UTS HUKUM INVESTASI

LEGAL OPINION
BENTUK BADAN USAHA DALAM PENANAMAN MODAL
ASING DI INDONESIA

EVELYN THERESYA SUGIANTO

NIM. 2004551099

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022
 LEGAL OPINION

Bentuk Badan Usaha dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia

A. Kasus Posisi
Adapun paparan mengenai kasus posisi, antara lain:
1. Bahwa Tuan A (WNI) memiliki sebidang tanah seluas 20 Are yang akan dijadikan
sebagai modal untuk membuka usaha hotel dan restoran di Canggu, Bali.
2. Bahwa Mr. B (WNA/Singapura) adalah calon penanam modal usaha hotel dan
restoran yang akan dijalani Tuan A.
3. Bahwa Tuan C (WNI) adalah calon penanam modal usaha hotel dan restoran yang
akan dijalani Tuan A.
4. Bahwa modal yang akan disetor Mr. B dan Tuan C masing-masing sebesar Rp
5.000.000.000,-.
B. Isu Hukum
Adapun yang menjadi permasalahan hukum antara lain:
1. Apa bentuk badan usaha yang dapat dibentuk dalam kegiatan penanaman modal
tersebut?
2. Apa tahapan-tahapan pembentukan badan usaha tersebut?
3. Apa kelebihan dan kekurangan atas pembentukan badan usaha tersebut?
C. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang mengatur mengenai bentuk badan usaha dalam PMA di
Indonesia, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UUPM”)
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”)
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU Cipta Kerja”)
4. PP No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama
Perusahaan Terbatas
5. Peraturan BKPM No. 4 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan
Perizinan Berusaha Berbasis Resiko dan Fasilitas Penanaman Modal
D. Analisis
Adapun pendapat hukum terhadap isu hukum di atas, antara lain:
1. Bentuk Badan Usaha

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPM, penanaman modal adalah segala bentuk

kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Dengan
demikian, penanaman modal dapat dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri
(PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Adapun pengertian PMDN
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 UUPM, yaitu kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Sementara
pengertian PMA sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UUPM, yaitu kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

1
 dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Dalam hal ini, Tuan A adalah penanam modal dalam negeri dengan modal berupa
tanah seluas 20 Are di Canggu, Bali, Mr. B adalah penanam modal asing yang
berkewarganegaraan Singapura dengan modal sebesar Rp 5.000.000.000,-, dan Tuan
C adalah penanam modal dalam negeri dengan modal sebesar Rp 5.000.000.000,-.
Dengan demikian, kegiatan menanam modal yang dilakukan Tuan A, Mr. B, dan
Tuan C adalah Penanaman Modal Asing (PMA). Adapun bentuk badan usaha yang
wajib bagi PMA adalah perseroan terbatas (PT). Hal ini diatur dalam Pasal 5 ayat
(2) UUPM. Adapun ketentuan minimum permodalan bagi PMA, yakni sebesar Rp
10.000.000.000,- di luar tanah dan bangunan, telah dipenuhi oleh Tuan A, Mr. B, dan
Tuan C (Pasal 12 Peraturan BKPM No. 4 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pelayanan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko dan Fasilitas Penanaman Modal).

2. Tahapan-tahapan Pembentukan PT
Adapun tahapan-tahapan pembentukan PT terdiri dari:
a. Tahap pengajuan nama PT
Melalui Sistem Administrasi Hukum, notaris mengajukan nama perusahaan
kepada Kementerian Hukum dan HAM guna mengetahui dan memeriksa
apakah nama tersebut dapat digunakan, karena tidak boleh menggunakan
nama yang sudah dipakai oleh PT lain. 1 Hal ini diatur dalam Pasal 16 ayat (1)
UUPT dan Pasal 2 ayat (2) PP No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengajuan dan Pemakaian Nama Perusahaan Terbatas.
b. Tahap pembuatan akta pendirian
Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan
pendirian Perseroan. Adapun mengenai pembuatan akta pendirian diatur
dalam Pasal 8 UUPT.
c. Tahap pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM
Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
Perseroan, pendiri/diberi kuasa kepada notaris) bersama-sama mengajukan
permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan
hukum secara elektronik kepada Menteri. Hal ini diatur dalam Pasal 9 UUPT.
d. Tahap pendaftaran
Daftar Perseroan diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM. Hal ini
diatur dalam Pasal 29 UUPT.
e. Tahap pengumuman
Menteri Hukum dan HAM mengumumkan akta pendirian Perseroan beserta
Keputusan Menteri mengenai penggesahan badan hukum Perseroan dalam
Tambahan Berita Negara. Hal ini diatur dalam Pasal 30 UUPT.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembentukan PT
Adapun kelebihan PT, antara lain:
a. Pemisahan harta pribadi dan harta perusahaan

1
Freddy Hidayat, Mengenal Hukum Perusahaan, (Jember: CV. Pena Persada, 2020), h. 62.

2
 Tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas nilai saham yang dibayarkan.
Artinya, kerugian dan utang perusahaan tidak perlu ditanggung oleh harta
pribadi pemilik perusahaan (Pasal 3 ayat (1) UUPT);
b. Sistem kepemilikan jelas dan mudah dialihkan
Sistem kepemilikan PT berdasarkan kepemilikan saham dan kepemilikan
saham mudah dialihkan (Pasal 1 angka 11 UUPT);
c. Kemudahan modal/pendanaan
Badan usaha berbentuk PT lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan
dengan bentuk badan usaha lainnya karena PT wajib menerbitkan laporan
keuangan setiap periode tertentu sehingga mempermudah calon kreditur untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan (Pasal 66 UUPT);
d. Ekspansi bisnis lebih mudah
PT dapat bekerja sama untuk joint venture dengan pihak asing (PT PMA)
e. Meningkatkan citra perusahaan
Sebagian besar orang memandang badan usaha berbentuk PT lebih serius dan
profesional dalam menjalankan usaha mengingat modal yang diperlukan lebih
besar serta syarat dan pengaturan yang harus dipenuhi lebih banyak.
Sementara kekurangan PT, antara lain:
a. Modal lebih besar
Berdasarkan UU Cipta Kerja, modal dasar PT ditentukan berdasarkan
kesepakatan para pendirinya. Sementara untuk PT PMA, yakni sebesar Rp
10.000.000.000,-.
b. Syarat pendirian dan pengaturan yang harus dipenuhi lebih banyak
Banyak syarat dan pengaturan yang harus dipatuhi ketika membentuk PT
PMA, namun hal tersebut telah dipermudah dengan adanya sistem AHU
Online dan Online Single Submission.
c. Sukar merahasiakan kegiatan perusahaan
Direksi wajib menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan
Perseroan untuk tahun buku yang akan datang sebelum dimulainya tahun buku
yang akan datang. (Pasal 63 UUPT)
d. Pembubaran perseroan rumit
Selain pembentukan perseroan yang rumit, pembubaran perseroan juga
tergolong rumit. Adapun syarat dan tahapan pembubaran perseroan diatur
dalam Pasal 142 sampai 148 UUPT.
E. Kesimpulan
Dengan demikian, bentuk badan usaha yang wajib dibentuk Tuan A, Mr. B, dan Tuan
C adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan tahapan pembentukan PT meliputi
pengajuan nama PT, pembuatan akta pendirian, pengesahan oleh Menteri Hukum dan
HAM, pendaftaran, dan pengumuman. Adapun kelebihan PT yakni pemisahan harta
pribadi dan harta perusahaan, sistem kepemilikan jelas dan mudah dialihkan,
kemudahan pendanaan dan ekspansi bisnis, serta peningkatan citra perusahaan.
Sementara kekurangan PT yakni modal lebih besar, syarat pendirian dan pengaturan
yang harus dipenuhi lebih banyak, sukar merahasiakan kegiatan perusahaan, dan
pembubaran perseroan yang rumit.

3
 DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UUPM”)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU Cipta Kerja”)

PP No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perusahaan
Terbatas

Peraturan BKPM No. 4 Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Perizinan
Berusaha Berbasis Resiko dan Fasilitas Penanaman Modal

Buku

Hidayat, Freddy. 2020. Mengenal Hukum Perusahaan. Jember: CV. Pena Persada