Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

SINDY ANDESTA (2214201167) ASIFA GIRLNESS (2214201129)

NIKITA ALDE M. (2214201149) MICKY CANDRA (2214201144)

PUTRI BELLILA S. (2214201153) ANMOLI ANDISA (2214201125)

CHINTYA SARI (2214201166) DIVA NADYA (2214201133)

HERLIN NOFRI R. (2214201139) INTAN ROSALINDA (2214201140)

RENO WAHYU B. (2214201155)

KELAS IVC

DOSEN PENGAMPU : IBU Ns. DIANA ARIANTI ,S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ALIFAH PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang bejudul
“Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan” ini dengan baik.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Community Mental Health
Nursing (CMHN) dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih terutama
kepada Ibu Ns. Diana Arianti S.Kep, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
bantuan, masukan, dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Padang, April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6


2.1 Definisi Ketidakberdayaan… ..............................................................................6
2.2 Penyebab Ketidakberdayaan. ............................................................................... 6
2.3 Rentang Respon Ketidakberdayaan. .................................................................... 9
2.4 Tanda dan Gejal.a Ketidakberdayaan .................................................................. 10
2.5 Kondisi Klinis Terkait .......................................................................................... 11
2.6 Proses Asuhan Keperawatan Teoritis ................................................................... 11
2.7 Strategi Pelaksanaan ............................................................................................. 15

BAB III PENUTUP................................................................................................ 16


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
B. Saran… ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 17


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Proses modernisasi sampai saat ini
masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-
kota negara yang sedang berkembang, seperti halnya di Indonesia. Modernisasi sebagai
proses perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh masyarakat manapun, khususnya
masyarakat perkotaan.
Modernisasi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya,
masyarakat memiliki teknologi modern sehingga dapat mensejahterakan kehidupan
manusia. Sementara dampak negatif dari modernisasi antara lain, dikarenakan perubahan
yang cepat, maka tidak setiap orang dapat mengikuti perubahan sosial tersebut.
Akibatnya meningkatkan beban psikologis, sosiologis, maupun beban ekonomi
(Soeroso, 2008).
Stresor kehidupan semakin meningkat. Individu diharuskan untuk menghadapi
stresor tersebut dengan kemampuan koping yang dimiliki. Ketika terjadi
ketidakadekuatan koping yang adaptif, maka dapat mengarah pada perilaku yang
menyimpang (Widianti, 2007).
Keperawatan merupakan ilmu yang memberikan fokus perhatian utama terhadap
kondisi homeostasis individu dalam kondisi seimbang. Stres merupakan salah satu reaksi
atau respon psikologis manusia saat dihadapkan pada hal-hal yang dirasa telah
melampaui batas atau dianggap sulit untuk dihadapi. Seseorang yang mengalami stres
dapat berdampak positif atau negatif (Agolla & Ongori, 2009).
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku adaptif dan
kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam
kehidupan (Townsend, 2010). Koping yang tidak efektif dapat mengarahkan kepada
suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus mencoba menggunakan berbagai
sumber koping yang dimiliki dan dapat ia digunakan, Tetapi tidak menghasilkan suatu
hasil yang mengarah kepada tujuan penggunaan koping. Maka, dapat berakibat pada
kelelahan menggunakan sumber adaptasi, sehingga menempatkan individu dalam
kondisi ketidakberdayaan. Pada ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi
terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai
solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke
keputusasaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Ketidakberdayaan?
2. Apa saja Penyebab Ketidakberdayaan?
3. Bagaimana Rentang respon Ketidakberdayaan?
4. Apa saja tanda dan gejala Ketidakberdayaan?
5. Bagaimana Kondisi Klinis Ketidakberdayaan?
6. Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Teoritis Ketidakberdayaan?
7. Bagaimana Strategi Pelaksanaan Ketidakberdayaan?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Defenisi Ketidakberdayaan.
2. Untuk mengetahui Penyebab Ketidakberdayaan.
3. Untuk mengetahui Rentang respon Ketidakberdayaan.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Ketidakberdayaan.
5. Untuk mengetahui Kondisi Klinis Ketidakberdayaan.
6. Untuk mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Teoritis Ketidakberdayaan.
7. Untuk mengetahui Strategi Pelaksanaan Ketidakberdayaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapat hasil, ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi
solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk
mencapai solusi tersebut Menurut Varcarolis, (2000) dalam Hidayat (2014).
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan
yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan
membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan
situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (Riyadi, 2015).

2.2 Penyebab Ketidakberdayaan


1. Faktor Presdiposisi
1) Biologis :
a. Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua menderita gangguan
jiwa)
b. Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan Pengalaman
penggunaan zat terlarang
c. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,tanggal terakhir
periksa)
d. Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang mengganggu pelaksana
aktivitas harian pasien
e. Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai kejang-kejang
atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus
frontal, temporal dan limbic.
f. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
2) Psikologis :
a. Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
b. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan
komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat mengekspresikan perasaan
terkait dengan penyakitnya atau kondisi dirinya.
c. Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sclerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
d. Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai)
e. Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya yang
sekarang
f. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter
atau terlalu melindungi/menyayangi
g. Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan
hobi dan aktivitas sehari-hari
h. Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi
i. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas,
rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
j. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
3) Sosial budaya :
a. Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
b. Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang
sama untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang
dijalankan dalam kehidupannya
c. Pendidikan rendah
d. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang
terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
e. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai control (misalnya
kontrol lokus internal)
f. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak
mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan
bergaul dan kadang menghindar dari oranglain
g. Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
h. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara pasif.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien kurang
dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya
keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi
kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau
hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang
berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi
ketidakberdayaan yang dialami oleh klien. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut :
1) Biologis :
a. Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,Program
pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang,
sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
b. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan
kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic.
d. Terdapat gangguan sistem endokrin.
e. Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
f. Mengalami gangguan tidur atau istirahat.
g. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
h. Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
2) Psikologis :
a. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
c. Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
d. Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggung jawab peran.
e. Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang
lain
3) Sosial budaya :
a. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
b. Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
c. Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain.
d. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir).
e. Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
f. Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial dimasyarakat.

2.3 Rentang Respon Ketidakberdayaan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Tidak Berdaya Putus Asa


a. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik. Kurangnya
harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan mekanisme koping
yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan
masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu memahami kejadian
yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan individu mengkaji situasi dan
memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika
disertai rasa pesimis dan putus asa.
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan hampa, kondisi ini
dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

2.4 Tanda Dan Gejala Ketidakberdayaan


a. Data Subyektif
1) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
2) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
3) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
4) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
5) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.

b. Data Obyektif
1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
5) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
6) Apatis dan pasif
7) Ekspresi muka murung
8) Bicara dan gerakan lambat
9) Tidur berlebihan
10) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11) Menghindari orang lain

2.5 Kondisi Klinis Terkait


1) Diagnosis yang tidak terduga atau baru
2) Peristiwa traumatis
3) Diagnosis penyakit kronis
4) Diagnosis penyakit terminal
5) Rawat inap

2.6 Proses Keperawatan Teoritis


A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis.
2) Alasan masuk
Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit.
3) Faktor Predisposisi
a) Biologis
(1) Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang
menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar).
(2) Mengalami hospitalisasi.
(3) Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi
aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa
berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik
dengan maksimal karena tangan kanannya patah).
b) Psikologis
(1) Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir): cidera fisik
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
(2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan
dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
(3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran).
(4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada.
(5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain.
(6) Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
(7) Tipe kepribadian yang dimiliki.
(8) Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
(9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
(10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
(11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
menyera/pesimis.
(12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
(13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi.
c) Sosial budaya
(1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi,
namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan
dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
(2) Pembatasan aktifitas oleh tim medis/ keluarga akibat penyakit/ trauma yang
diderita.
(3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
(4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain.(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan
kesulitan dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan
fisiknya)
(5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah
kejadian yang diberikan Tuhan.

Pohon diagnosa

Effect Koping Individu Tidak Efektif

Problem Ketidakberdayaan

Cause Kurang Pengetahuan

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan
C. Intervensi Keperawatan
a) Tujuan: Klien mampu:
1) Mengenali ketidakberdayaan
2) Mengontrol ketidakberdayaan dengan latihan berfikir positif
3) Mengontrol ketidak berdayaannya dengan pasrisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenan dengan perawatan diri
4) Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan
situasi yang masih bisa dilakukan pasien
b) Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada klien
1) Diskusikan tentang penyebab dan perilaku akibat ketidakberdayaan
2) Bantu klien untuk mengekspressikan perasaannya dan identifikası area- area
situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat erpengaruh terhadap
ketidakberdayaan
4) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan
5) Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi TD
6) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
7) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien
8) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang
tidak rasional
9) Latih mengembangkan harapan positif
10) Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien, ex: kien masih mampu
menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Mendiskusikan masalah keluarga dalam merawat klien ketidakberdayaan
Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat klien Menjelaskan
pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya ketidakberdayaan
2) Mendiskusikan akibat yang mungkin terjadi pada klien ketidakberdayaan
3) Menjelaskan dari melatih keluarga klien ketidakberdayaan, dengan cara:
afirmasi positif dan melakukan kegiatan yang masih dapat dilakukan
4) Menjelaskan lingkungan yang teraupetik untuk klien, Mendiskusikan anggota
keluarga yang dapat berperan dalam merawat klien, Mediskusikan setting
lingkungan rumah yang mendukung dalam perawatan klien, Melibatkan klien
dalam aktivitas keluarga.
5) Melatih memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada klien
ketidakberdayaan
6) Memanfaatka fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow up dan
mencegah kekambuhan klien.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang diselesaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah
dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri maupun kolaboratif
(Azizah, Dkk 2016).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatana. Penilaian
terakhir pada proses keperawatan yang ditetapkan, penetapan keberhasilan asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang sudah
ditetapkan, yaitu terjadi adaptasi pada individu (Azizah, Dkk 2016).

2.7 Stategi Pelaksanaan (SP)


Sp 1. Mengenali ketidakberdayaan
Sp 2. Mengontrol ketidakberdayaan dengan latihan berfikir positif
Sp 3. Mengontrol ketidak berdayaannya dengan pasrisipasi dalam pengambilan keputusan
yang berkenan dengan perawatan diri
Sp 4. Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi
yang masih bisa dilakukan pasien
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapat hasil, ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi
solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk
mencapai solusi tersebut Menurut Varcarolis, (2000) dalam Hidayat (2014).
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan
yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan
membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan
situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (Riyadi, 2015).

3.2 SARAN
Semoga makalah mengenai Ketidakberdayaan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Besar harapan saya agar makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita
semua terutama dalam keperawatan jiwa serta menjadi tambahan referensi dalam
penyelesaian tugas dan tinjauan literature.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Hidayat (2014) “ Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis”. Ed.9.Jakarta:
EGC.

Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2015.“ Asuhan Keperawatan Jiwa” Yogyakarta: Graha ilmu

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. WHO. (2019).Mental
Disoders.

Anda mungkin juga menyukai