Askep Dispepsia Candra
Askep Dispepsia Candra
Disusun Oleh
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DISPEPSIA DI RUANG TULIP LANTAI 2 RSUD SIDOARJO
PERIODE PRAKTIK: 21 JUNI-04 JULI 2021
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Medikal Bedah
Di RSUD Kabupaten Sidoarjo
Di Susun Oleh :
CANDRA APRILIA KARTIKA
2007.14901.292
Disetujui Pada :
Hari :…………...
Tanggal :……………
Pembimbing Institusi
Pembimbing Lahan
Kepala Ruangan
(….….………….................…………)
A. Definisi Dispepsia
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi
ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh
terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme, dan sering kali menyerang individu usia
produktif, yakni usia 30-50 tahun (Arif dan Sari, 2011). Dispepsia suatu gejala
yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual, dan kembung. Gejala ini bisa
berhubungan / tidak ada hubungan dengan makanan (Nugroho,2011).
Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait
dengan makan (biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala yang
paling umum dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Biasanya,
makanan berlemak menyebabkan ketidaknyamanan karena membutuhkan
proses pencernaan lebih lama dari pada protein atau karbohidrat. Salad dan
sayuran hijau serta makanan berbumbu tinggi juga dapat menyebabkan
gangguan pencernaan (Kardiyudiani, 2019).
Gejala-gejala yang timbul disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya
hidup merokok, alkohol, berat badan berlebih, stress, kecemasan, dan
depresi yang relevan dengan terjadinya dispepsia. (Abdullah dan Gunawan,
2012).
B. Etiologi Dispepsia
Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
1. Dispepsia organik
a) Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada
waktu tidak makan / perut kosong.
b) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa
pada pasien gastritis, deudenis, tetapi pada pemeriksaan tidak di
temukan tanda-tanda tukak.
c) Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan
regurgitasi terutama setelah makan.
d) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut
kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
e) Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker pankreas,
kanker hepar.
f) Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke
punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.
g) Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia,
sering flatus, dan perut kembung.
h) Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan
neuropatisering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat
sehingga menimbulkan nausea, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid
menimbulka rasa nyeri di perut, nausea, dan anoreksia.
2. Dispepsia fungsional
a) Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap
kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan
nyeri.
b) Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor
lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna,
menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, dan vaskularisasi.
c) Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin
di pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di
antaranya pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif,
refluks gastroduodenal.
d) Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman
helicobacterpylori,
gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak
makanan berlemak, kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan
pngaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu lama ( Arif dan Sari, 2011).
D. Pathofisiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat - obatan yang tidak jelas,
zat – zat seperti nikotin, alcohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding lambung, kondisi demikian akan mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan. (Rudi Haryono,
2012)
1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum Pada dyspepsia
fungsional hanya sedikit yang terkena hipersekresi asam lambung dari
ringan sampai sedang, beberapa hanya menujukkan gangguan bersihan
asam dari duodenum dan meningkatnya sensitivitas terhadap asam.
2. Infeksi Helicobacter pylori
3. Perlambatan pengosongan lambung. 20 - 40% pada dyspepsia
fungsional mempunyai perlambatan pengosongan lambung yang
signifikan karena pengosongan lambung dengan perasaan perut penuh
setelah makan, mual, dan muntah.
4. Gangguan akomodasi lambung Menimbulkan rasa cepat kenyang dan
mengalami penurunan berat badan, karena pada keadaan normal
makanan yang masuk lambung akan terjadi relaksasi fundus dan korpus
gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung.
5. Hipersensitivitas lambung dapat menimbulkan rasa nyeri abdomen,
bersendawa, penurunan berat badan, rasa cepat kenyang.
6. Intoleransi lipid intra duodenal Mengeluh intoleransi terhadap makanan
yang berlemak dan dapat meningkatnya hipersensitivitasnya terhadap
lambung yang menimbulkan gejala mual dan kembung.
7. Psikologi Adanya stress akut dapat mempengaruhi gastrointestinal
kemudian munculnya rasa mual setelah stimulus stress.
E. Pathway Dispepsia
Dyspepsia
Nyeri akut
Muntah
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
F. Pemeriksaan Penunjang Dispepsia
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti:
pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia
fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis. Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi. (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) Sesuai dengan definisi
bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau
sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi) Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir
ini makin faatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung Dapat dilakukan dengan scintigafi atau
dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat
pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
G. Penatalaksanaan Dispepsia
1. Penatalaksanaan non farmakologis
a) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c) Atur pola makan.
2. Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang
diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah).
2. Diagnosa
a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, (SDKI, D.0077)
b) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d BB
menurun, nafsu makan menurun (SDKI, D.0019)
c) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, merasa
lemah, (SDKI, D. 0056)
3. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode dan pemicu
nyeri
2.
Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3.
Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
Kolaborasi
Terapeutik
1.
Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
2. Berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
3. Berikan
suplemen makanan, jika perlu
4. Berikan
makanan pengganti karbohidrat
seperti
roti
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan
(Mis, pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (suara)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. & Gunawan, J., 2012. Dispepsia dalam Cermin Dunia Kedokteran. Vol.
39 no. 9.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
RSUD SIDOARJO
Oleh
CANDRA APRILIA KARTIKA
2007.14901.292
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Medikal
Bedah Di RSUD Kabupaten Sidoarjo
Di Susun Oleh :
CANDRA APRILIA KARTIKA
2007.14901.292
Disetujui Pada :
Hari :…………...
Tanggal :……………
Kepala Ruangan
(……………………………………………….)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
NERS STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM :1802218
Usia : 38 Tahun Tgl. Masuk : 20-06-2021
Jenis kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 21 Juni
2021
Alamat : Gedangan Sidoarjo Sumber informasi : Pasien
No. telepon :- Nama klg.dekat yg bisa
dihubungi:
Tn.S Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam Status : Suami
Suku : Jawa Alamat : Sidoarjo
Pendidikan : Tamat SLTA No. telepon 081333518818
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMK
Lama berkerja :- Pekerjaan :
wiraswasta
D. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
GENOGRAM
Keterangan:
=
Laki-laki
=
Perempuan
X =
Meninggal
=
Pasien
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
• Kebersihan Bersih, disapu dan dipel 1x/hari Tidak Bekerja
• Bahaya jauh dari bahaya kecelakaan Tidak Bekerja
kecelakaan
• Polusi jauh dari pabrik Tidak Bekerja
• Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari Tidak Bekerja
• Pencahayaan Baik, jendela dibuka setiap pagi Tidak Bekerja
F. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah
Sakit
• Makan/minum 0 0
• Mandi 0 0
• Berpakaian/berdandan 0 0
• Toileting 0 0
• Mobilitas di tempat tidur 0 0
• Berpindah 0 0
• Berjalan 0 0
• Naik tangga 0 0
buah
• Pantangan Tidak ada
Tidak ada
• Napsu makan Baik
Menurun
• Fluktiuasi BB 6bln terakhir Pasien lupa
Pasien lupa
• Jenis minuman Air putih
Air putih
• Frekuensi/pola Sampai habis
Sampai habis
• Gelas yang dihabiskan 9 gelas/hari
3-4 gelas/hari
• Sukar menelan Tidak ada
Tidak ada
• Pemakaian gigi palsu Tidak ada
Tidak ada
• Rwt peyembuhan luka Tidak ada
Tidak ada
H. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
• Frekuensi/pola 1x/hari Belum pernah BAB
• Konsistensi tidak keras dan lembut Tidak ada
• Warna dan bau kecoklatan dan berbau tak Tidak ada
sedap
• Kesuliatan mudah dikeluarkan dan tidak Tidak ada
menimbulkan sakit
• Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
• Frekuensi/pola 4-5/hari Klien tidak
menggunakan
Kateter
• Konsistensi Cair Cair
• Warna dan bau Warna kuning, bau khas urin Warna Kuning, bau
khas urin
• Kesuliatan Tidak ada Mobilisasi ke
kamar mandi
• Upaya mengatasi Tidak ada Klien tidak
menggunakan
Kateter
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
• Lamanya 2 jam Klien tidak
sulit untuk tidur
siang
• Jam .... s/d .... 12.00 – 14.00 Kadang-kadang
klien tidur
kurang lebih 1
½ jam
• Kenyamanan setelah tidur Nyaman Kurang nyaman
Tidur malam
• Lamanya 8 jam 7 jam
• Jam .... s/d .... 21.00 – 05.00 22.00-06.00 jam
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( √) Normal () Bahasa utama:
jawa
( ) Tidak jelas () Bahasa daerah:
Jawa
( ) Bicara berputar-putar () Rentang
perhatian: Baik
(√ ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain () Afek: ada
feedback
2. Tempat tinggal:
( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
(√) Bersama orang lain, yaitu: bersama suami.
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( )Rp. 1 juta – 1.5
juta
() Rp. 250.000 – 500.000 () Rp. 1.5 juta – 2
juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta (Tidak
Terkaji)
Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada ( )
ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: tidak terkaji
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti,
O. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Mengaji
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: Klien tidak bisa
sholat
berjemaah bersama keluarga
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Bisa sholat
berjemaah bersama keluarga
P. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: cukup
a. Kesadaran: GCS E4,V5,M6 (compos mentis)
b. Tanda-tanda vital: Suhu : 36,2oC
Nadi : 88x/menit
TD : 109/60 mmHg
RR : 18x/menit
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
- Inspeksi: Persebaran rambut merata dan semua berwarna hitam
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan edema
b. Mata:
- Inspeksi: Pupil mata kanan dan kiri berespon terhadap cahaya, konjungtiva
tidak
anemis, dan tidak ada ikterik,
c. Hidung:
- Inspeksi: Napas spontan, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan pada
hidung,
Mulut & tenggorokan:
- Inspeksi: Mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatitis pada bibir,
lidah dan gigi
tampak bersih, dan indra pengecap dapat merasakan manis dan pedas.
d. Telinga:
- Inspeksi: Tidak ada serumen ditelinga, tidak terdapat adanya benjolan,
dan
fungsi pendengaran telinga kanan dan kiri normal
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga kanan dan kiri
e. Leher:
- Inspeksi: Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada kekakuan, dan tidak ada
deviasi
trakea
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan ada nyeri tekan
-
3. Thorak & Dada:
• Jantung
- Inspeksi: Tidak terlihat pulsasi ictus kordis
- Palpasi: Tidak teraba pulsasi ictus kordis
- Perkusi: Suara dullness
• Auskultasi: BJ S1 dan S2 normal
• Paru
- Inspeksi: Tidak ada perdarahan, tidak tampak penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: retraksi dinding dada kanan dan kiri simetris
- Perkusi: bunyi resonan
Auskultasi: -
tidak
terdengar
bunyi
ronkhi -/- -
- -
4. Payudara & Ketiak
Tidak ada benjolan, tidak ada bengkak
6. Abdomen
• Inspeksi : Bentuk abdomen flat
• Palpasi : Nyeri tekan (+) pada ulu hati
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) 15x/m
8. Ekstermitas
• Ekstermitas Atas:
Kanan
- CRT <2 detik
- Tidak ada edema
Kiri
- Tidak ada edema
- CRT <2 detik
• Ekstermitas Bawah:
Kanan
- Edema (-)
- CRT <2detik
Kiri
- Edema (-)
- CRT <2 detik
9. Sistem Neorologi
Reflek fisiologis
- Tidak ada kaku kuduk
Reflek patologis
- Tidak ada Babinski
- Tidak ada reflek hofman
- Tidak ada choddock
R. Terapi pasien
Cairan RL 14 tpm
IV : Santagesik 3x1
IV : OMZ 2x40mg
IV : Ondan 3x4mg
OAT 1X3 Tabs
S. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Klien mengatakan semua yang terjadi kepadanya adalah kehendak Allah SWT dan
menerima semuanya dengan hati ikhlas dan sabar
T. Kesimpulan
Klien dengan diagnosa Dispepsia sehingga klien mengalami masalah nyeri akut dan
Defisit Nutrisi.
U. Perencanaan Pulang
• Tujuan pulang: Jika kondisi klien telah membaik pulang ke rumah
• Transportasi pulang: Kendaraan umum
• Dukungan keluarga:anak
• Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Pasien dengan BPJS
• Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Pembatasan aktivitas, asupan
cairan
dan makanan
• Pengobatan: Mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan dan mematuhi semua
anjuran tim medis
• Rawat jalan ke: Poli Penyakit Dalam
• Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Pembatasan aktivitas sehari-hari
klien,
konsumsi air minum, perhatikan asupan makanan, tetap melakukan aktivitas
tetapi
jangan sampai pasien merasa lelah.
• Keterangan lain: Klien harus meningkatkan asupan makanan sedikit tetapi sering.
ANALISA DATA
No Data Etiologi
Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Dispepsia Nyeri
akut
berhubungan degan
pasien mengatakan nyeri ulu hati agen
pencedera
seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 3,
fisiologis di tandai
nyeri hilang timbul nyeri tidak Respon mukosa lambung dengan
tanda dan gejala
menajlar dan semakin terasa jika di :
buat duduk atau bangun dari tempat 1.
Tampak meringis
tidur. 2.
Proses berpikir
vasodilatasi mukosa gaster
terganggu.
Data Objektif: 3.
Nafsu makan
1. Keadaan umum cukup
berubah (menurun).
2. Kesadaran: compos mentis cairan mukosa lambung
(GCS E4 V5 M6)
3. Pasien Tampak Meringis
4. TTV: Hcl kontak dengan mukosa
- TD: 109/60 mmhg gaster
- Nadi 88x/menit
- RR 18x/menit
- Suhu 36,2oC Nyeri Akut (SDKI.0077)
5. Pengkajian nyeri PQRST:
- P: Nyeri ulu hati
- Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R: rasa sakit berfokus
pada satu titik (ulu hati)
- S: skala 3
- T: nyeri ulu hati semakin
terasa jika di buat duduk
atau bangun dari tempat
tidur (beraktivitas).
6. Terpasang infus PZ14 tpm
ANALISA DATA
No Data Etiologi
Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: Dispepsia Defisit
Nutrisi
Pasien mengeluh nyeri ulu hati di
Berhubungan Dengan
sertai mual, dan muntah sejak 2 hari
ketidakmampuan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengabsorbsi nutrien di
mengatakan nyeri timbul karena Respon mukosa lambung tandai
dengan :
pasien terlambat makan, nafsu 1.
Nyeri Abdomen
makan pasien menurun karena 2.
Nafsu makan
merasa mual setiap kali makan,
menurun
makan hanya 1x sehari. vasodilatasi mukosa gaster 3.
Membran
Data Objektif:
mukosa pucat
1. Keadaan umum cukup 4.
Mual-muntah.
2. Kesadaran: compos mentis cairan mukosa lambung
(GCS E4 V5 M6)
3. Pasien hanya menghabiskan
setengah porsi dari diet yang Hcl kontak dengan mukosa
sudah disediakan Rs (50%). gaster
4. TTV:
- TD: 109/60 mmhg
a. Nadi 88x/menit
b. RR 18x/menit Mual
c. Suhu 36,2oC
5. Terpasang infus PZ 14 tpm
muntah
2 21-06-2021 23-06-2021
Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
2. Terapeutik
Keterangan :
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1 memburuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
2 cukup memburuk
hypnosis, akupresur, terapi musik,
3 sedang
biofeedback, terapi pijat, aroma
4 cukup membaik terapi, teknik imajinasi terbimbing,
5 membaik kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
b. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 21 Juni 2021 Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Setelah
Dilakukan Intervensi MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Keperawatan 2x24 Jam
di harapkan nafsu
Observasi
makan pasien membaik,
dengan kriteria
hasil :
o Identifikasi status nutrisi
Piramida makanan)
Porsi makanan
yang di habiskan o Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
Meningkat (5)
sesuai
Kolaborasi
jika perlu
IMPLEMENTASI
Terang
21-06-2021 1 MANAJEMEN NYERI (SIKI: I. 08238)
1. Pasien kooperatif dan bekerja sama
1. Observasi
dengan baik saat diberikan
17:00
a. Melakukan pengkajian lokasi,
karakteristik, implementasi.
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri 2. Pasien menerima terapi yang
b. Mengidentifikasi skala nyeri
diberikan oleh perawat.
c. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
Terang
21-06-2021 2 MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
1. Pasien kooperatif dan bekerja sama
diberikan.
Terapeutik
4. Pasien mampu mengikuti semua
Edukasi
o menganjurkan posisi duduk, jika mampu
o mengajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
EVALUASI KEPERAWATAN
kemarin
O:
1. Kesadaran compos mentis E4 V5 M6
2. Keadaan umum cukup
3. TTV:
- TD: 111/80 mmhg
- Nadi 80x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,3C
4. Pasien berespon dengan baik saat
diberikan tindakan keperawaran
5. Pasien mampu melakukan relaksasi nafas
dalam
6. Pasien mampu menjelaskan saat diberikan
pertanyaan oleh perawat
7. Pengkajian nyeri PQRST:
- P: Nyeri ulu hati
- Q: seperti ditusuk-tusuk
- R: rasa sakit berfokus pada satu
titik (ulu hati)
- S: skala 2
- T: nyeri muncul saat beraktivitas
P: Lanjutkan intervensi:
INTERVENSI UTAMA
A. MANAJEMEN NYERI (SIKI: I. 08238)
1. Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
NAMA KLIEN : Ny. S
TANGGAL : 22 juni 2021
DX. KEPERAWATAN : Defisit Nutrisi
RUANG : Tulip II / E1
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
1. Kesadaran compos mentis E4 V5 M6
2. Keadaan umum cukup
3. TTV:
- TD: 111/80 mmhg
- Nadi 80x/menit
- RR 20x/menit
- Suhu 36,3C
4. Pasien berespon dengan baik saat diberikan
tindakan keperawaran
5. Pasien mampu menjelaskan saat diberikan
pertanyaan oleh perawat
P: Lanjutkan intervensi:
INTERVENSI UTAMA
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
3. TTV:
- Nadi
kualitas, frekuensi,
- TD: 110/90
80x/menit
intensitas nyeri kualitas,
mmhg
- RR 20x/menit
b. Identifikasi skala intensitas - Nadi
- Suhu 36,3oC
- RR
PQRST:
c. Identifikasi b. Mengidentifik
20x/menit
- P: Nyeri ulu
respon nyeri non asi skala - Suhu
36,5oC
hati
PQRST:
ditusuk-tusuk
d. Identifikasi faktor c. Mengidentifik
- P: Nyeri ulu
- R: rasa sakit
yang asi respon
berfokus
hati
pada satu
memperberat dan nyeri non - Q:seperti
titik (uluhati)
ditusuk-tusuk
memperingan verbal
- S: skala 2
- R: rasa
nyeri d. Mengidentifik
- T:nyeri
sakit
muncul saat
e. Identifikasi asi faktor
berfokus
beraktivitas
pada satu
Terpasang infus PZ 0,9 %
pengetahuan dan yang titik
(ulu
14 tpm
keyakinan memperberat hati)
- S: skala 1
- T:nyeri
f. Identifikasi memperingan
muncul saat
beraktivitas
karakteristi
keberhasilan asi pengaruh
k, durasi,
terapi budaya
frekuensi,
komplementer terhadap
kualitas,
yang sudah respon nyeri
intensitas
diberikan g. Mengidentifik
nyeri
i. Monitor efek asi pengaruh
b.
Identifikasi
samping nyeri pada
skala nyeri
penggunaan kualitas hidup
c.
Identifikasi
analgetik h. Memonitor
respon
2. Terapeutik keberhasilan
nyeri non
a. Berikan teknik terapi
verbal
nonfarmakologis komplemente
d.
Identifikasi
untuk mengurangi r yang sudah
faktor
rasa nyeri (mis. diberikan
yang
TENS, hypnosis, i. Memonitor
memperbe
akupresur, terapi efek samping
rat dan
musik, penggunaan
memperin
biofeedback, analgetik
gan nyeri
terapi pijat, aroma 2. Terapeutik
e.
Identifikasi
terapi, teknik a. Memberikan
pengetahu
imajinasi teknik
an dan
terbimbing, nonfarmakolo
keyakinan
kompres gis untuk
hangat/dingin, mengurangi tentang
terapi bermain) rasa nyeri nyeri
b. Control (mis. TENS, f.
Identifikasi
lingkungan yang hypnosis, pengaruh
memperberat akupresur, budaya
rasa nyeri (mis. terapi musik, terhadap
Suhu ruangan, biofeedback, respon
pencahayaan, terapi pijat, nyeri
kebisingan) aroma terapi, g.
Identifikasi
c. Fasilitasi istirahat teknik pengaruh
dan tidur imajinasi nyeri
pada
d. Pertimbangkan terbimbing, kualitas
jenis dan sumber kompres hidup
nyeri dalam hangat/dingin h. Monitor
pemilihan strategi , terapi
keberhasil
meredakan nyeri bermain) an
terapi
3. Edukasi b. Mengontrol kompleme
a. Jelaskan lingkungan nter
yang
penyebab, yang sudah
periode, dan memperberat
diberikan
pemicu nyeri rasa nyeri i. Monitor
b. Jelaskan strategi (mis. Suhu efek
meredakan nyeri ruangan, samping
c. Anjurkan pencahayaan pengguna
memonitor nyri , kebisingan) an
secara mandiri c. Memfasilitasi
analgetik
d. Anjurkan istirahat dan 2. Terapeutik
menggunakan tidur a. Berikan
analgetik secara d. Mempertimba teknik
tepat ngkan jenis
nonfarmak
e. Ajarkan teknik dan sumber ologis
nonfarmakologis nyeri dalam untuk
untuk mengurangi pemilihan menguran
rasa nyeri strategi gi rasa
4. Kolaborasi meredakan nyeri (mis.
a. Kolaborasi nyeri TENS,
pemberian 3. Edukasi hypnosis,
analgetik, jika a. Menjelaskan akupresur,
perlu. penyebab, terapi
periode, dan musik,
pemicu nyeri biofeedbac
b. Menjelaskan k, terapi
strategi pijat,
meredakan aroma
nyeri terapi,
c. Menganjurka teknik
n memonitor imajinasi
nyri secara terbimbing
mandiri , kompres
d. Mnganjurkan hangat/din
menggunaka gin, terapi
n analgetik bermain)
secara tepat b. Control
e. Mengajarkan lingkungan
teknik yang
nonfarmakolo memperbe
gis untuk rat rasa
mengurangi nyeri (mis.
rasa nyeri Suhu
ruangan,
4. Kolaborasi pencahaya
Melakukan kolaborasi an,
pemberian analgetik, kebisingan
jika perlu. )
c. Fasilitasi
istirahat
dan tidur
d. Pertimban
gkan jenis
dan
sumber
nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredaka
n nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan
penyebab,
periode,
dan
pemicu
nyeri
b. Jelaskan
strategi
meredaka
n nyeri
c. Anjurkan
memonitor
nyri secara
mandiri
d. Anjurkan
mengguna
kan
analgetik
secara
tepat
e. Ajarkan
teknik
nonfarmak
ologis
untuk
menguran
gi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu
CATATAN
PERKEMBANGAN
compos mentis
lain . - Nadi
(GCS E4 V5 M6)
89x/menit
3. TTV:
- RR 20x/menit
- TD: 101/96
- Suhu 36,2oC
mmhg
4. Pengkajian nyeri
- Nadi
PQRST:
89x/menit
- P: Nyeri ulu
- RR
hati
20x/menit
- Q:seperti
- Suhu 36,2oC
ditusuk-tusuk
A : masalah sudah
- R: rasa sakit
teratasi
berfokus
pada satu
P: Hentikan Intervensi
titik (ulu hati)
(pasien KRS) :
- S: skala 1
Melakukan Edukasi
- T:nyeri
kepada pasien terkait
muncul saat
dengan :
beraktivitas
1. Istirahat yang
Terpasang infus PZ 14 tpm
cukup
2. Makan teratur
3. Melakukan diit
makanan TKTP
4. Melakukan
edukasi makanan
makan seperti
yang disukai
- RR: 20X/MENIT
segar
o mengidentifikasi kebutuhan
4. Porsi makan yang o
Identifikasi status nutrisi 3.
Kantung mata (+)
o mengidentifikasi perlunya
5. Pasien tampak
intoleransi makanan
mentis (GCS E4 V5
penggunaan selang
lebih segar. o
Identifikasi makanan yang
M6)
nasogastrik
disukai
o Memonitor asupan makanan 5. TTV:
o
Identifikasi kebutuhan kalori o Memonitor berat badan
- TD: 110/80 mmhg
dan
jenis nutrient o Memonitor hasil pemeriksaan -
Nadi 80x/menit
o
Identifikasi perlunya
penggunaan selang
laboratorium - RR 20x/menit
nasogastrik
- Suhu 36,5oC
Terapeutik
o Monitor
asupan makanan
o Monitor
berat badan A : masalah
belum teratasi
o Monitor
hasil pemeriksaan o melakukan oral hygiene P : Lanjutkan
Intervensi
Terapeutik
makanan)
sesuai
medikasi sebelum makan ahli gizi untuk menentukan
(mis. Pereda nyeri, jumlah kalori dan jenis o
Berikan makan tinggi
antiemetik), jika perlu nutrient yang dibutuhkan, jika
serat untuk mencegah
konstipasi
o Kolaborasi dengan ahli gizi perlu
o
Berikan makanan tinggi
untuk menentukan jumlah
Edukasi
o
Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
o
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
o
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
- Nadi 90x/menit
7. Paisen makan 3x
- RR 20x/menit
sehari 1 porsi
- Suhu 36,5oC
habis
A : masalah teratasi
P : Hentikam Intervensi
(pasien KRS) :
2. Melakukan diit
makanan TKTP
3. Makan secara
teratur
4. Melakukan edukasi
boleh di makan
seperti makanan
tinggi kolestrol.
5. Menjelaskan terkait
dengan waktu
kontrol tepat waktu
sesuai jadwal yang
sudah ditentukan.
6. Menjelaskan prinsip
minum obat 6 benar
7. Menjelaskan tentang
pentingnya minum
obat secara teratur.