Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH

ISOLASI SOSIAL “MENARIK DIRI” DI RSJD ATMA HUSADA


MAHAKAM SAMARINDA

Dosen Pengampu:
Ns. Mather,S.Kep.,M.Sos

Disusun Oleh:

1. Heliya Nasty 221121030


2. Helmi Basman 221121031
3. Herdinan Pratama Wijaya 221121032

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS


POLITEKNIK KESAHATAN PONTIANAK TAHUN AJARAN
2024/2025

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan bagi Allah Swt. yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu dan
sesuai dengan harapan. Sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw.
yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia. Adapun judul makalah ini yaitu ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL “MENARIK DIRI” DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM
SAMARINDA
Pada kesempatan kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Mather,S.Kep.,M.Sos
Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah wawasan pembaca. Terima Kasih

Pontianak,28 Maret 2024

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................5
A. Konsep Dasar Isolasi Sosial.....................................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................14
PENUTUP.........................................................................................................................14
A. Evaluasi..................................................................................................................14
B. Kesimpulan............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.
Dari permasalahan gejala isolasi sosial tersebut dibutuhkan rehabilitative yang bertujuan
untuk mengembalikan fungsi fisik, membantu menyesuaikan diri, meningkatkan
toleransi, dan meningkatkan kemampuan pasienberisolasi. Untuk meminimalkan dampak
dari isolasi sosial dibutuhkan pendekatan dan memberikan penatalaksanaan untuk
mengatasi untuk mengatasi gejala pasien dengan isolasi sosial. Badan organisasi dunia
World Health Organization (2022) Skizofernia mempengaruhi sekitar 24 juta atau 1 dari
300 orang di seluruh dunia orang dengan skizofernia memiliki harapan hidup 10-20 tahun
di bawah populasi umum. Skizofernia ditandai dengan gangguan signifikan dalam
persepsi dan perubahan perilaku. Gejala mungkin termasuk delusi yang terus-menerus,
halusinasi, pemikiran yang tidak teratur, perilaku yang sangat tidak teratur, atau agitasi
yang ekstrim. Orang dengan skizofernia mungkin mengalami kesulitan terus-menerus
fungsi kognitif mereka. Namun ada berbagai pilihan pengobatan pilihan yang efektif,
termasuk pengobatan, psikoedukasi, intervensi keluarga, dan rehabilitasi psikososial

B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diuraiakan pada latar belakang, maka masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah ”bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah isolasi sosial di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran secara umum
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah isolasi sosial di RSJD Atma
Husada Mahakam Samarinda.
2. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah isolasi sosial.
b. Untuk merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada pasien denganmasalah
isolasi sosial.
c. Untuk menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien denganmasalah
isolasi sosial.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial

1. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan mengancam.
Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan
perasaan klien yang dapat menimbulkan klien mengungkapkan perasaan klien dengan
kekerasan (Sukaesti. 2018). Isolasi sosial merupakan suatu keadaan seseorang mengalami
penurunan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, karena pasien merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, serta tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
atau orang disekitarnya (Kemenkes, 2019). Isolasi sosial merupakan gejala negatif pada
skizofrenia dimanfaatkan oleh pasien untuk menghindari orang lain agar pengalaman yang
tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang kembali.(Pardede
2021). Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien mengungkapkan perasaan
klien dengan kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan respon destruktif individu terhadap
stresor (Stuart, 2013).
2. Etiologi
Penyebab dari isolasi sosial adalah keterlambatan perkembangan, ketidakmampuan
menjalin hubungan yang memuaskan, ketidaksesuaian minat terhadap perkembangan,
ketidaksesuaian nilai-nilai normal, ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma, perubahan
penampilan fisik, perubahan status mental, ketidakadekuatan sumber daya personal (SDKI,
2017). Adapun faktor penyebab dari isolasi sosial adalah:
a. Faktor Predisposisi
Menurut Sutejo (2017) penyebab isolasi sosial mencakup faktor perkembangan, faktor
biologis, dan faktor sosiokultural. Berikut merupakan penjelasan dari faktor predisposisi:
1) Faktor Perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi seseorang dalam menjalin
hubungan dengan orang lain adalah keluarga, kurangnya stimulasi atau kasih sayang dari
ibu akan memberikan rasa tidak nyaman serta dapat menghambat rasa percaya diri.
Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga terhadap orang
lain maupun lingkungan di kemudian hari.
2) Faktor Biologis Genetik
Merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa.
Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak.
3) Faktor Sosial dan Budaya
Mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan atau isolasi sosial. Gangguan ini dapat juga disebabkan oleh karena norma-
norma yang salah di dalam keluarga, misalnya anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Sutejo (2017) ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
gangguan isolasi sosial. Antara lain berasal dari stresorstresor sebagai berikut:

1) Stresor Sosiokultural
Stresor sosial budaya dapat memicu penurunan keseimbangan unit keluarga
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor Psikologik
Intensitas ansietas berat yang berkepanjangan akan menyebabkan menurunnya
kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain.

c. Tanda Dan Gejala


Menurut Sutejo (2017) tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dari dua cara
yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut tanda dan gejala dengan isolasi sosial:

1) Data Subjektif
Pasien mengatakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain, pasien merasa tidak
aman berada dengan orang lain, pasien mengatakan hubungan yang tidak bermanfaat dengan
orang lain, pasien merasa bosan serta waktu terasa lebih lambat, pasien tidak mampu
berkonsentrasi dan menciptakan keputusan, pasien merasa tidak bermanfaat, dan pasien tidak
yakin dapat melanjutkan hidup.
2) Data Objektif
Pasien tidak memiliki teman dekat, pasien menarik diri, pasien tidak dapat dimengerti,
tindakan berulang dan tidak berarti, pasien asik dengan pikiran sendiri, pasien tidak ada
kontak mata, dan tampak sedih apatis, afek tumpul
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan
dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta
merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011).
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS, tanggal pengkajian, no rekam medic, diagnosa medis dan alamat klien.
b. Keluhan Utama
Merupakan pernyataan klien mengenai masalah yang menyebabkan klien dibawa
kerumah sakit. Keluhan biasanya berupa senang menyendiri, komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak berinteraksi.

1) Faktor Predisposisi
a) Riwayat penyakit sebelumnya,
Tanyakan apakah klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya, jika pernah
apa alasan klien masuk rumah sakit sebelumnya, bagaimana pengobatan
sebelumnya
b) Riwayat psiksosoial,
Tanyakan apakah klien pernah mengalami penganiayaan fisik, aniaya seksual,
penolakan, kekerasan, dan tindakan criminal semasa hidupnya. Dan tanyakan
apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yang dialami klien.
c) Riwayat penyakit keluarga,
Tanyakan apakah ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya pada keluarga klien.

2) Faktor presipitasi Tanyakan


Pada klien bagaimana timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini, apa penyebab nya
munculnya gejala tersebut dan bagaimana respon klien saat di wawancara.
a) Pemeriksaan fisik
Kaji dan observasi tanda-tanda vital pasien : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu. Ukur tinggi badan berat badan pasien. Dan Tanyakan apakah
ada keluhan fisik.
b) Genogram
Tanyakan pada klien garis keturunan tiga generasi untuk menggambarkan
hubungan klien dan keluarga.

2. Pengkajian Fokus Psikososial


Konsep diri :
a. Citra tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri
Tanyakan tentang status/posisi klien, kepuasan klien terhadap status/posisi nya dan kepuasan
sebagai laki-laki atau perempuan.
c. Peran
Tanyakan tentang tugas/peran yang diemban dalam keluarga kelompok ataupun masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut.
d. Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dan harapan klien terhadap
lingkungan serta penyakitnya.
e. Harga diri
Tanyakan hubungan klien dengan orang lain dan penilaian orang lain terhadap dirinya.

1) Hubungan social
a) Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehdiupannya, tempat mengadu,
tempat berbicara dan meminta bantuan.
b) Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang pernah atau sedang di ikuti dalam
masyarakat.
c) Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok atau masyarakat.

2) Spritual
a) Nilai Keyakinan Tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan
jiwa sesuai dengan norma dan budaya agama yang dianut.
b) Konflik nilai keyakinan Tanyakan tentang apakah ada konflik dalam nilai keyakinan.
c) Kegiatan ibadah Tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu atau kelompok
dan pendapat klien tentang kegiatan ibadah.

3) Status Mental
a) Aktivtitas motorik Kaji aktivitas atau reaksi klien terhadap lingkungan di sekitarnya
b) Afek emosi Kaji bagaimana afek emosi klien terhadap lingkungan di sekitarnya.
c) Persepsi Kaji apakah klien sekarang sedang mengalami halusinasi atau tidak atau ada
perasaan aneh pada dirinya yang tidak menurut kenyataan.
d) Proses Pikir
(1) Arus Pikir Kaji tentang bagaimana pembicaran pada klien saat berinteraksi
dengan orang-orang disekitarnya.
(2) Isi piker Kaji tentang bagaimana isi pikiran pada klien saat berinteraksi dengan
orang-orang disekitarnya.
(3) Bentuk pikir Kaji tentang bagaimana bentuk pikir pada klien saat berinteraksi
dengan orang-orang disekitarnya.
(4) Memori Kaji apakah klien memilki gangguan daya ingat jangka pendek atau
panjang
(5) Tingkat berkonsentrasi dan berhitung Kaji tentang bagaimana konsentrasi klien
saat diajak berinteraksi dan apakah klien mampu berhitung pada benda-benda
nyata
(6) Daya tilik diri/insight Kaji apakah klien mengingkari penyakit yang diderita nya
sekarang atau tidak
(7) Interaksi selama wawancara Kaji tentang bagaimana interaksi selama wawancara
klien dengan orang-orang disekitarnya

4) Mekanisme Koping
Kaji respon koping klien adaptif dan maladaptif melalui interaksi pada klien

5) Masalah Psikososial
Kaji apakah ada masalah psiksosial pada klien pada lingkungan disekitarnya, meliputi
:masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
ekonomi dan pelayanan kesehatan.

3. Diagnosis Keperawatan
Di Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial
dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.
Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya
ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Rumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu
pada pohon masalah yang sudah dibuat, Diagnosis keperawatan pasien dengan Isolasi Sosial
adalah sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2019) :
1) Isolasi sosial : Menarik diri (D.0121)
2) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah (D.0086)
3) Risiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi (D.0085)

4. Intervensi Keperawatan
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Prosedur
Keperawatan
1 Setelah dilakukan Terapi aktivitas (I.05186) Dukungan Interaksi
intervensi keperawatan Observasi 2.1 identifikasi defisit sosial 1.identifikasi
selama 6 kali aktivitas 2.2 Identifikasi pasien menggunakan
pertemuan maka kemampuan berpartisipasi dalam minimal 2 identitas
keterlibatan sosial aktivitas tertentu 2.3 identifikasi 2. jelaskan tujuan
(L.13115) meningkat strategi meningkatkan partisipasi dan Langkah
dengan kriteria hasil: - dalam aktivitas 2.4 monitor respon prosedur 3.Siapkan
Minat interaksi (5) - emosional, fisik, sosial dan lingkungan
Minat terhadap spiritual terhadap aktivitas terapeutik 4.lakukan
aktivitas (5) - Perilaku Terapeutik 2.5 fasilitasi focus pada kebersihan 6
menarik diri (5) - Afek kemampuan, bukan deficit yang langkah
murung/sedih (5) - dialami 2.6 sepakati komitmen 5.identifikasi
Perilaku bermusuhan untuk meningkatkan frekuensi dan kekuatan dan
(5) - Perilaku sesuai rentang aktivitas 2.7 fasilitasi kelemahan dalam
dengan harapan orang memilih aktivitas dan tetapkan menjalin hubungan
lain (5) - Kontak mata tujuan aktivitas yang konsisten 6.pertahankan
(5) - Tugas seusai kemampuan fisik, kesabaran dalam
perkembangan sesuai psikologis dan sosial 2.8 mengembangkan
usia (5) koordinasikan pemilihan aktivitas hubungan 7.latih
sesuai usia 2.9 fasilitasi makna bermain peran dalam
aktivitas yang dipilih 2.10 libatkan kemampuan
dalam permaianna kelompok yang berkomunikasi
tidak kompetitif, terstruktur dan 8.latih meningkatkan
aktif kemampuan diri
9.anjurkan
berhubungan dengan
orang lain yang
memiliki
kepentingan
dantujuan yang sama
10. anjurkan untuk
menghormati orang
lain 11. motivasi
untuk komunikasi
verbal 12. Motivasi
untuk
mempertahankan
hubungan
komunikasi verbal
13. motivasi untuk
melakukan kegiatan
2
Setelah dilakukan Promosi Harga diri Promosi harga diri
intervensi (I.09307) Observasi 1. identifikasi pasien minimal
keperawatan 4.1 identifikasi budaya, menggunakan 2 identitas
selama 6 kali agama, ras, jenis 2. jelaskan tujuan dan langkah-
pertemuan maka kelamin, dan usia langkah prosedur
harga diri terhadap harga diri 3. lakukan kebersihan tangan 6
(L.09069) 4.2 monitor verbaslisasi langkah
meningkat dengan yang merendahkan 4. anjurkan mempertahankan
kriteria hasil: - diri sendiri Monitor kontakmata saat berkomunikasi
Penilaian diri tingkat harga diri dengan orang lain
positif (5) - setiap waktu 5. diskusikan pernyataan
Perasaan memiliki Terapeutik tentang harga diri
kelebihan atau 3.3 motivasi terlibat 6. diskusikan kepercayaan
kemampuan positif dalam verbalisasi terhadap penilaian diri
(5) untuk diri sendiri
3.4 motivasi
menerima tantangan
atau hal baru
Edukasi
3.12 anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang
dimiliki
3.13 anjurkan
mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi
dengan orang lain
3
selama 6 kali 1.1 Monitor perilaku yang 1. identifikasi pasien
pertemuan maka mengindikasi halusinasi menggunakan minimal 2
persepsi sensori 1.2 Monitor dan sesuaikan identitas
(L.09083) membaik tingkat aktivitas dan 2. jelaskan tujuan dan
dengan kriteria hasil: - stimulasi lingkungan Langkah prosedur
Verbalisasi mendengar 1.3 Monitor isi halusinasi 3. lakukan kebersihan 6
bisikan (5) - Distorsi Terapeutik langkah
Sensori (5) - Perilaku 1.4 pertahankan lingkungan 4. monitor perilaku yang
Halusinasi (5) - yang aman mengindikasikan halusinasi
Menarik diri (5) - 1.5 lakukan Tindakan 5. monitor dan sesuaikan
Melamun (5) - Curiga keselamatan jika tidak dapat tingkat aktivitas dan stimulasi
(5) - Mondarmandir mengontrol perilaku lingkungan
(5) - Respons sesuai Edukasi 6. Pertahankan lingkungan
stimulus (5) - 1.8 anjurkan memonitor yang aman
Konsentrasi (5) sendiri situasi terjadi
Orientasi (5) halusinasi
1.9 anjurkan bicara pada
orang yang dipercayaa
untuk memberi dukungan
dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
Kolaborasi
1.12 kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas
BAB III
PENUTUP

A. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutkan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada klien. Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu, evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dari hasil rencana
keperawatan yang telah dilaksanakan. Sementara evaluasi sumatif merupakan evaluasi
setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan yang bertujuan untuk menilai
pencapaian dalam memberikan asuhan keperawatan (Purba, 2019).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
O: Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
A: Analisis ulang data subjektif dan objektif untuk meyimpulkan apakah masalah tetap atau
muncul masalah baru
P : Rencana tindak lanjut berdasarkan analisa pada klien Data hasil evaluasi akan
menunjukkan keberhasilan tindakan indikator keberhasilan tindakan pada diagnosa isolasi
sosial: menarik diri yang ditinjau dari kriteria dapat membina hubungan saling percaya, dapat
menyebutkan penyebab isolasi sosial, dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam
berinteraksi, dan dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

B. Kesimpulan
Disimpulkan hasil dari asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial yang
dilakukan di Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Samarinda. Asuhan
keperawatan dilakukan selama 6 hari perawatan dengan katergori kurang berhasil pada klien
1 dan cukup berhasil pada klien 2. Hasil dari pengkajian didapatkan bahwa klien 1
merupakan seorang gelandangan dengan riwayat putus obat. Pada klien 2 didapatkan hasil
pengkajian klien riawayat putus obat dan pernah mengalami perundungan. Implementasi
yang dilakukan pada kedua klien menggunakan standar intervensi keperawatan Indonesia
dengan intervensi promosi sosialisasi. Intervensi dikategorikan kurang berhasil pada klien 1
dan cukup berhasil pada klien 2, hal ini dikarenakan BHSP antara penulis dan klien yang
belum terjalin sehingga terdapat hambatan dalam menjalankan intervensi keperawatan.
Akibatnya belum maksimalnya peningkatan kemampuan klien dalam bersosialisasi dengan
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

327-340. https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i3.782
Azizah, F. N., Hamid, A. Y. S., & Wardani, I. Y. (2017). Respon Sosial dan
Capability of Social Isolation Patients”, Jurnal Keperawatan, 12(3), pp.
Cendikia Muda, 2, 71–77.
Edy Kurniawan. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Isolasi
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/view/3760
Kemampuan Sosialisasi Pasien Isolasi Sosial melalui Manajemen Kasus
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes RI.
Keperawatan Jiwa Dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial Pada Tn.
KURNIAWAN, 2(8.5.2017), 2003–2005.
Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan, 472.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pardede, J., Hamid, A. and Putri, Y. (2020) “Application of Social Skill Training
pemberian asuhan keperawatan” (2019).
Piana, E. (2022). Penerapan Cara Berkenalan pada Pasien Isolasi Sosial. Jurnal
Purba, Angel Oktavia. “pelaksanaan evaluasi untuk mengukur pencapaian dalam
PUTRA, S. T. A., Nugroho, N., Pardosi, S., & Asmawati, A. (2022). Asuhan
S & Tn. J Pasien Isolasi Sosial Di Ruang Murai Rumah Sakit Khusus Jiwa
Sosial “Menarik Diri” Di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. EDY
Spesialis Keperawatan Jiwa. Media Ilmu Kesehatan, Vol. 6 No.2, 91-100.
Tim Riskesdas. (2018). Laporan Provinsi Kalimantan Timur Riskesdas 2018.
using Hildegard Peplau Theory Approach to Reducing Symptoms and the

Anda mungkin juga menyukai