Kelompok A
Kelompok A
LABIOMED PUSKESAD
PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2021
DISUSUN OLEH
Apoteker Angkatan XL
Laras Haryan
Listiawati, S.Farm
(20344035)
Muhammad Irfan Ramadhan, S.Farm (20340088)
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
3
1. Mengetahui, memahami dan membandingkan prinsip penerapan CPOB di
industri farmasi Labiomed Puskesad
2. Mengetahui dan memahami peran, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam industri
farmasi
3. Mengetahui dan memahami permasalahan nyata di industri farmasi
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan, dan pengetahuan mengenai industri farmasi
2. Mendapatkan keterampilan dan pengalaman praktik kerja di industri farmasi
3. Diharapkan apoteker mampu menyelesaikan masalah yang ada di industri farmasi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
UMUM
5
dimaksud dengan Industri Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki
6
izin untuk melakukan kegiatan produksi atau pemanfaatan sumber daya produksi, penyaluran
obat, bahan obat, dan fitofarmaka, melaksanakan pendidikan dan pelatihan, dan/atau penelitian
dan pengembangan.(3)
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang
selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk
dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pelaku usaha
melalui sistem elektronik yang terintegrasi. (3) Industri Farmasi dan Industri Farmasi Bahan Obat
diselenggarakan oleh Pelaku Usaha non-perseorangan berupa perseroan terbatas. Dikecualikan
dari ketentuan sebagaimana dimaksud adalah bagi pemohon Izin Usaha Industri Farmasi dan
Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi dan
Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat yaitu Sertifikat Produksi Industri Farmasi atau
Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan Obat. (3) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat
Produksi Industri Farmasi dan Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan Obat terdiri atas:
a. Rencana Produksi Industri Farmasi atau Rencana Produksi Industri Farmasi Bahan Obat.
b. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker berkewarganegaraan Indonesia
masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan
mutu.
Untuk izin usaha industri farmasi, izin usaha industri farmasi bahan obat, Sertifikat
Distribusi Farmasi diterbitkan oleh Menteri. Prosedur Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional:
a. Pelaku usaha wajib mengajukan permohonan izin usaha dan izin komersial atau operasional
melalui OSS.
b. Lembaga OSS menerbitkan NIB (nomor induk berusaha) setelah pelaku usaha melakukan
pendaftaran melalui pengisian data secara lengkap dan mendapatkan NPWP, sebagaimana
dimaksud didapat dalam hal pelaku usaha yang melakukan pendaftaran belum memiliki
NPWP.
c. NIB merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan
izin usaha dan izin komersial atau operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan izin
usaha dan izin komersial atau operasional.
d. Pelaku usaha yang telah mendapatkan NIB dapat diterbitkan izin usaha oleh Lembaga OSS.
e. Penerbitan izin usaha berdasarkan komitmen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik dan komitmen izin usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri.
f. Pelaku usaha yang telah mendapatkan izin usaha dapat melakukan kegiatan:
1) Pengadaan tanah
2) Perubahan luas lahan
7
3) Pembangunan bangunan gedung dan pengoperasiannya
4) Pengadaan peralatan atau sarana
5) Pengadaan sumber daya manusia
6) Penyelesaian sertifikasi atau kelaikan
7) Pelaksanaan uji coba produksi (commisioning)
8) Pelaksanaan produksi.
g. Pelaku usaha yang telah mendapatkan izin usaha namun belum menyelesaikan:
1) Amdal dan/atau
2) Rencana teknis bangunan gedung belum dapat melakukan kegiatan pembangunan
bangunan gedung.
www.oss.go.id
Pelaku usaha
mendapatkan NIB
Ya Tidak
Sudah Belum
8
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan izin edar atau persetujuan uji klinik, jika diperlukan dan
tidak menimbulkan risiko yang membahayakan bagi pengguna karena keamanan, mutu dan
efektivitas yang tidak memadai. Untuk mencapai sasaran mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan sistem pemastian mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar, serta cara pembuatan obat yang baik termasuk pengawasan mutu dan manajemen
risiko mutu.Semua bagian sistem mutu industri farmasi hendaklah didukung dengan
ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan
memadai. Kepala bagian pemastian mutu memiliki tanggung jawab secara hukum (2).
Pengawasan mutu merupakan bagian dari CPOB yang mencangkup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencangkup organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan.
Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk dijual
atau didistribusikan sampai mutunya dinilai memuaskan(2). Prinsip dasar pengawasan mutu,
antara lain:
a. Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui untuk pengambilan
sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dan bila perlu untuk pemantauan kodnisi lingkungan sesuai
dengantujuan CPOB.
b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan menggunakan metode yang
disetujui.
c. Metode pengujian telah tervalidasi
d. Pencatatan dilakukan secara manual dan atau alat pencatat selama pembuatan yang
menunjukan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan
sampel, pemeriksaan dan pengujian benar-benar dilaksakaan. Tiap penyimpangan dicatat
lengkap dan di investigasi
e. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan
persyaratan izin edar atau persetujuan uji klinik, memeiliki derajat kemurnian yang
dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan dengan benar
f. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi yang secara formal dinilai terhadap spesifikasi
g. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup. Sampel
pembanding dan sampel pertinggal, untuk pengujian ulang dikemudian hari bila perlu.
Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir.
Pengkajianmutu produk secara dilakukanterhadap semua obat terdaftar, termasuk
produkekspor,dengantujuanuntukmembuktikankonsistensiproses, kesesuaian dengan
9
spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk
secaraberkalabiasanyadilakukantiaptahundandidokumentasikan, serta
denganmempertimbangkanhasilkajianulang sebelumnya(2).
2.2.2 Personalia
Industri farmasi hendaklah memiliki personel dalam jumlah yang memadai yang
terkualifikasi dan berpengalaman praktis. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB
yang menyangkut tugasnya sertamemperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan termasuk
instruksi hygiene yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tiap personel tidak boleh dibebani
tanggung jawab yang berlebihan sehingga menimbulkan risiko terhadap kualitas. Tugas spesifik
dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam
uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk namun
tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah tidak ada kesenjangan ataupun tumpang tindih
tanggung jawab dari uraian tugas. Manajemen puncak memiliki tanggung jawab tertinggi untuk
memastkan efektivitas penerapan sistem mutu industri farmasi untuk mencapai sasaran mutu,
dan peran, tanggung jawab dan wewenang tersebut ditetapkan, dikomunikasikan serta
diterapkan diseluruh organisasi. Manajemen puncak hendaklah menetapkan kebijakan mutu
yang menguarikan keseluruhan maksud dan tujuan terkait mutu dan hendaklah memastikan
keseuaian dan efektivitas sistem mutu industri farmasi dan pemenuhan CPOB melalui
keikutsertaan dalam tinjauan manajemen. (2)
Manajemen puncak hendaklah menunjuk personel kunci termasuk kepala produksi,
kepala pengawasan mutu, dan kepala pemastian mutu. Posisi kunci kunci tersebut dijabat oleh
apoteker purnawaktu. Kepala produksi, kepala pengawasan mutu, dan kepala pemastian mutu
harus independen satu terhadap yang lain. Hendaklah personel tersebut tidak mempunyai
kepentingan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau financial. Kepala
produksi, pengawasan mutu, dan manajemen mutu memiliki tanggung jawab bersama atau
menerapkan bersama semua aspek yang berkaitan dengan mutu termasuk khususnya desain
pelaksanaan, pemantauan dan pemeliharaan sistem mutu industri farmasi yang efektif. (2)
Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang karena
tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium
(termasuk personel teknik, pemeliharaan dan pembersihan), dan bagi personel lain yang
kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di samping pelatihan dasar dalam teori dan
praktik CPOB, personel baru hendaklah memperoleh pelatihan sesuai dengan tugas yang
diberikan kepadanya. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang
disetujui kepala bagian masing-masing dan catatan pelatihan hendaklah disimpan. Pelatihan
10
spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di area dimana kontaminasi
berbahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau
bersifat sensitisasi.Pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak
masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan,
hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu.(2)
Selain personalia industry farmasi juga memiliki program hygiene yang disiapkan dan
disesuaikan dengan berbagai kebutuhan di pabrik. Program tersebut mencangkup prosedur yang
berkaitan dengan praktik kesehatan dan hygiene serta pakaian personel. Semua personel
hendaklah melakukan pemeriksaan kesehatan pada proses perekrutan dan pabrik industri
farmasi memastikan bahwa tidak ada personel yang berpenyakit menular yang dapat
memepengaruhi mutu. Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dilarang melakukan kegiatan
yang tidak higienis didalam area pembuatan atau di area lain yang dapat mempengaruhi mutu
produk. Personel hendaklah diinstruksikan supaya cuci tangan terlebih dahulu sebelum
bekerja(2).
12
dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur
baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap
spesifikasi yang dirancangsebelumnya. Kelas kebersihan ruang atau area untuk pembuatan obat
didasarkan pada jumlah maksimum partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang
diperoleh untuk tiap kelas kebersihan.(2) Kelas kebersihan tersebut hendaklah disesuaikan
dengan tingkat risiko terhadap produk yang dibuat sesuai tabel di bawah ini:
Partikel
Nanoperasional Operasional
A 3.520 20 3.520 20
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
13
dipindahkan ke tempat penyimpanan. Apabila status karantina dipastikan dengan cara
penyimpanan di area terpisah, maka area tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
akses ke area tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Hendaklah disediakan area
terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan sampel bahan awal. Apabila
kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah
dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur
pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia. Area terpisah
dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau
yang ditarik kembali atau yangdikembalikan(2).
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian
biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.Laboratorium
pengawasanmutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.Luas ruang
hendaklahmemadaiuntukmencegah ketercampurbauran dan pencemaran silang. Desain
laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan konstruksi yang dipakai, ventilasi dan
pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan
ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing
laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotope(2).
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin
sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
pemeliharaan agar dapat mencegah kontamiasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-
hal yang umumnya berdampak buruk. Tiapperalatan utama hendaklah diberi tanda nomor
identitas yang jelas yang akandicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets.
Penggunaan suatuperalatan utama, serta perawatannya, harus dicatat dalam buku log alat
yangmenunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk(2).
Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif
atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk. Semua
peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau yang
ditempatkan di area yang dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta
dibumikan dengan benar. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan, disimpan, dan
bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk(2).
2.2.5. Produksi
14
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.Produksi hendaklah
dilakukan dan disupervisi oleh personel yang kompeten. Seluruh penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk
memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan di mana perlu dan
diberi penandaan dengan data yang diperlukan(2).
Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu
bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada bagian pengawasan mutu. Bahan
yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera
setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi. Produk
antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik
pembuat dan disimpan secara rapi dan teratur untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi
stok. Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan sedemikian rupa
untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan. Pengolahan produk
yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau berurutan dalam ruang kerja yang
sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang. Produk dan
bahan hendaklah dilindungi terhadap kontaminasi mikroba atau kontaminasi lain pada tiap tahap
pengolahan. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan
khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada
penanganan bahan yang sangat berbahaya, mencakup bahan yang sangat aktif atau
menyebabkan sensitisasi. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan
atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila
perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahap proses produksI(2).
Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan
format yang telah ditetapkan. Label berwarna sering kali sangat membantu untuk menandakan
status (misal: karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain). Pemeriksaan hendaklah
dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain untuk transfer bahan dan produk dari
satu ke tempat lain telah terhubung dengan benar. Penyimpangan terhadap instruksi atau
prosedur hendaklah sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah
atas persetujuan tertulis dari kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan bila perlu
melibatkan bagian Pengawasan Mutu. Akses ke bangunan-fasilitas produksi hendaklah
dibatasihanya untuk personel yang berwenang(2).
15
2.2.6. Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Yang Baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan langkah-
langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua yang terlibat
dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi
penyimpanan dan pengiriman produk jadi dari pabrik ke distributor(2).
Semua personel yang terlibat dalam penyimpanan dan pengiriman obat hendaklah
memiliki kemampuan dan pengalaman yang sesuai dengan tanggung jawab mereka untuk
memastikan bahwa obat disimpan dan dikirimkan dengan tepat. Prosedur disiplin hendaklah
diterapkan untuk mencegah dan menangani situasi dimana personel yang terlibat dalam
penyimpanan dan pengiriman obat diduga atau terbukti terlibat didalam penyalahgunaan
dan/atau pencurian(2).
Penerimaan, hendaklah dilakukan pemeriksaan jumlah produk pada saat penerimaan
untuk memastikan jumlah yang diterima sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam catatan
penyerahan dari produksi. Obat yang membutuhkan penyimpanan khusus (misal : narkotik,
psikotropik, prekursor dan produk dengan suhu penyimpanan tertentu) hendaklah segera
diidentifikasi dan segera ditempatkan sesuai prosedur tertulis.(2)
Hendaklah tersedia prosedur dan catatan tertulis yang mendokumentasikan seluruh
kegiatan yang berhubungan dengan penyimpanan dan pengiriman obat, termasuk semua tanda
terima dan hal terkait yang dapat diterapkan. Nama penerima produk tersebut hendaklah
tercantum dalam semua terkait.Hendaklah tersedia mekanisme untuk melakukan transfer
informasi, baik informasi mengenai mutu atau regulasi antara industry farmasi dan pelanggan
maunpun transfer informasi kepan Badan POM sesuai oersyaratan. Catatan yang terkait dengan
penyimpanan dan distribusi obat hendaklah disimpan dan dengan mudah tersedia jika diminta
oleh BPOM sesuai dengan CPOB. Apabila catatan dibuat secara elektronis, hendaklah tersedia
backup untuk mencegah kehilangan data.(2)
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi
diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam
hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Tujuan inspeksi
diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri
farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk
mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan
catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif dan dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri.Inspeksi diri dapat
dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang
menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi
diri hendaklah tertulis dalam prosedur inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat.
(2)
Laporan hendaklah mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi
dan bila memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan. Pernyataan dari tindakan yang
dilakukan hendaklah dicatat. Hendaklah ada program penindak lanjutan yang efektif.
17
Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi baik laporan inspeksi diri maupun tindakan
perbaikan bila diperlukan. (2)
Penyelanggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dnegan
tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakn oleh spesialis dari
luar atau independen suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.(2)
Kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) hendaklah bertanggung jawab
bersama bagian lain yang terkait untuk member persetujuan pemasok yang dapat diandalkan
memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentuka.
Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar
pemasok hendaklah disiapkan dan dikaji ulang. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok
disetujui dan dimasukan kedalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit
tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB. Semua
pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi ssecara berkala. (2)
2.2.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dandokumentasi yang baik
merupakan bagian yang penting dari pemastian mutu.Dokumentasi yang jelas untuk memastikan
bahwa tiappersonel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci
sehinggamemperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbulkarena
hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksiInduk/Formula
Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatanharus bebas dari kekeliruan dan
tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumenadalah sangat penting. (2)
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan
yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk
mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk (Formula Pem-buatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan)
menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu,
misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian,
dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk
distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir.(2)
20
b. Semua pengaturan untuk kegiatan alihdaya termasuk usulan perubahan teknis atau
perubahan lain hendaklah sesuai dengan peraturan regulasi dan izin edar untuk
produkterkait.
c. Jika pemegang izin edar dan izin industri farmasi tidak sama, pengaturan yang tepat
hendaklah dibuat dengan mempertimbangkan semua prinsip yang dijelaskan dalam bab ini
dan mengikuti peraturan yangberlaku.
d. Pembuatan obat alih daya di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang
memiliki sertifikat CPOB yang berlaku yang diterbitkan oleh BadanPOM.
2.3.3 MateriGLP
Sesuai dengan tujuannya, mencakup seluruh asek pengawasan dan pengendalian mutu.
Materi yang disusun terdiri dari aspek:
1) Organisasilaboratorium
2) Personel
3) Keselamatan(safety)
4) Sistemmutu
5) Kondisi akomodasi danlingkungan
6) Metode pengujian dan kalibrasi serta validasimetode
7) Peralatan, instrumen, pereaksi dan perangkat laboratoriumlainnya
23
8) Kontrak
9) Pengambilan contoh(sampling)
10) Penanganan barang yangdiuji
11) Jaminan mutu hasilpengujian
12) Pelaporanhasil
13) Dokumentasi danrekaman
14) Inspeksi danassesmen
Diperolehnya data hasil pengujian atau kalibrasi yang absah, bermutu (akurat dan
teliti) merupakan tujuan utama ditetapkannya standar ISO/IEC 17025. Selain data yang
bermutu, hal yang sama pentingnya adalah bagaimana cara laboratorium memelihara
konsistensi keabsahan mutu data yang dihasilkan dari waktu ke waktu, sehingga harus
ada sistem penjaminan keabsahan mutu. Penjaminan mutu (QA) adalah kegiatan
terencana yang didesain untuk memastikan pengendalian mutu dilaksanakan secara
baik, sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah kegiatan terencana yang didesain untuk
memastikan produk yang bermutu terpenuhi. Agar sistem penjaminan mutu bisa
dilakukan secara kontinyu, laboratorium harus menetapkan prosedur penjaminan
keabsahan hasil pengukuran melalui proses pengendalian mutu yang harus diikuti oleh
seluruh personel di bagian yang terlibat dalam kegiatan penjaminan mutu(4).
Laboratorium termasuk lembaga penilai kesesuaian yang memberikan pelayanan
jasa pengujian atau kalibrasi, outputnya adalah data hasil uji atau hasil kalibrasi.
Pelaporan hasil pengujian atau kalibrasi menjadi penting untuk diperhatikan, karena
terkadang terjadi kesalahan dalam pemindahaan data asli ke sertifikasi hasil pengujian
atau kalibrasi. Pelaporan hasil harus dikaji ulang dan disahkan sebelum diterbitkan(4).
Laboratorium harus memiliki proses terdokumentasi untuk menerima,
mengevaluasi dan membuat keputusan tentang pengaduan. Uraian proses penanganan
pengaduan harus tersedia bagi pihak yang berkepentingan berdasarkan permintaan.
Setelah menerima keluhan, laboratorium mengkonfirmasi apakah keluhan tersebut
berkaitan dengan kegiatan laboratorium dan, jika demikian,
laboratoriumharusmengatasinya. Laboratorium bertanggung jawab atas semua
keputusan di semua tingkat proses penanganan pengaduan (4).
24
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
6. Periode 1980
Tahun 1980 terjadi kebakaran di LABIOMED Brawijaya XII dengan kerugian
hilangnya kemampuan produksi Sera, Vaksin, Plasma kering, dokumen-dokumen,
persediaan kuman dan peralatan Litbang serta sebagian alat produksi rusak, yang tersisa
adalah kegiatan Bank Darah, produksi cairan dan pendidikan SMAK.
7. Periode 1984
25
Pada tahun 1984 kegiatan tranfusi darah, peralatan dan personel dipindahkan ke
RSPAD Gatot Soebroto.
8. Periode 1990
Pada tahun 1990 Labiomed Puskesad fokus pada produksi pembuatan cairan infus
botol gelas yang sekarang dikembangkan menjadi kemasan botol plastik. Kemampuan
produksi cairan infus terus meningkat dengan bertambahnya pengadaan seperangkat mesin
produk baru. Pada 26 juni 1991 Labiomed Puskesad pindah ke lokasi baru yaitu Jl.
Jankesad No. 1, Munjul, Cibubur, Jakarta Timur sampai dengan saat ini.
Misi
1. Penyelenggara produksi larutan infus, injeksi non antibiotika dan produk biomedisyang
bermutu dan aman.
2. Penyelenggara litbang yang inovatif.
3. Meningkatkan kapabilitas lembaga, sarana dan prasarana, dan kualitas sumber daya
manusia.
Fungsi Teknis
a. Fungsi Produksi : merencanakan, menyusun, merumuskan serta melaksanakan kegiatan
dibidang produksi larutan steril infus dan injeksi serta produkbiomedis.
b. Fungsi Pengawasan Mutu : merupakan suatu bagian yang esensial dari CPOB untuk
memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu berdasarkan
26
pemeriksaan fisik, kimiawi, mikrobiologi, pirogenitas terhadap bahan baku, pembantu,
sarana pendukung, produk antara, ruahan dan jadi yang dilaksanakan sebelum, selama dan
sesudah proses produksi.
c. Fungsi Penelitian dan Pengembangan: melaksanakan kegiatan dibidang penelitian dan
pengembangan metode-metode produksi, pengawasan mutu, fomulasi, uji coba produk, alat
utama / bantu dan pengembangan kemampuan personel.
d. Fungsi Pemeliharaan: melaksanakan kegiatan dibidang pemeliharaan, perawatan, perbaikan,
pengembangan peralatan produksi pengawasan mutu dan utilitas.
e. Fungsi Penyimpanan: melaksanakan kegiatan dibidang penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran bahan baku, bahan penolong, peralatan untuk proses produksi dan produk jadi
serta menyalurkan produk jadi ke Gudang Pusat I Ditkesad
28
BAB IV
PEMBAHASAN
29
4) Materiil
5) Material
6) Barang
Istilah dalam administrasi logistik:
1) Administrasi perbekalan
2) Administrasi materiil
3) Manajemen materiil
4) Manajemen logistik
Beberapa alasan mengapa muncul istilah-istilah yang hampir samadalam administrasi
logistik antara lain:
1) Ilmu akan selalu mengalami perkembangan yang mengikutiperkembangan zaman.
2) Kebutuhan menusia yang semakin kompleks.
3) Agar terlihat jelas ruang lingkup penggunaan ilmu tersebut.
31
4.1.2 Instalasi Simpan
Instalasi simpan terdiri atas penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang.Instalasi
simpan juga melaksanakan fungsi pengamanan dan pemeliharaan material serta membuat
kelengkapan administrasi penyimpanan. Penerimaan barang-barang yang berasal dari pengadaan
pusat (distributor) terlebih dahulu akan masuk ke Gudang Pusat (GUPUS AD I). Tim Komisi
Puskesad atau Tim P2HP Puskesad memeriksa barang yang telah tiba. Bila sudah lengkap dan
benar, Tim Komisi Puskesad atau Tim P2HP Puskesad akanmengeluarkan surat PPM (Perintah
Pengeluaran Material) dan di tanda tangani oleh KaPuskesad. Pihak Labiomed Puskesad yaitu
KaLabiomed Puskesad akan mengeluarkan surat PPnM (Perintah Penerimaan Material). Tim
komisi Intern Labiomed Puskesad bertugas memeriksa keadaan barang secara administrasi dan
fisik. Setelah barang sudah sepenuhnya diterima, dibuat BA (Berita Acara) dan barang sudah
menjadi milik Instalasi Simpan dengan system FIFO (First In First Out) baik bahan baku
maupun produk jadi yang nantinya akan disalurkan atau didistribusikan.
Produk jadi yang berasal dari bagian produksi akan terlebih dahulu masuk ke gudang
karantina sambil menunggu keputusan lulus uji dan keluarnya Sertifikat Analisa (SA) serta surat
kelulusan dari Instalasi Pengawasan Mutu. Setelah SA keluar, bagian produksi akan membuat
Nota Penyerahan Hasil Produksi (NPHP). Produk jadi tersebut akan dicatat di kartu stok
penerimaan dan akan dibuat laporan ke Kepala Labiomed Puskesad dengan tembusan ke Bagian
Administrasi dan Logistik (Minlog) dan kemudian dilaporkan ke Puskesad. Produk jadi akan
diserahkan ke Gupus AD I, kemudian Instalasi Simpan akan membuat Surat Tanda Penyerahan
Barang. Produk jadi yang akan diserahkan sebelumnya dicek terlebih dahulu oleh Tim Komisi
Intern Labiomed Puskesad yaitu perwakilan dari TUUD, Instalasi Pengawasan Mutu dan
Instalasi Produksi, lalu Selanjutnya di terima oleh Instalasi Simpan.
Setiap Intalasi yang akan meminta barang dari Instal Simpan harus membuat Nota
Permintaan Barang, kemudian setelah disetujui Instal Simpan akan membuat Nota Penyerahan
Barang persetujuan KaLabiomed Puskesad. Pengeluaran barang dilakukan secara harian dan
dicatat pada buku permintaan harian, kartu stok dan kartu gantung. Setiap awal bulan, pihak
yang meminta barang akan mengeluarkan Nota Permintaan Barang, sedangkan pihak Instalasi
Simpan akan mengeluarkan Nota Penyerahan Barang diawal bulan.
33
Pengujian produk jadi dilakukan terhadap produk yang telah di sterilisasi
menggunakan autoklaf. Parameter yang diuji pada produk jadi adalah pH dan kadar sesuai
dengan spesifikasi yang terdapat dalam Farmakope Indonesia.
Samplinng produk jadi dilakukan setelah selesai sterilisasi. Untuk tiap bets (2000 L)
terdapat 4 lots, karena kapasitas untuk sterilisasi (hot water sterilizer) di Labiomed hanya 900
botol. Untuk sampling tiap lot diambil 9 botol, 3 botol untuk uji pirogen, 3 botol untuk uji
sterilitas dan 3 botol untuk sampel pertinggal. Untuk pengujian di laboratorium kimia fisika
digunakan sampel sisa dari uji pirogen, atau laboratorium mikrobiologi. Sampel pertinggal
digunakan apabila ada masalah dalam rentang waktu sampai kadaluwarsa dari produk tersebut.
4.3. Produksi
Kegiatan produksi di Labiomed dilaksanakan oleh instalasi produksi. Kegiatan yang dilakukan
di instalasi produksi diantaranya adalah pembuatan Water For Injection (WFI), pembuatan
kemasan primer dan pembuatan sediaan infus.
36
Personil yang memasuki ruangan produksi merupakan personil yang terkualifikasi,
sebelum masuk dalam ruang produksi, personil mencuci tangan dengan desinfektan (alkohol
70%), kemudian personil mengenakan pakaian kerja khusus yang dilengkapi dengan masker,
tutup kepala, dan sepatu.
Bahan baku air berasal dari air sumur yang diambil dengan kedalaman 120
meter. Air tersebut diperoleh melalui beberapa tahapan pengolahan. Tahapan
pengolahan tersebut yaitu air sumur yang diperoleh ditampung didalam bak
penampungan, kemudian disaring menggunakan sand filter (filter dari pasir silica atau
kuarsa dan gravel sebagai media penyaringannya) dengan tujuan untuk menyaring
kotoran–kotoran yang terdapat didalam air.
Setelah itu air yang telah disaring, dimasukkan kedalam sistem water softener,
water softener berperan dalam menurunkan kadar kesadahan air, didalam tabung water
softener terdapat resin kation yang nantinya menarik ion–ion magnesium, kalsium, besi
dan melepaskan ion natrium.
Selanjutnya air dimasukkan kedalam carbon filter. Carbon filter ini berfungsi
untuk menghilang bau, rasa dan warna dari air sehingga diharapkan air yang diperoleh
dari hasil penyaringan jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Setelah dilakukan Carbon Filter, maka dilakukan proses demineralisasi. Proses
demineralisasi adalah proses penghilangan kadar garam dan mineral dalam air melalui
proses pertukaran ion dengan menggunakan media resin atau softener anion dan kation.
Setelah selesai proses demineralisasi air tersebut didestilasi menggunakan destilator
dengan suhu 100ºC kurang lebih.
Hasil dari destilasi tersebut ditampung didalam tangki penampungan, air yang telah
dimurnikan ini disebut water for injection (WFI). WFI yang disimpan dalam tangki
penampungan ini harus disirkulasi dengan suhu lebih dari 70ºC secara terus menerus dan ketika
akan digunakan untuk kegiatan produksi, WFI diperiksa terlebih dahulu oleh instalasi
pengawasan mutu dengan parameter pegujian antara lain pengujian pH, kejernihan, pengujian
TDS dan uji mikrobiologi.
37
lembut. Penggunaan PP ataupun PE tidak mempengaruhi sediaan steril(aman) sejauh
memenuhi pharmaceutical grade.
Proses pembuatan botol dan tutup botol yaitu biji plastik yang berbentuk granul
dimasukkan ke dalam alat cetak botol yang menggunakan metode blow moulding dan alat
cetak tutup botol dengan metode injection moulding. Sebelumnya harus dipastikan bahwa
mesin telah dipanaskan hingga suhu sekitar 180˚C, apabila belum mencapai suhu yang
ditentukan maka alat tidak dapat bekerja. Biji plastik dimasukkan ke dalam mesin untuk
dipanaskan terlebih dahulu hingga meleleh. Lelehan plastik tersebut didorong memasuki
cetakan botol. Di sepanjang jalur menuju cetakan, suhu di dalam mesin tetap panas
dengan tingkat panas yang berbeda. Lelehan plastik masuk ke dalam cetakan botol,
kemudian ditiup oleh udara kompres bersih hingga mengembang. Bersamaan dengan proses
itu, dilakukan pendinginan di dalam cetakan sehingga botol infus terbentuk.
Tutup botol yang diproduksi di Labiomed terdiri atas tutup dalam (seal) dan tutup luar
(cap). Botol dan tutup botol yang telah selesai diproduksi disimpan di dalam plastik
rangkap dua, tujuannya adalah ketika memasuki ruang cuci botol, plastik terluar dilepas
untuk menghindari kontaminan (debu). Untuk penanganan botol atau tutup botol yang cacat
dapat dibuat ulang dengan cara botol dan tutup botol yang cacat dimasukan dalam mesin
pencacah (crusher).
SUPPLY
STORAGE
FILLIN
ACT
IVE
INGRID 39 SEALIN
CA PIN
IENT G
STE RILI ZA TIO N
SUPPLY STORAG E
QC 9
CONTROLLED CLEAN AREA
QC 3 QC 4
WEIGHING QC 6
QC 10
WATER TREATMENT
MIXING
SAND WATER DESTI QC 2 QC 5
FILTER SOFTENER LATOR FILTRATION
1.2uu0,2
1.2 u 0,45 0,45 u 0,2 u
QC 1b QC 1c
QC 1a QC 1e
40
system lagoon (kolam) adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas
dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro -organisme yang
tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk
mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat
juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara
ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi. Proses dengan sistem lagoon tersebut
dikategorikan sebagai proses bio logis dengan biakan tersuspensi.
4.5.2. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dandokumentasi proses, prosedur atau
metode agar selalu konsisten dengan hasil yangdiharapkan. Validasi meliputi bukti tertulis
bahan, proses, prosedur, kegiatan, system perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam
produksi dan pengawasan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Contoh dari validasi antara lain:
Validasi prosedur pembuatan tablet paracetamol
Validasi metode analisis untuk metode HPLC
a. Validasi proses
Validasi proses ada 3, yaitu:
1. Validasi prospektif
Validasi prospektif yaitu validasi proses yang dilakukan sebelum produk dipasarkan.
Validasiprospektif hendaklah mencakup:
a) Uraian singkat suatu proses
b) Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi
c) Daftar peralatan atau fasilitas yang digunakan serta status kalibrasinya.
d) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan
e) Daftar metode analisis
f) Usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
g) Pengujian tambahan bila diperlukan
h) Pola pengambilan sampel (sesuai lokasi dan frekuensi)
i) Fungsi dan tanggung jawab petugas
j) Jadwal yang digunakan/dipakai/diusulkan
k) Metode pencatatan & evaluasi hasil
Secara umum validasi prospektif untuk data diambil 3 batch berurutan yang
memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah memenuhi persyaratan validasi
proses. Jika batch validasi akan dipasarkan kondisi pembuatannya hendaklah memenuhi
ketentuan CPOB dan hasil validasi memenuhi spesifikasi dan sesuai ijin edar.
2. Validasi konkuren
Validasi konkuren yaitu validasi yang dilakukan selama proses produksi rutin. Yang
mana:
42
a) Dalam kondisi khusus dimungkinkan tidak menyelesaikan program validasi sebelum
produksi rutin dilaksanakan.
b) Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi (dipertimbangkan),
didokumentasi dan disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
c) Persyaratan dokumentasi validasi konkuren sama dengan validasi prospektif.
3. Validasi retrospektif
Hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika
terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan dan peralatan. Batch yang dipilih
untuk validasi retrospektif hendaklah mewakili seluruh batch yang dibuat selama periode
pengamatan. Untuk menunjukkan konsistensi proses. Pada umumnya, validasi ini
memerlukan data dari 10-30 batch berurutan untuk menilai konsistensi proses, jumlah
batch yang lebih sedikit dimungkinkan bila dapat dijustifikasi/dipertimbangkan.
b. Validasi pembersihan
Hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Misalnya
penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba.
Hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi
residua tau cemaran.
Validasi pembersihan dilakukan untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung
dengan produk dan yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Interval waktu (jadwal)
antara penggunaan alat dan pembersihan atau sebaliknya hendaklah divalidasi dan ditentukan
metodenya serta penjadwalannya.
Validasi prosedur pembersihan hendaklah dilakukan 3 kali berurutan dengan hasil yang
memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan telah tervalidasi. Untuk
produk yang beracun/berbahaya dalam keadaan tertentu dapat disimulasikan dengan produk lain
yang mempunyai sifat fisika kimia yang sama.
43
4) Uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat/obat/komponenobat tertentu dalam
obat.
Tujuan prosedur analisis adalah untuk menentukan karakteristikvalidasi yang perlu
dievaluasi pada umumnya sebagai berikut: akurasi,presisi, ripitabilitas, intermediate presisi,
spesifisitas, batas deteksi, bataskuantitas, linearitas dan rentang.
4.5.3. Kualifikasi
Kualifikasi adalah tindakan pembuktian dan dokumentasi, desain, instalasi, operasional
dan kinerja. Kualifikasi merupakan bagian dari validasi. Kualifikasi adalah selalu bagian dari
tahap awal validasi, tetapi langkah kualifikasi sendiri bukan bagian dari validasi proses.
Kualifikasi merupakan tindakan pembuktian suatu sistem dan peralatan telah terpasang dengan
benar, dan dapat bekerja dengan benar, sehingga menghasilkan hasil yang diharapkan.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
1. Kegiatan di Labiomed meliputi PPIC (production planning and inventory controlling),
quality control (QC), dan produksi.
2. Quality control meliputi pengujian kimia fisika, pengujian pirogenitas, dan pengujian
mikrobiologi
3. Seorang apoteker dalam Industri Farmasi harus memiliki wawasan CPOB dan GLP, yaitu
sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian
pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki apoteker harus dibaktikan secara
menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di suatu industri farmasi
4. Dalam pengelolaan industri farmasi di Labiomed profesi Apoteker memiliki peran yang
sangat penting dalam keseluruhan proses kegiatan baik secara manajemen maupun teknis
pelaksanaan produksi sehingga menjamin kualitas produk obat yang dihasilkan.
5. Labiomed Puskesad yang telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam
rangkaian pembuatan obatnya, yaitu dalam aspek manajemen mutu, personalia, bangunan
dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit
mutu, audit dan persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan
validasi, pembuatan sediaan steril, dan manajemen risiko mutu.
5.2. Saran
1. Penerapan prinsip-prinsip CPOB di lembaga Labiomed Puskesad hendaknya senantiasa
ditingkatkan sehingga mutu produk yang dihasilkan dapat dipertahankan dan ditingkatkan
kualitasnya.
2. Mesin atau peralatan yang digunakan sebaiknya diperbarui untuk mendukung kelancaran
proses produksi.
3. Suasana kerja yang nyaman dan kondusif di Labiomed Puskesad perlu dipertahankan guna
memperlancar kerjasama antar staff dan anggota lainnya.
4. Hubungan baik antara pihak Labiomed Puskesad dengan Institut Sains dan Teknologi
Nasional Jakarta hendaklah selalu terjaga dan lebih ditingkatkan dalam rangka menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para calon apoteker khususnya di bidang Farmasi
Industri
45
46
DAFTAR PUSTAKA
4. Badan Standarisasi Nasional. (2018). Implementasi SNI ISO/IEC 17025 : 2017. Badan
Standarisasi Nasional.
47
LAMPIRAN
1. Alat pH meter
2. Alat CND/TDS
48
3. Air sampler dan particle counter
49
5. Pengujian pirogen
50
51
7. Contoh SPO/Protap
1
Lampiran 8. Sertifikat Analisa QC
2
Lampiran 9. Sertifikat Analisa QA
3
Lampiran 10. Alur Pembuatan Sediaan Infus
4
Lampiran 12. Alat Water Treatment
5
Lampiran 15 Alat Air Sampler
6
Lampiran 18. Proses Pencucian Botol
7
Lampiran 20. Proses Filling
8
Lampiran 22Proses Labelling
9
Lampiran 24. Label Yang Digunakan di Labiomed Puskesad
10