Anda di halaman 1dari 5

SYUMULIATUL ISLAM

Syumuliyatul Islam maksudnya adalah kemenyeluruhan dinul Islam. Bahwa


sesungguhnya Islam itu menyeluruh meliputi semua zaman, kehidupan, dan eksistensi
manusia.
Hasan Al-Banna telah mengungkapkan jangkauan syumul dalam risalah Islam ini
seraya berkata: “Adalah risalah yang panjang terbentang sehingga meliputi semua abad
sepanjang zaman, terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala umat, dan begitu
mendalam sehingga memuat urusan-urusan dunia dan akhirat.”[1]
Syumuliyatu Az-Zaman (mencakup seluruh dimensi waktu)
Artinya bahwa Islam adalah risalah untuk semua zaman dan generasi, bukan risalah
yang terbatas oleh masa tertentu dimana implementasinya berakhir seiring dengan
berakhirnya zaman tadi sebagaimana risalah-risalah para nabi sebelum Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Nabi sebelum beliau, diutus untuk periode tertentu dan
zaman yang terbatas. Meskipun begitu, para Nabi hakikatnya memiliki wihdatur risalah
(kesatuan risalah) sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫َو َم ا َأْر َس ْلَنا ِم ْن َقْبِلَك ِم ْن َر ُسوٍل ِإاَّل ُنوِح ي ِإَلْيِه َأَّنُه اَل ِإَلَه ِإاَّل َأَنا َفاْع ُبُد وِن‬
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiyaa, 21: 25)

‫َو َلَقْد َبَع ْثَنا ِفي ُك ِّل ُأَّمٍة َر ُس واًل َأِن اْع ُبُد وا َهَّللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ وَت‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. An-Nahl, 16: 36)
Semua Nabi menyatakan bahwa mereka adalah muslim, dan mengajak kepada risalah
Islam: Nabi Nuh (lihat: Yunus, 10: 72), Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (lihat: Al-Baqarah, 2:
128), Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub (lihat: Al-Baqarah, 2: 132), Nabi Musa (lihat: Yunus,
10: 84, Al-A’raf, 7: 126), Nabi Sulaiman (lihat: An-Naml, 27: 31), dan Kaum Hawariyyin
(lihat: Ali Imran, 3: 52).
Jadi secara substansial, Islam adalah risalah bagi seluruh zaman. Adapun Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah khatamul anbiyaa (Nabi terakhir),

‫َم ا َك اَن ُمَح َّم ٌد َأَبا َأَح ٍد ِم ْن ِرَج اِلُك ْم َو َلِكْن َر ُسوَل ِهَّللا َو َخ اَتَم الَّنِبِّييَن َو َك اَن ُهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء‬
‫َع ِليًم ا‬
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 40).
‫َو ِإَّنُه َسَيُك وُن ِفي ُأَّمِتي َك َّذ اُبوَن َثاَل ُثوَن ُك ُّلُهْم َيْز ُع ُم َأَّنُه َنِبٌّي َو َأَنا َخ اَتُم الَّنِبِّييَن اَل َنِبَّي‬
‫َبْع ِد ي‬
“Sesungguhnya akan datang pada umatku tiga puluh pembohong, semuanya mengaku
sebagai nabi, padahal akulah penutup para nabi (khaatam an nabiyyin), tak ada lagi nabi
setelahku.” (HR. Abu Daud, Syaikh al Albany mengatakan: Shahih. Lihat Misykah al
Mashabih, Juz. 3 hal. 173, No. 5406 )
Maka tidak ada syariat lainnya setelah Islam. Tidak ada kitab lagi setelah Al-Qur’an,
dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syumuliyatul Minhaj (mencakup berbagai pedoman kehidupan)
Al-Asas
Islam adalah risalah yang sempurna bagaikan sebuah bangunan yang kokoh.
Fondasinya (al-asas) adalah al-aqidah (aqidah). Islam telah menggariskan minhaj yang
sempurna dalam aqidah. Ia berbicara tentang ketuhanan, alam semesta, manusia, kenabian,
dan akhirat. Minhaj (pedoman) tentang hal ini terangkum dalam rukun iman.

‫َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهَّلل َو َم َالِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخ ْيِرِه َو َش ِّر ِه‬
“(Iman adalah) engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya; para Rasul-
Nya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” (Lihat: Hadits
Arbain No. 2)
Al-Bina
Dinding bangunan Islam (al-bina) adalah al-akhlaq (akhlak) dan al-‘ibadah (ibadah).
Islam menggariskan minhaj (pedoman) akhlak yang sempurna. Bahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُألَتِّم َم َص اِلَح اَألْخ َالِق‬


“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.” (HR. Ahmad).
Islam mengatur akhlak yang berkaitan dengan individu, kehidupan keluarga, dan
kemasyarakatan dari seluruh sisinya. Bahkan Islam mengatur akhlak berkaitan dengan
makhluk-makhluk yang tidak berakal. Diantaranya disebutkan dalam hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,

‫َبْيَنا َر ُجٌل َيْمِش ي َفاْش َتَّد َع َلْيِه اْلَع َطُش َفَنَز َل ِبْئًرا َفَش ِرَب ِم ْنَها ُثَّم َخ َرَج َفِإَذ ا ُهَو ِبَك ْلٍب‬
‫َيْلَهُث َيْأُك ُل الَّثَر ى ِم ْن اْلَع َطِش َفَقاَل َلَقْد َبَلَغ َهَذ ا ِم ْثُل اَّلِذ ي َبَلَغ ِبي َفَم َأَل ُخ َّفُه ُثَّم َأْمَس َك ُه‬
‫ِبِفيِه ُثَّم َرِقَي َفَس َقى اْلَك ْلَب َفَشَك َر ُهَّللا َلُه َفَغ َفَر َلُه َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َو ِإَّن َلَنا ِفي اْلَبَهاِئِم‬
‫َأْج ًرا َقاَل ِفي ُك ِّل َك ِبٍد َر ْطَبٍة َأْج ٌر‬
“Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat
sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar dia
mendapati seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena
kehausan. Orang itu berkata, ‘Anjing ini sedang kehausan seperti yang aku alami tadi’. Maka
dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air, dan sambil menggigit
sepatunya dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum. Karenanya Allah
berterima kasih kepadanya dan mengampuninya”. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat baik terhadap hewan?’ Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, “Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala”. (HR. Al-
Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
Dan tentu saja, di atas itu semua, Islam telah mengatur akhlak berkaitan dengan
hubungan manusia dengan Allah Ta’ala. Pembahasan lebih rinci mengenai Islam sebagai
manhaj dalam aspek akhlak, Insya Allah akan kita bahas dalam pembahasan Minhajul Hayah.
Selain al-akhlaq, dinding bangunan Islam yang lainnya adalah al-‘ibadah. Hal ini
seperti disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

‫ُبِنَي اِإْل ْس اَل ُم َع َلى َخ ْم ٍس َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأَّن ُمَح َّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َو ِإَقاِم الَّص اَل ِة‬
‫َو ِإيَتاِء الَّز َك اِة َو اْلَح ِّج َو َص ْو ِم َر َم َض اَن‬
“Islam itu dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ilah melainkan Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan
puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Islam menggariskan minhaj ibadah. Yang pokok setelah syahadatain adalah shalat,
zakat, haji, dan shaum Ramadhan. Masing-masing bentuk peribadatan ini memiliki aturan-
aturannya yang rinci meliputi syarat, rukun, maupun sunnahnya. Mereka yang melaksanakan
lima rukun ini berarti telah memenuhi syarat sebagai seorang muslim yang harus dijaga dan
dibela kehormatan dan hartanya.

‫َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِلُمَع اِذ ْبِن َج َبٍل ِح يَن َبَع َثُه ِإَلى اْلَيَمِن ِإَّنَك َس َتْأِتي‬
‫َقْو ًم ا َأْهَل ِكَتاٍب َفِإَذ ا ِج ْئَتُهْم َفاْدُع ُهْم ِإَلى َأْن َيْش َهُد وا َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأَّن ُمَح َّم ًدا‬
‫َر ُسوُل ِهَّللا َفِإْن ُهْم َأَطاُع وا َلَك ِبَذ ِلَك َفَأْخ ِبْر ُهْم َأَّن َهَّللا َقْد َفَر َض َع َلْيِهْم َخ ْمَس َص َلَو اٍت‬
‫ِفي ُك ِّل َيْو ٍم َو َلْيَلٍة َفِإْن ُهْم َأَطاُع وا َلَك ِبَذ ِلَك َفَأْخ ِبْر ُهْم َأَّن َهَّللا َقْد َفَر َض َع َلْيِهْم َص َد َقًة‬
‫ُتْؤ َخ ُذ ِم ْن َأْغ ِنَياِئِهْم َفُتَر ُّد َع َلى ُفَقَر اِئِهْم َفِإْن ُهْم َأَطاُع وا َلَك ِبَذ ِلَك َفِإَّياَك َو َك َر اِئَم َأْم َو اِلِهْم‬
‫َو اَّتِق َد ْع َو َة اْلَم ْظُلوِم َفِإَّنُه َلْيَس َبْيَنُه َو َبْيَن ِهَّللا ِح َج اٌب‬
“Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman,
“Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah
mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika
mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu
beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari
orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Jika
mereka mentaatimu dalam hal itu hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan
waspadalah terhadap doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada
dinding pembatas.” (Bukhari Muslim).
Al-Mu’ayyidat
Bangunan Islam yang kokoh ini memiliki al-mu’ayyidat (penopang/pelindung), yakni
ad-da’wah dan al-jihad. Islam menggariskan minhaj dakwah yang menegaskan bahwa tugas
dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas seluruh umat Islam tanpa kecuali
disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing.

‫َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُأوَلِئَك‬
‫ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
Tentang Ayat di atas Ibnu Katsir berkata, “Hendaklah ada di antara kalian
sekelompok umat yang menunaikan perintah Allah untuk berdakwah kepada kebaikan dan
amar ma’ruf nahi mungkar, sekalipun dakwah itu wajib pula bagi setiap individu Muslim.”
Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperjelas hal ini,

‫ َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبَقْلِبِه‬،‫ َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبِلَس اِنِه‬،‫َم ْن َر َأى ِم ْنُك ْم ُم ْنَك رًا َفْلُيَغ ِّيْر ُه ِبَيِدِه‬
‫َو َذ ِلَك َأْض َع ُف ْاِإل ْيَم اِن‬
“Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut
adalah selemah-lemahnya iman. “ (HR. Muslim)
Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar, fondasi dan bangunan Islam akan
terpelihara. Sementara dengan al-jihad, fondasi dan bangunan Islam ini akan terlindungi.
Muadz bin Jabal meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫َأاَل ُأْخ ِبُرَك ِبَر ْأِس اَأْلْم ِر ُك ِّلِه َو َع ُم وِدِه َو ِذ ْر َو ِة َس َناِمِه ُقْلُت َبَلى َيا َر ُسوَل ِهَّللا َقاَل َر ْأُس‬
‫اَأْلْم ِر اِإْل ْس اَل ُم َو َع ُم وُد ُه الَّص اَل ُة َو ِذ ْر َو ُة َس َناِمِه اْلِج َهاُد‬.
“Sukakah engkau aku kabarkan tentang pokok (kepala) segala urusan (pekerjaan), tiang-
tiangnya (penguat-penguatnya) dan puncak ketinggiannya?” Aku (Mu’adz bin Jabbal)
berkata: “Baiklah ya Rasulullah.” Sabdanya: “Pokok segala urusan ialah Islam, tiang-tiang
penguatnya ialah shalat dan puncak pelindungnya ialah al-Jihad.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan
shahih).
Syumuliyatul Makan (Mencakup Seluruh Dimensi Ruang)
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi oleh
batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku atau bangsa
tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh umat manusia,
dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Hal ini adalah sesuatu yang sangat
logis, karena ada wihdatul khaliq (kesatuan Pencipta, yakni Allah Ta’ala) dan wihdatul kauni
(kesatuan alam semesta yang merupakan ciptaan-Nya). Maka ajaran-Nya, dinul Islam, wajib
diserukan dan diberlakukan di seluruh dimensi ruang ciptaan-Nya.

‫ُقْل َيا َأُّيَها الَّناُس ِإِّني َر ُسوُل ِهَّللا ِإَلْيُك ْم َج ِم يًعا اَّلِذ ي َلُه ُم ْلُك الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض اَل ِإَلَه‬
‫ِإاَّل ُهَو ُيْح ِيي َو ُيِم يُت َفآِم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه الَّنِبِّي اُأْلِّمِّي اَّلِذ ي ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو َك ِلَم اِتِه‬
‫َو اَّتِبُعوُه َلَع َّلُك ْم َتْهَتُد وَن‬
“Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu
Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya
(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk.’”. (QS. Al-A’raf, 7:
158)
Allah Ta’ala berfirman,

‫َو َم ا َأْر َس ْلَناَك ِإاَّل َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِم يَن‬


“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiya, 21: 107)
Surat-surat lain yang menyebutkan tentang universalitas Islam diantaranya adalah:
QS. Saba, 34: 28; QS. Furqan, 25: 1; dan QS. Shaad, 38: 87. Disebutkan pula dalam hadits
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut.

‫َو َك اَن الَّنِبُّي ُيْبَع ُث ِإَلى َقْو ِمِه َخ اَّص ًة َو ُبِع ْثُت ِإَلى الَّناِس َع اَّم ًة‬
“Dan Nabi-Nabi dahulu (sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus
kepada manusia semuanya…” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, No: 335)
Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
ajaran Islam tidak hanya diturunkan khusus untuk orang Arab, namun juga untuk orang
Eropa, Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.
Syumuliyatul Islam ini menjadi bukti bahwa Islam adalah ajaran yang agung yang
layak dan wajib menjadi minhajul hayah (pedoman hidup) bagi seluruh umat manusia di
manapun mereka berada, dalam seluruh aspek kehidupannya.
Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai