Anda di halaman 1dari 4

RMK PERPAJAKAN I

PPN DAN PPN BM :

(MEKANISME PENGKREDITAN PPN)

AJAR M. ALI

A031211142

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
MEKANISME PENGKREDITAN PPN

Mekanisme pengkreditan pajak masukan membuat PKP dapat mengkreditkan pajak masukan
yang dibayarkan atas perolehan barang dan jasa dengan pajak keluaran yang dipungut Ketika
melakukan penyerahan barang.

Karakteristik Pajak Masukan

Dalam penerapan penguatan PPN, PKP mengkreditkan pajak masukan dan pajak
keluaran dalam suatu masa pajak yang sama. Apabila dalam masa pajak tersebut pajak keluaran
lebih besar, maka kelebihan pajak keluaran tersebut harus disetorkan ke kas negara.
Sebaliknya, apabila dalam masa pajak tersebut, masa pajak masukan lebih besar dari pajak
keluaran, kelebihan pajak masukan dapat dikompensasikan ke msa pajak berikutnya. Dalam
tata cara ini, jumlah yang harus dibayarkan oleh PKP dapat berubah sesuai dengan pajak
masukan yang dibayar.

Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak masukan dalam satu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran untuk masa
pajak yang sama. Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan pajak
keluaran pada masa pajak yang sama dapat dikreditkan pada masa berikutnya paling lama tiga
bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. PKP yang belum diproduksi
sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, pajak masukan atas perolehan /
impor barang modalnya dapat dikreditkan. Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan
BKP/JKP harus dikreditkan dengan pajak kelauran tempat PKP dikukuhkan.

Jika PK > PM, maka selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar tetapi jika PK <
PM. Maka selisihnya merupakan kelebihan bayar PPN yang bisa dikompensasi dengan Masa
Pajak berikutnya atau dimintakan Kembali (restitusi).

Secara umum mekanisme pengkreditan pajak masukan diatur dalam Pasal 9 UU Nomor 42
Tahun 2009, yaitu:

a. Pajak masukan dikreditkan dengan pajak keluaran untuk masa pajak yang sama.
b. Apabila terdapat pajak masukan pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada
masa pajak berikutnya paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang
bersangkutan, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan
pemeriksaan.
c. Jika dalam suatu masa pajak belum ada pajak keluaran maka pajak masukan tetap dapat
dikreditkan.

Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

Pengkreditan pajak masukan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama tidak
dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:

a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha.
b. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon kecuali
merupakan barang dagangan atau disewakan.
c. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak.
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 ayat (6).

Tenggang Waktu Pengkreditan Pajak Masukan

Pengkreditan faktur pajak masukan memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

a. Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran untuk masa
pajak yang sama.
b. Pajak masukan atas perolehan barang modal sebelum berproduksi (sehingga belum
melakukan penyerahan kena pajak) dapat dikreditkan.
c. Pajak masukan dapat dikreditkan sepanjang BKP atau JKP terkait berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha melakukan penyerahan kena pajak.

Dalam kegiatan mengkreditkan pajak masukan ini akan menghasilkan tiga kemungkinan,
yaitu:

a. Nominal pajak masukan dalam suatu masa pajak lebih kecil ketimbang jumlah pajak
keluaran yang dipungut. Konsekuensinya, selisih kelebihan pajak keluaran wajib
disetorkan ke kas negara.
b. Nominal pajak masukan dalam suatu masa pajak lebih besar dibandingkan nominal pajak
keluaran yang dipungut. Atas hal ini, selisih kelebihan pajak masukan tersebut dapat
dikompensasi ke masa pajak berkutnya atau bisa dimintakan pengembalian (restitusi).
c. Nominal pajak masukan dan keluaran sama besar.

Syarat pengkreditan faktur pajak masukan

a. Tercantum dalam faktur pajak lengkap atau dokumen tertentu yang diperlakukan dengan
faktur pajak.
b. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.

Sementara, pengkreditan pajak masukan tidak dapat diberlakukan bagi jenis pengeluaran
sebagai berikut:

a. Pengeluaran atas BKP atau JKP saat pengusaha belum dikukuhkan sebagai PKP.
b. Pengeluaran atas BKP atau JKP yang tidak berhubunga n langsung dengan kegiatan usaha.
Artinya, pengeluaran yang bukan kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan
manajemen, tidak bisa dikreditkan.

Anda mungkin juga menyukai