Anda di halaman 1dari 4

Reformasi Pendidikan Meiji di bawah Kepemimpinan Mori Arinori Oleh Dea Andriany Prasari 1006700526 Sejak dimulainya Restorasi

Meiji, pemerintah Jepang mulai menggalakan program wajib belajar. Program ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam modernisasi. Dalam prakteknya, pemerintah menjadikan Negara barat sebagai kiblat pendidikan, pemikiranpemikiran ala barat mulai diajarkan, begitu juga dengan buku-buku barat banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Pemikiran-pemikiran kolonial Amerika yang memusatkan pendidikan sebagai sarana pengembangan individu untuk industrialisasi Negara berubah pada tahun 1980. Hal ini dikarenakan oleh Perdana Menteri saat itu, Yasuhiro Nakasone, menganggap pemikiran tersebut tidak lagi cocok dengan kondisi Jepang. Maka terjadilah Reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan kemudian merubah tujuan akhir pendidikan sebagai sarana pengembangan individu untuk melayani dan demi kebaikan Negara. Tidak hanya tujuan pendidikan yang berubah, kurikulum pendidikan kini lebih dipusatkan kepada pembelajaran mengenai moral dan nilai-nilai kesetian kepada Negara. Dengan kurikulum ini, masyarakat Jepang, terutama masyarakat muda, diharapkan bisa membentuk identitas bangsa Jepang yang nantinya akan kita ketahui sebagai masyarakat yang tidak hanya kompeten namun juga loyal terhadap negaranya. Reformasi pendidikan ini dipimpin oleh menteri pendidikan Jepang pertama, Mori Arinori. Mori yang terlahir dari keluarga samurai di Satsuma pergi bersekolah ke Inggris. Sejak di bangku sekolah, Mori sudah menunjukan ketertarikan akan bidang pendidikan. Terinspirasi akan sistem pendidikan dan pemikiran-pemikiran yang ia pelajari, Mori melihat adanya hubungan yang erat antara pendidikan dan pengembangan Negara. Sekembalinya dari Inggris, Mori ditunjuk menjadi diplomat untuk Amerika. Di Amerika, Ia mulai memikirkan bagaimana caranya pendidikan bisa dioptimalisasikan sebagai sarana pengembangan Negara. Dalam usahanya menemukan jawaban dari permasalahan ini, Mori mulai mempelajari mengenai sistem pendidikan di barat. Ia juga mengirimkan surat yang isinya

meminta pendapat tokoh-tokoh politik dan pemikir Amerika mengenai pengaruh pendidikan pada berbagai macam sektor di Negara. Jawaban yang ia terima sangat mempengaruhi pemikirinnya mengenai pendidikan, yaitu tujuan akhir pendidikan adalah untuk Negara. Dalam kunjungannya ke luar negeri, Mori bertemu dengan Ito Hirobumi. Ito dan Mori saling bertukar pendapat mengenai pemerintahan Jepang pada saat itu. Dalam kesempatan tersebut, Mori mengutarakan pendapat dan pandangannya mengenai pendidikan seperti apa yang seharusnya digalakan di Jepang. Sekembalinya ke Jepang, Ito mempercayakan posisi menteri pendidikan kepada Mori saat ia dipilih sebagai perdana menteri. Sebagai menteri pendidikan, Mori sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi kemajuan Negara. Bagi Mori, pendidikan bukanlah untuk murid tapi untuk Negara. Hal ini didasari akan kesetiaan rakyat Jepang kepada Kaisar yang sudah ada sejak zaman dahulu. Kesetiaan dan rasa cinta pada Negara merupakan tradisi yang menjadi sumber semangat bagi para pendahulu. Alangkah baiknya jika sebelum melakukan industrialisasi, sudah lebih dahulu tertanam nilai-nilai moral serta semangat loyalitas pada Negara. Pendikan seperti ini akan membentuk identitas serta karakteristik Negara yang tidak tergoyahkan. Dengan berbekal pemikiran ini, diharapkan rakyat Jepang akan terus berusaha meningkatkan kualitas diri dengan motivasi utama yang sama; demi kemajuan dan kemakmuran Negara. Sarana yang paling cocok untuk menanamkan pemikiran ini tak lain dan tak bukan adalah pendidikan. Dalam kiprahnya sebagai menteri pendidikan, pada tahun 1886, Mori mengeluarkan empat perundangan mengenai pendidikan, yaitu; Perundangan Sekolah Dasar, Perundangan Sekolah Menengah, Perundangan Universitas Imperial, dan Perundangan Sekolah Akademik. Draft perundangan ini ditulis oleh Mori sendiri bersama dengan anggota-anggota kementrian pendidikan. Mori juga memisahkan sekolah akademik dengan sekolah pendidikan. Sekolah akademik dikhusukan untuk mereka yang ingin mengambil profesi pengajar sebagai guru di masa depan. Sekolah pendidikan sendiri dibagi-bagi menjadi berbagai macam sesuai dengan ilmu yang diajarkan. Dengan adanya sistem ini, mulai muncul berbagai macam sekolah-sekolah kejuruan yang menspesifikasikan diri di satu bidang ilmu.

Jenjang pendidikan sekolah pendidikan di mulai dari SD sampai universitas. Jenjang pendidikan di atas sekolah dasar bersifat agak terbatas. Hanya mereka yang lulus tes masuk dan bisa membayar biaya pendidikan diizinkan untuk melanjutkan sampai ke bangku kuliah. Karena mayoritas dari mereka yang bisa melanjutkan ke universitas atau jenjang pendidikan lebih tinggi adalah pelajar pria, dapat dikatakan pendidikan di atas sekolah dasar, khusunya sampai ke jenjang universitas, cukup terbatas hanya untuk pria. Hal ini tidak berarti Mori tidak mendukung pendidikan untuk wanita. Sebaliknya, ia menaruh ketertarikan yang besar terhadap pendidikan wanita. Di bawah kepemimpinannya, setidaknya harus ada satu sekolah tinggi untuk wanita di satu prefektur. Menurutnya, pendidikan wanita memegang andil yang besar dalam memajukan Negara. Peran wanita, terutama Ibu, adalah sebagai sumber pengetahuan pertama seorang anak. Oleh karena itu, penting bagi seorang wanita untuk memiliki pengetahuan dan pendidikan yang tinggi agar bisa menamakan bibit-bibit pengetahuan dan moralitas dalam diri seorang anak. Semakin tinggi kesadaran seorang wanita akan pentingnya pendidikan, kemakmuran Negara semakin terjamin. Pada praktiknya, semakin tinggi pendidikan seseorang di Jepang, maka kebebasan yang ia miliki cenderung lebih besar. Seorang pelajar seolah dituntun untuk berpikir lebih bebas. Ia memiliki otonomi akan jalur pendidikan apa yang akan ia tempuh, aktivitas apa yang akan ia lakukan, keputusan apa yang akan ia ambil, dan cara pikir seperti apa yang akan ia gunakan. Kecenderungan ini didasari oleh kepercayaan Mori Arinori bahwa untuk membentuk pemimpin Negara di masa depan yang mandiri, independen, kompeten, disiplin, dan bertanggung jawab, mereka harus dilatih sejak dini. Kebebasan yang diberikan pada mereka bukan tanpa tujuan namun sebagai sarana pemupukan karakteristikan yang nantinya dibutuhkan kelak dalam memanjukan Negara. Selain itu, Mori juga memperkenalkan sistem pendidikan militer yang terpisah dari kurikulum pendidikan. Ia menyerahkan pendidikan militer kepada pihak militer sehingga pendidikan militer yang tadinya disampaikan oleh orang-orang dari kementrian pendidikan, kali ini akan disampaikan langsung oleh pihak militer.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa pemikiran Mori lebih mengedepankan aspek moral dan spiritual sementara pemikiran barat lebih menekankan pada aspek kognitif. Aspekaspek yang dikembangkan oleh Mori menjadi fondasi kuat tidak hanya dalam memajukan Negara Jepang, namun juga dalam membentuk karakteristik Jepang sampai sekarang ini. Hal ini dapat dilihat pada kondisi sekarang bahwa disamping berbagai macam masalah yang menerpa, kesetian Jepang pada negaranya masih tetap kuat. Pemikiran Mori Arimori mengenai pendidikan terbukti berhasil membawa Jepang ke kondisi yang lebih baik.
http://ictdindikkabupatenmadiun.wordpress.com/2009/06/11/pendidikan-di-jepang/ http://asepmaulana.wordpress.com/2010/03/ http://www.mext.go.jp/b_menu/hakusho/html/hpbz198103/hpbz198103_2_071.html

Anda mungkin juga menyukai