Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS PADA Ny.

Y P1001 Ab000
POST SC (SECTIO CAESAREA) DI RUANG BRAWIJAYA RSUD
KANJURUHAN KEPANJEN MALANG

OLEH :

KHOFIFAH

NIM 1810019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

202
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS PADA Ny. Y P1001 Ab000
POST SC (SECTIO CAESAREA) DI RUANG BRAWIJAYA RSUD
KANJURUHAN KEPANJEN MALANG

A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina.
Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. (Mochtar, 1998).

B. Etiologi
Indikasi SC :
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001).
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan
dengan sectio adalah :
a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara lain.

2
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin
pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior
(looking of the twins), distosia karena tumor, gawat janin dan
sebagainya.
e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
3. Tujuan Sectio Caesarea

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk


mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan
serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada
plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan
hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio
caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi
memanjang pada corpus uteri. Sectio caesarea profunda :
dengan insisi pada segmen bawah uterus.

3
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum
parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :
1. Sayatan memanjang (longitudinal)
2. Sayatan melintang (tranversal)
3. Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.
Kelebihan :
1. Mengeluarkan janin lebih memanjang
2. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
ada reperitonial yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture
uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering
terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur
uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada
akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas
hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka

4
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1. Penjahitan luka lebih mudah
2. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan isi uterus ke rongga perineum
4. Perdarahan kurang
5. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan :
1. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga
dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan
menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi
terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya
infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam
hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

5
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
1. Luka kandung kemih
2. Embolisme paru - paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
6. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan


yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan,
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi
janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi

6
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.

2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

4. Urinalisis / kultur urine

5. Pemeriksaan elektroli.
8. Penatalaksanaan Medis Post SC

a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka


pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita


flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam


setelah operasi

7
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar

3. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5


menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.

4. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi


setengah duduk (semifowler)

5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien


dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5
pasca operasi.

d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak


enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

e. Pemberian obat-obatan

1. Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-


beda setiap institusi

2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran


pencernaan

a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam


bila perlu

8
3. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita


dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

f. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti

g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999).

9
9. Pathway

10
11
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung
2. Keluhan utama klien saat ini
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Keadaan klien meliputi :
a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan
kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri
tekan uterus mungkin ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h. Seksualitas

12
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

13
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SIKI

1 Nyeri akut Manajemen nyeri


Obervasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang meperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan pemberian teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Ansietas Reduksi Ansietas

Observasi

1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah


(stressor, waktu)
2. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik

3. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

4. Dengarkan dengan penuh perhatian

5. Gunakan pendekatan yang tenang dan


meyakinkan

6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang


memicu kecemasan

Edukasi

7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

8. anjurkan mengungkapakn perasaan dan


persepsi

Kolaborasi

kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

14
3 Intoleransi Manajemen energi
aktivitas Observasi
1. Idenfikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
4. Berikan aktivitas yang menyenangkan
5. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

4. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi

1 Nyeri akut Manajemen nyeri


Observasi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Mengidentifikasi skala nyeri (P : Post SC, Q:
Nyeri perih, panas, cekit-cekit, R: Abdomen
bawah, S: 5, T : Menetap)
3. Mengidentifikasi faktor yang meperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
6. Menganjurkan pemberian teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Mengkolaborasikan pemberian analgetik,
jika perlu (injeksi Intra Vena Ketorolac
3x3 mg)
2 Ansietas Reduksi Ansietas
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(stressor, waktu)

15
2. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
3. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
8. anjurkan mengungkapakn perasaan dan
persepsi
Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
3 Gangguan Manajemen energi
Mobilitas Fisik Observasi
1. Mengidenfikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
3. Memonitor pola dan jam tidur
Terapeutik
4. Memberikan aktivitas yang
menyenangkan
5. Memfasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
6. Menganjurkan tirah baring
7. Menganjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
8. Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

16
17
5. Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap perilaku keperawatan dan kemajuan klien dalam mencapai
tujuan. Setiap kali perawat melakukan kontak dengan klien, penilaian
dilakukan. Fokusnya adalah pada hasil klien. Perawat akan menilai apakah
perilaku klien mencerminkan penurunan atau kemajuan diagnosis
keperawatan (Perry, 2010).
6.

18
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS PADA Ny. Y DENGAN
POST DATE (KEHAMILAN LEWAT WAKTU) DI RUANG BRAWIJAYA
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

A. Pengertian
Kehamilan adalah masa dimulai konsepsi sampai lahirnya janin lamanya
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Saifudin, 2006).
Kehamilan merupakan proses yang diawali adanya pembuahan
(konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya
sang bayi (Monika, 2009).
Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari
perhitungan usia kehamilan,seperti rumus Naegele atau dengan tinggi fundus
uteri serial ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III.2008).
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata 28 hari (Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan Post Matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama
dari 42 minggu dihitung berdasarkan rumus Naegle dengan siklus haid rata-rata
28 hari (Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri. 1998).
B. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post date belum jelas. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
2. Teori Oksitosin
3. Teori Kortisol/ ACTH janin
4. Saraf Uterus
5. Heriditer
(Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2008)
6. Kurangnya air ketuban

19
7. Insufisiensi plasenta.
( Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, 2008)

C. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya
spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian
dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut
dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin,
(Wiknjosastro, H. 2009, Manuaba, G.B.I,2011 & Mochtar R, 2009).

D. Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara
obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
c. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.

20
E. Pemeriksaan Penunjang
1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
2. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3. Penilaian warna ait ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes
tekanan oksitosin
4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
( Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I )

F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi.
4. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, terdapat
hipertensi, pre-eklampsia, kehamilan ini adalah anak pertama karena
infertilitas, pada kehamilan > 40-42 minggu. Maka ibu dirawat di rumah
sakit
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat
janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-
eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan
kesalahan letak janin.
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I)

21
G. Pathway

22
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik,
yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien
operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sama (Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
4) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 ml.
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan

23
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih, efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
9) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. Agen cedera fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
b. Risiko infeksi dengan faktor risiko pertahanan tubuh primer tidak adekuat
(integritas kulit di perinium tidak utuh)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SIKI

1 Nyeri akut Manajemen nyeri


Obervasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang meperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Anjurkan pemberian teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

24
2 Resiko infeksi Pencegahan infeksi
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistemik
Terapeutik

2. Batasi jumlah pengunjung


3. Berikan perawatan kulit pada area
edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi

5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi

7. Kolaborasi dengan keluarga dalam


perawatan luka infeksi terhadap pasien
secara mandiri

4. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Implementasi

1 Nyeri akut Manajemen nyeri


Observasi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Mengidentifikasi skala nyeri (P : Post SC,
Q: Nyeri perih, panas, cekit-cekit, R:
Abdomen bawah, S: 5, T : Menetap)
3. Mengidentifikasi faktor yang meperberat
dan memperingan nyeri
Terapeutik
4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri

25
6. Menganjurkan pemberian teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Mengkolaborasikan pemberian analgetik,
jika perlu (injeksi Intra Vena Ketorolac 3x3
mg)
2 Resiko infeksi Pencegahan infeksi
Observasi
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistemik
Terapeutik

2. Membatasi jumlah pengunjung


3. Memberikan perawatan kulit pada area
edema
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi

5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi


6. Menganjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan keluarga


dalam perawatan luka infeksi terhadap
pasien secara mandiri

5. Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap perilaku keperawatan dan kemajuan klien dalam mencapai tujuan.
Setiap kali perawat melakukan kontak dengan klien, penilaian dilakukan.
Fokusnya adalah pada hasil klien. Perawat akan menilai apakah perilaku klien
mencerminkan penurunan atau kemajuan diagnosis keperawatan (Perry, 2010).

26
27
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS PADA Ny. Y DENGAN
ANEMIA DI RUANG BRAWIJAYA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

1. Definisi Penyakit Anemia


Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa
oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka
wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Anemia pranatal adalah komplikasi yang paling sering terjadi di
amerika serikat yang memengaruhi 20-50% ibu hamil. Anemia
ditandai dengan penurunan jumlah sel darah merah dan konsentrasi Hb
di bawah normal. Kondisi ini menyebabkan penurunan kapasitas darah
untuk mengangkut oksigen ke organ vital ibu dan janin. Selama
kehamilan, anemia meningkatkan resiko kehamilan kurang bulan.
Anemia dapat meningkatkan mortalitas ibu dengan menurunkan
toleransi ibu terhadap hemoragi. Penyakit ini juga meningkatkan
komplikasi puerperal (mis., menghambat penyembuhan episiotomi
atau insisi), serta mengurangi persediaan zat besi untuk cadangan
janin. (Wilkinson, 2008)
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah
anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi

28
dalam maanan. Gangguan penyerapan, peningkatan ebutuhan zat besi
atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh,
misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zatbesi sekitar 40 mg
perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak
kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat
kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan
menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang bai
minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan
ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan
cadangan zat besinya (Mardliyanti, 2006)
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb <
11,00 gr % pada trimester 1 dan III, atau kadar Hb < 10,50 gr % pada
trimester II (Sarwono, 2008)

2. Etiologi
1) Penyebab anemia pada kehamilan :
1. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
2. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu
hamil
3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
5. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
2) Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang
menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi
bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena
janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

29
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan
terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan
radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat
menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi,
dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung
(gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh
kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik,
penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis
kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan
kekurangan darah yang parah.

3. Tanda dan gejala


a. Lemah, letih, lesu dan lelah.
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi.
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran
darah) Angina (sakit dada).
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang).
f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP.

30
g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare).

Gejala anemia pada kehamilan yaitu :


a. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing
b. Mata berkunang-kunang
c. Malaise
d. Lidah luka
e. Nafsu makan turun( anoreksia)
f. Konsentrasi hilang
g. Nafas pendek ( pada anemia parah)
h. Keluhan mual muntah pada hamil muda
i. Palpitasi

4. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan
keperluan akan zat-zat makanan bertambah dari terjadi pula
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Dalam
kehamilan terjadi peningkatan jumlah darah dimana jumlah sel-sel
darah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah plasma (hidremia),
yaitu plasma bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20%. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya
pengenceran darah (hemodelusi) yang disertai anemia fisiologi.
Semakin meningkatnya umur kehamilan, kebutuhan akan zat besi
dan asam folat untuk ibu dan janin juga akan meningkat. Terlebih pada
trimester akhir yang jika tidak dipenuhi dari tambahan dari luar akan
meningkatkan resiko tinggi terjadinya anemia pada ibu.
5. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )

31
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
6. Pemeriksaan penunjang
1. Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah
kejadian ini harus selalu diwaspadai.
2. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan
kongenital.
3. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan :
persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai
kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ
rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
4. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik
primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat
lelah.
5. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri,
rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris
puerpuralis dan gangguan involusio uteri

7. Terapi Pengobatan
Terapi pengobatan :
1. Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat
besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi
glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap
dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2
tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah
terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih
besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan

32
gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu
menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah
efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya
asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih
tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya
asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.
Pengobatan yang lain:
- Asam folik 15 – 30 mg per hari
- Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
- Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
- Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
2. Terapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada
gangguan penyerapan penyakit saluran pencernaan atau apabila
kehamilannya sudah tua. Terapi parenteral ini diberikan dalam
bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran
besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)

33
8. Pathway

34
35
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
b. Aktivitas
1. Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2. Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja.
3. Toleransi terhadap latihan rendah.
4. Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
c. Sirkulasi : Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, CRT lebih
dari dua detik
d. Integritas Ego : Cemas, gelisah, ketakutan
e. Eliminasi : Konstipasi, sering kencing.
f. Makanan dan cairan : Nafsu makan menurun, mual muntah,
defisiensi besi dan asam folat
g. Nyeri atau kenyamanan : Lokasi nyeri terutama di daerah
abdomen dan kepala.
h. Pernapasan : Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
i. Seksual : Dapat terjadi pendarahan pervaginam, pendarahan akut
sebelumnya.
b. Pemerikasaan fisik :
a. Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
b. Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.
c. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat,
vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding
capacity serum

36
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut
dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi
2. Defisit Perawatan Diri

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa yang muncul SIKI

1 Defisit Nutrisi Manajemen nutrisi


Observasi
1. Identifikasi statsu nutrisi
2. Identifikasi makanan yang disukai
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
Terapeutik

5. Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu
6. Berikan tinggi kalori dan
protein
Edukasi
7. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi

8. Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukam makanan
jumlah kalori dan jumlah
nutrient yang dibutuhkan

2 Defisit Perawatan diri Dukungan perawatan diri (mandi)


Observasi
1. Identifikasi jenis bantuan yang
dibutuhkan
2. Monitor kebersihan tubuh
3. Monitor integritas kulit

37
Terapeutik

4. Sediaan peralatan mandi


5. Sediakan lingkungan yang
aman dan nyaman
6. Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
7. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi
8. Ajarkaan kepada keluarga cara
memandikan pasien
Kolaborasi

9. Kolaborasi dengan keluarga


dalam dukungan perawatan diri
mandi supaya kooperatif

4. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa yang muncul Implementasi

1 Defisit Nutrisi Manajemen nutrisi


Observasi
1. Mengidentifikasi status nutrisi
2. Mengidentifikasi makanan yang
disukai
3. Memonitor asupan makanan
4. Memonitor berat badan
Terapeutik

5. Melakukan oral hygiene


sebelum makan, jika perlu
6. Memberikan tinggi kalori dan
protein
Edukasi
7. Menganjurkan posisi duduk

38
Kolaborasi

8. Mengkolaborasikan dengan
ahli gizi untuk menentukam
makanan jumlah kalori dan
jumlah nutrient yang
dibutuhkan

2 Defisit Perawatan diri (mandi) Dukungan perawatan diri (mandi)


Observasi
1. Mengidentifikasi jenis bantuan
yang dibutuhkan
2. Memonitor kebersihan tubuh
3. Memonitor integritas kulit
Terapeutik

4. Menyediakan peralatan mandi


5. Menyediakan lingkungan yang
aman dan nyaman
6. Mempertahankan kebiasaan
kebersihan diri
7. Memberikan bantuan sesuai
tingkat kemandirian
Edukasi
8. Mengajarkaan kepada keluarga
cara memandikan pasien
Kolaborasi

9. Mengkolaborasikan dengan
keluarga dalam dukungan
perawatan diri mandi supaya
kooperatif

39
5. Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap perilaku keperawatan dan kemajuan klien dalam mencapai
tujuan. Setiap kali perawat melakukan kontak dengan klien, penilaian
dilakukan. Fokusnya adalah pada hasil klien. Perawat akan menilai
apakah perilaku klien mencerminkan penurunan atau kemajuan
diagnosis keperawatan (Perry, 2010).

40
FORMAT DISCHARGE PLANNING PASIEN PULANG

41
DISCHARGE PLANNING No Register :
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin: perempuan
Tanggal MRS: 08-03-2021 Tanggal KRS: 10-03-2021
Bagian : Ruang Kaber Bagian : Ruang Brawijaya
Dipulangkan dari RS dengan keadaan
√ Sembuh  Pulang paksa
 Meneruskan dengan obat jalan  Lari
 Pindah ke RS lain 
 Meninggal
A. Kontrol
a. Waktu : -
b. Tempat : -
B. Lanjutkan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift,pengobatan, dan lain-lain)
 Rawat luka post sc
 Perawatan Latihan saat bergerak (kekuatan otot)
 Dukungan keluarga terhadap pasien di rumah
 Menciptakan lingkungan aman dan nyaman
C. Aturan diet/nutrisi:
 Makan-makanan yang bergizi

D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya:


E. Aktivitas dan istirahat:


 Istirahat yang cukup, menjaga kebersihan vagina, dan sering mengganti celana dalam
 Tidak melakukan aktivitas yang berat-berat terlebih dahulu untuk mempercepat pemulihan
rahim ibu
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnnya):
 Hasil pemeriksaan USG
 Hasil Laboratorium
 Obat
Lain-lain:

Malang, 20 juli
2020
Pasien/Keluarga
Perawat

( )
( )

42
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y P1001 Ab000 SECTIO


CAESAREA DI RUANG BRAWIJAYA RSUD KANJURUHAN

Nama Mahasiswa : Khofifah NIM :1810019

Tgl Praktek : 8 Maret 2021 Tgl Pengkajian : 8 Maret 2021

Ruang Praktek : Brawijaya Rumah Sakit : RSUD


Kanjuruhan Kepanjen Malang

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Y
b. No. Rekam Medis : 510178
c. Tanggal Lahir : 19 Januari 2003
d. Usia : 18 Tahun
e. Pendidikan Terakhir : SD
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa
i. Alamat : Cerabaan, Sumbersuko
j. No. Telp :-

II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)


a. Nama : Pinarto
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia : 28
d. Pendidikan Terakhir :-
e. Pekerjaan : Karyawan Swasta
f. Agama : Islam

43
g. Suku/bangsa : Jawa
h. Alamat : Cerabaan, Sumbersuko
i. No. Telp :
III. KELUHAN UTAMA : Saat pengkajian tanggal 08-03-2021 pasien
mengatakan nyeri post sc, nyeri terasa panas, nyeri dibagian abdomen
bawah dengan skala 5, nyeri hilang timbul
Nyeri Post SC,

P: Post SC

Q: Nyeri panas

R: Abdomen bawah

S: 5

T: Hilang timbul

IV. RIWAYAT PERKAWINAN :


Status Menikah : (v) Ya ( V ) Tidak
Menikah : 1 kali, Menikah pertama usia 17 tahun
Lama Pernikahan : 1 tahun
Lain-lain, sebutkan :
_________________________________________________________

V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :


a. Riwayat kontrasepsi terdahulu :
Metode yang pernah dipakai : tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi
1. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)
2. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)
3. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)
4. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)

b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini :


___________lama : ______(Bln/Thn)
c. Keluhan KB : ( ) Tidak ada, sebutkan

44
VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU :
N Tgl/Bln/Thn Tempa Umur Jenis Penolong Penyulit BB Hi
o Partus t Hamil Persalinan Persalinan Lahi Ma
Partus r
1 08/03/2021 RSUD 40-41 SC Dokter - Post date 3100 Hi
mgg - Anemia gr

Pengalaman menyusui : Ya/Tidak (lingkari) Berapa lama : belum pernah


hamil

VII. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatajan nyeri di abdomen bawah, nyeri terasa panas dengan skala
5 dan nyeri bersifat hilang-timbul.
VIII. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN,
PERSALINAN, NIFAS DAN GINEKOLOGI TERDAHULU :
Tidak ada

IX. PEMERIKSAAN UMUM :


a. Status Obstetrik : P1001 Ab000
b. Keadaan Umum : Cukup
c. Kesadaran :Compos Mentis
d. Berat Badan : 58 Kg,Tinggi Badan : 160 cm
e. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg, Nadi : 68 x/menit

Pernafasan : 22x/menit Suhu : 36,1 C

X. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut : ( v ) merata ( ) tidak

45
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya ( v) tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya (v ) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya ( v) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________
b. Wajah :
1. Edema wajah :( ) Ya (v ) tidak ada
2. Keluhan :( ) Ya ( v) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya ( v )
tidak
2. Konjuntiva anemis :( ) Ya ( v )
tidak
3. Keluhan :( ) Ya
( v) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya ( v )
tidak
2. Polip :( ) Ya (v ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya
( v ) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

e. Mulut dan Bibir :


1. Rongga mulut : ( v ) bersih ( ) kotor ( )
radang

46
2. Bibir : ( v ) lembab ( ) kering ( )
sianosis
3. Caries gigi : ( v ) Ya ( ) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya ( v ) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya ( v )
tidak ada
2. Sekresi :( ) Ya
( v) tidak ada
3. Keluhan :( ) Ya
( v) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

g. Leher :
1. Kelejar tiroid :( ) membesar ( v )
tidak
2. Keluhan :( ) Ya
(v ) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar ( v) tidak
2. Keluhan :( ) Ya
( v) tidak ada
Sebutkan :
____________________________________________________

i. Oksigenasi dan ventilasi :


1. Frekuensi pernafasan (RR) : 22x/menit

47
2. Irama nafas : ( v ) reguler ( ) irreguler
3. Suara nafas : ( v ) vesikuler ( ) ronchi
( ) wheezing
4. Suara jantung S1-S2 : ( v ) normal ( ) murmur
( ) galop
5. Capilary refil : ( v ) < 2 detik ( ) > 3 detik
6. Tekanan darah : 120/70 mmHg
7. frekuensi nadi : 99xmenit
8. Irama nadi : ( v ) reguler ( ) irreguler
9. Keluhan :( ) Ya (v) tidak ada
Sebutkan :
_____________________________________________

j. Payudara :
1. Puting : ( v ) eksverted ( ) datar
( ) inverted ( ) lecet
2. Pengeluaran ASI : ( v ) Ya ( ) tidak ada
3. Bentuk : ( v ) simetris ( ) tidak simetris
4. Teraba :( ) ada massa ( ) hangat
( v ) tidak ada massa
5. Kebersihan :
______________________________________________
6. Keluhan :( ) Ya ( v) tidak ada
Sebutkan : Saat pengkajian tanggal 08-03-2021
pasien mengatakan ASI nya belum
keluar.

48
k. Abdomen :
Involusio Uteri
8. Tinggi fundus uteri : + 15-18 cm, 1 jari dibawah pusar
Kontraksi : ( ) Ya ( ) Tidak
9. Diastasis rektus Abdominis : ( ) < 2 jari / 2 cm ( ) > 2 jari / 2
cm tidak terkaji karna pasien SC
10. Kandung kemih : Nyeri tekan abdomen
11. Keluhan :( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : _

l. Perineum dan Genetalia :


1. Vagina : Tampak kotor
2. Edema :( ) Ya ( v) tidak
3. Memar :( ) Ya ( v) tidak
4. Hematom :( ) Ya ( v) tidak
5. Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur (lingkari)
Terpasang uretra (DC Kateter), produksi
urine : 150-300 cc
Tanda REEDA
R : Kemerahan :( ) Ya ( v) tidak
E : Bengkak :( ) Ya ( v) tidak
E : Echimosis :( ) Ya ( v) tidak
D: Discharge :( ) Ya ( v) tidak
Serum/Pus/Darah
A : Approximate :( ) Baik ( ) tidak
6. Kebersihan :( ) Ya ( ) tidak
7. Lochea : Lochea
Jumlah : 50 cc
Jenis/warna : Lochea Rubra, warna merah kehitaman
Konsistensi : encer
Bau : khas
8. Hemorrhoid : tidak ada
Derajat : _____________________,

49
Lokasi : _______________________
Berapa lama : _____________________,
Nyeri : ( ) Ya ( ) Tidak
Masalah Khusus :
_______________________________________________________
_______________________________________________________
__________________________________
9. Keluhan :( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan :
_____________________________________________

m. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
a) Edema :( ) Ya ( v)
tidak
b) Varises :( ) Ya
( v) tidak
2. Ektremitas Bawah :
a) Edema :( ) Ya ( v)
tidak
b) Varises :( ) Ya
( v) tidak
c) Tanda Hoffman :( ) +
( v) -
3. Keluhan :( ) Ya
( v) tidak ada
Sebutkan :
_____________________________________________

n. Masalah Khusus :
1. Eliminasi : BAK masih menggunakan DC
Kateter
2. Istirahat dan kenyamanan : nyaman

50
3. Mobilisasi dan latihan : tirah baring
4. Nutrisi dan cairan : Infus DL - DL II - Ns
5. Keadaan Psikologis :
6. Kemampuan Menyusui : ASI belum tampak keluar.

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 11,6 g/dL 11,4-15,1
Hematokrit 36,1 % 36-42
Indeks Eritrosit
MCV 70,5 fL 80-93
MCH 22,7 pg 27-31
MCHC 32,2 g/dL 32-36
Eritrosit 5,11 Juta/cmm 4,0-5,0
Leukosit 10,700 Sel/cmm 4,700-11,300
Trombosit 103,000 Sel/cmm 142,00-424,000
Hitung Jenis Leukosit
Eiosinofil 1,8 % 0-4
Basophil 0,5 % 0-1
Neutrophil 63,7 % 51-67
Limfosit 26,8 % 25-33
Monosit 7,3 % 2-5

b. Foto Thorax, USG (lain-lain, sebutkan) :

XII. TERAPI (Advi ce Dokter, dll, sebutkan) :


1. Ketoroloac 3x3 mg (iv)
2. Oksitosin 2x1 IU/mL (iv)
3. Ceftriaxone 2x1 mg (iv)
4. Infus RL 20 Tpm + DC lancar

51
52
XIII. Lain-lain:

_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
________________________

..........................................

ttd

(.........................................)

53
ANALISA DATA

N TANGGAL / ANALISA DATA MASALAH ETIOLOGI


O JAM

1 8-03-2021 / DS: Pasien mengatakan nyeri post sc Persalinan tidak Nyeri akut b.d age
14.00 bagian abdomen bawah normal (SC) pencedera fisik
(post sc)
P: Post SC, terasa nyeri saat dibuat
mika-miki.
Post pembedahan
Q: Nyeri terasa panas (nifas)

R: Abdomen bawah

S: 5 Nyeri akut
`
T: Menetap

DO:

TD: 120/70 mmHg

S: 36,1 C

N: 68x/ menit

RR : 22x/ menit

2 08-03-2021 / DS: Anemia Gangguan


14.00 Mobilitas fisik b
Pasien mengatakan gelisah karena nyeri
Penurunan

54
luka post sc di bagian abdomen bawah, Aliran darah perifer kekuatan otot d
nyeri ketika di buat bergerak. menurun Gerakan terbatas

DO :

TD: 120/70 mmHg Hipoksia, pucat

S: 36,1 C

N: 68x/ menit Ketidakadekuatan


pada ekstremitas
RR : 22x/ menit

- Klien mengeluh sulit


menggerakkan ekstremitas Penurunan kekuatan
- Klien tampak merasa cemas otot
saat bergerak

Gangguann
Mobilitas fisik

3 08-03-2021/ DS: Persalinan tidak Ansietas b


informasi tentan
14.00 normal (SC)
Klien mengatakan tampak cemas prosedur
pembedahan,
dengan kondisi yang dihadapi, merasa penyembuhan da
bingung dan tampak gelisah perawatan po
Kurang pengetahuan operasi
DO :

TD: 120/70 mmHg


Ansietas
S: 36,1 C

N: 68x/ menit

RR : 22x/ menit

4 08-03-2021/ DS: klien mengatakan terdapat luka Luka post sc Resiko infeksi b

55
14.00 post sc di abdomen bawa kerusakan jaringa
otot
DO: terbuka jaringan post
dientri
KU : cukup

TD: 120/70 mmHg


perawatan kurang
S: 36,1 C

N: 68x/ menit
resiko infeksi
RR : 22x/ menit

5 08-03-2021/ DS: Klien mengatakan ASI nya tidak Laktasi Menyusui Tida
Efektif b
14.00 memancar/keluar
Ketidakadekuatan
Suplai ASI d.d AS
DO: Tidak
Prolaktin meningkat Menetes/Memanca
KU : cukup

TD: 120/70 mmHg


Isapan bayi adekuat
S: 36,1 C

N: 68x/ menit
Oksitosin meningkat
RR : 22x/ menit

- Klien tampak cemas karena


Duktus dan alveoli
bayi menangis saat mau di beri
kontraksi
ASI
- Intake bayi tidak adekuat
- Hisapan bayi tidak terus
Tidak efektif
menerus

ASI tidak keluar

56
Menyusui tidak
efektif

57
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

No Tanggal muncul Diagnosa Ttd


Keperawatan

08-03-2021 Nyeri akut b.d agen


pencedera fisik (post sc)
2 08-03-2021 Gangguan Mobilitas
fisik b.d penurunan
kekuatan otot d.d
Gerakan terbatas
3 08-03-2021 Ansietas b.d informasi
tentang prosedur
pembedahan,
penyembuhan dan
perawatan post operasi
4 08-03-2021 Resiko infeksi b.d
kerusakan integritas
kulit
5 08-03-2021 Menyusui tidak efektif
b.d Ketidakadekuatan
suplai ASI d.d ASI tidak
menetes/memancar

58
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan 3x24 Manajemen nyeri
(proses pembedahan post sc). jam diharapkan : Obervasi
Kriteria Hasil: 1. Identifikasi lokasi,
1. pasien mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri
frekuensi, kualitas,
menggunakan teknik
non farmakologis untuk intensitas nyeri.
mengurangi nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
2. mampu mengenali skala
nyeri 3. Identifikasi faktor yang
3. mengatakan nyaman meperberat dan
setelah nyeri berkurang
memperingan nyeri
4. keluhan nyeri : 5
(menurun) Terapeutik
5. meringis : 5 (menurun) 4. Berikan teknik
6. Gelisah : 5 (menurun) nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Perasaan takut cedera
Edukasi
berulang : 5 (menurun) 5. Jelaskan strategi
8. Nafsu makan : 5 meredakan nyeri
(membaik)

59
9. Pola tidur : 5 (membaik) 6. Anjurkan pemberian teknik
10. Perilaku : 5 (membaik) nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot Setelah dilakukan tindakan 3x24 Dukungan mobilisasi
d.d Gerakan terbatas jam diharapkan :
Kriteria Hasil: Observasi
1. Pergerakan ekstremitas : 1. Identifikasi adanya nyeri
5 (meningkat) atau keluhan fisik
2. Kekuatan otot : 5 lainnya
(meningkat) 2. Identifikasi toleransi
3. Rentang gerak ROM : 5 fisik melakukan
(meningkat) pergerakan
4. Nyeri : 5 (menurun) 3. Montor kondisi umum
5. Kecemasan : 5 selama melakukan
(menurun) mobilisasi
6. Gerakan terbatas : 5 Terapeutik
(menurun)
7. Kelemahan fisik : 5 4. Fasilitasi aktivitas
(menurun) mobilisasi dengan alat
bantu (pagar tempat
tidur)
5. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
6. Libatkan keluarga untuk

60
membantu pasien dalam
menguatkan pergerakan
Edukasi

7. Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, berjalan
sedikit, pindah dari
tempat tidur ke kursi /
berjalan)
Kolaborasi

8. Kolaborasi dengan
keluarga dalam
dukungan mobilisasi
mandiri di rumah

3 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan 3x24 Reduksi Ansietas
informasi (tentang prosedur pembedahan, jam diharapkan :
penyembuhan dan perawatan post sc) Observasi
Kriteria Hasil:
1. Verbalisasi 1. Identifikasi saat tingkat
kekhawatiran akibat ansietas berubah (stressor,
kondisi yang dihadapi :
5 (menurun) waktu)
2. perilaku gelisah : 5 2. Monitor tanda-tanda

61
(menurun) ansietas
3. perilaku tegang : 5 Terapeutik
(menurun)
4. keluhan pusing : 5 3. Temani pasien untuk
(menurun) mengurangi kecemasan
5. Anoreksi : 5 (menurun)
6. pola tidur : 5 (membaik) 4. Dengarkan dengan penuh
perhatian

5. Gunakan pendekatan yang


tenang dan meyakinkan

6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan

Edukasi

7. Anjurkan keluarga untuk


tetap bersama pasien

8. anjurkan mengungkapakn
perasaan dan persepsi

Kolaborasi

9. kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu

4 Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 3x24 Pencegahan infeksi

62
jam diharapkan :
Kriteria Hasil:
Obsevasi
1. Kerusakan jaringan : 5
(menurun) 1. Monitor tanda dan gejala
2. Nyeri : 5 (menurun) infeksi lokal sistemik
3. Perdarahan : 5
(menurun) Terapeutik
4. Kemerahan : 5
2. Batasi jumlah
(menurun) pengunjung
5. Tekstur : 5 (membaik) 3. Berikan perawatan kulit
pada area edema (jika
ada)
4. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi

5. Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan dan nutrisi
Kolaborasi

7. Kolaborasi dengan
keluarga dan tim medis
dalam pencegaham
infeksi pada pasien

63
5 Menyusui tidak efektid b.d Ketidakadekuatan suplai Setelah dilakukan tindakan 3x24 Edukasi menyusui
ASI d.d tidak menetes/memancar jam diharapkan :
Kriteria Hasil: Observasi
1. Perlekatan bayi pada 9. Identifikasi kesiapan dan
payudara ibu : 1 kemampuan menerima
(meningkat) informasi
2. Kemampuan ibu 10. Identifikasi tujuan atau
memposisikan bayi :1 keinginan menyusui
(meningkat) Terapeutik
3. Teteasn/ pancaran ASI :
11. Dukung ibu
1 (meningkat) meningkatkan
4. Bayi tidur setelah kepercayaan diri dalam
menyusui
menyusi : 1 (meningkat) 12. Libatkan keluarga
5. Hisapan bayi : 1 sebagai pendukung
Edukasi
(meningkat)
13. Ajarkan 4 posisi
6. Lecet pada putting : 5
menyusui dan perlekatan
(menurun) (latch on) dengan benar
14. Ajarkan perawatan
7. Bayi rewel : 5
payudara post partum
(menurun) (memerah ASI, pijat
payudara, pijat
8. Bayi menangis setelah

64
menyusu : 5 (menurun) oksitosin)
Kolaborasi

15. Kolaborasi dengan


sistem pendukung dalam
meningkatkan suplai
ASI (suami, keluarga)

65
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Implementasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 1 Manajemen nyeri
(Tanggal 08- Observasi
03-2021/ 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
14.00 WIB) 2. Mengidentifikasi skala nyeri (P : Post SC, Q: Nyeri terasa panas, R: Abdomen bawah,
S: 5, T : Hilang timbul)
3. Mengidentifikasi faktor yang meperberat (kebisingan, Gerakan, kenyamanan
lingkungan) dan memperingan nyeri (melakukan teknik distraksi dan relaksasi).
Terapeutik

4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya teknik


distraksi dan relaksasi)
Edukasi
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri (edukasi cara menangani nyeri post sc,
manajemen nyeri)
6. Menganjurkan pemberian teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik
distraksi dan relaksasi)
Kolaborasi

66
7. Mengkolaborasik pemberian analgetik, jika perlu (injeksi Intra Vena Ketorolac 3x30
mg)
2 1 Manajemen nyeri
(Tanggal 09- Observasi
03-2021/ 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
08.00 WIB) 2. Mengidentifikasi skala nyeri (P : Post SC, Q: Nyeri terasa panas R: Abdomen
bawah, S: 2, T : Hilang timbul)
3. Mengidentifikasi faktor yang meperberat kebisingan, gerakan, kenyamanan
lingkungan) dan memperingan nyeri (melakukan teknik distraksi dan relaksasi).
Terapeutik

4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik distraksi


dan teknik relaksasi)
Edukasi
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri (edukasi mengatasi nyeri post sc, manajemen
nyeri)
6. Menganjurkan pemberian teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
7. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (ineksi Intra Vena Ketorolac 3x30
mg).
3 1 Manajemen nyeri
(Tanggal 10- Observasi
03-2021/ 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
10.00 WIB) 2. Mengidentifikasi skala nyeri (P : Post SC, Q: Nyeri terasa panas R: Abdomen
bawah, S:0 , T : Hilang timbul)
3. Mengidentifikasi faktor yang meperberat kebisingan, gerakan, kenyamanan
lingkungan) dan memperingan nyeri (melakukan teknik distraksi dan relaksasi).

67
Terapeutik

4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik distraksi


dan relaksasi)
Edukasi
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri (memberikan edukasi manajemen nyeri dan
cara mengatasi nyeri post sc)
6. Menganjurkan pemberian teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik
distraksi dan relaksasi)
Kolaborasi
7. Mengkolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu (ineksi Intra Vena Ketorolac
3x30 mg).

68
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Implementasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 2 Dukungan mobilisasi
(Tanggal 08-
03-2021/ Observasi
14.00 WIB)
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Mengdentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik

4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat tidur)


5. Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
6. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam menguatkan pergerakan
Edukasi

7. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur, berjalan sedikit, pindah dari tempat tidur ke kursi / berjalan)
Kolaborasi

69
9. Mengkolaborasikan dengan keluarga dalam dukungan mobilisasi mandiri di rumah

2 2 Dukungan mobilisasi
(Tanggal 09-
03-2021/ Observasi
08.00 WIB)
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Mengdentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik

4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat tidur)


5. Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
6. Meliibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam menguatkan pergerakan
Edukasi

7. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur, berjalan sedikit, pindah dari tempat tidur ke kursi / berjalan)
Kolaborasi

9. Mengkolaborasikan dengan keluarga dalam dukungan mobilisasi mandiri di rumah

3 2 Dukungan mobilisasi
(Tanggal 10-
03-2021/ Observasi
10.00 WIB)
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Mengdentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

70
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik

4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat tidur)


5. Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
6. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam menguatkan pergerakan
Edukasi

7. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur, berjalan sedikit, pindah dari tempat tidur ke kursi / berjalan)
Kolaborasi

9. Mengkolaborasikan dengan keluarga dalam dukungan mobilisasi mandiri di rumah

71
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Implementasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 3 Reduksi Ansietas
(Tanggal 08-
03-2021/ Observasi
14.00 WIB)
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (stressor, waktu)
2. Memonitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
3. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian
5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
7. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

72
8. Menganjurkan mengungkapakn perasaan dan persepsi
Kolaborasi
9. Mengkolaborasikan pemberian obat antiansietas, jika perlu
2 3 Reduksi Ansietas
(Tanggal 09-
03-2021/ Observasi
08.00 WIB)
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (stressor, waktu)
2. Memonitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
3. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian
5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
7. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
8. Menganjurkan mengungkapakn perasaan dan persepsi
Kolaborasi
9. Mengkolaborasikan pemberian obat antiansietas, jika perlu

3 3 Reduksi Ansietas

73
(Tanggal 10-
03-2021/
10.00 WIB) Observasi
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (stressor, waktu)
2. Memonitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
3. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian
5. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
7. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
8. Menganjurkan mengungkapakn perasaan dan persepsi
Kolaborasi
9. Mengkolaborasikan pemberian obat antiansietas, jika perlu

74
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Implementasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 4 Pencegahan infeksi
(Tanggal 08-
03-2021/ Obsevasi
14.00 WIB)
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal sistemik
Terapeutik

2. Membatasi jumlah pengunjung


3. Memberikan perawatan kulit pada area edema (jika ada)
4. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi

5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi


6. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan keluarga dan tim medis dalam pencegaham infeksi pada
pasien
2 4 Pencegahan infeksi

75
(Tanggal 09- Obsevasi
03-2021/
08.00 WIB) 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal sistemik
Terapeutik

2. Membatasi jumlah pengunjung


3. Memberikan perawatan kulit pada area edema (jika ada)
4. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi

5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi


6. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan keluarga dan tim medis dalam pencegaham infeksi pada
pasien
3 4 Pencegahan infeksi
(Tanggal 10-
03-2021 Obsevasi
/10.00 WIB)
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal sistemik
Terapeutik

2. Membatasi jumlah pengunjung


3. Memberikan perawatan kulit pada area edema (jika ada)
4. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi

5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi

76
6. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan keluarga dan tim medis dalam pencegaham infeksi pada
pasien

77
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 510178

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Implementasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 5 Edukasi menyusui
(Tanggal 08-
03-2021/ Observasi
14.00 WIB)
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Terapeutik

3. Mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui


4. Melibatkan keluarga sebagai pendukung
Edukasi

5. Mengajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar


6. Mengajarkan perawatan payudara post partum (memerah ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan sistem pendukung dalam meningkatkan suplai ASI (suami,

78
keluarga)
2 5 Edukasi menyusui
(Tanggal 09-
03-2021/ Observasi
08.00 WIB)
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Terapeutik

3. Mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui


4. Melibatkan keluarga sebagai pendukung
Edukasi

5. Mengajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar


6. Mengajarkan perawatan payudara post partum (memerah ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan sistem pendukung dalam meningkatkan suplai ASI (suami,


keluarga)

3 5 Edukasi menyusui
(Tanggal 10-
03-2021 Observasi
/10.00 WIB)
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui

79
Terapeutik

3. Mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui


4. Melibatkan keluarga sebagai pendukung
Edukasi

5. Mengajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar


6. Mengajarkan perawatan payudara post partum (memerah ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)
Kolaborasi

7. Mengkolaborasikan dengan sistem pendukung dalam meningkatkan suplai ASI (suami,


keluarga)

80
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 51017

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Evaluasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 1 S: Klien mengatakana nyeri post sc di bagian abdomen bawah
(Tanggal 08- P: Post SC, terasa nyeri saat dibuat mika-miki.
03-2021/
14.00 WIB) Q: Nyeri terasa panas
R: Abdomen bawah
S: 5
T: Hilang timbul
O:
KU : cukup
TD: 120/70 mmHg
S: 36,1 C
N: 68x/ menit
RR : 22x/ menit

81
- Ekspresi wajah tampak meringis
- Gelisah
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 7)
2 1 S: Klien mengatakana nyeri post sc di bagian abdomen bawah sedikit berkurang
(Tanggal 09- P: Post SC, sudah bisa mika-miki
03-2021/
08.00 WIB) Q: Nyeri terasa panas
R: Abdomen bawah
S: 2
T: Hilang timbul
O:
KU : cukup
TD: 120/80 mmHg
S: 36,6 C
N: 78x/ menit
RR : 20x/ menit
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 7)
3 1 S: Klien mengatakana nyeri post sc di bagian abdomen bawah
(Tanggal 10-
- klien mengatakan sudah tidak terlalu nyeri ketika dibuat mika-miki
03-2021/
10.00 WIB) P: Post SC

82
Q: Nyeri terasa panas
R: Abdomen bawah
S: 0
T: Hilang timbul
O:
KU : cukup
TD: 120/90 mmHg
S: 36,3 C
N: 84x/ menit
RR : 22x/ menit
- Ekspresi wajah klien sudah tidak tampak gelisah
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, pasien KRS

83
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 51017

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Evaluasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 2 S:
(Tanggal 08-
Klien mengatakan tidak bisa bergerak dan terbatas dalam menggerakkan ekstremitas bawah
03-2021/
14.00 WIB) (kaki)
O:
KU : cukup
TD: 120/70 mmHg
S: 36,1 C
N: 68x/ menit
RR : 22x/ menit
- Klien tampak mengalami penurunan kekuatan otot
- Gerakan terbatas
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)

84
2 2 S:
(Tanggal 09- Klien mengatakan tidak bisa bergerak dan terbatas dalam menggerakkan ekstremitas bawah
03-2021/
08.00 WIB) (kaki)
O:
KU : cukup
TD: 120/80 mmHg
S: 36,6 C
N: 78x/ menit
RR : 20x/ menit
- Klien mengeluh gelisah
- Klien tampak mengeluh lemah
- Gerakan terbatas
- Klien tampak mengalami penuruna otot
A: Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi (1 sampai 8)
3 2 S:
(Tanggal 10- Klien mengatakan sudah bisa bergerak walaupun masih dibantu dengan alat bantu dan
03-2021/
10.00 WIB) keluarga
O:
KU : cukup
TD: 120/90 mmHg

85
S: 36,3 C
N: 84x/ menit
RR : 22x/ menit
- Klien tampak mengalami peningkatan kekuatan otot
- Klien mampu bergerak sedikit terbatas
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, Pasien KRS

86
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 51017

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Evaluasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 3 S:
(Tanggal 08- Klien mengatakan tampak cemas dengan kondisi yang dihadapi, merasa bingung dan tampak gelisah
03-2021/
14.00 WIB) O :
KU : cukup
TD: 120/70 mmHg
S: 36,1 C
N: 68x/ menit
RR : 22x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)
2 3 S:
(Tanggal 09- Klien mengatakan tampak cemas dengan kondisi yang dihadapi, merasa bingung dan tampak gelisah
03-2021/
08.00 WIB) O:
KU : cukup

87
TD: 120/80 mmHg
S: 36,6 C
N: 78x/ menit
RR : 20x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)
3 3 S:
(Tanggal 10- Klien mengatakan tampak tidak cemas dengan kondisi yang dihadapi. gelisah (-), bingung (-)
03-2021/
10.00 WIB) O:
KU : cukup
TD: 120/90 mmHg
S: 36,3 C
N: 84x/ menit
RR : 22x/ menit
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, pasien KRS

88
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 51017

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Evaluasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 4 S: klien mengatakan terdapat luka post sc di abdomen bawah
(Tanggal 08- O :
03-2021/
14.00 WIB) KU : cukup
TD: 120/70 mmHg
S: 36,1 C
N: 68x/ menit
RR : 22x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)
2 4 S: klien mengatakan terdapat luka post sc di abdomen bawah
(Tanggal 09- O:
03-2021/
08.00 WIB) KU : cukup
TD: 120/80 mmHg
S: 36,6 C

89
N: 78x/ menit
RR : 20x/ menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)
3 4 S: klien mengatakan terdapat luka post sc di abdomen bawah
(Tanggal 10- O:
03-2021/
10.00 WIB) KU : cukup
TD: 120/90 mmHg
S: 36,3 C
N: 84x/ menit
RR : 22x/ menit
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, pasien KRS

90
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. Y No. RM : 51017

Dx. Medis : P1001 Ab000

No No. Dx Evaluasi Keperawatan TTD


(tanggal/jam)
1 5 S: klien mengatakan ASI nya tidak memancar/keluar
(Tanggal 08- O :
03-2021/
14.00 WIB) KU : cukup
TD: 120/70 mmHg
S: 36,1 C
N: 68x/ menit
RR : 22x/ menit
- Klien tampak cemas karena bayi menangis saat mau di beri ASI
- Intake bayi tidak adekuat
- Hisapan bayi tidak terus menerus
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)
2 5 S: klien mengatakan ASI nya sudah mulai sedikit memancar/keluar
(Tanggal 09- O:
03-2021/

91
08.00 WIB) KU : cukup
TD: 120/80 mmHg
S: 36,6 C
N: 78x/ menit
RR : 20x/ menit
- Bayi sudah mampu menghisap sedikit demi sedikit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi (1 sampai 9)
3 5 S: klien mengatakan ASI nya sudah memancar
(Tanggal 10- O:
03-2021/
10.00 WIB) KU : cukup
TD: 120/90 mmHg
S: 36,3 C
N: 84x/ menit
RR : 22x/ menit
- Bayi sudah tidak tampak menangis ketika mau di beri ASI
- Hisapan bayi kuat
- Klien tampak tidak cemas
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi, pasien KRS

92
93

Anda mungkin juga menyukai