Anda di halaman 1dari 17

Nicholas H.P.

08700081
Trauma akustik sering dipakai untuk
menyatakan ketulian akibat pajanan bising,
maupun tuli mendadak akibat ledakan hebat,
dentuman, tembakan pistol,serta trauma
langsung ke kepala dan telinga akibat satu
atau beberapa pajanandalam bentuk energi
akustik yang kuat dan tiba-tiba
Trauma akustik ialah trauma pada telinga
akibat paparan suara atau bunyi yang
berlebihan.

Berdasarkan kejadiannya dibagi menjadi 2,
yaitu:
Trauma akustik akut yang disebabkan oleh ledakan
dan trauma akustik kronik
Trauma akustik kronik ini terjadi akibat
pencemaran lingkungan oleh bising.

Etiologi
Trauma akustik dapat disebabkan oleh
bising yang keras dan secara tiba-tiba atau
secara perlahan-lahan yang dapat
dikarenakan oleh suara ledakan
bom,petasan, tembakan, konser, dan
telepon telinga (earphone)

Tuli akibat bising dilaporkan lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Konsekuensi tertinggi mendapatkan ketulian
akibat bising lebih besar peluangnya
didapatkan di tempat kerja dibandingkan
terkena paparan bising di luar tempat kerja.
Dari segi usia, tidak ada kejelasan
pasti mengenai perbedaan antara usia tua
maupun muda untuk menderita tuli akibat
bising.

Bising dengan intensitas 85 dB atau
lebih dapat mengakibatkan kerusakan
pada reseptor pendengaran corti di
telinga dalam, terutama yang
berfrekuensi 3000-6000 Hz.
Mekanisme dasar terjadinya tuli
karena trauma akustik, adalah:
Proses mekanik
Proses metabolik

Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik
telinga akibat adanya energi suara yang sangat
besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya
kemampuan fisiologis telinga dalam sehingga
terjadi gangguan kemampuan meneruskan
getaran ke organ corti.

Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang
telinga,kerusakan tulang-tulang pendengaran,
atau kerusakan langsung organ corti.
Padatrauma akustik,cedera koklea terjadi akibat
rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yang
sangat besar sehingga merusak sel-sel rambut


Pada proses mekanik terjadi pergerakan
cairan dalam koklea yang begitu keras.
menyebabkan robeknya membran Reissner
dan terjadi percampuran cairan perilimfe dan
endolimfe sehingga menghasilkan kerusakan
sel-sel rambut,pergerakan membran basilaris
yang begitu keras menyebabkan rusaknya
organkorti sehingga terjadi percampuran
cairan perilimfe dan endolimfe akhimya
terjadi kerusakan sel-sel rambut.

Gejala Klinis
Gejala ketulian akibat trauma akustik
adalah tinnitus (suara mendenging),ringing
(suara berisik di telinga), gejala sensasi
penuh (fullness), nyeri telinga,kesulitan
melokalisir suara, dan kesulitan
mendengar di lingkungan bising

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksan fisik (otoskop),serta pemeriksaan
penunjang (audiometri).
Pada anamnesis dapat ditanyakan juga apakah
pemah bekerja atau sedang bekerja di
lingkungan bising dalam jangka waktu yang
cukup lama biasanya 5 tahun atau lebih.
Pernahkah terpapar atau mendapat trauma
pada kepala maupun telinga baik itu berupa
suara bising, suara ledakan, suara yang keras
dalam jangka waktu yang cukup lama

Pada pemeriksaan fisik telinga tidak
ditemukan adanya kelainan dari telinga
luar hingga membran timpani.
Pada tes dengan garpu tala menunjukkan
adanya tuli sensorineural.
Pemeriksaan audiometri nada murni
didapatkan tuli sensorineural pada
frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada
frekuensi 4000 Hz sering terdapat takik
untuk jenis ketulian akibat trauma akustik

Anamnesa
1. Ditanyakan jenis onset hilangnya pendengaran atau
berkurangnya pendengaran
2. Apakah tiba-tiba atau pelan-pelan (bertahap)
3. Sudah berapa lama dirasakan
4. Apakah hilangnya pendengaran tetap (tidak ada
perubahan) atau malah semakin memburuk
5. Apa disertai dengan nyeri, otore, tinnitus (berdenging
di telinga), telinga terasa tersumbat, vertigo, atau
gangguan keseimbangan
6. Apakah kehilangan pendengarannya unilateral atau
bilateral
7. Apakah mengalami kesulitan berbicara dan mendengar
di lingkungan yang bising.
Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya
kelainan dari telinga luar hingga membran
timpani.
Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan
perlu dilakukan secara lengkap dan
seksama untuk menyingkirkan penyebab
kelainan organik yang menimbulkan
gangguan pendengaran seperti infeksi
telinga, trauma telinga karena agen fisik
lainnya, gangguan telinga karena agen
toksik. dan alergi.
Selain itu pemeriksaan saraf pusat perIu
dilakukan untuk menyingkirkan adanya
masalah di susunan saraf pusat yang
(dapat) menganggu pendengaranya
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan dengan Garpu
Tala
Pemeriksaan Audiometri

Tidak ada pengobatan yang spesifik dapat
diberikan pada penderita dengan trauma akustik
Apabila penderita sudah sampai pada tahap
gangguan pendengaran yang dapat menimbulkan
kesulitan berkomunikasi maka dapat
dipertimbangkan menggunakan ABD (alat bantu
dengar) atau hearing aid.
Bila terjadi tuli bilateral berat yang tidak dapat
dibantu dengan alat bantu dengar maka dapat
dipertirnbangkan dengan memasang implan
koklea.
Latihan pendengaran dengan alat bantu dengar
dibantu dengan membaca ucapan bibir, mimik,
anggotagerak badan, serta bahasa isyarat agar
dapat berkomunikasi
Jenis ketulian pada trauma akustik ini
merupakan ketulian saraf koklea yang
sifatnya menetap dan tidak dapat diobati,
maka prognosisnya kurang baik sehingga
faktor pencegahan lebih diutamakan.



Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai