendah disertai dengan tekanan yang
rendah pula atau vakum. Prinsip kerja dari vacuum drying oven yaitu menurunkan
tekanan udara sehingga dapat menurunkan titik didih dari air atau bahan yang
akan dikeringkan. Metode VDO mampu mempertahankan senyawa bioaktif pada
bahan pangan yang sudah diolah dengan menggunakan proses sangrai. Selain itu,
pengeringan vakum juga mampu menurunkan potensi serta mencegah
terbentuknya senyawa akrilamida. (Sihombing, 2018)

9. Aplikasi evaporasi di bidang bioproses

Aplikasi evaporasi di bidang bioproses bisa berupa pembuatan vacuum


evaporator dengan metode liquid ring vacuum pump. Proses evaporasi yang
dilakukan pada bahan pangan berbahan dasar gula seperti nira dengan
menggunakan vacum evaporator yang menggunakan barometrik condensor
sebagai penguap nya memerlukan energi yang cukup besar, untuk menghemat
energi maka diperlukan perancangan suatu evaporator vacum yang dapat
menurunkan titik didih dan juga menghemat energy yaitu dengan mengganti
barometrik condensor menjadi metode Liquid Ring Vacum Pump dimana uap
yang telah terkondensasi di dalam condensor dialirkan ke pompa vacum untuk
menarik uap pada ruang evaporator sehingga terjadi kondisi vacum. Pompa
vacum jenis ini menggunakan energy kecil bila dibandingkan dengan
menggunakan steam jet ejector. Vacum evaporator dengan metode Liquid Ring
Vacum Pump ini dapat menurunkan suhu penguapan sampai 76oC dengan tingkat
kevacuman mencapai 200 mmHg terhadap tekanan 760 mm Hg. Hasil
perancangan vacum evaporator ini diharapkan dapat digunakan pada Industri yang
menggunakan proses evaporasi larutan yang peka terhadap suhu tinggi, dengan
membuat kondisi vacum maka akan menurunkan titik didih yang secara otomatis
akan menghemat biaya dalam proses penguapannya. (Siswanto, 2017).

Aplikasi lainnya terdapat pada pembuatan evaporator double effect


termodifikasi untuk proses evaporasi berbagai jenis bahan pangan. Proses
evaporasi menghasilkan uap air yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan
proses yang sama. evaporator double effect termodifikasi merupakan alat
evaporasi dengan proses penguapan berganda dan bekerja pada tekanan dibawah 1
atm. Pada evaporator efek tunggal (single effect) hasil dari penguapan berupa
steam akan terbuang menjadi kondensat. Padahal steam yang keluar dari proses
evaporator efek tunggal memiliki potensi energy panas yang cukup besar jika
digunakan kembali dalam proses penguapan. Energi dapat dihemat dengan
menggunakan kembali uap yang terbentuk dari produk mendidih. Salah satu dari
beberapa cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan penguapan efek jamak
(multiple effect). Prinsip utama dari evaporator double effect merupakan langkah
penghematan energi dimana uap hasil evaporasi badan pertama digunakan untuk
penguapan badan kedua, begitupun selanjutnya (sesuai jumlah efek). Perancangan
mesin evaporator sistem double effect juga didukung dengan adanya optimasi
dalam penggunaan suhu dalam proses evaporasi. Suhu proses evaporasi dapat
diatur berdasarkan tekanan dan dikondisikan vakum (dibawah 1 atm). (Anam,
2020).

Aplikasi selanjutnya yaitu pengolahan bahan pangan berbasis gula di


industry olechemic. Dalam proses pengolahan gliserin di industri oleochemical,
evaporator merupakan unit yang digunakan setelah proses pengolahan awal sweet
water menjadi crudesweet water (CSW) yang merupakan bottom product dari
splitting tower. Pada unit evaporasi ini menggunakan sistem multiple effect
evaporator, penggunaan sistem ini sangat baik bagi industri ini karena dapat
mengurangi penggunaan energi dan hasil pengolahannya baik. Pada proses
evaporasi yang terdapat di industri oleochemical menggunakan tiga kolom
evaporator dan empat alat penukar panas yang saling berkaitan. Proses evaporasi
di industry oleochemical bertujuan untuk memisahkan kandungan air yang masih
terdapat pada CSW yang telah diolah pada tahapan proses sebelumnya, sehingga
kandungan air yang terdapat pada sweet water dapat berkurang dan dapat
meningkatkan konsentrasi gliserin pada CSW dan akan diolah melalui tahapan
selanjutnya yaitu proses distilasi agar konsentrasi gliserin dapat menjadi lebih
besar seperti yang telah ditetapkan standar produk. Pada tahapan proses distilasi,
crude gliserin yang telah diolah melalui tahapan proses evaporasi akan dipanaskan
kembali hingga titik didihnya air agar kandungan air yang masih terdapat pada
crude gliserin menjadi hilang dan untuk menaikkan konsentrasi dari gliserin
hingga mencapai standar baku mutu. Kegagalan pada proses evaporasi akan
berdampak pada pengolahan gliserin dan juga pemborosan energi yang terpakai di
industri oleochemical, dikarenakan akan dapat membuat kerja dari alat distilasi
yang semakin berat, dapat menyebabkan pemborosan energy yang besar dan dapat
mengakibatkan menurunnya konsentrasi produk gliserin. Sehingga diperlukan
simulasi proses evaporator yang baik agar tidak terjadi pemborosan. (Prabowo,
2019).

10. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui perhitungan neraca massa pada proses evaporasi.


2. Mengetahui konstanta laju evaporasi
BAB 2
METODE

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Evaporasi dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Mei
2021. Pada pukul 15.20 sampai pukul 17.00. Praktikum Evaporasi ini
dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya. Namun karena dalam keadaan pandemi
maka praktikum dilakukan secara daring dengan menggunakan Zoom.

2.2 Alat dan Bahan + Fungsi


 Timbangan digital: menimbang massa bahan
 Oven vakum: mengurangi kadar air pada bahan atau sebagai
evaporator
 Blender: membantu proses pembuatan pasta
 Cawan aluminium foil: wadah bahan yang akan diukur kadar
airnya
 Stopwatch: mengukur lamanya waktu proses evaporasi
 Tray: wadah bahan perlakuan
 Pasta melon: sebagai sampel yang diuji
 Oven: mengukur kadar air sebelum dan sesudah proses evaporasi
2.3 Cara Kerja
Alat dan bahan.
Disiapkan
Pasta Melon disiapkan sebanyak 100 gram.
Ditimbang
Nyalakan oven dan atur suhu sebesar 60oC, 70oC, dan 80oC.

Tray berisi pasta melon dimasukan ke oven vakum


dengan tekanan 400mb.

Atur Stopwatch selama 30, 40, dan 50 menit.

Oven vakum dimatikan dan tunggu hingga uap keluar

Sample bahan ditaruh di cawan aluminium

Letakan sample bahan yang dihasilkan pada timbangan digital


Ditimbang
Ambil sample bahan sebanyak 5 gram

Masukan sample bahan ke oven non vakum pada


suhu 105oC selama 24 jam

Hasil
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Praktikum

Kelompok Suhu Waktu C (kg) ln c x x


2 ln 2
Pemanasan Evaporas y y
(°C) i (menit)

H8 70°C 30 0,988 -0,012 -0,1051 -2,252

H7 70°C 40 0,0814 -2,5075 8,7510 2.16918


9

Perhitungan Kelompok H8
Massa awal sebelum dievaporasi: 100,28 gram = 0,10028 kg
BB awal: 0,0038 BB akhir: 0,0045
BK awal: 0,0025 BK akhir: 0,0003

BB−BK
 KA awal = x 100%
BB
0,0038−0,0025
= x 100%
0,0038
= 34,21%
 Massa air awal (Y1) = KA awal x Massa awal
0,0038−0,0025
= x 0,10028
0,0038
= 0,0343
BB−BK
 KA akhir = x 100%
BB
0,0045−0,0003
= x 100%
0,0045
= 93,33%
 Massa padatan awal = Massa awal – Massa air awal
= 0,10028 – 0,0343
= 0,0659
100 %
 Berat kondensat (C) =
100 %−KA akhir
x Massa padatan awal
100 %
= 100 %−93 , 33 % x 0,0659 –
0,988
= 0,988
 Massa air akhir = KA akhir x C
= 93,33% x 0,988
= 0,9221
 Massa padatan akhir = C – Massa air akhir
= 0,988 – 0,9221
= 0,0659
 Y2 = Y1 – C
= 0,0343 – 0,988
= -0,9537
 ln C = ln 0,988
= -0,012
x 0,10028
 2 = −0,9537
y
= -0,1051


x
ln 2 = ln
y |0,10028
0,9537|
= -2,2528

Perhitungan Kelompok H7
3.2 Grafik
3.2.1 Hubungan waktu dengan ln C

hubungan waktu dengan ln C


0
28 30 f(x)
32 =34− 0.24955
36 38 40x + 42
7.4745
-0.5 R² = 1

-1 hubungan waktu dengan


ln C
ln C

-1.5
Linear (hubungan waktu
-2 dengan ln C)

-2.5
-3
Waktu

x
3.2.2 Hubungan waktu dengan ln 2
y

Hubungan waktu dengan ln x/y^2


2.5
2 f(x) = 0.442118 x − 15.51554
1.5 R² = 1
1
Hubungan waktu dengan
0.5
ln x/y^2

ln x/y^2
0
Linear (Hubungan waktu
-0.5 28 30 32 34 36 38 40 42 dengan ln x/y^2 )
-1
-1.5
-2
-2.5
Waktu

3.3.3 Hubungan waktu dengan C


hubungan waktu dengan C
1.2
1
f(x) = − 0.09066 x + 3.7078
0.8 R² = 1
hubungan waktu dengan
C 0.6 C
Linear (hubungan waktu
0.4 dengan C)
0.2
0
28 30 32 34 36 38 40 42
Waktu

3.3 Analisa Grafik


3.3.1 Hubungan waktu dengan ln C
Berdasarkan hasil yang sudah didapat dari perhitungan serta
penggambaran grafik hubungan waktu dengan Ln C di atas, didapatkan
beberapa data. Data pertama yaitu pada waktu 30 menit, didapat nilai ln C
adalah sebesar -0,012. Sedangkan pada waktu 40 menit, didapatkan nilai
ln C sebesar -2,5075. Dari kedua hasil hubungan pada grafik tersebut,
dapat dinyatakan bahwa semakin lama waktu penguapan maka nilai ln C
akan semakin kecil. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara waktu penguapan dengan nilai ln C adalah
berbanding terbalik.
Menurut literatur, hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin lama
waktu yang diberikan maka akan semakin tinggi suhu dan semakin besar
pula hasil evaporasi nya yang ditandai dengan semakin tinggi rendemen
yang diperoleh hingga tercapainya suhu dan waktu optimum. Suhu yang
semakin tinggi dapat menyebabkan gerakan partikel ke bahan yang diuji
semakin cepat karena suhu mempengaruhi nilai koefisien transfer massa
dari suatu komponen. Kenaikan suhu juga menyebabkan permeabilitas sel
semakin lemah sehingga memudahkan pelarut untuk mengekstrak zat aktif
pada bahan sehingga rendemen yang diperoleh semakin tinggi. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat tidak
sesuai dengan literatur. Hasil yang tidak sesuai ini bisa disebabkan oleh
beberapa hal, salah satunya adalah kesalahan praktikan dalam menghitung
data ataupun data yang diberikan memang tidak menghasilkan hasil yang
sesuai dengan literatur. (Suhendra, 2019).

x
3.3.2 Hubungan waktu dengan ln 2
y
Berdasarkan hasil yang sudah didapat dari perhitungan serta grafik
x
antara hubungan waktu dengan nilai ln di atas, didapatkan 2 data. Data
y2
x
pertama yaitu pada waktu 30 menit, didapat nilai ln adalah sebesar -
y2
2,252. Sedangkan pada waktu kedua yaitu 40 menit, didapatkan nilai ln
x
sebesar 2,16918. Dari kedua hasil tersebut, dapat dinyatakan bahwa
y2
x
semakin lama waktu penguapan maka nilai ln akan semakin besar.
y2
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara waktu
x
dengan ln adalah berbanding lurus.
y2
Berdasarkan literatur, suatu proses evaporasi emakin tinggi suhu
dan semakin lama waktu maserasi, maka semakin tinggi kadar yang
diperoleh hingga tercapainya suhu dan waktu optimum. Kelarutan zat aktif
yang diekstrak akan bertambah besar dengan bertambah tingginya suhu.
Akan tetapi, peningkatan suhu ekstraksi juga perlu diperhatikan, karena
suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang
sedang diproses. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil yang didapat sudah sesuai dengan literatur. (Chairunnisa,
2019).

3.3.3 Hubungan waktu dengan C


Berdasarkan hasil yang sudah didapat dari perhitungan serta
penggambaran grafik hubungan waktu dengan C atau berat kondensat di
atas, didapatkan 2 data. Data pertama yaitu pada perlakuan dengan waktu
30 menit, didapat nilai C adalah sebesar 0,988. Sedangkan pada waktu 40
menit, didapatkan nilai C sebesar 0,0814. Berdasarkan hasil tersebut,
terlihat bahwa semakin lama waktu perlakuan yang diberikan, maka nilai
berat kondensat atau C akan semakin besar pula. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara waktu dengan berat
kondensat adalah berbanding terbalik.
Berdasarkan literatur, berat kondensat akan sangat berpengaruh
terhadap waktu perlakuan. Sebab pada saat proses evaporasi sedang
berlangsung, volume atau berat kondensat akan cenderung meningkat
yang disebabkan oleh peningkatan suhu operasi. Saat perlakuan evaporasi
dilakukan lebih lama, secara otomatis suhu operasi akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perlakuan yang dilakukan lebih singkat. Sehingga
dari pernyataan tersebut, dapat ditarik pernyataan bahwa semakin lama
waktu perlakuan maka akan semakin tinggi pula suhu operasi yang
berdampak langsung pada semakin banyak nya kandungan air yang
diuapkan sehingga akan menyebabkan meningkatnya laju penguapan serta
persentase berat kondensat juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil tersebut
sudah dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat tidak sesuai dengan
literatur. Hasil yang tidak sesuai ini bisa disebabkan oleh beberapa hal,
salah satunya adalah kesalahan praktikan dalam menghitung data ataupun
data yang diberikan memang tidak menghasilkan hasil yang sesuai dengan
literatur. (Rini, 2015).

3.4 Neraca Massa

Massa awal – Massa akhir


= -0,88772kg

Massa awal = 0,10028kg Massa akhir =


0,988kg
KA awal = 34,21 % KA akhir = 93,33 %

Oven Vakum

Setelah dilakukan praktikum, dapat digambarkan neraca massa


seperti gambar di atas. Hasil neraca massa kelompok H8 di atas
menunjukan bahwa massa awal yang melalui proses evaporasi didapatkan
sebesar 0,10028kg dan KA awal sebesar 34,21 %. Kemudian saat
mengalami evaporasi jumlah yang terevaporasi sebanyak -0,88772kg.
Sehingga massa akhir yang didapat setelah terjadi evaporasi adalah
sebanyak 0,988kg dan KA akhir sebesar 93,33 %.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tujuan praktikum evaporasi adalah untuk mengetahui perhitungan
neraca massa pada proses evaporasi dan mengetahui konstanta laju
evaporasi. Evaporasi adalah suatu operasi dimana sebagian fluida berubah
dari fasa cairan menjadi fasa uap. Pada praktikum kali ini dibutuhkan alat
dan bahan sebagai berikut Timbangan Digital befungsi untuk menimbang
massa bahan sesuai dengan takaran yang ditentukan. Blender berfungsi
untuk membantu proses pembuatan pasta. Oven vacuum berfungsi sebagai
evaporator atau alat yang mengurangi kadar air pada bahan. Cawan
aluminium foil berfungsi sebagai wadah bahan yang akan diukur kadar air
nya. Tray berfungsi sebagai wadah tempat pasta atau bahan perlakuan.
Oven berfungsi untuk mengukur kadar air sebelum dan sesudah proses
evaporasi. Stopwatch untuk mengukur waktu perlakuan
Dari praktikum kristalisasi, diperoleh 3 hasil yaitu hubungan waktu
x
dengan ln C, hubungan waktu dengan ln 2 , dan hubungan waktu dengan
y
C. Data pertama yaitu pada waktu 30 menit, didapat nilai ln C adalah
sebesar -0,012. Sedangkan pada waktu 40 menit, didapatkan nilai ln C
sebesar -2,5075. Dari kedua hasil hubungan pada grafik tersebut, dapat
dinyatakan bahwa semakin lama waktu penguapan maka nilai ln C akan
semakin kecil. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara waktu penguapan dengan nilai ln C adalah berbanding
terbalik. Namun hasil yang didapat ini belum sesuai dengan literatur
karena dalam literatur disebutkan bahwa hubungan keduanya adalah
berbanding lurus. Berdasarkan hasil yang sudah didapat dari perhitungan
x
serta grafik antara hubungan waktu dengan nilai ln di atas, didapatkan
y2
x
2 data. Data pertama yaitu pada waktu 30 menit, didapat nilai ln
y2
adalah sebesar -2,252. Sedangkan pada waktu kedua yaitu 40 menit,
x
didapatkan nilai ln sebesar 2,16918. Dari kedua hasil tersebut, dapat
y2
x
dinyatakan bahwa semakin lama waktu penguapan maka nilai ln akan
y2
semakin besar. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
x
hubungan antara waktu dengan ln adalah berbanding lurus. Hasil ini
y2
sudah sesuai dengan literatur. Berdasarkan hasil yang sudah didapat dari
perhitungan serta penggambaran grafik hubungan waktu dengan C atau
berat kondensat di atas, didapatkan 2 data. Data pertama yaitu pada
perlakuan dengan waktu 30 menit, didapat nilai C adalah sebesar 0,988.
Sedangkan pada waktu 40 menit, didapatkan nilai C sebesar 0,0814.
Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa semakin lama waktu perlakuan
yang diberikan, maka nilai berat kondensat atau C akan semakin besar
pula. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara waktu dengan berat kondensat adalah berbanding
terbalik. Namun hasil yang didapat ini belum sesuai dengan literatur
karena dalam literatur disebutkan bahwa hubungan keduanya adalah
berbanding lurus.

4.2 Saran
Praktikum evaporasi sudah berjalan dengan baik, penyampaian
materi oleh asisten sudah cukup jelas. Waktu pelaksanaan praktikum juga
tepat waktu. Namun ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh
asisten,. Untuk saran nya adalah sebaiknya sebelum memberi materi
asisten lebih banyak membaca literature agar tidak terjadi kesalah
pahaman
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Khoirul As-Syukri. 2020. Rancang Bangun Dan Uji Efisiensi Energi
Evaporator Double Effect Termodifikasi Untuk Evaporasi Nira Tebu.
Jurnal Teknologi Pertanian. 21(2): 118 – 127.
Binsasi, Remigius. 2016. Evaporasi dan Transpirasi Tiga Spesies Dominan dalam
Konservasi Air di Daerah Tangkapan Air (DTA) Mata Air Geger
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Biologi. 1(3): 32-34
Faisal, Faputri. 2016. Desain Evaporator dan Pengujian Kondisi Operasi Optimal
Pada Desain Peralatan. Jurnal Teknik Patra Akademika. 7(2): 17 – 23
Huda, Amalia Nurul. 2018. Karakteristik Buah Melon (Cucumis Melo L.). Jurnal
Agron. 46(3): 298-305
Ismiyati. 2020. Identifikasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi Terhadap
Konsentrasi Larutan Sari Jahe. Jurnal Konversi. 9(2): 33 – 39
Meriatna. 2013. Pembuatan Pewarna Makanan Dari Kulit Buah Manggis Dengan
Proses Ekstraksi. Jurnal Teknologi Kimia UNIMAL. 2(2): 1-15
Nuramalia, Winda. 2019. Evaporator Design Pada Pabrik Sorbitol Menggunakan
Bahan Baku Dekstrosa Dengan Proses Hidrogenasi Katalitik. Skripsi.
Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang
Prabowo, Agung. 2019. Simulasi Menggunakan Program HYSYS Pada Proses
Evaporasi Sweet Water di Unit Evaporasi Plant FA II di Industri
Oleochemic. Jurnal Teknik Kimia. 2(25): 36 – 42.
Sari, Fatma. 2020. Identifikasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi
Terhadap Konsentrasi Larutan Sari Jahe. Jurnal Konversi. 9(2): 33 – 39
Setianingsih, Ari. 2017. Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat
Destilasi. Jurnal Chemurgy. 1(2): 34 – 38.
Sihombing, Monang. 2018. Preservasi Senyawa Fenolik dan Antioksidan Pada
Proses Sangrai Biji Kakao Dengan Menggunakan Vacuum Drying Oven.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 28(3): 279 – 285
Siswanto. 2017.Perancangan Vacum Evaporator Metode Liquid Ring Vacuum
Pump. Jurnal Teknik Kimia. 12(1): 24 – 27.
Sukmana, Agit. 2019. Penentuan Tekanan dan Waktu Optimum Dalam
Pembuatan Serbuk Telur Menggunakan Oven Vakum. Jurnal Fluida.
12(2): 50 – 57.
Wati, Trinah. 2015. Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap Proses Evaporasi
Pada Interval Waktu Yang Berbeda. Departemen Geofisika dan
Meteorologi. FMIPA. Institut Pertanian Bogor

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Chairunnisa, Sarah. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi Terhadap


Karakteristik Ekstrak Daun Bidara. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri. 7(4): 551 – 560.
Rini, Yulianingsih. 2015. Uji Performansi dan Keseimbangan Massa Evaporator
Vakum Double Jacket Tipe Water Jet dalam Proses Pengolahan Gula
Merah Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem. 3(1): 24 – 36.
Suhendra, Lutfi. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi Terhadap
Karakteristik Ekstrak Daun Bidara. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri. 7(4): 551 – 560.
DOKUMENTASI
1. Pembukaan dan penjelasan singkat materi evaporasi
2. Penjelasan alat dan bahan

3. Nyalakan timbangan digital

4. Timbang tray dan pasta melon sebesar 100 gram


5. Nyalakan Oven dan atur suhu 60, 70, dan 80 °C selama 30, 40, dan 50 menit
6. Masukkan tray berisi pasta melon ke dalam oven lalu tutup pintu oven dengan
rapat. Buka jika sudah mencapai waktu yang ditentukan

7. Hasil

8. Soal Kuis
9. Penutup

LAMPIRAN DHP ACC


LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Anda mungkin juga menyukai